Tampilkan postingan dengan label hindustan 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hindustan 2. Tampilkan semua postingan
hindustan 2
mengalir kemurnian dalam dirinya (purity) sehingga
kesadarannya selalu menyatu dalam kesadaran Tuhan
(divinity).
Pribadi ini lebih lanjut akan mampu melihat realitas
warga yang diwarnai keberagaman, mulai dari
perbedaan cara pandang sampai pada perbedaan pola dan
gaya hidup. Dalam keberagaman tersebut, pribadi ini akan
selalu mengembangkan ruang-ruang kesatuan melihat
keberagaman sebagai wahana untuk meraih dan
mengembangkan mutiara kebijaksanaan.
Pribadi ini juga tidak berfikir untuk mengubah
keadaan, tetapi ia akan selalu menjadi sumber inspirasi bagi
proses perubahan. Kalau toh pribadi ini harus melakukan
penyesuaian-penyesuaian atas sesuatu yang tidak sesuai
dengan prinsip yang dia pahami., ia tahu bagaimana
menempatkan diri dan juga tahu waktu yang terbaik untuk
memberikan inspirasi dan pertimbangan.
Pribadi ini sangat menyadari tidak ada yang kebetulan
dalam hubungan kewargaan, semuanya ia bhaktikan
sebagai konsekuensi dari HUKUM KARMA yang harus
ditebus dan dilewati dengan bijak. Jadi intinya, warga
adalah sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan
spiritualitas diri untuk meraih kebijaksanaan yang
membebaskan.
Beliau (Sai Baba) menyadarkan kita bahwa siapapun
yang jauh dari warga, akan jauh dari mana-mana.
warga bukanlah bagian dari kita, sebaliknya kitalah yang
menjadi bagian dari warga dan apa yang berguna bagi
warga juga berguna bagi kita. Karena itu sudah menjadi
kewajiban setiap orang untuk melayani dan berbuat kebajikan
bagi warga.
Berbicara tentang kewajiban berarti berbicara tentang
ruang pembebasan. warga pada dasarnya adalah
wahana untuk meraih kebahagiaan yang membebaskan. Di
Sanalah kita mendapatkan kesempatan untuk mengasah
mutiara kebijaksanaan dengan selalu mengembangkan
pandangan kesatuan dalam perbedaan dan keragaman.
Berikut ini wacana Bhagavan terhadap hal yang perlu
diperhatikan saat menyampaikan kebenaran di warga:
1. Berkatalah Yang Benar (Sathyam Bruyath), ini berhubungan
dengan Aspek Moral.
2. Berkatalah Yang Santun (Pryam Bruyath), ini berhubungan
Aspek Sosial.
3. Jangan Berkata Apa-Apa bila apa yang dianggap benar
tampaknya belum siap atau tidak diterima oleh
warga (Na Bruyath Satyam Apriyam), dan ini
berhubungan dengan Aspek Spiritual.
Struktur dan Kepengurusan SSGI
Asas, Dasar dan Sifat
SSGI bukan organisasi keagamaan tetapi organisasi
yang bersifat sosial dan spiritual (AD. Bab II, Pasal 4).
Organisasi ini berasaskan Pancasila dan UUD Negara
Kesatuan Republik negarakita 1945 (AD, Bab II Pasal 2).
Organisasi ini berdasarkan Weda-Sanathana Dharma, Panca
Pilar, Sembilan Pedoman Prilaku, dan Sepuluh Prinsip Hidup
(Bab II, Pasal 3).
Maksud dan Tujuan
Organisasi ini didirikan untuk membantu para peserta,
baik sebagai individu maupun anggota warga,
membangkitkan sifat-sifat Ketuhanan dalam dirinya dan
menemukan jati dirinya sehingga manusia layak bersatu
kembali dengan sumber asalnya, Tuhan Yang Maha Esa.
(Pasal 5).
Tujuan Organisasi
1. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menjalin
persahabatan dan persaudaraan di atas dasar cinta kasih
antar sesama umat manusia, tanpa membedakan suku,
bangsa, ras, golongan, jabatan, agama, dan kepercayaan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan rasa persatuan dan
kebersamaan serta meningkatkan kerukunan intern dan
antar umat beragama, guna menyelaraskan kualitas etik,
moral, pengabdian, dan pelayanan kepada warga,
bangsa dan negara.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang
luhur, guna mewujudkan manusia dan warga yang
berbakti dan mengasihi Tuhan, menghindari perbuatan
yang berdosa dan tercela, serta mengembangkan
kehidupan yang bermoral dalam pergaulan hidup
bersama di warga.
4. Meningkatkan kesadaran manusia akan peran dan tugas
sucinya, tujuan hidup, dan arti keberadaan di jagat
semesta ini bersama-sama dengan seluruh ciptaan, untuk
mencapai kemajuan spiritual yang membuahkan
62
ketentraman dan kedamaian jiwa raga.
(AD Bab III, Pasal 6).
Dalam ART, tujuan organisasi ditambahkan sebagai
berikut: Organisasi SSGI adalah suatu lembaga tempat
mempelajari: menghayati, dan mengamalkan wacana-wacana
Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, SSGI, bukan suatu organisasi
yang mempunyai misi pemindahan agama, bukan organisasi
yang mencampuradukkan agama, bukan agama baru atau
suatu aliran kepercayaan. Tujuan utamanya adalah sebagai
berikut:
1. Menolong individu untuk:
a. Menyadari sifat Ketuhanan yang ia miliki dan berbuat
menurut sifat tersebut.
b. menerjemahkan Kasih Tuhan dan kesempurnaan-Nya
dalam sikap sehari-hari, dengan mengisi hidup ini
dengan kegembiraaan, keharmonisan, keindahan,
kebaikan, berkah, dan kebahagiaan yang langgeng.
c. Meyakini bhawa semua hubungan antar manusia
didasari prinsip-prinsip, Satya, Dharma, Prema, Shanti,
Ahimsa.
2. Mendorong setiap pemeluk agama lebih menekuni agama
masing-masing dan bertindak sesuai dengan ajaran yang
didapat dalam agama tersebut serta meningkatkan
kualitas, etik, moral dan pengabdian (ART, BAB I Pasal 1).
Tujuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1
dapat tercapai dengan cara-cara berikut ini:
1. Mempelajari, memahami, dan mengayati prinsip-prinsip
yang diajarkan oleh Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, yaitu
sebagai berikut:
a. Hanya ada satu Tuhan, Ia hadir dimana-mana.
b. Hanya ada satu agama, agama Kasih Sayang (dengan
menekankan kesamaan yang menyatukan bahwa
semua agama didasari oleh satu hal yang sama yaitu
Cinta Kasih)..
c. Hanya ada satu kasta, kasta kemanusiaan.
d. Hanya ada satu bahasa, bahasa hati.
e. Hanya ada satu hukum, hukum kerja.
2. Selalu ingat kepada Tuhan dan melihat semua ciptaan di
dunia ini sebagai manifestasi atau perwujudan-Nya dalam
bentuk yang berbeda-beda.
3. Melihat semua tindakan dan pekerjaan sebagai pelayanan
kepada Tuhan.
4. Melihat semua tindakan dengan Kasih Tuhan, takut
berbuat dosa, dan memiliki moral tinggi yang teguh dalam
warga.
5. Melibatkan diri dalam kegiatan spiritual, pendidikan dan
pelayanan, baik pada tingkat individu maupun
warga, tanpa mengharapkan imbalan, dan hanya
menganggap hal itu sebagai cara untuk meningkatkan dan
mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta
mendapatkan kasih dan berkah Tuhan.(ART, BAB I, Pasal
2).
Logonya berupa Stuva Sarva Dharma, yang
melambangkan nilai-nilai kemanusiaan (human values).
Lambang itu menunjukkan lima aspek dasar nilai
kemanusiaan: sathya, dharma, prema, shanti, dan ahimsa.
Nilai-nilai tersebut merupakan landasan segala agama, tiang-
tiang berdirinya segala rumah kepercayaan.
Di atas stupa terdapat bunga teratai yang berada
dalam lumpur yang kotor, tetapi bunganya berada diatas air,
di udara bersih. Air kotor tidak melekat pada daun dan
bunganya, tetapi bergulir jatuh. Lambangini mengqiaskan
bahwa manusia harus hidup seperti bunga teratai, hidup
dalam dunia, tetapi tidak terikat pada dunia kebendaan,
melainkan menjalankan suatu kehidupan kerohanian murni
diatas keduniawian.
Lambang bunga teratai, berdiri di atas sembilan
lapisan tangga, setiap tangga melambangkan langkah dalam
perjalanan ziarah manusia, menuju persatuannya dengan
Tuhan.
Aktivitas/Kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh SSGI meliputi tiga
bidang, yaitu bidang spiritual, bidang pendidikan serta
bidang pengabdian dan pelayanan warga, antara lain:
1. Kegiatan bidang Spiritual antara lain meliputi doa
bersama dengan meditasi, kidung suci (Bhajan), dan
sadhana spiritual lainnya. Di SSGI kegiatan spiritual
diadakan dua kali seminggu yaitu hari Kamis jam 18.30 –
20.00 WIB, dan hari Minggu jam 6.30 – 8.00 WIB,
bertempat di Sai Center Jl Pasar Baru Selatan no 26 Jakarta
Pusat. Acara kegiatan spiritual dimulai dengan meditasi
cahaya, kemudian menyanyikan kidung suci (bhajan) lebih
kurang selama 2 jam, bahasa yang dipakai adalah bahasa
Sanskerta dan bahasa Inggris, kemudian dharmawacana
dalam bahasa Inggris, dan terakhir pengumuman-
pengumuman. Dalam pelaksanaan meditasi dan kidung
mereka duduk bersila, yang laki-laki duduk di sebelah
kanan, dan perempuan di sebelah kiri. Antara laki-laki dan
perempuan dibatas dengan seutas tali. Yang
menyampaikan ceramah siapa saja yang dianggap mampu
dari para bakhta baik laki-laki, maupun perempuan, baik
orang tua maupun remaja. Di SSGI tidak dikenal adanya
pendeta atau pimpinan rohani. Pada waktu peneliti
mengikuti acara di bidang spiritual diikuti lebih kurang
100 orang peserta, yang sebagian besar terdiri dari kaum
perempuan. Nyanyian diiringi oleh tabuh-tabuhan alat
musik yang terdiri dari rebana, gendang dan tala, seraya
bertepuk tangan mengikuti irama lagu. Setelah itu
dilakukan “ARATHI” (membakar kanver dengan gerakan
berputar-putar) dan abunya dioleskan ke dahi para peserta
dan ditiup, sambil membagi bagikan gula batu dan
potongan-potongan kelapa kepada para peserta Bhajan
(Pembacaan kidung pujaan terhadap Tuhan). Pada hari
minggu setelah bhajan dilanjutkan dengan study circle
(duduk melingkar) mempelajari ajaran-ajaran Sai Sri
Sathya Sai Baba.
2. Kegiatan bidang pendidikan, antara lain meliputi
pendidikan anak-anak, pendidikan remaja dan pemuda,
pendidikan nilai-nilai kemanusiaan untuk orang dewasa
dan orang tua dan lain-lain. Kegiatan pendidikan anak-
anak dilakukan setiap hari Jumat. Melalui Yayasan
Pendidikan didirikan sekolah Insan Teladan di Parung,
yang kesemua muridnya beragama Islam, demikian juga
para gurunya. Sekolah ini tidak memungut biaya kepada
murid-muridnya, bahkan setiap murid diberikan pakaian
seragam dan buku-buku secara gratis.
3. Kegiatan bidang pengabdian dan pelayanan warga,
antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan, donor darah,
bantuan korban bencana alam, pelayanan dan kunjungan
ke rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bantuan
atau pelayanan lainnya. Setiap minggu di Balai
Pengobatan dan Sai Centre diadakan pelayanan kesehatan
secara gratis. Di Sai Centre setiap minggunya melayanai
200 orang pasien dan di Cilincing melayani 150 orang
pasien. Di Cilincing selain hari minggu juga diadakan
setiap hari rabu sore, sedangkan pada hari minggu
dilangsungkan antara jam 8.30 sampai jam 11.30 WIB.
Umumnya para pasien merupakan pasien tetap,
kebanyakan penyakit yang diderita adalah tekanan darah
tingga dan penyakit gula. Pak Supardi yang berasal dari
Kemayoran telah berobat di klinik tersebut selama 4 tahun,
dan dia mengidap penyakit gula. Dia merasa tertolong
dengan adanya klinik tersebut, karena dapat berobat
secara gratis, dengan persyaratan yang sangat mudah,
yaitu cukup membawa KTP, sedangkan di Cilincing
disamping harus membawa KTP harus membawa surat
pengantar dari Ketua RT.
Beberapa Ajaran Pokok Sai Baba
Karena Sai Study Group negarakita bukan organisasi
keagamaan tetapi organisasi yang bersifat sosial spiritual,
maka tidak nampak konsep ketuhanan yang mereka
kembangkan. Mengingat Sai Baba adalah penganut agama
Hindu, maka banyak ajarannya yang dia kembangkan
diinspirasi oleh ajaran dari kitab Weda. Konsep ketuhanan
sesuai dengan agama yang dianut oleh para bhaktanya.
Karena sebagian besar para bhakta beragama Hindu
maka corak Hindu masih tampak terlihat. Hal ini terlihat
dalam AD disebut sebagai dasar di antaranya Weda-
sanathana dharma, yang merupakan kitab suci agama Hindu.
Di depan center terdapat patung Ganesha, dan sebelum pintu
masuk terdapat tulisan Sri Sai Sathya Mandir. Mandir
merupakan bahasa India, kalau dalam bahasa negarakita
disebut pura.
Dalam Sai Study Group terdapat beberapa ajaran Sai
Sri Sathya Sai Baba, di antaranya lima pilar yang sangat
ditekanankan dan diajarakan kepada semua bakhta.
Pancapilar itu adalah: Kebenaran (Sathya), Kebajikan
(dharma), Kasih Sayang (Prema), Kedamaian (Shanti), Tanpa
Kekerasan (Ahimsa). Orang yang hidup di jalan Sai akan hadir
sebagai pribadi yang bijaksana Penuh Kasihsayang kepada
sesama, dimana wacananya selalu menyampaikan Kebenaran,
tindakannya selalu mencerminkan Kebajikan, perasaannya
selalu dipenuhi Kedamaian dan pandangannya selalu
menyiratkan sikap Tanpa Kekerasan. Diantara lima pilar kasih
sayang merupakan pilar yang utama yang menyinari empat
pilar lainnya.
