Tampilkan postingan dengan label hindustan 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hindustan 2. Tampilkan semua postingan

hindustan 2

penyatuan (unity) tersebut akan 
mengalir kemurnian dalam dirinya (purity) sehingga 
 
kesadarannya selalu menyatu dalam kesadaran Tuhan 
(divinity). 
Pribadi ini lebih lanjut akan mampu melihat realitas 
warga yang diwarnai keberagaman, mulai dari 
perbedaan cara pandang sampai pada perbedaan pola dan 
gaya hidup. Dalam keberagaman tersebut, pribadi ini akan 
selalu mengembangkan ruang-ruang kesatuan melihat 
keberagaman sebagai wahana untuk meraih dan 
mengembangkan mutiara kebijaksanaan. 
Pribadi ini juga tidak berfikir untuk mengubah 
keadaan, tetapi ia akan selalu menjadi sumber inspirasi bagi 
proses perubahan. Kalau toh pribadi ini harus melakukan 
penyesuaian-penyesuaian atas sesuatu yang tidak sesuai 
dengan prinsip yang dia pahami., ia tahu bagaimana 
menempatkan diri dan juga tahu waktu yang terbaik untuk 
memberikan inspirasi dan pertimbangan. 
Pribadi ini sangat menyadari tidak ada yang kebetulan 
dalam hubungan kewargaan, semuanya ia bhaktikan 
sebagai konsekuensi dari HUKUM KARMA yang harus 
ditebus dan dilewati dengan bijak. Jadi intinya, warga 
adalah sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan 
spiritualitas diri untuk meraih kebijaksanaan yang 
membebaskan. 
Beliau (Sai Baba) menyadarkan kita bahwa siapapun 
yang jauh dari warga, akan jauh dari  mana-mana. 
warga bukanlah bagian dari kita, sebaliknya kitalah yang 
menjadi bagian dari warga dan apa yang berguna bagi 
warga juga berguna bagi kita. Karena itu sudah menjadi 
kewajiban setiap orang untuk melayani dan berbuat kebajikan 
bagi warga. 
Berbicara tentang kewajiban berarti berbicara tentang 
ruang pembebasan. warga pada dasarnya adalah 
wahana untuk meraih kebahagiaan yang membebaskan. Di 
Sanalah kita mendapatkan kesempatan untuk mengasah 
mutiara kebijaksanaan dengan selalu mengembangkan 
pandangan kesatuan dalam perbedaan dan keragaman. 
Berikut  ini wacana Bhagavan terhadap hal yang perlu 
diperhatikan saat menyampaikan kebenaran di warga: 
1. Berkatalah Yang Benar (Sathyam Bruyath), ini berhubungan 
dengan Aspek Moral. 
2. Berkatalah Yang Santun (Pryam Bruyath), ini berhubungan 
Aspek Sosial. 
3. Jangan Berkata Apa-Apa bila apa yang dianggap benar 
tampaknya belum siap atau tidak diterima oleh 
warga (Na Bruyath Satyam Apriyam), dan ini 
berhubungan dengan Aspek Spiritual.  
 
Struktur dan  Kepengurusan SSGI 
Asas, Dasar dan Sifat 
SSGI bukan organisasi keagamaan tetapi organisasi 
yang bersifat sosial dan spiritual (AD. Bab II, Pasal 4). 
Organisasi ini berasaskan Pancasila dan UUD Negara 
Kesatuan Republik negarakita 1945 (AD, Bab II Pasal 2). 
Organisasi ini berdasarkan Weda-Sanathana Dharma, Panca 
Pilar, Sembilan Pedoman Prilaku, dan Sepuluh Prinsip Hidup 
(Bab II, Pasal 3). 
 

Maksud dan Tujuan 
Organisasi ini didirikan untuk membantu para peserta, 
baik sebagai individu maupun anggota warga, 
membangkitkan sifat-sifat Ketuhanan dalam dirinya dan 
menemukan jati dirinya sehingga manusia layak bersatu 
kembali dengan sumber asalnya, Tuhan Yang Maha Esa. 
(Pasal 5). 
 
Tujuan Organisasi  
1. Menumbuhkan, mengembangkan, dan menjalin 
persahabatan dan persaudaraan di atas dasar cinta kasih 
antar sesama umat manusia, tanpa membedakan suku, 
bangsa, ras, golongan, jabatan, agama, dan kepercayaan. 
2. Menumbuhkan dan mengembangkan rasa persatuan dan 
kebersamaan serta meningkatkan kerukunan intern dan 
antar umat beragama, guna menyelaraskan kualitas etik, 
moral, pengabdian, dan pelayanan kepada warga, 
bangsa dan negara. 
3. Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang 
luhur, guna mewujudkan manusia dan warga yang 
berbakti dan mengasihi Tuhan, menghindari perbuatan 
yang berdosa dan tercela, serta mengembangkan 
kehidupan yang bermoral dalam pergaulan hidup 
bersama di warga. 
4. Meningkatkan kesadaran manusia akan peran dan tugas 
sucinya, tujuan hidup, dan arti keberadaan di jagat 
semesta ini bersama-sama dengan seluruh ciptaan, untuk 
mencapai kemajuan spiritual yang membuahkan 
62
ketentraman dan kedamaian jiwa raga.                             
(AD Bab III, Pasal 6). 
Dalam ART, tujuan organisasi ditambahkan sebagai 
berikut: Organisasi SSGI adalah suatu lembaga tempat 
mempelajari: menghayati, dan mengamalkan wacana-wacana 
Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, SSGI, bukan suatu organisasi 
yang mempunyai misi pemindahan agama, bukan organisasi 
yang mencampuradukkan agama, bukan agama baru atau 
suatu aliran kepercayaan. Tujuan utamanya adalah sebagai 
berikut: 
1. Menolong individu untuk: 
a. Menyadari sifat Ketuhanan yang ia miliki dan berbuat  
menurut sifat tersebut. 
b. menerjemahkan Kasih Tuhan dan kesempurnaan-Nya 
dalam sikap sehari-hari, dengan mengisi hidup ini 
dengan kegembiraaan, keharmonisan, keindahan, 
kebaikan, berkah, dan kebahagiaan yang langgeng. 
c. Meyakini bhawa semua hubungan antar manusia 
didasari prinsip-prinsip, Satya, Dharma, Prema, Shanti, 
Ahimsa. 
2. Mendorong setiap pemeluk agama lebih menekuni agama 
masing-masing dan bertindak sesuai dengan ajaran yang 
didapat dalam agama tersebut serta meningkatkan 
kualitas, etik, moral dan pengabdian (ART, BAB I Pasal 1).  
Tujuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 
dapat tercapai dengan cara-cara berikut ini:  
1. Mempelajari, memahami, dan mengayati prinsip-prinsip 
yang diajarkan oleh Bhagawan Sri Sathya Sai Baba, yaitu 
sebagai berikut: 
 
a. Hanya ada satu Tuhan, Ia hadir dimana-mana. 
b. Hanya ada satu agama, agama Kasih Sayang (dengan 
menekankan kesamaan yang menyatukan bahwa 
semua agama didasari oleh satu hal yang sama yaitu 
Cinta Kasih).. 
c. Hanya ada satu kasta, kasta kemanusiaan. 
d. Hanya ada satu bahasa, bahasa hati. 
e.  Hanya ada satu hukum, hukum kerja. 
2. Selalu ingat kepada Tuhan dan melihat semua ciptaan di 
dunia ini sebagai manifestasi atau perwujudan-Nya dalam 
bentuk yang berbeda-beda. 
3. Melihat semua tindakan dan pekerjaan sebagai pelayanan 
kepada Tuhan. 
4. Melihat semua tindakan dengan Kasih Tuhan, takut 
berbuat dosa, dan memiliki moral tinggi yang teguh dalam 
warga. 
5. Melibatkan diri dalam kegiatan spiritual, pendidikan dan 
pelayanan, baik pada tingkat individu maupun 
warga, tanpa mengharapkan imbalan, dan hanya 
menganggap hal itu sebagai cara untuk meningkatkan dan 
mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta 
mendapatkan kasih dan berkah Tuhan.(ART, BAB I, Pasal 
2). 
 

Logonya berupa Stuva Sarva Dharma, yang 
melambangkan nilai-nilai kemanusiaan (human values). 
Lambang itu menunjukkan lima aspek dasar nilai 
kemanusiaan: sathya, dharma, prema, shanti, dan ahimsa. 
Nilai-nilai tersebut merupakan landasan segala agama, tiang-
tiang berdirinya segala rumah kepercayaan. 
Di atas stupa terdapat bunga teratai yang berada 
dalam lumpur yang kotor, tetapi bunganya berada diatas air, 
di udara bersih. Air kotor tidak melekat pada daun dan 
bunganya, tetapi bergulir jatuh. Lambangini mengqiaskan 
bahwa manusia harus hidup seperti bunga teratai, hidup 
dalam dunia, tetapi tidak terikat pada dunia kebendaan, 
melainkan menjalankan suatu kehidupan kerohanian murni 
diatas keduniawian.  
Lambang bunga teratai, berdiri di atas sembilan 
lapisan tangga, setiap tangga melambangkan langkah dalam 
perjalanan ziarah manusia, menuju persatuannya dengan 
Tuhan. 
 