Selain lima pilar tersebut, juga diajarkan Sembilan
pedoman perilaku yang harus diamalkan oleh bhakta, antara
lain:
1. Bermeditasi dan bersembahyang atau berdoa setiap hari
2. Menyanyikan kidung suci (bhajan) dan bersembahyang
atau berdoa dengan seluruh anggota keluarga sekali
seminggu.
3. Berpartisipasi dalam program pendidikan untuk anak-
anak yang diadakan oleh organisasi
72
4. Mengikuti acara kidung suci (bhajan) dan doa bersama
yang dilakukan di center-center kegiatan organisasi,
sekurang kurangnya satu kali dalam satu bulan.
5. Berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kewargaan
dan program lainnya yang dilaksanakan oleh organisasi
Sai.
6. Mempelajari wacana-wacana Sad Guru Bhagawan Sri
Sathya Sai Baba secara teratur.
7. Berbicara Lemah lembut penuh kasih kepada siapapun
8. Tidak membicarakan keburukan orang lain, baik pada saat
orangnya hadir, terlebih lagi ketika orang tersebut tidak
ada.
9. Menjalankan kehidupan “membatasi keinginan” dan
menggunakan tabungan dari hasil pengendalian keinginan
tersebut untuk pelayanan kemanusiaan.
Pada prinsipnya, 9 pedoman prilaku adalah hadiah
yang diberikan oleh Bhagawan kepada kita semua agar dapat
lebih mudah menerapkan ajaran Bhagawan serta
menyelamatkan kita dari pengaruh buruk jaman kali. Dengan
menerapkan 9 pedoman prilaku berarti seseorang sudah
menjalankan sadhana individu, keluarga, warga dan
organisasi.
Selain lima pilar dan sembilan pedoman perilaku, para
bakhta juga diharapkan melaksanakan sepuluh prinsip hidup,
antara lain:
1. Menganggap dan menjunjung tinggi tanah air, tempat
kelahiran, sebagai sesuatu yang suci, dengan memupuk
sikap kepahlawanan terhadap nusa dan bangsa, dan tidak
pernah mempunyai angan-angan buruk dalam pikiran
atau dalam mimpi sekalipun, untuk berbuat sesuatu yang
dapat menyengsarakan negeri tempat kelahiran
mempraktekkkan sikap kepahlawanan (patriotisme).
2. Menghormati semua agama.
3. Menjalin hubungan persaudaraan antar sesama umat
manusia.
4. Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, untuk
meningkatkan keasrian dan kesehatan bersama, yang
sesungguhnya berguna dan membantu dirinya sendiri.
5. Menjalankan sikap kedermawanan, suka menolong,
namun tidak menunjang jiwa kepengemisan dengan cara
memberikan uang, tetapi dengan cara memberikan
makanan,pakaian atau tempat tinggal, tetapi atau
membantu dengan cara lain yang tidak membuatnya
menjadi malas.
6. Tidak memberi atau menerima suap dalam menyelesaikan
semua persoalan.
7. Tidak iri hati, dan cemburu terhadap sesama,dengan
mengembangkan pandangan dan wawasan, serta
memperlakukan semua orang secara sama, sederajat tanpa
membedakan kasta, agama, bangsa dan golongan dan
kepercayaannya.
8. Melakukan sendiri segala keperluam-keperluan diri
sendiri, serta terjun langsung melakukan pelayanan dalam
warga, tidak mengandalkan orang lain atau
pembantu bagi orang yang punya.
9. Mengembangkan, memupuk rasa bakti pada Tuhan, takut
berbuat dosa atau perbuatan tercela lainnya.
10. Mengikuti, tidak melanggar peraturan Negara, serta
menjadi warga Negara teladan.
Setiap hari Kamis dan Minggu ada kegiatan Bhajan di
Center, dengan urutan kegiatan, sebagai berikut:
1. Meditasi Cahaya
2. Bhajan
3. Ceramah
4. Pengumuman beberapa kegiatan yang akan dilakukan.
Meditasi adalah duduk hening(joki/lampu lilin)
maksudnya supaya penerangan itu dapat menerangi diri
kita sendiri.
Dalam kegiatan spiritual terdapat istilah study circle,
bhajan, dan bakhta. Study Circle adalah duduk melingkar
mempelajari buku-buku, ajaran Panca Nilai-Nilai
Kemanusian, dan wacana Sai Baba (Sai), selain itu juga
membicarakan tentang sesuatu, seperti ketika terjadi gempa di
Sumatera Barat didiskusikan apa yang dapat kita lakukan
untuk korban bencana; sharing tentang pengalaman hidup;
kecerdasan memaknai pengalam hidup masing-masing secara
spiritual apa yang dialami; mengerem keinginan, masalah
yang dihadapi oleh anak-anak, dan masalah-masalah yang
sederhana dalam warga.
Dampak Kehadiran SSGI dalam Kehidupan
Keagamaan
Pada awal kemunculannya kelompok ini banyak
mendapat protes dari para penganut agama Hindu, terutama
di Bali. Berdasarkan data dari hasil penelitian Mursyid Ali,
Pemerintah Daerah, Pejabat Keamanan dan PHDI Pusat dan
daerah tidak bisa menerima kehadiran kelompok Sai Baba.
PHDI Provinsi Bali melalui surat No 57/Pera/III/PHDI.B/1994,
tanggal 24 Pebruari 1994 menyatakan bahwa PHDI tidak
mengakui, tidak mengayomi dan mengambil sikap menolak
keberadaan kelompok Sai Baba di Bali, penolakan tersebut
karena ajaran Sai Baba tidak sesuai dengan tatanan kehidupan
keagamaan di negarakita dan dapat menimbulkan keresahan
di kalangan umat beragama.
Dalam telegramnya pada tanggal 10 November 1993
Kodam VII Wirabuana menyatakan bahwa Sai Baba tidak
sesuai dengan tatanan kehidupan kegamaan di negarakita dan
disinyalir telah memperoleh banyak penganutnya di
negarakita yang apabila kegiatannya dibiarkan berlanjut dapat
menimbulkan keresahan dikalangan umat beragama.
Pemerintah Daerah Provinsi Bali setelah mengadakan
pertemuan dengan pengurus PHDI Bali dan PHDI Pusat pada
tanggal 7 Agustus 1990, mengajukan pertimbangan kepada
Kejaksaan Tinggi Bali, sebagai berikut:
1. PHDI Pusat dan PHDI Bali tidak mengakui keberadaan Sai
Baba di daerah Bali;
2. PHDI Pusat dan PHDI Bali tidak mengayomi keberadaan
Sai Baba dengan mengaitkan dengan ajaran Hindu, karena
dalam Sai Baba itu sendiri terdiri dari bermacam-macam
agama;
3. PHDI Pusat dan PHDI Provinsi Bali telah mengambil sikap
tegas menolak keberadaan Sai Baba di Bali.
Kejaksaan Agung Republik negarakita berkenaan
dengan keberadaan Sai Babab di negarakita mengemukakan,
sebagai berikut:
1. Status Yayasan Sri Sathya Sai Studi Group sebagai sekte
agama Hindu, dalam prakteknya kurang tepat, karena
para pengikutnya selain menganut agama Hindu, ada
juga yang menganut agama lain;
2. Kharisma Sai Baba yang begitu besar dengan ritual yang
berlebihan, pada gilirannya dapat dianggap sebagai nabi.
Bhajan yang dinilai sebagai ritual agamna Hindu,
dikhawatuirkan suatru saat aliran ini akan mengarah
kepada pembentukan agama baru di negarakita;
3. Buku-buku pedoman yang merupakan khutbah-khutbah
Sai Baba yang dibukukan dan diperbanyak oleh
pengikutnya, tidak sinkron dengan atau tidak bersumber
kepada kitab suci Weda, hal mana akan mempengaruhi
atau mengurangi keimanan orang-orang Hindu.
Ditjen Bimas Hindu setelah menganalisa dan
mengeavaluasi serta mengkaji terhadap kegiatan dan
perkembangan Dewan Pusat Sri Sathya Sai Center negarakita,
ajaran Sai Baba dianggap tidak sesuai dengan tatanan
kehidupan keagamaan di negarakita sehingga menimbulkan
keresahan di lingkungan warga dan mengganggu
kerukunan hidup umat beragama. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Ditjen Bimas Hindu menyatakan bahwa:
1. Yayasan Sri Sathya Sai Center negarakita tidak lagi
terdaftar pada Ditjen Bimas Hindu dan Buddha
Departemen Agama, dengan mencabut Surat Nomor:
II/5/001/H/1983, tanggal 3 Maret 1983 termasuk Study
Group baik yang di pusat maupun daerah.
2. Terhitung mulai dikeluarkan surat ini, Ditjen Bimas Hindu
dan Buddha Departemen Agama, tidak lagi menangani
masalah Yayasan Dewan Pusat Sri Sathya Sai Center
(No.H/BA.01.2/142/1/1994). (Mursyid Ali: 1998/1999, hal
20-22).
Sejalan dengan berjalannya waktu terjadi adaptasi dan
penyesuaian di antara kedua belah pihak, yaitu antara Sai
Study Group dengan pihak umat Hindu lainnya. Apalagi
setelah banyak penganut Hindu mainstream yag ikut latiahn
spiritual maka terjadi simbiose diantara mereka. Untuk
mendekatkan kedua belah pihak maka atas inisiatif Dirjen
Bimas Hindu dan Buddha waktu itu bersama dengan
pimpinan PHDI Pusat dilakukan pertemuan dengan
kelompok-kelompok yang dianggap menyempal dari ajaran
Hindu. Dalam pertemuan yang diadakan pada tanggal 5
November 2001 ditetapkan kesepaktan bersama antara PHDI
dan Kelompok-kelompok yang dianggap menyempal
tersebut.
Kesepakatan bersama tersebut dimulai dengan
menguti Kitab Suci Baghawatgita yang berbunyi: ”Ye yatha
mam prapadyante, Tam tathaiva bhajami aham; Mam
vartmanuvartante, Manusyah partha sarvasah”. Artinya:
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekatiKu, Aku terima,
Wahai Arjuna. Manusia mengikuti pada segala jalan
(Bhagawadgita, IV:11).
Peserta pertemuan sepakat untuk senantiasa
mempertahankan persatuan dan kesatuan umat Hindu
dengan menjaga hubungan yang harmonis satu dengan yang
lain, menghormati dan melaksanakan Keputusan Maha sabha
VIII Parisada Hindu Dharma negarakita yang diadakan
tanggal 20-24 September di Denpasar, khususnya bidang
Agama sebagai berikut:
1. Sepakat untuk saling menghormati tata cara kegiatan
kerohanian dan keagamaan masing-masing sampradaya;
2. Sepakat untuk melaksanakan kegiatan kerohanian dan
keagamaan sesuai dengan tata cara yang diyakini masing-
masing serta dilaksanakan dalam lingkungan/tempat
kegiatannya masing-masing;
3. Sepakat untuk tidak mencampuri tata cara kegiatan
kerohanian dan keagamaan yang dilaksanakan di tempat
masing-masing serta menghormati aturan yang berlaku;
Masing-masing menyadari bahwa ajaran agama Hindu
merupakan ajaan suci dan sarat makna, karena itu wajib
menghargai perbedaan persepsi dan tafsir yang
dilaksanakan oleh masing-masing kelompok/sampradaya
dengan tidak saling mencela satu dengan yang lain.
Mereka yang menandatangani surat kesepakatan bersama
itu adalah Pengurus PHDI Pusat, Dirjen Bimas Hindu dan
Buddha, dan umat Hindu lainnay masing-masing Yayasan
Sri Sathya Sai Babab negarakita; Yayasan Keluarga Besar
Chinmaya Jakarta; Guru Dwara Sikh Temple; Dewi
Mandir; Yayasan Radhan Govinda dan Paguyuban
Majapahit (Lihat naskah Kesepaktan bersama: 2001).
Kemudian pada tahun 2006 diadakan pertemuan
antara Sai Study Group negarakita dengan PHDI Pusat dan
Dirjen Bimas Hindu dan Buddha. Pertemuan menghargai
hasil rapat koordinasi bersama yang diprakarsai oleh Dirjen
Bimas Hindu dan Buddha bersama Parisada Hindu Dharma
negarakita Pusat pada hari Senin 5 November 2001 di ruang
rapat Ditjen Bimas Hindu dan Buddha, kemudian
menyepakati untuk mensosialisasikan ke daerah-daerah hal-
hal, sebagai berikut:
1. Bahwa organisasi SSGI adalah suatu lembaga tempat
mempelajari, menghayati dan mengamalkan wacana-
wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba yanbg berdasarkan
Kebenaran, Kebajikan, Cintakasih, Kedamaian, dan Tanpa
Kekerasan. SSGI bukan suatu organisasi yang mempunyai
misi pemindahan agama, bukan mencampur adukan
ajaran agama, dan bukan sebagai agama baru, aliran
kepercayaan ataupun sampradaya;
80
2. Para Bhakta Sai menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, nilai–nilai agama yang dianutnya dan
menghormati tradisi masing-masing agama dengan tidak
membawa tatacara pelaksanaan bhajan ke tempat ibadah
lain agama ata sebaliknya;
3. Para Bhakta Sai mendorong setiap pemeluk agama agar
lebih menekuni agamanya masing-masing dan bertindak
sesuai ajaran yang terdapat dalam agamanya serta
meningkatkan kualitas etik, moral dan ritual sesuai
dengan agama yang dianutnya;
4. Mengadakan pembinaan bersama kepada para bhakta
agar tidak menafsirkan ritual agama lain berdasarkan versi
keyakinannya sendiri, sehingga tumbuh keharmonisan
dan kerukunan intern dan antar umat beragama;
5. ritual kematian, perkawinan, dan acara ritual lainnya
yang berkaitan dengan hukum yang berlku di negarakita
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agamanya masing-
masing. Hasil rapat ini ditandatangani oleh I Nengah Dana
S.Ag, Ketua III Pengurus Harian PHDI Pusat; Ir. I Gede
Putu Suwitra, sekretaris Sai Study Group negarakita dan
Drs. I Wayan Suarjaya Msi, Direktur Jendral Bimas Hindu
dan Buddha.
Berkat usaha yang dilakukan oleh pihak Dirjen Bimas
Hindu dan Buddha dan Pimpinan PHDI Pusat, maka
nampaknya keberadaan Sai Study Group sudah mulai dapat
diterima, dan berkembang ke berbagai pelosok di negarakita.
Buktinya sekarang mereka sudah berkembang di 26 provinsi
di negarakita , hanya beberapa provinsi di negarakita bagian
81
timur yang belum terdapat pengurus Sai Study Group.
(naskah hasil rapat: Februari 2006).