Aktivitas/Kegiatan 
Kegiatan yang dilaksanakan oleh SSGI meliputi tiga 
bidang, yaitu bidang spiritual, bidang pendidikan serta 
bidang pengabdian dan pelayanan warga, antara lain: 
1. Kegiatan bidang Spiritual antara lain  meliputi doa 
bersama dengan meditasi, kidung suci (Bhajan), dan 
sadhana spiritual lainnya. Di SSGI kegiatan spiritual 
diadakan dua kali seminggu yaitu hari Kamis jam 18.30 – 
20.00 WIB, dan hari Minggu jam 6.30 – 8.00 WIB, 
bertempat di Sai Center Jl Pasar Baru Selatan no 26 Jakarta 
Pusat. Acara kegiatan spiritual dimulai dengan meditasi 
cahaya, kemudian menyanyikan kidung suci (bhajan) lebih 
kurang selama 2 jam, bahasa yang dipakai adalah bahasa 
Sanskerta dan bahasa Inggris, kemudian dharmawacana 
dalam bahasa Inggris, dan terakhir pengumuman-
pengumuman. Dalam pelaksanaan meditasi dan kidung 
mereka duduk bersila, yang laki-laki duduk di sebelah 
kanan, dan perempuan di sebelah kiri. Antara laki-laki dan 
perempuan dibatas dengan seutas tali. Yang 
menyampaikan ceramah siapa saja yang dianggap mampu 
dari para bakhta baik laki-laki, maupun perempuan, baik 
orang tua maupun remaja. Di SSGI tidak dikenal adanya 
pendeta atau pimpinan rohani. Pada waktu peneliti 
mengikuti acara di bidang spiritual diikuti lebih kurang 
100 orang peserta, yang sebagian besar terdiri dari kaum 
perempuan. Nyanyian diiringi oleh tabuh-tabuhan alat 
musik yang terdiri dari rebana, gendang dan tala, seraya 
bertepuk tangan mengikuti irama lagu. Setelah itu 
dilakukan “ARATHI” (membakar kanver dengan gerakan 
berputar-putar) dan abunya dioleskan ke dahi para peserta 
dan ditiup, sambil  membagi bagikan gula batu dan 
potongan-potongan kelapa kepada para peserta Bhajan 
(Pembacaan kidung pujaan terhadap Tuhan). Pada hari 
minggu setelah bhajan dilanjutkan dengan  study circle 
(duduk melingkar) mempelajari ajaran-ajaran Sai Sri 
Sathya Sai Baba. 
2. Kegiatan bidang pendidikan, antara lain meliputi 
pendidikan anak-anak, pendidikan remaja dan pemuda, 
pendidikan nilai-nilai kemanusiaan untuk orang dewasa 
dan orang tua dan lain-lain. Kegiatan pendidikan anak-
anak dilakukan setiap hari Jumat. Melalui Yayasan 
Pendidikan didirikan sekolah Insan Teladan di Parung, 
yang kesemua muridnya beragama Islam, demikian juga 
para gurunya. Sekolah ini tidak memungut biaya kepada 
murid-muridnya, bahkan setiap murid diberikan pakaian 
seragam dan buku-buku secara gratis. 
3. Kegiatan bidang pengabdian dan pelayanan warga, 
antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan, donor darah, 
bantuan korban bencana alam, pelayanan dan kunjungan 
ke rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan bantuan 
atau pelayanan lainnya. Setiap minggu di Balai 
Pengobatan dan Sai Centre diadakan pelayanan kesehatan 
secara gratis. Di Sai Centre setiap minggunya melayanai 
200 orang pasien dan di Cilincing melayani 150 orang 
pasien. Di Cilincing selain hari minggu juga diadakan 
setiap hari rabu sore, sedangkan pada hari minggu 
dilangsungkan antara jam 8.30 sampai jam 11.30 WIB. 
Umumnya para pasien merupakan pasien tetap, 
kebanyakan penyakit yang diderita adalah tekanan darah 
tingga dan penyakit gula. Pak Supardi yang berasal dari 
Kemayoran telah berobat di klinik tersebut selama 4 tahun, 
dan dia mengidap penyakit gula. Dia merasa tertolong 
dengan adanya klinik tersebut, karena dapat berobat 
secara gratis, dengan persyaratan yang sangat mudah, 
yaitu cukup membawa KTP, sedangkan di Cilincing 
disamping harus membawa KTP harus membawa surat 
pengantar dari Ketua RT. 
 
Beberapa Ajaran Pokok Sai Baba 
Karena Sai Study Group negarakita bukan organisasi 
keagamaan tetapi organisasi yang bersifat sosial spiritual, 
maka tidak nampak konsep ketuhanan yang mereka 
kembangkan. Mengingat Sai Baba adalah penganut agama 
Hindu, maka banyak ajarannya yang dia kembangkan 
diinspirasi oleh ajaran dari kitab Weda. Konsep ketuhanan 
sesuai dengan agama yang dianut oleh para bhaktanya.  
Karena sebagian besar para bhakta beragama Hindu 
maka  corak Hindu masih tampak terlihat. Hal ini terlihat 
dalam AD disebut sebagai dasar di antaranya Weda-
sanathana dharma, yang merupakan kitab suci agama Hindu. 
Di depan center terdapat patung Ganesha, dan sebelum pintu 
masuk terdapat tulisan Sri Sai Sathya Mandir. Mandir 
merupakan bahasa  India, kalau dalam bahasa negarakita 
disebut pura.  
Dalam Sai Study Group terdapat beberapa ajaran Sai 
Sri Sathya Sai Baba, di antaranya lima pilar yang sangat 
ditekanankan dan diajarakan kepada semua bakhta. 
Pancapilar itu adalah:  Kebenaran (Sathya), Kebajikan 
(dharma), Kasih Sayang (Prema), Kedamaian (Shanti), Tanpa 
Kekerasan (Ahimsa). Orang yang hidup di jalan Sai akan hadir 
sebagai pribadi yang bijaksana  Penuh Kasihsayang kepada 
sesama, dimana wacananya selalu menyampaikan Kebenaran, 
tindakannya selalu mencerminkan Kebajikan, perasaannya 
selalu dipenuhi Kedamaian dan pandangannya selalu 
menyiratkan sikap Tanpa Kekerasan. Diantara lima pilar kasih 
sayang merupakan pilar yang utama yang menyinari empat 
pilar lainnya. 
Selain lima pilar tersebut, juga diajarkan Sembilan 
pedoman perilaku yang harus diamalkan oleh bhakta, antara 
lain:  
1. Bermeditasi dan bersembahyang atau berdoa setiap hari 
2. Menyanyikan kidung suci (bhajan) dan bersembahyang 
atau berdoa dengan seluruh anggota keluarga sekali 
seminggu. 
3. Berpartisipasi dalam program pendidikan untuk anak-
anak yang diadakan oleh organisasi 
72
4. Mengikuti acara kidung suci (bhajan) dan doa  bersama 
yang dilakukan di center-center kegiatan organisasi,  
sekurang kurangnya satu kali dalam satu bulan. 
5. Berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan kewargaan 
dan program lainnya yang dilaksanakan  oleh organisasi 
Sai. 
6. Mempelajari wacana-wacana Sad Guru Bhagawan Sri 
Sathya Sai Baba secara teratur. 
7. Berbicara Lemah lembut penuh kasih kepada siapapun 
8. Tidak membicarakan keburukan orang lain, baik pada saat 
orangnya hadir, terlebih lagi ketika orang tersebut tidak 
ada. 
9. Menjalankan kehidupan “membatasi keinginan” dan 
menggunakan tabungan dari hasil pengendalian keinginan 
tersebut untuk pelayanan kemanusiaan. 
Pada prinsipnya, 9 pedoman prilaku adalah hadiah 
yang diberikan oleh Bhagawan kepada kita semua agar dapat 
lebih mudah menerapkan ajaran Bhagawan serta 
menyelamatkan kita dari pengaruh buruk jaman kali. Dengan 
menerapkan 9 pedoman prilaku berarti seseorang sudah 
menjalankan sadhana individu, keluarga, warga dan 
organisasi.  
Selain lima pilar dan sembilan pedoman perilaku, para 
bakhta juga diharapkan melaksanakan sepuluh prinsip hidup, 
antara lain:   
1. Menganggap dan menjunjung tinggi tanah air, tempat 
kelahiran, sebagai sesuatu yang suci, dengan memupuk 
sikap kepahlawanan terhadap nusa dan bangsa, dan tidak 
pernah mempunyai angan-angan buruk dalam pikiran 
atau dalam mimpi sekalipun, untuk berbuat sesuatu yang 
dapat menyengsarakan negeri tempat kelahiran 
mempraktekkkan sikap kepahlawanan (patriotisme). 
2. Menghormati semua agama. 
3. Menjalin hubungan persaudaraan antar sesama umat  
manusia. 
4. Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, untuk 
meningkatkan keasrian dan kesehatan bersama, yang 
sesungguhnya berguna dan membantu dirinya sendiri. 
5. Menjalankan sikap kedermawanan, suka menolong, 
namun tidak menunjang jiwa kepengemisan dengan cara 
memberikan uang, tetapi dengan cara memberikan  
makanan,pakaian atau tempat tinggal, tetapi  atau 
membantu dengan cara lain yang tidak membuatnya 
menjadi malas. 
6. Tidak memberi atau menerima suap dalam menyelesaikan 
semua persoalan. 
7. Tidak iri hati, dan cemburu terhadap sesama,dengan 
mengembangkan pandangan dan wawasan, serta 
memperlakukan semua orang secara sama, sederajat tanpa 
membedakan kasta, agama, bangsa dan golongan dan 
kepercayaannya. 
8. Melakukan sendiri segala keperluam-keperluan diri 
sendiri, serta terjun langsung melakukan pelayanan dalam 
warga, tidak mengandalkan orang lain atau 
pembantu bagi orang yang punya. 
9. Mengembangkan, memupuk rasa bakti pada Tuhan, takut 
berbuat dosa atau perbuatan tercela lainnya. 
10. Mengikuti, tidak melanggar peraturan Negara, serta 
menjadi warga Negara teladan. 
Setiap hari Kamis dan Minggu ada kegiatan Bhajan di 
Center, dengan urutan kegiatan, sebagai berikut:  
1. Meditasi Cahaya 
2. Bhajan 
3. Ceramah  
4. Pengumuman beberapa kegiatan yang akan dilakukan. 
Meditasi adalah duduk hening(joki/lampu lilin) 
maksudnya supaya penerangan itu dapat menerangi diri 
kita sendiri. 
Dalam kegiatan spiritual terdapat istilah study circle, 
bhajan, dan bakhta. Study Circle adalah duduk melingkar 
mempelajari buku-buku, ajaran Panca Nilai-Nilai 
Kemanusian, dan wacana Sai Baba (Sai), selain itu juga 
membicarakan tentang sesuatu, seperti ketika terjadi gempa di 
Sumatera Barat didiskusikan apa yang dapat kita lakukan 
untuk korban bencana;  sharing tentang pengalaman hidup; 
kecerdasan memaknai pengalam hidup masing-masing secara 
spiritual apa yang dialami; mengerem keinginan, masalah 
yang dihadapi oleh anak-anak, dan masalah-masalah yang 
sederhana dalam warga. 
  
Dampak Kehadiran SSGI dalam Kehidupan 
Keagamaan 
Pada awal kemunculannya kelompok ini banyak 
mendapat  protes dari para penganut agama Hindu, terutama 
di Bali. Berdasarkan data dari hasil penelitian  Mursyid Ali, 
Pemerintah Daerah, Pejabat Keamanan dan PHDI Pusat dan 
daerah  tidak bisa menerima kehadiran kelompok Sai Baba.  
PHDI Provinsi Bali melalui surat No 57/Pera/III/PHDI.B/1994, 
tanggal 24 Pebruari 1994 menyatakan bahwa PHDI tidak 
mengakui, tidak mengayomi dan mengambil sikap menolak 
keberadaan kelompok Sai Baba di Bali, penolakan tersebut 
karena ajaran Sai Baba tidak sesuai dengan tatanan kehidupan 
keagamaan di negarakita dan dapat menimbulkan keresahan 
di kalangan umat beragama. 
Dalam telegramnya pada tanggal 10 November 1993 
Kodam VII Wirabuana menyatakan bahwa Sai Baba tidak 
sesuai dengan tatanan kehidupan kegamaan di negarakita dan 
disinyalir telah memperoleh banyak penganutnya di 
negarakita yang apabila kegiatannya dibiarkan berlanjut dapat 
menimbulkan keresahan dikalangan umat beragama. 
Pemerintah Daerah Provinsi Bali setelah mengadakan 
pertemuan dengan pengurus PHDI Bali dan PHDI Pusat pada 
tanggal  7 Agustus 1990, mengajukan pertimbangan kepada 
Kejaksaan Tinggi Bali, sebagai berikut:  
1. PHDI Pusat dan PHDI Bali tidak mengakui keberadaan Sai 
Baba di daerah Bali;  
2. PHDI Pusat dan PHDI Bali tidak mengayomi keberadaan 
Sai Baba dengan mengaitkan dengan ajaran Hindu, karena 
dalam Sai Baba itu sendiri terdiri dari bermacam-macam 
agama;  
3. PHDI Pusat dan PHDI Provinsi Bali telah mengambil sikap 
tegas menolak keberadaan Sai Baba di Bali. 
Kejaksaan Agung Republik negarakita berkenaan 
dengan keberadaan  Sai Babab di negarakita mengemukakan, 
sebagai berikut:  
1. Status Yayasan Sri Sathya Sai Studi Group sebagai sekte 
agama Hindu, dalam prakteknya kurang tepat, karena 
para pengikutnya selain menganut agama Hindu,  ada 
juga yang menganut agama lain;  
2. Kharisma Sai Baba yang begitu besar dengan ritual yang 
berlebihan, pada gilirannya dapat dianggap sebagai nabi. 
Bhajan yang dinilai sebagai ritual agamna Hindu, 
dikhawatuirkan suatru saat aliran ini akan mengarah 
kepada pembentukan agama baru di negarakita;  
3. Buku-buku pedoman yang merupakan khutbah-khutbah 
Sai Baba yang dibukukan dan diperbanyak oleh 
pengikutnya, tidak sinkron dengan atau tidak bersumber 
kepada kitab suci Weda, hal mana akan mempengaruhi 
atau mengurangi keimanan orang-orang Hindu. 
Ditjen Bimas Hindu setelah menganalisa dan 
mengeavaluasi serta mengkaji terhadap kegiatan dan 
perkembangan Dewan Pusat Sri Sathya Sai Center negarakita, 
ajaran Sai Baba dianggap tidak sesuai dengan tatanan 
kehidupan keagamaan di negarakita sehingga menimbulkan 
keresahan di lingkungan warga dan mengganggu 
kerukunan hidup umat beragama. Sehubungan dengan hal 
tersebut, maka Ditjen Bimas Hindu menyatakan bahwa:  
1. Yayasan Sri Sathya Sai Center negarakita tidak lagi 
terdaftar pada Ditjen Bimas Hindu dan Buddha 
Departemen Agama, dengan mencabut Surat Nomor: 
II/5/001/H/1983, tanggal 3 Maret 1983 termasuk Study 
Group baik yang di pusat maupun daerah. 
2. Terhitung mulai dikeluarkan surat ini, Ditjen Bimas Hindu 
dan Buddha Departemen Agama, tidak lagi menangani 
masalah Yayasan Dewan Pusat Sri Sathya Sai Center 
(No.H/BA.01.2/142/1/1994). (Mursyid Ali: 1998/1999, hal 
20-22). 
Sejalan dengan berjalannya waktu terjadi adaptasi dan 
penyesuaian di antara kedua belah pihak, yaitu antara Sai 
Study Group dengan pihak umat Hindu lainnya. Apalagi 
setelah banyak penganut Hindu mainstream yag ikut  latiahn 
spiritual maka terjadi simbiose diantara mereka. Untuk 
mendekatkan kedua belah pihak maka atas inisiatif Dirjen 
Bimas Hindu dan Buddha waktu itu bersama dengan 
pimpinan PHDI Pusat dilakukan pertemuan dengan 
kelompok-kelompok yang dianggap menyempal dari ajaran 
Hindu. Dalam pertemuan yang diadakan pada tanggal 5 
November 2001 ditetapkan kesepaktan bersama antara PHDI 
dan Kelompok-kelompok yang dianggap menyempal 
tersebut. 
Kesepakatan bersama tersebut dimulai dengan 
menguti Kitab Suci Baghawatgita yang berbunyi: ”Ye yatha 
mam prapadyante, Tam tathaiva bhajami aham; Mam 
vartmanuvartante, Manusyah partha sarvasah”. Artinya: 
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekatiKu, Aku terima, 
Wahai Arjuna. Manusia mengikuti pada segala jalan 
(Bhagawadgita, IV:11). 
Peserta pertemuan sepakat untuk senantiasa 
mempertahankan persatuan dan kesatuan umat Hindu 
dengan menjaga hubungan yang harmonis satu dengan yang 
lain, menghormati dan melaksanakan Keputusan Maha sabha 
VIII Parisada Hindu Dharma negarakita yang diadakan 
tanggal 20-24 September di Denpasar, khususnya bidang 
Agama sebagai berikut: 
1. Sepakat untuk saling menghormati tata cara kegiatan 
kerohanian dan keagamaan masing-masing sampradaya; 
2. Sepakat untuk melaksanakan kegiatan kerohanian dan 
keagamaan sesuai dengan tata cara yang diyakini masing-
masing serta dilaksanakan dalam lingkungan/tempat 
kegiatannya masing-masing; 
3. Sepakat untuk tidak mencampuri tata cara kegiatan 
kerohanian dan keagamaan yang dilaksanakan di tempat 
masing-masing serta menghormati aturan yang berlaku; 
Masing-masing menyadari bahwa ajaran agama Hindu 
merupakan ajaan suci dan sarat makna, karena itu wajib 
menghargai perbedaan persepsi dan tafsir yang 
dilaksanakan oleh masing-masing kelompok/sampradaya 
dengan tidak saling mencela satu dengan yang lain. 
Mereka yang menandatangani surat kesepakatan bersama 
itu adalah Pengurus PHDI Pusat, Dirjen Bimas Hindu dan 
Buddha, dan umat Hindu lainnay masing-masing Yayasan 
Sri Sathya Sai Babab negarakita; Yayasan Keluarga Besar 
Chinmaya Jakarta; Guru Dwara Sikh Temple; Dewi 
Mandir; Yayasan Radhan Govinda dan Paguyuban 
Majapahit (Lihat naskah Kesepaktan bersama: 2001). 
Kemudian pada tahun 2006 diadakan pertemuan  
antara Sai Study Group negarakita dengan PHDI Pusat dan 
Dirjen Bimas Hindu dan Buddha. Pertemuan menghargai 
hasil rapat koordinasi bersama yang diprakarsai  oleh Dirjen 
Bimas Hindu dan Buddha bersama Parisada Hindu Dharma 
negarakita Pusat pada hari Senin 5 November 2001 di ruang 
rapat Ditjen Bimas Hindu dan Buddha, kemudian 
menyepakati untuk mensosialisasikan ke daerah-daerah hal-
hal, sebagai berikut: 
1. Bahwa organisasi SSGI adalah suatu lembaga tempat 
mempelajari, menghayati dan mengamalkan wacana-
wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba yanbg berdasarkan 
Kebenaran, Kebajikan, Cintakasih, Kedamaian, dan Tanpa 
Kekerasan. SSGI bukan suatu organisasi yang mempunyai 
misi pemindahan agama, bukan mencampur adukan 
ajaran agama, dan bukan sebagai agama baru, aliran 
kepercayaan ataupun sampradaya; 
80
2. Para Bhakta Sai menjunjung tinggi nilai-nilai 
kemanusiaan, nilai–nilai agama yang dianutnya dan 
menghormati tradisi masing-masing agama dengan tidak 
membawa tatacara pelaksanaan bhajan ke tempat ibadah 
lain agama ata sebaliknya; 
3. Para Bhakta Sai mendorong setiap pemeluk agama agar 
lebih menekuni agamanya masing-masing dan bertindak 
sesuai ajaran yang terdapat dalam agamanya serta 
meningkatkan kualitas etik, moral dan ritual sesuai 
dengan agama yang dianutnya; 
4. Mengadakan pembinaan bersama kepada para bhakta 
agar tidak menafsirkan ritual agama lain berdasarkan versi 
keyakinannya sendiri, sehingga tumbuh keharmonisan 
dan kerukunan intern dan antar umat beragama; 
5. ritual kematian, perkawinan, dan acara ritual lainnya 
yang berkaitan dengan hukum yang berlku di negarakita 
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan agamanya masing-
masing. Hasil rapat ini ditandatangani oleh I Nengah Dana 
S.Ag, Ketua III Pengurus Harian PHDI Pusat; Ir. I Gede 
Putu Suwitra, sekretaris Sai Study Group negarakita dan 
Drs. I Wayan Suarjaya Msi, Direktur Jendral Bimas Hindu 
dan Buddha. 
Berkat usaha yang dilakukan oleh pihak Dirjen Bimas 
Hindu dan Buddha dan Pimpinan PHDI Pusat, maka 
nampaknya keberadaan Sai Study Group sudah mulai dapat 
diterima, dan berkembang ke berbagai pelosok di negarakita. 
Buktinya sekarang mereka sudah berkembang di 26 provinsi 
di negarakita , hanya beberapa provinsi di negarakita bagian 
 81
timur yang belum terdapat pengurus Sai Study Group. 
(naskah hasil rapat: Februari 2006). 
Dari informasi yang diperoleh dari lapangan 
berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus PHDI Pusat 
maupun PHDI DKI Jakarta, serta Pembimas Hindu DKI 
Jakarta, keberadaan SSGI sudah dapat diterima oleh 
warga. Mereka beranggapan keberadaan SSGI sebagai 
sampradaya, walaupun sebenarnya menurut keterangan 
pengurus SSGI mereka bukan merupakan sampradaya, tetapi 
organisasi sosial dan spiritual. 
Selama ini belum pernah terjadi konflik antara 
kelompok mainstream dengan SSGI, dan sebagai bukti mereka 
sudah dapat diterima dan diayomi oleh PHDI Pusat , sudah 
terdapat perwakilan SSGI dalam kepengurusan PHDI Pusat 
yaitu Bapak I Ketut Arnaya. Bahkan menurut Sekretaris PHDI 
hampir 30% pengurus PHDI Pusat berasal dari Sai Study 
Group (SSG). Di beberapa daerah ketua PHDI-nya berasal dari 
SSG. 
Keberadaan SSGI mempunayi dampak keluar menjadi 
inspiratif untuk menciptakan program sejenis, seperti 
membantu orang-orang yang membutuhkan. Sedangkan 
kedalam menjadi wahana transformatif, merubah anggotanya 
dari tidak peduli menjadi peduli terhadap orang disekitarnya. 
Spiritualitas Bakhta meningkat, dimana semua aktivitasnya  
dilandasi oleh kesadaran terhadap Tuhan, motivasinya 
dilandasi olehrasa ikhlas meminjam istilah dalam agama 
Islam. 
82
Bagi warga yang menerima pelayanan baik 
dibidang kesehatan (medicare) maupun lingkungan (ecocare) 
akan merasa senang, karena semua itu diperoleh secara gratis. 
Kegiatan ini menciptakan  keharmonisan dalam hubungan 
antar warga yang berbeda agama dan suku. Meskipun sudah 
terdapat hubungan yang harmonis diantara  bakhta SSGI 
dengan kelompok lainnya, masih terdapat prasangka dari 
kelompok tertentu terhadap kegiatan spiritual yang lakukan 
oleh SSGI karena ada penganut lainnya yang ikut dalam 
kegiatan tersebut. Pada hal dalam pelaksanaannya doa yang 
disampaiakn adalah doa menurut ajaran agama-masing-
masing bakhta tersebut. Nampaknya hal ini yang perlu 
didialogkan diantara dua pihak yang berkepentingan. 
  