Dari informasi yang diperoleh dari lapangan
berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus PHDI Pusat
maupun PHDI DKI Jakarta, serta Pembimas Hindu DKI
Jakarta, keberadaan SSGI sudah dapat diterima oleh
warga. Mereka beranggapan keberadaan SSGI sebagai
sampradaya, walaupun sebenarnya menurut keterangan
pengurus SSGI mereka bukan merupakan sampradaya, tetapi
organisasi sosial dan spiritual.
Selama ini belum pernah terjadi konflik antara
kelompok mainstream dengan SSGI, dan sebagai bukti mereka
sudah dapat diterima dan diayomi oleh PHDI Pusat , sudah
terdapat perwakilan SSGI dalam kepengurusan PHDI Pusat
yaitu Bapak I Ketut Arnaya. Bahkan menurut Sekretaris PHDI
hampir 30% pengurus PHDI Pusat berasal dari Sai Study
Group (SSG). Di beberapa daerah ketua PHDI-nya berasal dari
SSG.
Keberadaan SSGI mempunayi dampak keluar menjadi
inspiratif untuk menciptakan program sejenis, seperti
membantu orang-orang yang membutuhkan. Sedangkan
kedalam menjadi wahana transformatif, merubah anggotanya
dari tidak peduli menjadi peduli terhadap orang disekitarnya.
Spiritualitas Bakhta meningkat, dimana semua aktivitasnya
dilandasi oleh kesadaran terhadap Tuhan, motivasinya
dilandasi olehrasa ikhlas meminjam istilah dalam agama
Islam.
82
Bagi warga yang menerima pelayanan baik
dibidang kesehatan (medicare) maupun lingkungan (ecocare)
akan merasa senang, karena semua itu diperoleh secara gratis.
Kegiatan ini menciptakan keharmonisan dalam hubungan
antar warga yang berbeda agama dan suku. Meskipun sudah
terdapat hubungan yang harmonis diantara bakhta SSGI
dengan kelompok lainnya, masih terdapat prasangka dari
kelompok tertentu terhadap kegiatan spiritual yang lakukan
oleh SSGI karena ada penganut lainnya yang ikut dalam
kegiatan tersebut. Pada hal dalam pelaksanaannya doa yang
disampaiakn adalah doa menurut ajaran agama-masing-
masing bakhta tersebut. Nampaknya hal ini yang perlu
didialogkan diantara dua pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan uraian hasil temuan di lapangan dan
analisisnya, penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Keberadaan Sai Study Group negarakita disingkat SSGI
sudah mantap, kalau pada awalnya banyak memperoleh
protes dari warga, sekarang sudah dapat diterima
oleh warga. Hal itu terbukti mereka sudah diayomi
oleh PHDI dan beberapa bhaktanya sudah diangkat
menjadi pengurus. Meski demikian di beberapa daerah
masih terdapat riak-riak kecil, karena terjadi
kesalahpahaman;
2. Sai Study Group atau SSG merupakan organisai sosial dan
spiritual, bukan organisasi keagamaan dan bukan aliran
kegamaan. Anggotanya bersifat terbuka dari berbagai
suku, etnis dan agama. Orang yang aktif di SSG tidak
kehilangan agamanya, bahkan oleh Sai Baba dianjurkan
untuk memperkuat agamanya;
3. Kelompok ini berdasarkan lima pilar nilai-nilai
kemanusiaan (kebenaran, kebajikan, kasih, hati yang
damai, dan tanpa kekerasan), sembilan pedoman prilaku
dan sepuluh prinsip hidup. Berdasarkan hal tersebut yang
pokok dalam SSGI adalah kasih, yaitu kasih terhadap
semua orang tanpa mengenal, etnis, suku, dan agama.
Dalam rangkah memberikan kasih untuk semua orang,
maka sebagi konsekuensinya kita harus mampu
memberikan pelayanan pada semua orang (Love All; Serve
All);
4. Aktivitas dalam SSGI adalah Spritual, Pendidikan,
Pengabdian dan Pelayanan terhadap warga;
5. Kelompok ini tidak mempunyai konsep spesifik tentang
Ketuhanan, karena mereka menghormati semua agama.
Pada prinsipnya menurut mereka Tuhan itu satu, dan
dapat disebut dengan nama apa saja;
6. Dari istilah-istilah yang dipakai kelompok ini
bersumberkan ajaran Hindu, hanya metodenya
mengunakan pendekatan modern (mencontoh kelompok
lain);
7. Untuk mempertahankan ajarannya maka dibentuk center-
center disetiap daerah, dan melakukan aktifitas sosial
secara berkelanjutan.
Berdasarkan simpulan di atas, rekomendasi dalam
penelitian adalah:
1. Agar kelompok ini terhindar dari kesalahpahaman
warga, maka perlu diperhatian beberapa riak-riak
protes yang terjadi di beberapa daerah. Hilangkan kesan
organisasi ini melakukan pemindahan agama para
pengikutnya dengan melakukan dialog melalui fasilitasi
dari FKUB setempat;
2. Aktivitas yang dilakukan selama ini, baik spiritual
maupun sosial sangat baik karena dilakukan secara lintas
etnis, suku bahkan agama. Kegiatan semacam ini patut
menjadi contoh bagi kelmpok-kelompok lainnya yang
bersifat eksklusif;
3. Ajarannya yang bersifat inklusif dan lintas etnis, suku dan
agama perlu di apresiasi dalam rangka meningkatkan
kerukunan baik intern maupun antarumat beragama.
Pemahaman Awal tentang Sadhar Mapan
Agama Hindu tidak mengenal satu sistem kepercayaan
yang disusun demi untuk menyeragamkan keyakinan. Hal ini
dianalogikan sebagai danau yang tercipta dari berkumpulnya
air yang berasal dari berbagai macam aliran air yang bertemu
membentuk samudera luas. Dapat dikatakan bahwa
keberagamaan Hindu itu meliputi kemajemukan tradisi
keagamaan warganya.
Sebagai agama, Hindu menunjukkan kepada umatnya
jalan untuk meniti pada Sang Maha Pencipta, menempatkan
zat Maha Tinggi sebagai tujuan akhir dalam kehidupan
manusia di dunia. Umat manusia memandang Tuhan sebagai
titik cahaya yang tak dapat dilihat dengan mata biasa namun
melalui sentuhan kasihNya. Hubungan yang tertinggi dengan
Sang Pencipta itu merupakan samudera cinta kasih dan lautan
kedamaian. Untuk meraihnya, di antara manusia kemudian
menempuhnya dengan kehidupan sunyi atau meditasi
dengan tujuan untuk memenuhi hasrat akan kebahagiaan
rohaniah serta keseimbangan hidup yang diliputi
kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian yang permanen.
Pengetahuan spiritual hingga saat ini masih dilihat
sebagai sesuatu yang baru. Tidak banyak orang langsung
tertarik ketika mendengar pengetahuan ini. Tetapi ‘bahasa’
spiritual memiliki keunikan tersendiri, bahkan tidak
membedakan agama dan lain-lainnya. Dalam menjalani olah
batin, setiap orang semula dilanda rasa cemas, baik sedikit
atau banyak, merasa takut akan kehilangan sesuatu, atau
khawatir terjadi sesuatu yang menimpa diri yang tidak
dikehendakinya. Untuk memperoleh solusi, maka perenungan
mendalam tanpa emosi adalah cara menjauhkan diri dari
segala yang membuat hati manusia gundah dan terbatas larut
kehidupan dunia yang menyilaukan.
Rasa cemas dan ragu tidak akan bisa membantu dalam
menyelesaikan sesuatu yang mengganggu pikiran, yang justru
akan memperburuk situasi. Dengan perenungan kemudian
mendekat pada Sang Pencipta, akan menemukan titik di mana
manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia sering dibawa
oleh pikiran sendiri yang memunculkan berbagai persoalan.
Jalan spiritual seperti halnya umat-umat beragama pada
umumnya, dijalani dengan menyendiri, meditasi, dan
berbagai istilah lainnya. Jalan ini dipilih sebagai sarana terbaik
memperoleh “damai” dalam naungan Tuhan.
Sadhar Mapan di Kota Surakarta, merupakan salah satu
lembaga yang memiliki perhatian pada olah batin jalan
spiritual sebagai jalan menuju “damai” dalam cahaya Sang
Pencipta. Dalam memberikan pelayanannya kepada semua
orang, Sadhar Mapan tidak berdasarkan pada golongan atau
agama tertentu. Namun lembaga ini diwarnai oleh unsur-
unsur spiritualitas keagaman Hindu.
Secara identitas keagamaan, Sadhar Mapan diikuti oleh
pemeluk Hindu, namun mereka juga memiliki pandangan
tentang leluhur (orang Jawa) berdasarkan sistem kepercayaan
keagamaan kuno. Situasi ini lebih dahulu ada sebelum
datangnya agama-agama ke negarakita. Sadhar Mapan
terbentuk sebagai wadah dengan adat Jawa di tengah umat
Hindu kelompok tradisional dengan merujuk kitab-kitab yang
disusun oleh pujangga-pujangga kerajaan Mataram, Kraton
Surakarta atau dari Mangkunegaran.
Sebagai pemahaman awal, dapat dikatakan bahwa
Sadhar Mapan hadir sebagai wadah umat Hindu dalam
bentuk yayasan yang berbadan hukum resmi dan tercatat
dalam lembaran negara. Yayasan Sadhar Mapan muncul
menambah khazanah varian umat Hindu dengan warna Jawa.
Berdasarkan etimologinya, Sadhar Mapan adalah singkatan
dari Sanatana Dharma Majapahit dan Pancasila. Akronim ini
lalu menjadi nama organisasi yang dipilih oleh umat Hindu
dengan warna budaya Jawa yang berada di Kota Surakarta.
Adapun Sadhar Mapan sebagai lembaga didirikan pada
tanggal 20 Januari 1971 atas prakarsa Romo Harjanto
Projopangarso. Seiring dengan pendirian yayasan ini, beliau
juga menyatakan berdirinya Pura Mandira Seta. Pura tersebut
menempati rumah orang tua beliau di Jl. Sidikoro No 2
Baluwarti Kraton Surakarta.
Sejarah kelahiran Sadhar Mapan sesungguhnya
berhubungan dengan awal kemunculan Hindu sebagai
Sanathana Dharma yang artinya kebenaran yang abadi,
kebenaran yang tidak memiliki awal dan akhir. Dalam
Sanathana Dharma, agama Hindu menyatakan dirinya kepada
dunia bahwa kebenaran abadi akan ada untuk selamanya.
Profil Yayasan Sadhar Mapan
Memasuki Kota Surakarta dan Kehidupan Keagamaannya
Membicarakan Kota Surakarta tidak dapat lepas dari
keberadaan Karaton (Kraton) Surakarta yang merupakan
bukti sejarah keberadaan kerajaan Mataram yang pernah jaya
di eranya. Kraton Surakarta menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari dinasti Mataram Islam di masa akhir
kejayaannya.
Penduduk asli warga Jawa (Bumi Putera) dan
penduduk suku lain di nusantara memiliki kesadaran sosial
budaya. Kesadaran itu berupa kebanggaan atas identitas sosial
budaya mereka sendiri yang diwariskan oleh leluhur
walaupun situasi dan kondisinya secara spesifik memiliki ciri
khas tersendiri (Mikiro Moriyama, 2003). Sebagaimana
dikemukakan di atas, bahwa warga Jawa yang telah
memiliki sistem kepercayaan di bidang spiritual yang
menyebabkannya disebut dengan keagamaan kejawen.
Setidaknya demikian yang dipaparkan oleh Suliani yang
mengaku melakukan amalan-amalan kejawen sebagaimana
dilakukan oleh eyang buyutnya meski menganut agama-
agama yang memperoleh pelayanan dari pemerintah.23
Kejawen merupakan campuran (sinkretisme)
kebudayaan Jawa asli dengan agama-agama yang datang
kemudian yaitu Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Di antara
campuran tersebut yang paling dominan adalah
percampurannya dengan ajaran agama Islam. Membincang
masalah kejawen atau aliran kebatinan tradisional Jawa tidak
dapat lepas dari istilah manunggaling kawula Gusti, sangkan
Wawancara dengan Ibu Suliani di kediamannya di daerah Baluwarti
Kraton Surakarta.
paraning dumadi, wahyu kasekten, kramat, tapa brata ngruwat dan
lain sebagainya.
Di antara ajaran faham kejawen menurut Prabaswara (tt:
164) disebutkan di antaranya:
1. Meskipun penganut kejawen memeluk agama di antara
agama-agama yang dilayani pemerintah itu, mereka masih
berpegang pada tradisi Jawa asli.
2. Agama bagi penganut kejawen adalah manunggaling
kawula Gusti meski paham ini ditentang oleh kaum
puritan.
3. Ajaran kejawen berdimensi tasawuf dengan model yang
dikembangkan bercampur dengan budaya agama lain.
4. Raja sebagai pemimpin baik pemimpin pemerintahan
maupun pemimpin agama.
5. Kitab Mahabharata dan Ramayana adalah sumber
inspirasi ajaran kejawen yang mengandun gajaran
moralitas karakter dan perilaku tuntunan hidup.
6. Menekankan pada indra batin dan laku batin dalam setiap
aktivitas kehidupan di dunia yang menitikberatkan pada
aspek mistik (batin). Isi mistik itu meliputi keberadaan
wahyu, kasekten, kramat dan kesatuan mistik.
Sejarah Pendirian Yayasan Sadhar Mapan
Sebagaimana telah disinggung selintas, Sadhar Mapan
didirikan pada tanggal 20 Januari 1971 atas prakarsa Romo
Harjanto Projopangarso. Sejak saat itu pula Sadhar Mapan
menjadi yayasan resmi dan memperoleh legalitas pada catatan
notaris dan lembaran negara. Pada 2015, Yayasan Sanatana
Dharma Majapahit dan Pancasila memperbarui akta yayasan
tersebut. Sebagaimana termaktub dalam lembaran pencatatan
Notaris Pande Putu Erma Widyawati, SH, M. Kn. dengan akta
notaris Nomor 32 Tahun 2015. Yayasan Sadhar Mapan
beralamat di Jl. Mloyo Kusuman No 59 RT 03/011 Kelurahan
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Sementara
itu, legalitas dari pemerintah diperoleh melalui surat
keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI No AHU-305.
AH. 02. 01tertanggal 6 Juni 2008. Legalitas lahan yang
ditempati sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keputusan
Badan Pertanahan Nasional No 9-XVII-PPAT2008 tanggal 1
September 2008.