Berdasarkan uraian hasil temuan di lapangan dan 
analisisnya, penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut: 
1. Keberadaan  Sai Study Group negarakita disingkat SSGI 
sudah mantap, kalau pada awalnya banyak memperoleh 
protes dari warga, sekarang sudah dapat diterima 
oleh warga. Hal itu terbukti mereka sudah diayomi 
oleh PHDI dan beberapa bhaktanya sudah diangkat 
menjadi pengurus. Meski demikian  di beberapa daerah 
masih terdapat riak-riak kecil, karena terjadi 
kesalahpahaman; 
2. Sai Study Group atau SSG merupakan organisai sosial dan 
spiritual, bukan organisasi keagamaan dan bukan aliran 
 
kegamaan. Anggotanya bersifat terbuka dari berbagai 
suku, etnis dan agama. Orang yang aktif di SSG tidak 
kehilangan agamanya, bahkan oleh Sai Baba  dianjurkan 
untuk memperkuat agamanya; 
3. Kelompok ini berdasarkan lima pilar nilai-nilai 
kemanusiaan (kebenaran, kebajikan, kasih, hati yang 
damai, dan tanpa kekerasan), sembilan pedoman prilaku 
dan sepuluh prinsip hidup. Berdasarkan hal tersebut yang 
pokok dalam SSGI adalah kasih, yaitu kasih terhadap 
semua orang tanpa mengenal, etnis, suku, dan agama. 
Dalam rangkah memberikan kasih untuk semua orang, 
maka sebagi konsekuensinya kita harus mampu 
memberikan pelayanan pada semua orang (Love All; Serve 
All); 
4. Aktivitas dalam SSGI adalah Spritual, Pendidikan, 
Pengabdian dan Pelayanan terhadap warga; 
5. Kelompok ini tidak mempunyai konsep spesifik tentang 
Ketuhanan, karena mereka menghormati semua agama. 
Pada prinsipnya menurut mereka Tuhan itu satu, dan 
dapat disebut dengan nama apa saja; 
6. Dari istilah-istilah yang dipakai kelompok ini 
bersumberkan ajaran Hindu, hanya metodenya 
mengunakan pendekatan modern (mencontoh kelompok 
lain); 
7. Untuk mempertahankan ajarannya maka dibentuk center-
center disetiap daerah, dan melakukan aktifitas sosial 
secara berkelanjutan. 
Berdasarkan simpulan di atas, rekomendasi dalam 
penelitian adalah:  
1. Agar kelompok ini terhindar dari kesalahpahaman 
warga, maka perlu diperhatian beberapa riak-riak 
protes yang terjadi di beberapa daerah. Hilangkan kesan 
organisasi ini melakukan pemindahan agama para 
pengikutnya dengan melakukan dialog melalui fasilitasi 
dari FKUB setempat; 
2. Aktivitas yang dilakukan selama ini, baik spiritual 
maupun sosial  sangat baik karena dilakukan secara lintas 
etnis, suku bahkan agama. Kegiatan semacam ini patut 
menjadi contoh bagi kelmpok-kelompok lainnya yang 
bersifat eksklusif; 
3. Ajarannya yang bersifat inklusif dan lintas etnis, suku dan 
agama perlu di apresiasi dalam rangka meningkatkan 
kerukunan baik intern maupun antarumat beragama. 
 

Pemahaman Awal tentang Sadhar Mapan 
Agama Hindu tidak mengenal satu sistem kepercayaan 
yang disusun demi untuk menyeragamkan keyakinan. Hal ini 
dianalogikan sebagai danau yang tercipta dari berkumpulnya 
air yang berasal dari berbagai macam aliran air yang bertemu 
membentuk samudera luas. Dapat dikatakan bahwa 
keberagamaan Hindu itu meliputi kemajemukan tradisi 
keagamaan warganya.  
Sebagai agama, Hindu menunjukkan kepada umatnya 
jalan untuk meniti pada Sang Maha Pencipta, menempatkan 
zat Maha Tinggi sebagai tujuan akhir dalam kehidupan 
manusia di dunia. Umat manusia memandang Tuhan sebagai 
titik cahaya yang tak dapat dilihat dengan mata biasa namun 
melalui sentuhan kasihNya. Hubungan yang tertinggi dengan 
Sang Pencipta itu merupakan samudera cinta kasih dan lautan 
kedamaian. Untuk meraihnya, di antara manusia kemudian 
menempuhnya dengan kehidupan sunyi atau meditasi 
dengan tujuan untuk memenuhi hasrat akan kebahagiaan 
rohaniah serta keseimbangan hidup yang diliputi 
kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian yang permanen.  
Pengetahuan spiritual hingga saat ini masih dilihat 
sebagai sesuatu yang baru. Tidak banyak orang langsung 

tertarik ketika mendengar pengetahuan ini. Tetapi ‘bahasa’ 
spiritual memiliki keunikan tersendiri, bahkan tidak 
membedakan agama dan lain-lainnya. Dalam menjalani olah 
batin, setiap orang semula dilanda rasa cemas, baik sedikit 
atau banyak, merasa takut akan kehilangan sesuatu, atau 
khawatir terjadi sesuatu yang menimpa diri yang tidak 
dikehendakinya. Untuk memperoleh solusi, maka perenungan 
mendalam tanpa emosi adalah cara menjauhkan diri dari 
segala yang membuat hati manusia gundah dan terbatas larut 
kehidupan dunia yang menyilaukan.  
Rasa cemas dan ragu tidak akan bisa membantu dalam 
menyelesaikan sesuatu yang mengganggu pikiran, yang justru 
akan memperburuk situasi. Dengan perenungan kemudian 
mendekat pada Sang Pencipta, akan menemukan titik di mana 
manusia adalah makhluk yang lemah. Manusia sering dibawa 
oleh pikiran sendiri yang memunculkan berbagai persoalan. 
Jalan spiritual seperti halnya umat-umat beragama pada 
umumnya, dijalani dengan menyendiri, meditasi, dan 
berbagai istilah lainnya. Jalan ini dipilih sebagai sarana terbaik 
memperoleh “damai” dalam naungan Tuhan.  
Sadhar Mapan di Kota Surakarta, merupakan salah satu 
lembaga yang memiliki perhatian pada olah batin jalan 
spiritual sebagai jalan menuju “damai” dalam cahaya Sang 
Pencipta. Dalam memberikan pelayanannya kepada semua 
orang, Sadhar Mapan tidak berdasarkan pada golongan atau 
agama tertentu. Namun lembaga ini diwarnai oleh unsur-
unsur spiritualitas keagaman Hindu.  
Secara identitas keagamaan, Sadhar Mapan diikuti oleh 
pemeluk Hindu, namun mereka juga memiliki pandangan 
 
tentang leluhur (orang Jawa) berdasarkan sistem kepercayaan 
keagamaan kuno. Situasi ini lebih dahulu ada sebelum 
datangnya agama-agama ke negarakita. Sadhar Mapan 
terbentuk sebagai wadah dengan adat Jawa di tengah umat 
Hindu kelompok tradisional dengan merujuk kitab-kitab yang 
disusun oleh pujangga-pujangga kerajaan Mataram, Kraton 
Surakarta atau dari Mangkunegaran. 
Sebagai pemahaman awal, dapat dikatakan bahwa 
Sadhar Mapan hadir sebagai wadah umat Hindu dalam 
bentuk yayasan yang berbadan hukum resmi dan tercatat 
dalam lembaran negara. Yayasan Sadhar Mapan muncul 
menambah khazanah varian umat Hindu dengan warna Jawa. 
Berdasarkan etimologinya, Sadhar Mapan adalah singkatan 
dari Sanatana Dharma Majapahit dan Pancasila. Akronim ini  
lalu menjadi nama organisasi yang dipilih oleh umat Hindu 
dengan warna budaya Jawa yang berada di Kota Surakarta. 
Adapun Sadhar Mapan sebagai lembaga didirikan pada 
tanggal 20 Januari 1971 atas prakarsa Romo Harjanto 
Projopangarso. Seiring dengan pendirian yayasan ini, beliau 
juga menyatakan berdirinya Pura Mandira Seta. Pura tersebut 
menempati rumah orang tua beliau di Jl. Sidikoro No 2 
Baluwarti Kraton Surakarta.  
Sejarah kelahiran Sadhar Mapan sesungguhnya 
berhubungan dengan awal kemunculan Hindu sebagai 
Sanathana Dharma yang artinya kebenaran yang abadi, 
kebenaran yang tidak memiliki awal dan akhir. Dalam 
Sanathana Dharma, agama Hindu menyatakan dirinya kepada 
dunia bahwa kebenaran abadi akan ada untuk selamanya.  
 

Profil Yayasan Sadhar Mapan  
Memasuki Kota Surakarta dan Kehidupan Keagamaannya  
Membicarakan Kota Surakarta tidak dapat lepas dari 
keberadaan Karaton (Kraton) Surakarta yang merupakan 
bukti sejarah keberadaan kerajaan Mataram yang pernah jaya 
di eranya. Kraton Surakarta menjadi bagian yang tidak 
terpisahkan dari dinasti Mataram Islam di masa akhir 
kejayaannya.  
Penduduk asli warga Jawa (Bumi Putera) dan 
penduduk suku lain di nusantara memiliki kesadaran sosial 
budaya. Kesadaran itu berupa kebanggaan atas identitas sosial 
budaya mereka sendiri yang diwariskan oleh leluhur 
walaupun situasi dan kondisinya secara spesifik memiliki ciri 
khas tersendiri (Mikiro Moriyama, 2003). Sebagaimana 
dikemukakan di atas, bahwa warga Jawa yang telah 
memiliki sistem kepercayaan di bidang spiritual yang 
menyebabkannya disebut dengan keagamaan kejawen. 
Setidaknya demikian yang dipaparkan oleh Suliani yang 
mengaku melakukan amalan-amalan kejawen sebagaimana 
dilakukan oleh eyang buyutnya meski menganut agama-
agama yang memperoleh pelayanan dari pemerintah.23  
Kejawen merupakan campuran (sinkretisme) 
kebudayaan Jawa asli dengan agama-agama yang datang 
kemudian yaitu Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Di antara 
campuran tersebut yang paling dominan adalah 
percampurannya dengan ajaran agama Islam. Membincang 
masalah kejawen atau aliran kebatinan tradisional Jawa tidak 
dapat lepas dari istilah manunggaling kawula Gusti, sangkan 
                                                          
Wawancara dengan Ibu Suliani di kediamannya di daerah Baluwarti 
Kraton Surakarta.  
 
paraning dumadi, wahyu kasekten, kramat, tapa brata ngruwat dan 
lain sebagainya. 
Di antara ajaran faham kejawen menurut Prabaswara (tt: 
164) disebutkan di antaranya: 
1. Meskipun penganut kejawen memeluk agama di antara 
agama-agama yang dilayani pemerintah itu, mereka masih 
berpegang pada tradisi Jawa asli.  
2. Agama bagi penganut kejawen adalah manunggaling 
kawula Gusti meski paham ini ditentang oleh kaum 
puritan.  
3. Ajaran kejawen berdimensi tasawuf dengan model yang 
dikembangkan bercampur dengan budaya agama lain.  
4. Raja sebagai pemimpin baik pemimpin pemerintahan 
maupun pemimpin agama.  
5. Kitab Mahabharata dan Ramayana adalah sumber 
inspirasi ajaran kejawen yang mengandun gajaran 
moralitas karakter dan perilaku tuntunan hidup.  
6. Menekankan pada indra batin dan laku batin dalam setiap 
aktivitas kehidupan di dunia yang menitikberatkan pada 
aspek mistik (batin). Isi mistik itu meliputi keberadaan 
wahyu, kasekten, kramat dan kesatuan mistik.  
 