Sebagai lembaga berbentuk yayasan, Sadhar Mapan
bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Kegiatan di bidang
keagamaan di antaranya membantu dan bekerja sama dengan
Lembaga Agama Hindu yang telah ada, seperti PHDI dan
WHDI. Di bidang pelayanan umat, Sadhar Mapan membantu
memberikan pencerahan kepada umat dalam memahami
ajaran agama Hindu sesuai dengan Sastra Dresta dan Desa
Dresta.24 Yayasan Sadhar Mapan berdasarkan pada azas
24Dresta adalah pandangan dari suatu warga mengenai tata krama
dalam menjalankan hidup dan kehidupan diwarga(desa pekraman). Setiap
warga dalam lingkup desa/wilayah berbeda latar belakangnya
(sosial,ekonomi,budaya,sifat keagamaannya). Meski tidak mencolok, perbedaan
dalam penampilan selalu muncul dan mewarnai perilaku kehidupan antara
warga yang satu dengan yang lainnya. Dresta terdiri dari empat jenis dengan
acuan pembenarannya bervariasi, yaitu: (a). Purwa Dresta; sering juga disebut Kuna
Dresta, adalah suatu pandangan lama yang muncul sejak dahulu dan terus dijadikan
sebagai pedoman dari generasi pelaksanaan Nyepi dengan catur bratanya; (b) Loka
Dresta; adalah suatu pandangan lokal yang hanya berlaku pada suatu
daerah/wilayah. Contohnya: tradisi tidak membakar mayat di daerah/wilayah
Trunyan(Bali Aga); (c) Desa Dresta, tidak jauh berbeda dengan loka dresta, yaitu
suatu pandangan yang sudah mentradisi dan hanya berlaku disuatu desa tertentu
saja. Misal: tradisi Ngusaba umumnya dilakukan di desa-desa Bali timur, sedang di
Bali Barat tidak begitu lumrah; (d) Sastra Dresta yaiu suatu pandangan yang dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa baik secara teoritis maupun
praktis menurut ajaran Triyana warisan Majapahit. Ia
bertujuan mengantarkan warganya mencapai kebahagiaan di
bidang vertikal dan horizontal dalam warga dalam
bingkai Pancasila Pemahaman
ada ajaran Hindu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
sikap umat Hindu dalam menjalani hidup sesuai dengan
ajaran kitab suci dan mencapai kebahagiaan batin secara
vertikal dengan Sang Maha Pencipta melalui Catur Yoga
Marga sebagai media pelatihan-pelatihan spiritual. Kemudian
umat Hindu juga dapat menjalin kebersamaan hidup dalam
kasih sayang dengan sesama makhluk dalam hubungan
horizontal. Sikap hidup beragama umat Hindu sebagaimana
telah dicontohkan pada zaman Majapahit, hubungan umat
beragama berlangsung harmonis meski berbeda-beda paham
dan alirannya.
Secara individu, umat yang terbina dalam Sadhar
Mapan diharapkan mampu memanfaatkan potensi diri sendiri
secara optimal, memiliki budi pekerti yang luhur, berbudaya
dan dan memiliki peradaban sebagai warga negara yang
berjiwa Pancasila. Umat Hindu yang memiliki budi pekerti
luhur akan dapat mendedikasikan dirinya kepada warga
bangsa dan negara baik di bidang pendidikan maupun
budaya. Sementara itu, Pancasila sebagai salah satu falsafah
yang dijadikan pedoman adalah satu kesatuan utuh dengan
jati diri bangsa negarakita. Kelima sila yang terkandung di
dalamnya tergali dari nilai-nilai luhur warisan bangsa
negarakita yang mendiami nusantara. Sebagai bentuk
pijakannya adalah sastra atau pustaka-pustaka agama yang mengacu pada kitab suci
Weda. Misalnya: Manawadharmasastra, Sarassamuscaya, Bhagawadgita, dll.
termasuk lontar-lontar yang berisi petunjuk praktis dari pelaksanaan ritual yadnya.
pengabidan sosial dalam menjaga keharmonisan, Sadhar
Mapan mengadakan kerja sama dengan lintas agama dan
berbagai elemen warga agar tercipta cita-cita bangsa dan
tegaknya empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945,
NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.25
Sebagai sebuah yayasan yang berbadan hukum,
susunan kepengurusan pada saat inisebagaimana termaktub
dalam akta notaris,
Pengejawantahan Pemikiran Besar Sang Guru
Adanya Sadhar Mapan hingga saat ini tidak lepas dari
pemikiran Romo Harjanto Projoparngarso. Bermula dari
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasca
meletusnya pemberontakan partai komunis yang dikenal
dengan G30S/PKI, dikeluarkannya ketetapan bahwa ada enam
agama resmi yang mendapatkan pelayanan oleh pemerintah,
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu.
Persoalan di warga bahwa jika salah menyebutkan
AGAMA MURNI yang dianut mengakibatkan masalah yang
besar bahkan fatal kehilangan nyawa. Pada saat itu, para
penganut kejawen merasa tidak memiliki “rumah” untuk
bernaung karena para penganut kejawen secara mayoritas
adalah pemeluk agama Islam. Pada saat menjalankan ajaran
Islam dengan warna jawa (kejawen), memunculkan persoalan
dengan kaum Islam “santri” hingga merebak sampai daerah
Klaten dan Boyolali.
Seperti yang disinggung sebelumnya dalam Hindu
dikenal ada empat jalan untuk menuju Yang Maha Kuasa.
Empat Jalan ini disebut dengan Catur Yoga yang terdiri dari:
1. Bhakti Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan
menggunakan sarana Rasa
2. Karma Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan
menggunakan sarana Gerak/Kerja/Action
3. Jnana Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan
menggunakan sarana Pikiran/logika
4. Raja Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan
menggunakan sarana Konsentrasi dan Pengendalian Diri.
warga yang selalu menjaga tradisi Jawa
(Kejawen) itu untuk berpindah keyakinan menjadi Kristen
atau Katolik menurut Romo Harjanto, suatu hal yang tidak
mungkin, karena tidak ada lebensraum (cari) bagi keyakinan
dan keeraman mereka. warga tersebut memiliki
keyakinan dan kegemaran yang terdiri atas tradisi dan adat
istiadat majapahit yang ternyata mereka mempertahankan itu
mati-matian. Jika mereka masuk ke agama Buddha, seperti
tidak ada perubahan kondisi atas kegundahan batin mereka.
Untuk masuk ke agama Khong Hu Cu, bagi mereka menjadi
kondisi yang sulit terutama pada aspek budaya, padahal
keduanya adalah sama-sama memelihara tradisi dan budaya
leluhur.
Sejarah Berdirinya Pura Mandira Seta
Eksistensi Yayasan Sadhar Mapan di lingkungan
Kraton Kasunanan Surakarta tidak dapat lepas dari
keberadaan Pura Mandira Seta. Mengutip ungkapan Nyoman
S. Pendit bahwa tempat suci umat Hindu untuk melaksanakan
persembahyangan disebut dengan berbagai istilah dalam
bahasa Sansekerta, di antaranya dharmasala, devalaya, devagriha,
devabhavana, sivalaya, smabha, devawisma dan mandira. Dari
istilah tempat ibadah ini di negarakita dikenal dengan Pura
atau Pujagraha atau tempat memuja, tempat menghaturkan
sembah dan bhakti sujud kehadapan Hyang Widhi Tuhan
Agung dan Hyang Tunggal. Pura Mandira Seta sebagai
tempat ibadah umat Hindu untuk memuja Hyang Widhi
Wasa, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
pada umumnya. Secara khusus Mandira Seta dimaksudkan
untuk penganut agama Hindu (Nukning Sri Rahayu, ibid).
Semua bangunan yang ada di Pura Mandira Seta dan
ruang beserta isinya berkaitan dengan proses pengajaran dan
pembinaan bagi umat Hindu, terutama pembinaan
kepribadian dan karakternya. Adapun bangunan Pura dapat
disebutkan di sini terdiri dari:
1. Pintu masuk Gerbang Mandira Seta
Pintu gerbang ini disimbolkan sebagai gerbang yang
dilalui oleh setiap orang yang hendak memasuki Pura.
Gerbang ini sebagai perlambang kesiapan setiap orang
dengan penuh kesadaran diri untuk meningkatkan nilai
spiritual terutama melalui Yoga. Kehadiran seseorang ke
Pura menunjukkan titik permulaannya meninggalkan
kepentingan pribadi terutama yang berbalut unsur
keduniawian.
2. Rumah Joglo
Rumah Joglo adalah rumah adat warga Jawa. Sebagai
rumah adat, bangunan Joglo sarat dengan makna dan
simbol-simbol luhur yang ada pada warga Jawa.
Konstruksi rumah Joglo terdiri dari regol, topengan,
pendopo (balai), pringgitan, ndalem, senthong gandhok,
gadri, dapur, sumur dan kamar mandi. Bangunan ini
secara filosofis sarat dengan nilai-nilai ajaran agama
Hindu. Makna masing-masing bangunan adalah:
Regol : merupakan pintu masuk pekarangan yang
biasanya siapa pun memasuki rumah, akan
melewati regol terlebih dahulu
membersihkan dirinya.
Tope-
ngan/
tebengan
: bangunan seperti teras yang berada di
tengah yang berfungsi sebagai tempat
menanti kedatangan tamu akan akan
datang di rumah tersebut, atau sebagai
tempat untuk persiapan pemilik rumah jika
hendak melakukan perjalanan keluar
rumah.
98
Pendopo
(balai)
: bangunan ini diperuntukkan sebagai
tempat untuk membincangkan berbagai
persoalan yang dihadapi oleh pemilik
rumah. Dalam falsafah Hindu, pendopo ini
juga disebut dengan Brahma Loka.
Pring-
gitan
: bangunan yang berada di belakang
pendopo yang berfungsi untuk
penyelenggaraan seni seperti seni wayang.
Ndalem : bangunan ini sebagai rumah tinggal yang
digunakan oleh pemilik rumah. Dalam
falsafah Hindu disebut dengan Wisnu
Loka.
Sen-
thong
: merupakan ruangan yang ada dalam
rumah tersebut. ia berada di bagian
belakang ndalem. Dalam falsafah Hindu,
bagian rumah ini disebut dengan Siwa
Loka. Di tempat ini pula, biasanya pemilik
rumah meletakkan beberapa ubo rampen
persembahyangan dan pemujaan kepada
dewata. Sentong secara umum terbagi
menjadi tiga, yaitu sebelah kiri, tengah dan
kanan.
Sentong ini juga disebut dengan tanen (asal
kata dari petani). Biasanya para petani
melakukan ritual sebelum pelaksanaan
panen raya agar panen yang akan
dilaksanakan dapat diselenggarakan
dengan baik di sentong bagian kiri.
Secara
spiritual, senthong bagian kanan dimaknai
dengan Brahma Loka, sentong tengah
Wisnu Loka dan sentong kiri sebagai Siwa
Loka.
Gandhok : bangunan yang berada di sisi kanan dalem
yang fungsinya untuk mempersiapkan
makanan yang biasanya disiapkan oleh
batih perempuan.
Gadri : teras kiri kanan dalem yang secara simbolik
diartikan untuk memperoleh
keseimbangan.
Dapur
Sumur
dan
Kamar
mandi
: bagian yang penting juga dalam rumah
untuk aktivitas harian seluruh batih
keluarga.
3. Ruang Sang Hyang Wenang
Di rumah sang hyang wenang terdapat patung Hyang
Ismoyo (Semar), arca Brahma, patung Erlangga (titisan
Wisnu) dan patung atau lukisan dari berbagai agama yang
dipandang memiliki nilai-nilai spiritual.
4. Kolam Hasta Brata
Mengenai bangunan ini dapat dilihat seperti di bawah.
5. Ruang Ibu Pertiwi
Ibu Pertiwi berasal dari bahasa Sanskerta dari kata pṛ thvi
atau juga pṛ thivī, dewi dalam agama Hindu. pṛ thvī, atau
juga pṛ thivī). Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu
Bumi" (atau dalam bahasa negarakita "Ibu Pertiwi").
Sebagai pṛ thivī matā "Ibu Pertiwi" Ibu Pertiwi merupakan
personifikasi nasional negarakita, perwujudan tanah air
negarakita. 28Dalam konteks warga Jawa, ibu pertiwi
tersebut yang dipandang selalu menjadi panutan tradisi
warga Jawa dipersonifikasikan kepada penjaga laut
selatan (Nyai Roro Kidul).
Pura Mandira Seta sebagai tempat ibadat umat Hindu
terbagi ke dalam kerangka ajaran agama Hindu. Tujuan
pendirian pura ini adalah untuk mewujudkan manusia
negarakita yang berkarakater dengan dasar-dasar ajaran
agama Hindu. Nukning dalam hasil studinya masa-masa
pendirian pura itu terbagi dalam tahapan-tahapan yang tidak
lepas dari riwayat beliau. Tahapan tersebut sebagaimana
diuraikan Nukning Sri Rahayu (2013: 23-28) adalah:
TAHAP URAIAN KETERANGAN
Pendidikan
Formal
Pak Harjanto
menempuh pendidikan
di Sekolah Kanisius,
MULO dan Sekolah
Taman Siswa
Pada pendidikan formal
jenjang dasar dan
menengah, rajin membaca
buku karena ia merasa
bahwa yang didapat di
ruang kelas tidak
memuaskan bagi
penambahan wawasan dan
secara intelektualnya.
Dalam kondisi demikian,
beliau kemudian
mengambil keputusan
keluar dari sekolah formal
tersebut.
Peningkatan
Kesadaran
Diri
Menggali sendiri buku-
buku ilmu pengetahuan
dan menekuni bidang
spiritual.
Mengetahui dirinya tidak
lagi memasuki pendidikan
formal, ayahnya murka dan
memerintahkannya pergi
meninggalkan rumah.
Sebagai warga dalem
kraton yang memiliki status
sosial dan tingkat ekonomi
yang mapan di
lingkungannya, jenjang
pendidikan saudara-
saudaranya terjamin hingga
menyelesaikan pendidikan
tinggi.
Pada tahap ini, beliau
kemudian menuju pulau
Nusupan yang berada di
delta Bengawan Solo.
Tempat ini merupakan
makam para leluhur beliau.
Di sini beliau mengisi
waktu dengan membaca
buku-buku sejarah, buku-
buku agama dan
pemantapan spiritual.
Salama melakukan itu,
beliau tidak henti-hentinya
tirakat dan tapa brata
selama kurang lebih 16
tahun menggembleng diri,
meningkatkan kesadaran
diri. Fasilitas yang
digunakan hanya sebuah
gubuk tua di tengah area
pemakaman itu. Di malam
harinya, beliau melakukan
Yoga Tirta (semedi dengan
cara kungkum atau
berendam). Pada pagi hari
dan tengah hari, beliau
melakukan meditasi surya.
Pengabdian
pada Negara
Beliau masuk sebagai
relawan Tentara Pelajar
mempertahankan
kemerdekaan dengan
bersemboyan “Memayu
hayuning bawana” dan
bekal mental sepi ing
pamrih rame ing gawe.
Pada tahap ini bekal beliau
selama melakukan olah
spiritual sangat membantu
beliau secara pribadi.
Kekuatan mental dan
unsur-unsur irrasional
seperti sudah melekat ada
pada diri beliau yang secara
signifikan memiliki andil
besar mengusir penjajah.
Derajat kamoksan yang telah
diraih nampak dalam diri
beliau selama tahap ini.
Pengabdian
pada
Kemanusiaan
& Akademi
Metafisika
Mencari dukungan
berdirinya akademi
Metafisika sampai ke
UNESCO meski tidak
memperoleh sambutan
dari organisasi dunia
tersebut.
Pendirian akademi ini
bertujuan untuk menjaga
kemurnian ilmu metafisika
(ilmu tua) ini dari
pengaruh-pengaruh sesaat,
terkontaminasi oleh
kepentingan individu.
Upaya itu hanya dapat
diperoleh melalui lembaga
akademik. Usulan ke
UNESCO agar akademi
metafisika dapat
diwujudkan di negarakita
(Surakarta), meski akhirnya
tidak mendapatkan respon.
Pengabdian
pada Umat
Hindu
Memperoleh ilham
berupa wisik dari dewata
bahwa agama Hindu
akan kembali menjadi
agama yang dipeluk
oleh warga di
Pulau Jawa.
Pura Mandira Seta
sebagai wadah
kembalinya orang-orang
Hindu di tanah Jawa
yang memberikan watak
dan karakter sebagai
orang Hindu.
Tahap ini pula beliau
memperoleh legalitas
dari Parisadha dengan
Keberadaan agama Hindu
selama ini melekat dengan
Puau Bali. Bali dipandang
laksana museum dari
Kerajaan Majapahit yang
pernah Berjaya di masanya
yang beragama Hindu. Bali
adalah benteng terakhir
kebudayaan Jawa
Majapahit berkat daya
magis yagn dipancarkan
oleh Pura Besakih, Pura
Silayukti, Gunung Agung
dan Gunung Rinjani.
Wisik yang diterima oleh
Bapak Harjanto tepatnya
pada saat beliau
diserahkannya beberapa
umat untuk dibina.
Mereka semula adalah
penganut Islam yang
memiliki adat Jawa
(kejawen) yang masih
mempertahankan adat
istiadat Majapahit yang
sesuai dengan agama
Hindu.
Dalam masa ini pula
beliau melakukan
kunjungan ke
Karanganyar, Boyolali
dan Klaten menemui
umat yang masih setia
memeluk agama Hindu
peninggalan Majapahit.
berkunjung ke daerah Tirta
Gangga Karangasem Bali.
Dijelaskannya bahwa sudah
tiba saatnya agama Hindu
keluar dari Pulau Bali dan
menyebar ke berbagai
penjuru di nusantara.
Selang beberapa saat
berikutnya, terjadilah
peristiwa meletusnya
gunung Agung bertepatan
dengan ritual besar di
Pura Bedsakih. Dampak
letusan hebat gunung itu
adalah banyak warga
kemudian bertransmigrasi
ke luar pulau sekaligus
membawa agama Hindu.
Bangunan rumah adat Jawa
milik leluhur beliau yang
berada di lingkungan
Baluwarti ini kemudian
dikukuhkan menjadi Pura
Mandira Seta yang
berfungsi menjadi wadah
kedatangan umat Hindu
Bali dan penggerak
geliatnya di daerah
Surakarta.
Mendirikan
Yayasan
Sadhar
Mapan
Yayasan ini berdiri pada
tanggal 20 Januari 1971
RW Harjanto menjadikan
rumah orang tuanya
sebagai Pura Mandira Seta
yang beralamat di Jl.
Sidikoro No 2 Baluwarti
Kraton Surakarta.
Mendirikan
Yayasan &
Rumah
Ibadah
Sahasra Adhi
Pura
Sahasra Adhi Pura ini
beralamat di Sonosewu
Mojolaban Sukoharjo.
Yayasan ini didirikan untuk
meningkatkan pengabdian
warga Hindu dalam
lapangan pendidikian
agama dan kebudayaan
Hindu. Sesuai dengan
namanya, di Pura ini
terdapat miniature tempat-
tempat suci umat beragama
yang ada di negarakita
bahkan dunia. Tempat suci
di negarakita diutamakan
adalah candi-candi yang
tidak atau kurang
mendapatkan perhatian
pemeliharaannya.
Murid-murid beliau di
akademi metafisika baik di
Sadhar Mapan (Mandira
Seta) maupun di Sahasra
Adipura melanjutkan cita-
cita luhur sang guru itu.
Pura Mandira Seta dikelola
oleh pengurus yang
bernaung di Sadhar Mapan
terdiri dari orang Jawa dan
beberapa dari Bali,
sementara Sahasra Adhi
Pura dikelola oleh murid-
murid beliau yang berasal
dari dalam maupun luar
negeri.
Kembali
Kehadirat
yang Kuasa
Beliau meninggal dunia
pada tahun 1997
Pengabdian beliau untuk
mengembangkan umat
Hindu kemudian tuntas
106
dengan Pura
Mandira Seta dan Yayasan
Sahdhar Mapan yang
makin eksis.
Karaton KasunanSurakarta Penjaga Kelestarian Adat Jawa
Karaton Surakarta Hadiningrat atau disebut dengan
Karaton Kasunanan Surakarta didirikan oleh Ingkang
Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono II pada hari Rabu
tanggal 17 Suro tahun Je 1670 atau bertepatan dengan 17
Februari 1745. Hari berdirinya Karaton Surakarta ini
didasarkan pada hari kepindahan pusat pemerintahan dari
Karaton Kartasura ke Desa Sala pada hari Rabu tanggal 17
bulan Suro tahun 1670 tersebut. Desa Sala dipilih sebagai
pusat pemerintahan kelanjutan Karaton Kartasura, sedangkan
Karaton Kartasura adalah penerus dari Karaton atau Negeri
Mataram Hadiningrat. Kerajaan Mataram (Islam) didirikan
oleh Sutawijaya yang bergelar Kanjeng Panembahan Senopati
Ing Ngalogo Sayidin Panatagama pada akhir abad ke 16
Masehi. Sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram tersebut,
Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono II masih
memiliki garis keturunan pancer kakung (trah)dengan
Kanjeng Panembahan Senopati (Sri Winarti, 2002: 23).
Dalam sejarah pemerintahan di Karaton Surakarta,
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono selalu diperintah oleh
seorang pria, dan tidak ada Paku Buwono itu wanita. Raja
yang memerintah bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalogo
Ngabdurahman Sayidin Panatagama, memerintah seumur
hidup secara turun temurun berdasarkan trah, hak asal-usul
atau hak tradisional dan bersifat istimewa. Ratu (Raja)
Kerajaan Jawa sebagai penguasa adalah keturunan orang Jawa
memiliki wilayah kekuasaan di tanah Jawa memiliki konsep,
ajaran, paha atau falsafath hidup orang Jawa
Dalam tradisi kerajaan di tanah Jawa, kepemimpinan
di bawah kendali raja adalah satu lingkaran konsentris yang
mengelilingi sultan sebagai pusat. Sultan adalah sumber satu-
satunya dari segenap kekuatan, kekuasaan dan pemilik segala
sesuatu di dalam kerajaan. Sultan diidentikkan dengan
kehormatan, prestise, keadilan, kekuasaan, kebijaksanaan dan
kemakmuran kerajaan yang semua terletak padanya.
Lingkungan yang dekat dengan sultan adalah keratin, yakni
lingkungan pertama mencakup istana kediaman sultan
beserta keluarganya. Di lingkungan ini pula tempat para
pangeran dan kaum bangsawan melaksanakan tugas-tugas
kerajaan. Para pangeran dan bangsawan ini memiliki fungsi
sebagai saluran komunikasi yang menghubungkan antara
warga dengan sultan. Aturan yang berlaku sangat ketat
sekali yang terkait dengan bahasa yang digunakan, pakaian
dan tata karma. Semua berdasarkan pada protokol yang telah
ditentukan oleh Kraton. Ketentuan ini harus diikuti oleh siapa
saja yang memasuki lingkaran ini dan orang-orang yang tidak
mengikuti aturan ini akan merasa malu
Muncul anggapan bahwa kekuasaan raja-raja Mataram
di tanah Jawa adalah sebagai pelestari tata hidup yang telah
ada yakni mahkota kerajaan Majapahit yang menjadikan
agama Hindu sebagai agama resmi kerajaan. Tanda-tanda itu
dipakai selama bertahun-tahun oleh raja-raja Mataram hingga
terpecah-pecah menjadi Mangkubumen, Kasunanan dan
Mangkunegaran.
Keberadaan Pura Mandira Seta di lingkungan Keraton
Kasunanan Surakarta turut menambah khazanah tradisi Jawa
yang masih dipelihara. Tradisi yang berjalan di rumah ibadat
ini mengikui tradisi yang dilakukan biasanya di dalam
lingkungan kraton.
Hari Besar Keagamaan dan Pokok Ajaran Sadhar
Mapan
Sebagai bagian dari umat Hindu yang tergabung
dalam Parisadha, umat Hindu yang berada di bawah payung
Yayasan Sadhar Mapan dan Pura Mandira Seta
menyelenggarakan ritual keagamaan sebagaimana umat
Hindu yang terhimpun dalam Parisadha. Hari-hari besar
keagamaan pun yang dilaksanakan adalah hari-hari besar
umat Hindu Dharma di Bali. Ritual secara bersama-sama
dilaksanakan setiap hari Minggu sore mulai jam 18. 00 sampai
selesai.31
Pak Harjanto merupakan sentral figur, perintis dan
peletak dasar Yayasan Sadhar Mapan. Pokok-pokok pikiran
dan konsepnya menjadi acuan eksistensi yayasan tersebut.
Melalui wawancara dengan Bu Nukning dan beberapa catatan
penelitian yang dilakukan, disebutkan bahwa langkah yang
dilakukan oleh Romo Harjanto Projopangarso terhadap umat
Hindu yang berada di bawah naungan Yayasan Sadhar
Mapan adalah melalui pendidikan karakter. Dasar-dasar
pendidikan tersebut mengacu pada perjalanan pribadi beliau
sendiri selama dalam masa-masa pengembaraannya baik
pengembaraan spiritual maupun intelektual. Awal mula yang
beliau lakukan melalui tapa brata (pengendalian diri) sebaga
sarana untuk membersihkan diri yang juga popular disebut
dengan ngruwat diri sendiri dengan tujuan memperoleh
kesadaran diri. Tahap ini dilalui dengan cara meminta
petunjuk guru spiritual, juga membaca buku-buku yang
mengajarkan Yoga, buku-buku agama dan filsafat kemudian
mengamalkannya selamat tidak kurang dari 20 tahun.
Pendidikan karakter berbasiskan nilai-nilai ajaran agama
bertujuan menghasilkan umat yang cerdas dan
berkepribadian Pancasila, berbasis lingkungan. Umat
diharapkan menjadi cerdas berdasarkan ajaran agama Hindu,
berbasis sosial budaya dan berdasarkan Pancasila
berselimutkan budaya dan tradisi kraton yang menjunjung
tinggi budi pekerti dan kehalusan budi.32
Di dalam Yayasan Sadhar Mapan dikembangkan
ajaran Triyana, yakni Sanatana Dharma (Hindu) Majapahit,
Buddha Mahayana dan aliran Lingga Yoni. Dalam struktur
Yayasan, disebutkan beliau membuat aturan untuk dewan
Pembina yang dinamaka dengan NAWA BRATA atau
Sembilan sumpah setia. Sumpah tersebut diantaranya
dinyatakan bahwa:
1. Menjadikan Pancasila secara teoritis dan praktis.
2. Menghayati kepribadian nasional.
3. Bersikap nasionalis yang positif, konstruktif dan aktif.
4. Mewujudan persatuan dan kesatuan bangsa agar terhindar
dari perpecahan.
5. Mempertahankan kemurnian ajaran-ajaran kepercayaan
kepada Tuuhan dan melaksanaan ajaran Tuhan.
6. Mewujudkan kedamaian dan ketentraman baik nasional
maupun internasional.
7. Mempersembahkan separuh waktu untuk bersemedi
melalui Yoga untuk menghilangkan ego dalam diri.
8. Melaksanakan bhakti Yoga dengan tujuan
memanifestasikan Atman di ranah horizontal.
9. Menjauhi unsur-unsur yang merongrong persatuan dan
kesatuan bangsa.
Pengembangan Spiritualitas Kejawen
Aspek Teologi
Ajaran teologi yang dikembangkan di Pura Sadhar
Mapan adalah ajaran Hindu yang dianut oleh Parisadha
Hindu Dharma. Pemujaan kepada dewa-dewa yang diakui,
namun di antaranya mengerucut pada tiga yakni Brahma,
Siwa dan Wisnu.33
Aspek ritual
Pada pelaksanaan ritual keagamaan, di Pura Mandira
Seta digunakan secara resmi dan dikenal dengan Mantram
(Mantra) Pengayoman. Mantram tersebut berbunyi:
“ritual. . Buddha pengayoman olah negara. . AUM . .
Shanno Parama Siwa Shanno Ismaya Buddha Maitreya
Amitaba Sham Brhaspati Shanno Bhavadpariyama Kalki
Awatar Shanat Kumara Sanandana Sanaka Sanathana Sri
Erlangga Sabdo Palon Manu Wiswawata Siwa Mahadewa
Surya-Indra-Candra-Kuwera-Bayu/Wayu-Agni-Yama-
Waruna Shanno Pertiwi Tara Shri Radha Kwan Im Kali
Ismayawati Shri Bhairawa Bhagawati Shanno Dharma
Iswara Brahma Rudra Wishnu Urukramah”
Setiap membaca mantra tersebut ada rangkaian
ritual. Mantram ini dipersembahkan untuk memayu
hayuning bawono bukan untuk pribadi, bukan untuk golongan,
bukan untuk orang perorang. Akan tetapi untuk semesta
alam, khususnya kebaikan dan kemaslahatan NKRI.