Sejarah Pendirian Yayasan Sadhar Mapan  
Sebagaimana telah disinggung selintas, Sadhar Mapan 
didirikan pada tanggal 20 Januari 1971 atas prakarsa Romo 
Harjanto Projopangarso. Sejak saat itu pula Sadhar Mapan 
menjadi yayasan resmi dan memperoleh legalitas pada catatan 
notaris dan lembaran negara. Pada 2015, Yayasan Sanatana 

Dharma Majapahit dan Pancasila memperbarui akta yayasan 
tersebut. Sebagaimana termaktub dalam lembaran pencatatan 
Notaris Pande Putu Erma Widyawati, SH, M. Kn. dengan akta 
notaris Nomor 32 Tahun 2015. Yayasan Sadhar Mapan 
beralamat di Jl. Mloyo Kusuman No 59 RT 03/011 Kelurahan 
Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Sementara 
itu, legalitas dari pemerintah diperoleh melalui surat 
keputusan Kementerian Hukum dan HAM RI No AHU-305. 
AH. 02. 01tertanggal 6 Juni 2008. Legalitas lahan yang 
ditempati sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keputusan 
Badan Pertanahan Nasional No 9-XVII-PPAT2008 tanggal 1 
September 2008.  
Sebagai lembaga berbentuk yayasan, Sadhar Mapan 
bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Kegiatan di bidang 
keagamaan di antaranya membantu dan bekerja sama dengan 
Lembaga Agama Hindu yang telah ada, seperti PHDI dan 
WHDI. Di bidang pelayanan umat, Sadhar Mapan membantu 
memberikan pencerahan kepada umat dalam memahami 
ajaran agama Hindu sesuai dengan Sastra Dresta dan Desa 
Dresta.24 Yayasan Sadhar Mapan berdasarkan pada azas 
                                                          
24Dresta adalah pandangan dari suatu warga mengenai tata krama 
dalam menjalankan hidup dan kehidupan diwarga(desa pekraman). Setiap 
warga dalam lingkup desa/wilayah berbeda latar belakangnya 
(sosial,ekonomi,budaya,sifat keagamaannya). Meski tidak mencolok, perbedaan 
dalam penampilan selalu muncul dan mewarnai perilaku kehidupan antara 
warga yang satu dengan yang lainnya. Dresta terdiri dari empat jenis dengan 
acuan pembenarannya bervariasi, yaitu: (a). Purwa Dresta; sering juga disebut Kuna 
Dresta, adalah suatu pandangan lama yang muncul sejak dahulu dan terus dijadikan 
sebagai pedoman dari generasi pelaksanaan Nyepi dengan catur bratanya; (b) Loka 
Dresta; adalah suatu pandangan lokal yang hanya berlaku pada suatu 
daerah/wilayah. Contohnya: tradisi tidak membakar mayat di daerah/wilayah 
Trunyan(Bali Aga); (c) Desa Dresta, tidak jauh berbeda dengan loka dresta, yaitu 
suatu pandangan yang sudah mentradisi dan hanya berlaku disuatu desa tertentu 
saja. Misal: tradisi Ngusaba umumnya dilakukan di desa-desa Bali timur, sedang di 
Bali Barat tidak begitu lumrah; (d) Sastra Dresta yaiu suatu pandangan yang dasar 
Ketuhanan Yang Maha Esa baik secara teoritis maupun 
praktis menurut ajaran Triyana warisan Majapahit. Ia 
bertujuan mengantarkan warganya mencapai kebahagiaan di 
bidang vertikal dan horizontal dalam warga dalam 
bingkai Pancasila Pemahaman 
ada ajaran Hindu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas 
sikap umat Hindu dalam menjalani hidup sesuai dengan 
ajaran kitab suci dan mencapai kebahagiaan batin secara 
vertikal dengan Sang Maha Pencipta melalui Catur Yoga 
Marga sebagai media pelatihan-pelatihan spiritual. Kemudian 
umat Hindu juga dapat menjalin kebersamaan hidup dalam 
kasih sayang dengan sesama makhluk dalam hubungan 
horizontal. Sikap hidup beragama umat Hindu sebagaimana 
telah dicontohkan pada zaman Majapahit, hubungan umat 
beragama berlangsung harmonis meski berbeda-beda paham 
dan alirannya.  
Secara individu, umat yang terbina dalam Sadhar 
Mapan diharapkan mampu memanfaatkan potensi diri sendiri 
secara optimal, memiliki budi pekerti yang luhur, berbudaya 
dan dan memiliki peradaban sebagai warga negara yang 
berjiwa Pancasila. Umat Hindu yang memiliki budi pekerti 
luhur akan dapat mendedikasikan dirinya kepada warga 
bangsa dan negara baik di bidang pendidikan maupun 
budaya. Sementara itu, Pancasila sebagai salah satu falsafah 
yang dijadikan pedoman adalah satu kesatuan utuh dengan 
jati diri bangsa negarakita. Kelima sila yang terkandung di 
dalamnya tergali dari nilai-nilai luhur warisan bangsa 
negarakita yang mendiami nusantara. Sebagai bentuk 
                                                                                                                           
pijakannya adalah sastra atau pustaka-pustaka agama yang mengacu pada kitab suci 
Weda. Misalnya: Manawadharmasastra, Sarassamuscaya, Bhagawadgita, dll. 
termasuk lontar-lontar yang berisi petunjuk praktis dari pelaksanaan ritual yadnya. 
pengabidan sosial dalam menjaga keharmonisan, Sadhar 
Mapan mengadakan kerja sama dengan lintas agama dan 
berbagai elemen warga agar tercipta cita-cita bangsa dan 
tegaknya empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, 
NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.25 
Sebagai sebuah yayasan yang berbadan hukum, 
susunan kepengurusan pada saat inisebagaimana termaktub 
dalam akta notaris, 
  
Pengejawantahan Pemikiran Besar Sang Guru 
Adanya Sadhar Mapan hingga saat ini tidak lepas dari 
pemikiran Romo Harjanto Projoparngarso. Bermula dari 
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasca 
                                                          
meletusnya pemberontakan partai komunis yang dikenal 
dengan G30S/PKI, dikeluarkannya ketetapan bahwa ada enam 
agama resmi yang mendapatkan pelayanan oleh pemerintah, 
yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khong Hu. 
Persoalan di warga bahwa jika salah menyebutkan 
AGAMA MURNI yang dianut mengakibatkan masalah yang 
besar bahkan fatal kehilangan nyawa. Pada saat itu, para 
penganut kejawen merasa tidak memiliki “rumah” untuk 
bernaung karena para penganut kejawen secara mayoritas 
adalah pemeluk agama Islam. Pada saat menjalankan ajaran 
Islam dengan warna jawa (kejawen), memunculkan persoalan 
dengan kaum Islam “santri” hingga merebak sampai daerah 
Klaten dan Boyolali. 
Seperti yang disinggung sebelumnya dalam Hindu 
dikenal ada empat jalan untuk menuju Yang Maha Kuasa. 
Empat Jalan ini disebut dengan Catur Yoga yang terdiri dari: 
1. Bhakti Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan 
menggunakan sarana Rasa 
2. Karma Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan 
menggunakan sarana Gerak/Kerja/Action 
3. Jnana Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan 
menggunakan sarana Pikiran/logika 
4. Raja Yoga, menuju Yang Maha Kuasa dengan 
menggunakan sarana Konsentrasi dan Pengendalian Diri.  
warga yang selalu menjaga tradisi Jawa 
(Kejawen) itu untuk berpindah keyakinan menjadi Kristen 
atau Katolik menurut Romo Harjanto, suatu hal yang tidak 
mungkin, karena tidak ada lebensraum (cari) bagi keyakinan 
dan keeraman mereka. warga tersebut memiliki 
keyakinan dan kegemaran yang terdiri atas tradisi dan adat 
istiadat majapahit yang ternyata mereka mempertahankan itu 
mati-matian. Jika mereka masuk ke agama Buddha, seperti 
tidak ada perubahan kondisi atas kegundahan batin mereka. 
Untuk masuk ke agama Khong Hu Cu, bagi mereka menjadi 
kondisi yang sulit terutama pada aspek budaya, padahal 
keduanya adalah sama-sama memelihara tradisi dan budaya 
leluhur.  
 