Penyebutan kata-kata “pengayoman” adalah untuk negara
dengan tujuan untuk memperoleh karunia Tuhan agar
mengayomi bangsa dan negara. Dzat yang dapat melakukan
itu adalah Dia, Tuhan yang dekat dan sangat dekat dengan
manusia, Tuhan sebagai avatara yang dekat dengan semua
makhluknya.
Aspek Spiritual
Ajaran spiritual yang dilakukan di Pura Mandira Seta
ditempuh melalui Yoga. Kata Yoga berasal dari kata Sanskerta
Wawancara dengan Pak Sugito Gito. Dalam mantram ini, menurut Pak
Gito tercermin ada Buddha Maitreya Amittabha, juga disebutkan Syiwa mahadewa,
juga ada Surya Indra Chandra Kuwera Nila Agni Yama Waruna yang memancarkan
kekuasaannya masing-masing. Di sana ada kalki avatara adalah juru selamat yang
ditunggu. Di tengah2 ada sri erlangga sabdo palon adalah sosok-sosok yang kita
dekat dengan beliau. Sri erlangga pernah menjadi raja di Kediri, kedekatan Tuhan
yang maha jauh dan kedekatan Tuhan yang dekat dengan kita. Kita memang mampu
meramu semua yang ada di sini.
“Yuj” yang berarti menghubungkan diri dan persatuan dari
semua aspek seorang individu dari unsur tubuh, pikiran dan
jiwa. Yoga berarti penyatuan kesadaran manusia dengan
sesuatu yang lebih luhur, lebih transenden, lebih kekal dan
ilahi. Menurut Painini, Yoga diturunkan dari akar
Sanskerta yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni :
penyerapan samadhi (yujyete); menghubungkan(yunakti); dan
pengendalian (yojyanti). Namun kunci yang biasa dipakai
adalah ‘meditasi’ (dhyana) dan ‘penyatuan’(yukti).
Menghubungkan diri dengan cara merendahkan diri
atau pribadi, roh, diri pribadi atman dengan Diri Agung,
Tuhan atau Atman. Tuhan, Atman, Brahman itu berada jauh
sekali, atau juga dekat sekali. Langkah untuk mencapainya
sangat sukar, setidaknya terdapat 5 klesa (halangan) yang
disebut dengan panca klesa, yakni:
1. Avidya, yaitu ketidaktahuan
2. Asmita, yaitu kesombongan
3. Raga, yaitu keterikatan.
4. Dresa, yaitu kemarahan, keserakahan atau antipasti.
5. Abhiniveda, yaitu ketakutan yang berlebihan.35
Puncak dari praktek Raja Yoga yang dikembangkan di
Pura Mandira Seta adalah memperoleh kesadaran penuh
untuk merasakan bersama dengan Tuhan. Dengan
bermeditasi, manusia akan mampu mengendalikan diri,
mengurangi kenikmatan duniawi, bersedia untuk tirakat tapa
brata dan senantiasa bersyukur meski dalam kondisi sulit.
Keyakinan adanya sangkan paraning dumadi adalah upaya
untuk memperoleh ilmu kesempurnaan yang diperoleh
dengan laku prihatin. Dalam kitab Serat Wirid yang
merupakan kitab penganut kejawen istilah sangkan paran itu
masih terbagi diantaranya asaling dumadi (asal mula suatu
wujud), sangkaning dumadi (dari mana datangnya wujud itu)
purwaning dumadi (permulaan suatu wujud), tataraning
dumadi (martabat suatu wujud) paraning dumadi (ke arah
mana suatu wujud itu) (YB. Prabaswara, tt: 162).36
Dengan meditasi (Raja Yoga) akan diperoleh
kebahagiaan berupa martabat kembali kepada Sang Pencipta.
Jadi dalam peribadatan laku spiritual ini tidak berhenti pada
yoga yang menguat pada aspek materi dan juga untuk meraih
kesaktian atau kamukten dan sebagainya. Dengan Raja Yoga
akan dicapai derajat kamoksan yang merupakan tujuan
daripada agama dalam ajaran agama Hindu. Dengan Raja
Yoga juga diperoleh kesejahteraan dimana manusia dapat
mengurangi banyak keinginan, mengekang hawa nafsu fikiran
agar dapat kembali kepada Tuhan dengan baik, bukan turun
kembali seperti dalam konteks tumimbal lahir samsara
(inkarnasi).
Praktek Raja Yoga yang dilakukan di Pura Mandira
Seta dan sering digunakan oleh umatnya adalah dengan
media air (tirta) dengan cara berendam (kungkum). Tempat
kungkum berada di komplek pura Mandira Seta berupa bak
penampungan air. Sebelum dilakukan berendam (kungkum),
kondisi bak tersebut masih kosong. Pada saat akan dilakukan
kungkum, bak air itu diisi setinggi leher orang yang akan
berendam tersebut, dilakukan pada waktu malam hari. Selain
dengan berendam, juga dengan metode matahari, baik dengan
Aspek Ajaran Moral
Ajaran moral yang dikembangkan di Pura Mandira
Seta dan menjadi penting bagi keberadaan Yayasan Sadhar
Mapan adalah nguri-nguri (menjaga dan melestarikan) budaya
Jawa. Etika sebagai orang Jawa yang telah menjadi ciri khas
menjunjung budi luhur. Pada pelaksanaan persembahyangan
bersama,bahasa penangantar instruksi dan tata ritual itu
memakai bahasa Jawa Kromo Inggil menjadi contoh yang
paling menonjol dalam masalah etika tersebut. Dalam konsep
moral pemimpin, sebagaimana dimunculkan di dalam pura
Mandira Seta di bagian ndalem, terdapat beberapa miniatur
sebagai simbol.
Dampak Keberadaan Sudhar Mapan terhadap
Kehidupan Keagamaan
Khazanah keagamaan Hindu yang dikembangkan di
Yayasan Shadar Mapan adalah tradisi Bali yang tergabung
dalam Parisadha. Meski berbalut budaya Jawa dan
melestarikan khazanah Hindu yang pernah berkembang di
Kerajaan Majapahit, namun Sadhar Mapan dan Pura Mandira
Seta tidak dikhususnya untuk etnis Jawa semata. Umat Hindu
yang berasal dari Bali dapat berbaur dan bersama-sama
menjalankan ajaran agama Hindu di Pura tersebut.
Hubungan dengan Pemerintah dan warga
Bapak Hardjanta sebagai guru dan pendiri Yayasan
Sadhar Mapan semasa hidupnya dekat dengan raja di Kraton
Surakarta. Beberapa kesempatan raja meminta masukan
terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan
dalam urusan dengan warga.
Demikian pula, hubungan dengan pemerintah dalam
beberapa kesempatan Yayasan Sadhar Mapan dilibatkan
dalam berbagai agenda memupuk persatuan dan kesatuan
serta kerukunan antar umat beragama.39 Sementara relasi
sosial dengan warga sekitarnya, keberadaan Pura
Mandira Seta dan Yayasan Sadhar Mapan dapat terjalin
dengan baik dan bahkan seringkali mengadakan kerja sama
untuk kepentingan sosial.
Konflik Internal dan Solusi .
Semenjak kehadirannya, Yayasan Sadhar Mapan tidak
pernah memunculkan konflik di internal umat Hindu atau
pun dengan umat lain di daerah Surakarta dan sekitarnya.
Persoalan yang pernah muncul adalah masalah kepemilikan
rumah projopangarsan yang diklaim oleh ahli waris. Upaya
dialog telah dilakukan, dan pihak keluarga ahli waris atas
rumah itu kemudian meminta uang ganti sebanyak 3 Miliyar.
Atas inisiatif umat Hindu di Pura Mandira Seta, menyanggupi
untuk mengganti namun tidak sejumlah uang tersebut, yakni
sebanyak Rp 300. 000. 000,- (tiga ratus juta). Penggalangan
dana sempat dilakukan, meski akhirnya persoalan tersebut
kemudian melibatkan raja kraton Kasunanan Surakarta ikut
campur tangan.
Mengingat Pura Mandira Seta masih berada di
lingkungan Kraton, raja kemudian memutuskan bahwa hak
kepemilikan lahan dan bangunan apa pun yang berada di
atasnya adalah menjadi kewenangan kraton. Oleh pihak
kraton, pura tersebut kemudian diberikan keluasan kepada
umat Hindu untuk melakukan aktivitas di dalamnya.41
Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, beberapa
simpulannya adalah:
1. Sadhar Mapan sebagai lembaga spiritual memberikan
pelayanan kepada seluruh umat manusia, bukan
berdasarkan pada agama atau etni tertentu. Pengajaran
meditasi yang diajarkan sebagai impelementasi ajaran
kejawen dan dipadukan dengan agama Hindu.
2. Sadhar Mapan adalah lembaga yayasan didirikan atas
prakarsa orang Jawa dengan garis pemikirannya sebagai
pengamal ajaran kejawen. Pendiri dan para pengikut di
Sadhar Mapan memandang ajaran kejawen adalah
agama/keyakinan para leluhur sebelum kedatangan agama-
agama dunia ke bumi nusantara. Pendirian Sadhar Mapan
juga didorong oleh keberadaan penganut Kejawen dalam
melaksanakan ajaran agama. Para penganut tersebut
gelisah karena tidak dapat melaksanakan ajaran Kejawen
pada saat masih menjadi pengikut agama lama (Islam).
Namun, kemudian mereka mendapat tempat dari PHDI.
Keberadaan Sadhar Mapan di tengah-tengah penganut
Hindu yang tergabung di Parisadha tidak memunculkan
persoalan. Juga dengan umat lain terjadi relasi yang relatif
baik.
3. Yayasan Sadhar Mapan berdiri sebagai lembaga spiritual
mengembangkan Raja Yoga meski dalam tata cara yang
berbeda. Kedua lembaga ini memiliki lembaga akademis
dengan tujuan agar eksistensinya dapat dipertahankan dari
generasi ke generasi. Sebagaimana dituturkan oleh pendiri
Sadhar Mapan, bahwa warisan budaya akan dapat lestari
jika dibuat wadah (akademi) sehingga dapat dimengerti
oleh generasi penerus dan tidak disalahgunakan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini
adalah agar:
1. Jalinan hubungan antara anggota Yayasan Sadhar Mapan
dan organisasi Parisadha hendaknya terus dikuatkan dan
berjalan dengan baik sehingga akan menguatkan harmoni
dan kerukunan di antara anak bangsa.
2. Sadhar Mapan sebagai lembaga sosial keagamaan dengan
pemerintah dan umat lain juga perlu dilakukan lebih
dengan baik.
3. Pemerintah turut memberikan perhatian pada
perkembangan keduanya karena senantiasa
mengembangkan sikap kebersamaan dan toleransi.
Brahma Kumaris dalam Lintasan Sejarah
Sejak ribuan tahun yang lalu para pendiri agama dan
para suci telah mencari Tuhan, Sang Ayah tertinggi pencipta
alam semesta. Tuhan diberi banyak nama sesuai paham ajaran
agama pada jamannya, Tuhan adalah Titik Cahaya yang tak
dapat dilihat dengan mata biasa namun sentuhan kasih beliau
dapat dirasakan dengan lembut dan sejuk. Adalah hubungan
yang tertinggi dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang
merupakan samudera cinta kasih dan lautan kedamaian.
Kesempurnaan Raja Yoga dapat memenuhi hasrat kita akan
kebahagiaan rohaniah serta keseimbangan hidup yang diliputi
kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian yang permanen.
Pengetahuan spiritual hingga saat ini masih dilihat
sebagai sesuatu yang baru. Tidak banyak orang yang
langsung tertarik ketika mendengar pengetahuan ini. Tetapi
‘bahasa’ spiritual memiliki keunikan tersendiri, bahkan tidak
membedakan agama dan lain-lainnya. Pengetahuan spiritual
pada Brahma Kumaris ini tidak mengajarkan suatu bentuk
ritual ataupun penggolongan yang memisahkan antar sesama
manusia. Berbagai kalangan bisa datang untuk belajar.
Adapun cara belajar yang diterapkan bersifat informal, tidak
mengikat, dan tidak memungut biaya. Semuanya diberikan
secara cuma-cuma sebagai pelayanan warga, tanpa
motivasi politik maupun agama. Banyak sekali manfaat yang
bisa diterapkan untuk sehari-hari. Inti pelajaran utamanya
adalah memahami dan mengenal diri sendiri. Menggali
eksistensi manusia dengan kesadaran spiritual tinggi, hasilnya
tidak hanya membuat hidup bahagia, tapi juga membawa
pengaruh positif bagi lingkungan luas. Hidup menjadi
semakin bermakna dengan meningkatkan diri menjadi lebih
baik dan mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Manusia
dengan kesadarannya bisa memiliki hubungan langsung
dengan Tuhan melalui yoga yang kuat.
Boleh dikatakan setiap orang akan mengalami rasa
cemas, baik sedikit atau banyak, ketika ia merasa takut akan
kehilangan sesuatu, atau terjadi sesuatu yang menimpa
dirinya yang tidak dikehendakinya. Jika kita mau berfikir,
merenung secara mendalam, secara jernih, dan tanpa emosi,
kita akan mendapatkan kesimpulan karena kecemasan kita,
bahwa manusia sebagai makhluk yang sampai didera rasa
kecemasan, karena diakibatkan ketakutannya.
Apabila ditelusuri sampai pada kenyataan bahwa rasa
cemas dan rasa ragu tidak akan bisa membantu dalam
menyelesaikan sesuatu yang mengganggu pikiran, yang justru
akan memperburuk situasi. Misalnya, jika ada seorang
mahasiswa saat akan ujian, timbul juga rasa cemas akan hasil
ujian akhirnya. Lalu bagaimana upaya untuk menghilangkan
rasa kecemasan yang sering menggangu pikiran. Pemilik
pikiran adalah kita sendiri, tetapi kita bukanlah pemilik
pikiran itu sendiri. Bahkan dengan semakin banyak kita
mendengar dan berbicara tentang hal-hal positif, semakin
banyak kita bebas dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan
mengubah tema percakapan dengan cara yang lebih positif,
akan menciptakan harapan terhadap masa depan. Dan kita
bisa tetap damai apapun tantangan dan berita dan situasi
negatif yang mungkin harus dihadapi, kita mampu
mempertahankan dengan hati nurani yang damai.