Sejarah Berdirinya Pura Mandira Seta 
Eksistensi Yayasan Sadhar Mapan di lingkungan 
Kraton Kasunanan Surakarta tidak dapat lepas dari 
keberadaan Pura Mandira Seta. Mengutip ungkapan Nyoman 
S. Pendit bahwa tempat suci umat Hindu untuk melaksanakan 
persembahyangan disebut dengan berbagai istilah dalam 
bahasa Sansekerta, di antaranya dharmasala, devalaya, devagriha, 
devabhavana, sivalaya, smabha, devawisma dan mandira. Dari 
istilah tempat ibadah ini di negarakita dikenal dengan Pura 
atau Pujagraha atau tempat memuja, tempat menghaturkan 
sembah dan bhakti sujud kehadapan Hyang Widhi Tuhan 
Agung dan Hyang Tunggal. Pura Mandira Seta sebagai 
tempat ibadah umat Hindu untuk memuja Hyang Widhi 
Wasa, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia 
pada umumnya. Secara khusus Mandira Seta dimaksudkan 
untuk penganut agama Hindu (Nukning Sri Rahayu, ibid).  
Semua bangunan yang ada di Pura Mandira Seta dan 
ruang beserta isinya berkaitan dengan proses pengajaran dan 
pembinaan bagi umat Hindu, terutama pembinaan 
kepribadian dan karakternya. Adapun bangunan Pura dapat 
disebutkan di sini terdiri dari: 
 
 
1. Pintu masuk Gerbang Mandira Seta 
Pintu gerbang ini disimbolkan sebagai gerbang yang 
dilalui oleh setiap orang yang hendak memasuki Pura. 
Gerbang ini sebagai perlambang kesiapan setiap orang 
dengan penuh kesadaran diri untuk meningkatkan nilai 
spiritual terutama melalui Yoga. Kehadiran seseorang ke 
Pura menunjukkan titik permulaannya meninggalkan 
kepentingan pribadi terutama yang berbalut unsur 
keduniawian.  
2. Rumah Joglo 
Rumah Joglo adalah rumah adat warga Jawa. Sebagai 
rumah adat, bangunan Joglo sarat dengan makna dan 
simbol-simbol luhur yang ada pada warga Jawa. 
Konstruksi rumah Joglo terdiri dari regol, topengan, 
pendopo (balai), pringgitan, ndalem, senthong gandhok, 
gadri, dapur, sumur dan kamar mandi. Bangunan ini 
secara filosofis sarat dengan nilai-nilai ajaran agama 
Hindu. Makna masing-masing bangunan adalah:  
Regol : merupakan pintu masuk pekarangan yang 
biasanya siapa pun memasuki rumah, akan 
melewati regol terlebih dahulu 
membersihkan dirinya.  
Tope-
ngan/ 
tebengan 
: bangunan seperti teras yang berada di 
tengah yang berfungsi sebagai tempat 
menanti kedatangan tamu akan akan 
datang di rumah tersebut, atau sebagai 
tempat untuk persiapan pemilik rumah jika 
hendak melakukan perjalanan keluar 
rumah.  
98
Pendopo 
(balai)  
: bangunan ini diperuntukkan sebagai 
tempat untuk membincangkan berbagai 
persoalan yang dihadapi oleh pemilik 
rumah. Dalam falsafah Hindu, pendopo ini 
juga disebut dengan Brahma Loka.  
Pring-
gitan 
: bangunan yang berada di belakang 
pendopo yang berfungsi untuk 
penyelenggaraan seni seperti seni wayang.  
Ndalem : bangunan ini sebagai rumah tinggal yang 
digunakan oleh pemilik rumah. Dalam 
falsafah Hindu disebut dengan Wisnu 
Loka.  
Sen-
thong  
: merupakan ruangan yang ada dalam 
rumah tersebut. ia berada di bagian 
belakang ndalem. Dalam falsafah Hindu, 
bagian rumah ini disebut dengan Siwa 
Loka. Di tempat ini pula, biasanya pemilik 
rumah meletakkan beberapa ubo rampen 
persembahyangan dan pemujaan kepada 
dewata. Sentong secara umum terbagi 
menjadi tiga, yaitu sebelah kiri, tengah dan 
kanan.  
Sentong ini juga disebut dengan tanen (asal 
kata dari petani). Biasanya para petani 
melakukan ritual sebelum pelaksanaan 
panen raya agar panen  yang akan 
dilaksanakan dapat diselenggarakan 
dengan baik di sentong bagian kiri. 
Secara 
spiritual, senthong bagian kanan dimaknai 
                                                         
dengan Brahma Loka, sentong tengah 
Wisnu Loka dan sentong kiri sebagai Siwa 
Loka.  
Gandhok  : bangunan yang berada di sisi kanan dalem 
yang fungsinya untuk mempersiapkan 
makanan yang biasanya disiapkan oleh 
batih perempuan.  
Gadri  : teras kiri kanan dalem yang secara simbolik 
diartikan untuk memperoleh 
keseimbangan.  
Dapur 
Sumur 
dan 
Kamar 
mandi 
 
: bagian yang penting juga dalam rumah 
untuk aktivitas harian seluruh batih 
keluarga.  
3. Ruang Sang Hyang Wenang 
 Di rumah sang hyang wenang terdapat patung Hyang 
Ismoyo (Semar), arca Brahma, patung Erlangga (titisan 
Wisnu) dan patung atau lukisan dari berbagai agama yang 
dipandang memiliki nilai-nilai spiritual. 
4. Kolam Hasta Brata 
Mengenai bangunan ini dapat dilihat seperti di bawah. 
 
 
 
5. Ruang Ibu Pertiwi 
 Ibu Pertiwi berasal dari bahasa Sanskerta dari kata pṛ thvi 
atau juga pṛ thivī, dewi dalam agama Hindu. pṛ thvī, atau 
juga pṛ thivī). Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu 
Bumi" (atau dalam bahasa negarakita "Ibu Pertiwi"). 
Sebagai pṛ thivī matā "Ibu Pertiwi" Ibu Pertiwi merupakan 
personifikasi nasional negarakita, perwujudan tanah air 
negarakita. 28Dalam konteks warga Jawa, ibu pertiwi 
tersebut yang dipandang selalu menjadi panutan tradisi 
warga Jawa dipersonifikasikan kepada penjaga laut 
selatan (Nyai Roro Kidul). 
Pura Mandira Seta sebagai tempat ibadat umat Hindu 
terbagi ke dalam kerangka ajaran agama Hindu. Tujuan 
pendirian pura ini adalah untuk mewujudkan manusia 
negarakita yang berkarakater dengan dasar-dasar ajaran 
agama Hindu. Nukning dalam hasil studinya masa-masa 
                                                         
pendirian pura itu terbagi dalam tahapan-tahapan yang tidak 
lepas dari riwayat beliau. Tahapan tersebut sebagaimana 
diuraikan Nukning Sri Rahayu (2013: 23-28) adalah:  
TAHAP URAIAN KETERANGAN 
Pendidikan 
Formal 
Pak Harjanto 
menempuh pendidikan 
di Sekolah Kanisius, 
MULO dan Sekolah 
Taman Siswa 
Pada pendidikan formal 
jenjang dasar dan 
menengah, rajin membaca 
buku karena ia merasa 
bahwa yang didapat di 
ruang kelas tidak 
memuaskan bagi 
penambahan wawasan dan 
secara intelektualnya.  
Dalam kondisi demikian, 
beliau kemudian 
mengambil keputusan 
keluar dari sekolah formal 
tersebut.  
Peningkatan 
Kesadaran 
Diri 
Menggali sendiri buku-
buku ilmu pengetahuan 
dan menekuni bidang 
spiritual.  
Mengetahui dirinya tidak 
lagi memasuki pendidikan 
formal, ayahnya murka dan 
memerintahkannya pergi 
meninggalkan rumah. 
Sebagai warga dalem 
kraton yang memiliki status 
sosial dan tingkat ekonomi 
yang mapan di 
lingkungannya, jenjang 
pendidikan saudara-
saudaranya terjamin hingga 
menyelesaikan pendidikan 
tinggi.  
Pada tahap ini, beliau 
kemudian menuju pulau 
Nusupan yang berada di 
delta Bengawan Solo. 
Tempat ini merupakan 
makam para leluhur beliau. 
Di sini beliau mengisi 
waktu dengan membaca 
buku-buku sejarah, buku-
buku agama dan 
pemantapan spiritual. 
Salama melakukan itu, 
beliau tidak henti-hentinya 
tirakat dan tapa brata 
selama kurang lebih 16 
tahun menggembleng diri, 
meningkatkan kesadaran 
diri. Fasilitas yang 
digunakan hanya sebuah 
gubuk tua di tengah area 
pemakaman itu. Di malam 
harinya, beliau melakukan 
Yoga Tirta (semedi dengan 
cara kungkum atau 
berendam). Pada pagi hari 
dan tengah hari, beliau 
melakukan meditasi surya.  
Pengabdian 
pada Negara 
Beliau masuk sebagai 
relawan Tentara Pelajar 
mempertahankan 
kemerdekaan dengan 
bersemboyan “Memayu 
hayuning bawana” dan 
bekal mental sepi ing 
pamrih rame ing gawe.  
Pada tahap ini bekal beliau 
selama melakukan olah 
spiritual sangat membantu 
beliau secara pribadi. 
Kekuatan mental dan 
unsur-unsur irrasional 
seperti sudah melekat ada 
pada diri beliau yang secara 
signifikan memiliki andil 
besar mengusir penjajah. 
 