Brahma Kumaris adalah sekolah spiritual yang tidak
melihat usia. Ibarat sebuah festival film, maka Brahma
Kumaris boleh ditonton oleh semua umur. Mulai dari anak-
anak, dewasa, hingga para pensiunan sekalipun memiliki hak
sama untuk belajar di sini. Memang unik cara memberikan
pelajaran kepada anggota yang baru bergabung, karena
dinamika kelasnya memang seperti berbagi pengetahuan dari
yang telah mempelajari, memahami dan mempraktekkan
lebih dulu. Jadi hubungannya bukan guru dengan murid,
tetapi cenderung pada rasa persaudaraan.43
Penelitian ini dilaksanakan di Surabaya pada yayasan
sosial spiritual Brahma Kumaris Meditasi Raja Yoga yang
menitikberatkan pada hal-hal spiritual dalam pengendalian
pikiran (ingatan). Oleh karena itu penting untuk dilakukan
kajian mendalam agar Puslitbang Kehidupan Keagamaan
memiliki tambahan pustaka berkaitan dengan dengan ragam
kelompok spiritual dalam agama Hindu serta
menyumbangkan bahan kebijakan bagi Kementerian Agama
Cq Bimas Hindu atau pihak-pihak terkait yang
membutuhkannya.
Kelurahan Menur Pumpungan terdiri dari 10 RW 48
RT dan mempunyai luas 157 ha, dengan batas wilayah:
Sebelah utara : Manyar Jaya
Sebelah Timur : Manyar Jaya
Sebelah Selatan : Manyar Jaya
Sebelah Barat : Manyar Jaya
Jumlah penduduk Kelurahan Menur Pumpungan
berdasarkan data laporan kependudukan bulan april 2015
seluruhnya 16.774 terdiri dari 8.410 laki-laki 8.364 perempuan.
Sementara itu Menurut Sudirman ketua RW 08, pensiunan
apoteker, mengatakan penduduk warga RT 05/RW 08
berjumlah 700 KK, dan selama ini wrganya tidak pernah
melapor karena terganggu atau gaduh dengan kegiatan
meditasi dari Brahma Kumaris, termasuk dengan tetangga
kanan dan kirinya, tidak pernah bermasalah, meskipun
banyak tamu tetap kondisinya baik-baik saja.
Sasaran penelitian pada Studi Brahma Kumaris
Meditasi Raja Yoga yang beralamat di Jl. Manyar Jaya III/C-3
Surabaya, RT 05/RW 08 Kelurahan Menur Pumpungan
Kecamatan Sukolilo. Warga RT 05/RW 08 dengan kondisi
umat yang beragama Islam 10%, sementara yang dominan
adalah umat Buddha dari etnis China sebagai urutan pertama,
umumnya bermatapencaharian sebagai wiraswasta,
selanjutnya umat Kristen dan Katolik.
Menurut Wakil Ketua RT 05 George Hartanto yang
beragama Katolik mengatakan bahwa untuk lingkungan
kehidupan keagamaan warganya cukup bagus. Termasuk
dengan keberadaan tempat meditasi Yoga Brahma Kumaris,
yang bertepatan bersebelahan dengan tempat tinggal
temannya mengatakan tidak pernah merasa terganggu,
bahkan hubungan ketetanggan cukup baik.
Kenyamanan yang dirasakan oleh warga
kelurahan Menur Pumpungan, dirasakan pula oleh pengurus
Yayasan Brahma Kumaris, yang tinggal di wilayah ini sejak
tahun 2004, tidak pernah merasa was-was atau cemas tinggal
di Jl. Manyar Jaya III, untuk mendirikan yayasan berupa
pendidikan untuk meditasi.
Wilayah Manyar merupakan lingkungan pemukiman
elit, dan selain itu terdapat juga kampus Untag. Menurut
pengurus yayasan Brahma Kumaris dan ketua RW 08, bahwa
terjalin hubungan yang baik dengan pihak Kampus Untag
yang sering mengundangnya sebagai narasumber dalam acara
diskusi atau sarasehan mahasiswa. Bahkan bila Brahma
Kumaris kedatangan tamu Pembina dari India dan Australia,
menggunakan aula Untag sebagai tempat pertemuan,
mengingat ruangan yang dimiliki Brahma Kumaris hanya
mampu menampung sejumlah 50 anggota keluarga.
Kehidupan Keagamaan
Kehidupan keagamaan umat Islam di lingkungan RW
08, karena belum memiliki masjid, namun dalam kegiatan
majelis taklim, bergabung dengan Masjid yang berada di RW
06. Tetapi karena sudah tiga tahun kegiatan keagamaan di
masjid RW 06 mengalami kefakuman, maka digabung dengan
masjid yang berada di RW 04. Penggabungan kegiatan
keagamaan majelis taklim warga RW 08 dengan kegiatan yang
berada di masjid pada RW 04, mengingat di RW 08 hanya
memiliki Vihara dan Gereja. Meskipun demikian kehidupan
keagamaan antar umat beragama di lingkungan RW 08,
sangat kondusif, cukup bagus toleransi antarumat beragama,
sehingga menjadikan Kelurahan Menur Pumpungan sebagai
hunian yang aman dan nyaman bagi WNI dan WNA.
Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dengan jumlah
umat Hindu yang terdapat di setiap kecamatan mencapai
9.000 jiwa termasuk mahasiswa. Umat Hindu telah memiliki
sejumlah 8 Pura di beberapa kecamatan, di antaranya Tirta
Wening di Tambaksari, Tirta Ganggga di Gubeng Kertajaya, di
Karang Pilang Babatan Wiyung bernama Tirta Mpul,
Kecamatan Semampir Desa Bulak Banteng, bernama Pura
Tunggal Jati, Kecamatan Surabaya Kupang bernama Pura
Sono Panca Giri dan di Tandes Candi Cemoro Agung,
Kecamatan Tanjung Perak dengan Pura Agung Jagad Karana,
Kenjeran dengan Pura Segara.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan
Pengawas dan Pendidikan Agama Hindu (Ketut Sudiana),
mengatakan bahwa di Pura Agung Jagad Karana yang berada
di Jl. Lumba-Lumba Kecamatan Krembangan sebagai Pura
yang cukup besar, didirikan sejak tahun 1975. Dalam
kehidupan keagamaan warga sekitar Pura terjalin
hubungan yang baik, lingkungan warga sekitar sangat
toleransi terhadap umat yang berbeda agama, termasuk tidak
pernah ada konflik internal dalam agama Hindu.
Profil Brahma Kumaris di Surabaya
Brahma Kumaris World Spiritual University (BKWSU),
didirikan oleh Brahma Baba di Karachi, India, pada 1937 dan
telah memiliki lebih dari 8500 Pusat Meditasi Raja Yoga
(center) yang tersebar di lebih dari 137 negara. Atas
sumbangannya pada dunia dalam menciptakan perdamaian,
Brahma Kumaris diterima berafiliasi dengan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1980. Di negarakita,
Brahma Kumaris sudah ada sejak tahun 1982 dan terdaftar di
Departemen Pendidikan Nasional dengan nama Yayasan
Studi Spiritualitas Brahma Kumaris. Dengan cepat, Brahma
Kumaris, selanjutnya kami tulis BK, sudah tersebar di Jakarta,
Surabaya, dan Bali (dikutip dari brosur Meditasi Raja Yoga
“Kedamaian Kebahagiaan Kekuatan Kesucian Cinta Kasih
Belas Kasih”).
BKWSU atau Pusat Studi Spiritual Brahma Kumaris,
bukanlah badan keagamaan atau badan politik, sehingga tidak
bergerak dikedua bidang tersebut. BKWSU tidak mengubah
kepercayaan seseorang, terbuka bagi semua orang dari
berbagai kepercayaan, umur, latar belakang ekonomi dan
pendidikan.
Adapun tujuan didirikannya BK adalah untuk
meningkatkan moral dan spiritual umat manusia, untuk
membantu membangkitkan dan menyalurkan kekuatan
mencipta yang terpendam dalam setiap pribadi menuju
kearah hal-hal positif bagi umat manusia, dengan kegiatan
yang diberi nama Meditasi Raja Yoga. Dengan melakukan
meditasi, jiwa menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk,
luwes dan damai.
Kumaris berarti putri yang banyak. Karena saat awal
terbentuknya meditasi yang didirikan oleh Brahma, banyak
diikuti oleh kaum wanita, meskipun ada beberapa dari kaum
pria, maka dinamakan Kumaris. Sementara yang mendirikan
ide meditasi ini adalah Brahma Baba, karena itu dinamakan
Brahma Kumaris.
Awal berdirinya BK di Surabaya, menurut Sister
Sukreni, sebelumnya bertempat di Denpasar kemudian
pindah ke Surabaya dan mengontrak di Jl. Sidoresmo Air Gas
(kurang lebih selama 3–4 tahun). Kemudian atas prakarsa para
donator dan seorang Pembina BK berasal dari India keturunan
Malaysia bernama Sister Janaki, sepakat untuk membeli
rumah yang berada di Jl. Manyar III/C-III di Perumahan
Nginden Intan Kecamatan Sukolilo, Kelurahan Menur
Pumpungan, pada akhir tahun 2004. Rumah yang telah dibeli
oleh yayasan ini, kemudian di renovasi.
Sejak berdirinya BK Meditasi Raja Yoga di Surabaya
ini, tercatat hampir berjumlah 1000 orang yang menjadi
anggota keluarga, dan untuk saat ini yang aktif sebagai
keluarga BK di Jl. Manyar III ini sekitar 20 orang. Anggota
Keluarga BK ada yang beragama Islam seperti Bapak Yunardi,
berumur sekitar 50 tahun dari Ngagel, ada juga yang datang
diantaranya dari Sidoarjo dan sekitarnya, namun bukan warga
dari sekitar lingkungan tempat BK Meditasi Raja Yoga berada.
Dan anggota keluarga yang banyak mengikuti kegiatan
meditasi ini mencapai 30% dari muslim.
Meditasi itu berasal dari kata Mederey (bahasa Latin),
yang artinya healing (penyembuhan), sembuh dari segala
44 Wawancara dengan Sister Sukreni, 17 Februari 2016
45 Wawancara dengan Sister Alit, 4 Maret 2016
127
sesuatu yang tidak semestinya, tetapi dalam ranah mental
(jiwa). Dalam psikologi kalau orang marah itu karena tidak
sehat jiwanya, ternyata memang betul karena kita ini terdiri
dari ada jiwa dan ada raga. Yang dipelajari disini adalah
tentang Jiwa. Ada lahir ada bathin. Kita tidak belajar
mengelola lahir tetapi mengelola bathin. Dan kebetulan Tuhan
juga ada pada level bathin. Tuhan tidak bisa di lihat, tidak bisa
disentuh. Kalau kita tidak masuk pada ranah bathin, maka
tidak bisa komunikasi pada Tuhan.
Karakteristik Meditasi di Brahma Kumaris
Menurut Sister Alit, bahwa di BK Meditasi Raja Yoga,
merupakan kelompok spiritual yang melaksanakan meditasi,
dengan pola vegetarian namun tidak terkait dengan ritual
agama Hindu. Karena itu di BK, terbuka bagi siapa pun,
karena tidak mengubah agama yang selama ini sudah menjadi
keyakinannya.
Menurut Sister Sukreni bahwa spiritual pada BK
adalah ilmu tentang spirit/energi. Asal kata spirit adalah
energi/roh. Jadi spiritual adalah ilmu tentang spirit/energi.
Maksudnya bagaimana energi itu melakukan aktifitasnya,
menggunakan fikiran, di mana kekuatan saya dalam
kehidupan sehari-hari bisa kembali kediri saya spirit/energi
yang positif. Karena spirit adalah energi yang damai dan cinta
kasih. Spiritual yang dimaksudkan di BK adalah pelajaran
bagaimana spirit melakukan aktivitasnya dengan
menggunakan sifat-sifat dasar nilai-nilai luhur yang ada
dalam diri dan sebagai pengontrol atas panca indra. Jadi tidak
ada hubungannya dengan ritual/ritual, atau dengan pernak-
perniknya. Tetapi bagaimana melakukan pola hidup dengan
kondisi mental yang damai. Sehingga siapa pun bisa menjadi
anggota keluarga kami, karena disini hanya untuk belajar
meditasi. Dengan melakukan meditasi, jiwa menjadi lebih
stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan damai.
Dalam melakukan meditasi pikiran tetap pada yang
satu yaitu Tuhan, meskipun nama atau sebutan kepada Tuhan
itu bisa bermacam-macam tetapi dalam bermeditasi tetap
konsentrasi kita pada yang Esa/satu, yaitu Tuhan. Dalam
meditasi membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran
dan konsentrasi pada Tuhan, itu artinya mengontrol atau
menata pikiran. Mengenai konsentrasi pandangan ditujukan
pada gambar cahaya di hadapan kita, itu hanya sebagai alat
bantu untuk berkonsentrasi, bukan suatu pemujaan khusus.
Cahaya adalah simbol sosok spiritual dalam diri kita.47
Pendapat yang sama juga disampaikan Sister Aridha
dalam memahami apa yang dimaksud dengan spiritual dalam
BK. Menurutnya, spiritual sama dengan knowledge, yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa, tentang
spirit/roh, dan bagaimana sifat-sifat asli dari roh kita, karena
itu sejati diri kita, itu yang asli. Knowledge (spiritual) adalah
membangkitkan kecerdasan melalui meditasi. Sister Aridha
sebelum menjadi anggota keluarga di BK, membayangkan
kalau meditasinya itu duduk bersila dan membaca mantera.
Setelah bergabung di BK ternyata sangat mudah dilakukan
membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran dan
konsentrasi.
Dengan meditasi, pikiran baru diciptakan setiap hari,
bukan saja bagaikan makanan segar untuk jiwa, tetapi
memberi nutrisi membuat jiwa sehat walafiat, khususnya
dalam menghadapi situasi yang tidak stabil, banyak
menyebabkan keresahan dan kekhawatiran
Berdasarkan pengamatan, uniknya, meditasi di BK
dilakukan dengan mata terbuka. Dan semua Sister dalam cara
berpakain layaknya pakaian wanita India yaitu menggunakan
kain Sari berwarna putih, demikian juga dengan yang pria
berpakaian gamis warna putih juga. Sebelum meditasi
dilaksanakan, salah seorang pengurus yayasan bernama Sister
Sukreni membacakan murli atau pelajaran pengetahuan
spiritual yang isinya berupa nasehat pola kehidupan sehari-
hari anggota. Agar meditasi terjaga kemurniannya, maka setip
hari diberi arahan tuntunan berupa pesan murni, yang
berisikan tentang hakekat Ketuhanan dan kehidupan.
Sister Sukreni dalam membacakan Murli/pelajaran
pengetahuan spiritual dengan suara yang lemah lembut, tidak
tergesa-gesa sehingga mudah dicatat oleh anggota, mudah
diingat. Sedikit cuplikan isi dari ceramah yang disampaikan
Sister Sukreni, antara lain:
“Bekerjasamalah dalam menciptakan suasana yg sangat suci
dan kuat dalam api korban atau center suci ini. Jagalah dia
dengan cinta kasih yg besar. Jangan menyembunyikan
apapun dalam diri anda. Jika hati anda bersih semua
harapan anda akan terpenuhi. Setiap sen/rupiah dari api
korban ini tidak ternilai harganya, oleh karena itu jangan
sia-siakan bahkan satu grampun. Semoga anda duduk di
singgasana hati Tuhan. Singgasana yang paling luhur
untuk diduduki ya hati Tuhan. Jika anda tidak mampu
duduk diatas singgasana tahapan ini, anda tidak akan
mampu duduk diatas singgasana hati Tuhan. Dengan
pikiran suci ubahlah pikiran negatif menjadi positif”.
Kemudian dilanjutkan dengan meditasi dengan posisi
duduk serilek mungkin, sesuai dengan keinginan diri, bisa
bersila atau duduk di kursi/bangku atau dimana saja.
Kemudian lampu ruangan yang semula terang, agak
diredupkan dengan diiringi lagu India sebanyak dua kali,
untuk mengiringi lamanya meditasi hampir 15 menit.
Sister Alit mengatakan bahwa, awal untuk mengikuti
meditasi dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama
7 hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh
instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan slide,
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi.
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. BKWSU
tidak merubah kepercayaan seseorang, terbuka bagi semua
orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang
ekonomi dan pendidikan.
Dalam pelatihan meditasi di BK tidak mengubah
agama seseorang anggota keluarga, sebagaimana halnya Sister
Aridha yang muslim, dengan pekerjaannya sebagai dosen dan
penulis/peneliti di Kampus Unisma 45 Surabaya, tetap
menjaga keyakinannya sebagai umat Islam. Demikian juga
dengan Sister Nunik yang beragama Kristen, dan pekerjaan
sehari-harinya sebagai perias pengantin dan Sister Sukreni
sebagai umat Hindu tetap melakukan sembahyang secara
Hindu dan Dr. Ani pemeluk agama Katolik, masing-masing
tetap pada keyakinannya.
Sister Alit mengatakan untuk mejadi pengurus
yayasan BK, tidak ada persyaratan khusus, yang terpenting
dapat menyatukan keluarga dari semua agama. Jadilah seperti
susu dan gula, menyatu. Kita yang ditunjuk harus bisa
menyatukan, dari berbagai keluarga. Kalau ada masalah bisa
diselesaikan sebagai satu keluarga. Kita disini semuanya
adalah keluarga BK yang mempunyai cinta kasih satu sama
lain, yang tua menyayangi yang muda dan yang muda dapat
menghargai yang lebih tua. Dan sebagai pengurus BK, semua
sebagai tenaga sukarelawan, artinya tanpa digaji dan semua
dilakukan dengan keikhlasan. Yang menjadi ciri khas lainnya
dari BK adalah setiap minggu ada semacam sarasehan dan
menyediakan makanan kecil bagi siapapun yang datang
untuk belajar meditasi.
Pengamatan lain berupa kata-kata mutiara yang
terpampang di papan pengumuman ukuran 10 x 20 Cm
tergantung di pintu gerbang, pada tanggal 18 Februari 2016:
“Kekuatan Kewibawaan yang sebenarnya bukan terletak pada
pengurusan orang lain, tetapi pengendalian diri sendiri”.
Kemudian tanggal 5 Maret 2016: “Dimana ada kemampuan
menghayati keindahan Tuhan YME, disitu ada kemampuan untuk
mensyukuri ciptaan beliau”.
Yang tertempel di dinding teras juga ada dengan
kalimat: “Semoga anda menjadi jiwa yang agung yang memberi
kebahagiaan kepada jiwa-jiwa melalui interaksi anda yang luhur.
Berfikir mengenai sesuatu setelah melakukannya adalah tanda
penyesalan”.
Kemudian ada juga tulisan pada tanggal 9 Maret 2016
yang berbunyi: “Peluang untuk mengubah karakter kita menjadi
mulia, senantiasa terbuka bagi kita, tetapi adakah kita rela
menyisihkan waktu untuk itu”. Kata-kata indah ini selalu
berganti setiap hari yang digantung di pintu gerbang sehingga
dengan mudah bagi orang yang lewat untuk membacanya.
Profil Pengurus Yayasan Brahma Kumaris
Sister Alit dari Bali kelahiran tahun 1948, sebagai
seorang pemeluk agama Hindu dengan suami yang beragama
Islam yang dikaruniai beberapa orang anak yang memilih
agama Islam yang berbeda dengan Sister Alit. Sister Alit
sebelumnya bekerja sebagai perawat disebuah rumah sakit
dan pensiun tahun 1997. Setelah pensiun lalu diperkenalkan
oleh seorang temannya untuk mengenal meditasi ini sebagai
pembentukan karakter (Character Building) secara spiritual,
sebab disini bukan belajar agama. Karena anggota sudah
punya keyakinan agamanya masing-masing dan mereka
menjadi keluarga untuk belajar meditasi dalam pembentukan
karakter. Tujuannya, untuk membentuk karakter menjadi
manusia yang lebih baik, karena sesama manusia sebagai
ciptaan Tuhan.
Sister Alit sudah 10 tahun menjadi anggota keluarga di
BK, diangkat menjadi pengurus sejak tahun 2011. Sebelumnya
bekerja sebagai perawat dan pensiun tahun 1997.
Pengalamannya menjadi anggota keluarga di BK, melalui
teman yang lebih dahulu sebagai keluarga di BK untuk
pembentukan karakter secara spiritual, karena disini bukan
belajar agama, sudah punya keyakinan agamanya masing-
masing dan mereka menjadi keluarga untuk belajar meditasi
dalam pembentukan karakter.
Sister Aridha (47 tahun) yang beragama Islam, tinggal
di Benowo sudah tiga tahun sebagai pengurus di BK. Sister
Aridha profesinya penulis di Kompas Yana sebagai Pemerhati
Masalah Ketidakbahagiaan sekaligus dosen Universitas 45
Surabaya. Sebagai dosen dan penulis banyak sekali yang
konsultasi tentang berbagai masalah terkait dengan suami istri
dan lain-lain. Sebagai pengalaman pertama saya mengenal
meditasi, saya mencari dari yootube tentang happiness, dan
saya temui pada meditasi Sister Sivhani yang mengajarkan
bahwa kebahagiaan itu adalah sifat asli kita. Kita sebetulnya
punya original yaitu happienes. Kenapa kita kemudian
menjadi tidak nyaman. Itu berarti ada sesuatu yang salah.
Menjadi tidak bahagia. Kita tidak boleh meletakkan happiness
sebagai titik tujuan. Tetapi kita sendirilah happiness itu.
Intinya orang mencari kebahagiaan. Sister Aridha yang
bertugas juga sebagai salah seorang pengurus dan dalam
seminggu 3-4 kali datang ke Manyar ini, namun tidak
bermalam.
Sister Sukreni menjadi pengurus di Yayasan Studi
Spiritualitas Brahma Kumaris Cabang Surabaya, sejak tahun
2007, dan kini sebagai pengganti Sister Janaki yang bertugas
menjadi Center Wasi di Surabaya untuk sepenuhnya yang
bertanggung jawab selama 24 jam. Masa jabatan pengurus
Yayasan Brahma Kumaris selama 5 tahun sekali ada
penggantian pengurus dan baru pada bulan Januari 2016 ini
ada penggantian pengurus yayasan. Yang ditunjuk sebagai
Ketua Yayasan di Surabaya sekarang ini adalah Sister Raka,
yang menggantikan posisi Sister Alit yang sebelumnya
menjabat sebagai ketua. Kami di sini sebagai sukarelawan
dimana masing-masing center mengelolanya. Untuk sebutan
bagi pengurusnya yang wanita dengan “Sister” dan yang pria
“Brother”.
Sister Nunik Silalahi, beragama Katolik. Awal mula
ketertarikannya untuk mengikuti meditsi di BK, kebetulan
sedang mencarikan guru meditasi untuk ibunya. Sebagai
pemula ada kelas 7 hari di mana setiap hari dibacakan
Murly/pelajaran pengetahuan spiritual. Pada inti sari
pelajaran itu yang saya tangkap, yaitu jangan khawatirkan
orang lain tetapi diri sendiri. Sehingga saya mengambil
kesimpulan bahwa yang harus diperbaiki, ditata adalah diri
sendiri, serta dengan kata Titik. Artinya, bila kita
mendengarkan pembicaraan, misalnya bergunjing, maka tidak
perlu ikut campur. Setelah itu saya pelajari, yang saya rasakan
damai dari pada dengan sebelumnya. Setiap hari kami
mendapatkan poin-poin itu dan sesuai dengan masing-masing
orang berbeda dalam menangkap kata-kata positif.
Aktivitas Meditasi Spiritual Brahma Kumaris
Bagi para pemula, awal untuk mengikuti meditasi
dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama tujuh
hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh
instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan slide,
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi.
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. Brahma
Kumaris tidak merubah kepercayaan seseorang, terbuka bagi
semua orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang
ekonomi dan pendidikan. Dengan melakukan meditasi, jiwa
menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan
damai.
Yang disampaikan dalam pembelajaran dasar, tidak
menyangkut soal agama tetapi mengatur pikiran, emosi,
karena dalam tubuh kita ada jasmani dan rohani yaitu energy
yang setiap hari berfikir dan tidak mendapat perhatian karena
yang setiap hari kita perhatikan hanya jasmani, kita kasih
makan, pakaian. Tetapi itu tidak cukup hanya pada jasmani.
Karena itu kita juga harus memperhatikan rohani kita yang
suka ada kebiasaan buruk, marah atau membenci. Dan untuk
itu perlu dilakukan meditasi. Tujuannya untuk
menghilangkan pikiran-pikiran yang negatif, menjauhkan dari
pikiran negatif, tetapi kita perlu waspada. Seperti contohnya
badan kita yang dipakai setiap hari, dikasih makan lalu
dipakai lagi, karena itu perlu di asah, demikian juga dengan
bermeditasi itu untuk menata pikiran. Meditasi bisa dilakukan
kapan saja dan dimana saja.
Bagi Sister Alit ada istilah, bagi kita bagaimana dalam
menjalani hidup ini menjadi mati sambil hidup artinya mati dari
segala keinginan duniawi, jadi bisa mematikan, misalnya
keinginan untuk memiliki baju yang bagus, atau keinginan
untuk makanan yang enak. Jadi bagaimana kita sebagai
manusia, menyayangi dan menghormati kepada semua umat
agama, siapapun keluarga kita, apapun agamanya, jadi tidak
boleh menilai kelemahan atau kekurangan siapapun. Kepada
siapapun dia, kita menganggap dari jiwa yang damai, kembali
pada jati diri kita adalah jiwa yang damai, suci, penuh cinta
kasih, penuh nilai-nilai luhur. Bagaimana kita belajar untuk
kembali pada jati diri kita yang asli. Dulu kita pemarah
sekarang kita belajar bagaimana menghilangkan semuanya.
Kepada siapa pun. Kita lihat kebaikannya, jangan lihat
kejelekannya.
Setiap peserta harus mengikuti kelas dasar tentang
meditasi Raja Yoga. Setelah itu, peserta baru mengikuti kelas
Meditasi Perdamaian Dunia. Meditasi dilakukan pada pukul
06.00-07.30. Sister Alit, mengatakan meditasi dilakukan
dengan bebas, tidak perlu bersila sambil memejamkan mata,
tetapi dengan mata terbuka. ”Ini membiasakan kita untuk
meditasi dalam keseharian. Dalam bekerja pun kita bisa
bermeditasi”.
Kegiatan meditasi di BK tidak ada kata libur, selalu
setiap hari terisi dengan meditasi setiap pagi dari pukul 06.00
WIB sampai 07.30 WIB. Artinya setiap pagi ada kelas, sebelum
pelajaran bila ada yang sudah datang langsung bermeditasi.
Kemudian dilanjutkan dengan kelas Murli/pelajaran
pengetahuan spiritual, dan ditutup dengan meditasi.
Jumlah anggota yang pernah mengikuti meditasi bisa
mencapai 50 % yang muslim. Untuk disini bisa 30% yang
muslim (bapak ibu, ramaja dan anak). Kegiatan harian selalu
ada, meskipun yang datang hanya seorang tetap akan di
bimbing bagi pemula, sedangkan yang sudah dari pemula
bisa dilakukannya sendiri di ruang yang khusus bagi yang
sudah biasa. Dan yang datang ada harian, mingguan atau
bulanan. Harian itu pasti, ada atau tidak ada tetap mereka
meditasi.
Di samping itu pada BK, tidak ada hari besar
keagamaan, tidak ada hari libur, tetapi bagi anggotanya yang
beragama Hindu, Kristen/Katolik misalnya tetap
melaksanakan hari-hari besar keagamaannya. Termasuk yang
beragama Islam. Dicari hari lain untuk bersama melaksanakan
meditasi setelah melaksanakan hari raya.
Dampak Kehadiran Brahma Kumaris dalam Kehidupan
Keagamaan
Menurut Sister Alit, hubungan BK dengan Pembimas
Agama Hindu Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur
cukup baik, meskipun pernah ditolak saat akan mengajukan
surat permohonan izin legalitas, karena dalam surat yang
diajukan tersebut tidak mengatakan sebagai lembaga
keagamaan, yang memberikan ritual sebagaimana ritual
dalam agama Hindu. Ternyata dengan ketidakpahaman kami,
maka usulan pengesahan legalitas tidak diterima karena tidak
terkait dengan ritual keagamaan Hindu.
Hubungan BK dengan lingkungan awal kedatangan
sebagai warga baru sudah melapor/memberitahukan kepada
RT/RW bahkan mengundang warga dan Polsek sebagai
139
perkenalan. Pengurus BK selalu lapor dengan Satpam atau
RT/RW, apabila ada acara besar, misalnya kedatangan tamu
senior untuk memberikan pencerahan bisa di rumah ini yang
mampu menampung sekitar 50 anggota keluarga, kalau lebih
banyak bisa keluar atau bahkan sampai meminjam ruangan
aula dari Universitas Tujuh Belas Agustus.
Sedangkan pendapat dari Pengawas Pendidikan
Sekolah Agama Hindu, bahwa karena di BK juga
melaksanakan kegiatan pendidikan spiritual, maka sama
halnya dalam agama Hindu yang disebut dengan
Sampradaya, yaitu yang melaksanakan spiritual, meskipun
dari BK tidak mengatakan sebagai Sampradaya.49 Masing-
masing dari anggota keluarga yang datang karena merasakan
ada manfaatnya. Meskipun sebenarnya me