Derajat kamoksan yang telah 
diraih nampak dalam diri 
beliau selama tahap ini.  
Pengabdian 
pada 
Kemanusiaan 
& Akademi 
Metafisika 
Mencari dukungan 
berdirinya akademi 
Metafisika sampai ke 
UNESCO meski tidak 
memperoleh sambutan 
dari organisasi dunia 
tersebut.  
Pendirian akademi ini 
bertujuan untuk menjaga 
kemurnian ilmu metafisika 
(ilmu tua) ini dari 
pengaruh-pengaruh sesaat, 
terkontaminasi oleh 
kepentingan individu. 
Upaya itu hanya dapat 
diperoleh melalui lembaga 
akademik. Usulan ke 
UNESCO agar akademi 
metafisika dapat 
diwujudkan di negarakita 
(Surakarta), meski akhirnya 
tidak mendapatkan respon.  
Pengabdian 
pada Umat 
Hindu 
Memperoleh ilham 
berupa wisik dari dewata 
bahwa agama Hindu 
akan kembali menjadi 
agama yang dipeluk 
oleh warga di 
Pulau Jawa.  
Pura Mandira Seta 
sebagai wadah 
kembalinya orang-orang 
Hindu di tanah Jawa 
yang memberikan watak 
dan karakter sebagai 
orang Hindu.  
Tahap ini pula beliau 
memperoleh legalitas 
dari Parisadha dengan 
Keberadaan agama Hindu 
selama ini melekat dengan 
Puau Bali. Bali dipandang 
laksana museum dari 
Kerajaan Majapahit yang 
pernah Berjaya di masanya 
yang beragama Hindu. Bali 
adalah benteng terakhir 
kebudayaan Jawa 
Majapahit berkat daya 
magis yagn dipancarkan 
oleh Pura Besakih, Pura 
Silayukti, Gunung Agung 
dan Gunung Rinjani.  
Wisik yang diterima oleh 
Bapak Harjanto tepatnya 
pada saat beliau 

diserahkannya beberapa 
umat untuk dibina. 
Mereka semula adalah 
penganut Islam yang 
memiliki adat Jawa 
(kejawen) yang masih 
mempertahankan adat 
istiadat Majapahit yang 
sesuai dengan agama 
Hindu.  
Dalam masa ini pula 
beliau melakukan 
kunjungan ke 
Karanganyar, Boyolali 
dan Klaten menemui 
umat yang masih setia 
memeluk agama Hindu 
peninggalan Majapahit.  
berkunjung ke daerah Tirta 
Gangga Karangasem Bali. 
Dijelaskannya bahwa sudah 
tiba saatnya agama Hindu 
keluar dari Pulau Bali dan 
menyebar ke berbagai 
penjuru di nusantara.  
Selang beberapa saat 
berikutnya, terjadilah 
peristiwa meletusnya 
gunung Agung bertepatan 
dengan ritual besar di 
Pura Bedsakih. Dampak 
letusan hebat gunung itu 
adalah banyak warga 
kemudian bertransmigrasi 
ke luar pulau sekaligus 
membawa agama Hindu. 
Bangunan rumah adat Jawa 
milik leluhur beliau yang 
berada di lingkungan 
Baluwarti ini kemudian 
dikukuhkan menjadi Pura 
Mandira Seta yang 
berfungsi menjadi wadah 
kedatangan umat Hindu 
Bali dan penggerak 
geliatnya di daerah 
Surakarta.  
Mendirikan 
Yayasan 
Sadhar 
Mapan  
Yayasan ini berdiri pada 
tanggal 20 Januari 1971 
RW Harjanto menjadikan 
rumah orang tuanya 
sebagai Pura Mandira Seta 
yang beralamat di Jl. 
Sidikoro No 2 Baluwarti 
Kraton Surakarta.  
 
Mendirikan 
Yayasan & 
Rumah 
Ibadah 
Sahasra Adhi 
Pura 
Sahasra Adhi Pura ini 
beralamat di Sonosewu 
Mojolaban Sukoharjo.  
Yayasan ini didirikan untuk 
meningkatkan pengabdian 
warga Hindu dalam 
lapangan pendidikian 
agama dan kebudayaan 
Hindu. Sesuai dengan 
namanya, di Pura ini 
terdapat miniature tempat-
tempat suci umat beragama 
yang ada di negarakita 
bahkan dunia. Tempat suci 
di negarakita diutamakan 
adalah candi-candi yang 
tidak atau kurang 
mendapatkan perhatian 
pemeliharaannya.  
Murid-murid beliau di 
akademi metafisika baik di 
Sadhar Mapan (Mandira 
Seta) maupun di Sahasra 
Adipura melanjutkan cita-
cita luhur sang guru itu.  
Pura Mandira Seta dikelola 
oleh pengurus yang 
bernaung di Sadhar Mapan 
terdiri dari orang Jawa dan 
beberapa dari Bali, 
sementara Sahasra Adhi 
Pura dikelola oleh murid-
murid beliau yang berasal 
dari dalam maupun luar 
negeri.  
Kembali 
Kehadirat 
yang Kuasa 
Beliau meninggal dunia 
pada tahun 1997 
Pengabdian beliau untuk 
mengembangkan umat 
Hindu kemudian tuntas 
106
dengan Pura  
Mandira Seta dan Yayasan 
Sahdhar Mapan yang 
makin eksis.  
 
Karaton KasunanSurakarta Penjaga Kelestarian Adat Jawa 
Karaton Surakarta Hadiningrat atau disebut dengan 
Karaton Kasunanan Surakarta didirikan oleh Ingkang 
Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono II pada hari Rabu 
tanggal 17 Suro tahun Je 1670 atau bertepatan dengan 17 
Februari 1745. Hari berdirinya Karaton Surakarta ini 
didasarkan pada hari kepindahan pusat pemerintahan dari 
Karaton Kartasura ke Desa Sala pada hari Rabu tanggal 17 
bulan Suro tahun 1670 tersebut. Desa Sala dipilih sebagai 
pusat pemerintahan kelanjutan Karaton Kartasura, sedangkan 
Karaton Kartasura adalah penerus dari Karaton atau Negeri 
Mataram Hadiningrat. Kerajaan Mataram (Islam) didirikan 
oleh Sutawijaya yang bergelar Kanjeng Panembahan Senopati 
Ing Ngalogo Sayidin Panatagama pada akhir abad ke 16 
Masehi. Sebagai kelanjutan dari Kerajaan Mataram tersebut, 
Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono II masih 
memiliki garis keturunan pancer kakung (trah)dengan 
Kanjeng Panembahan Senopati (Sri Winarti, 2002: 23). 
Dalam sejarah pemerintahan di Karaton Surakarta, 
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono selalu diperintah oleh 
seorang pria, dan tidak ada Paku Buwono itu wanita. Raja 
yang memerintah bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun 
Kanjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalogo 
Ngabdurahman Sayidin Panatagama, memerintah seumur 
hidup secara turun temurun berdasarkan trah, hak asal-usul 
 
atau hak tradisional dan bersifat istimewa. Ratu (Raja) 
Kerajaan Jawa sebagai penguasa adalah keturunan orang Jawa 
memiliki wilayah kekuasaan di tanah Jawa memiliki konsep, 
ajaran, paha atau falsafath hidup orang Jawa 
Dalam tradisi kerajaan di tanah Jawa, kepemimpinan 
di bawah kendali raja adalah satu lingkaran konsentris yang 
mengelilingi sultan sebagai pusat. Sultan adalah sumber satu-
satunya dari segenap kekuatan, kekuasaan dan pemilik segala 
sesuatu di dalam kerajaan. Sultan diidentikkan dengan 
kehormatan, prestise, keadilan, kekuasaan, kebijaksanaan dan 
kemakmuran kerajaan yang semua terletak padanya. 
Lingkungan yang dekat dengan sultan adalah keratin, yakni 
lingkungan pertama mencakup istana kediaman sultan 
beserta keluarganya. Di lingkungan ini pula tempat para 
pangeran dan kaum bangsawan melaksanakan tugas-tugas 
kerajaan. Para pangeran dan bangsawan ini memiliki fungsi 
sebagai saluran komunikasi yang menghubungkan antara 
warga dengan sultan. Aturan yang berlaku sangat ketat 
sekali yang terkait dengan bahasa yang digunakan, pakaian 
dan tata karma. Semua berdasarkan pada protokol yang telah 
ditentukan oleh Kraton. Ketentuan ini harus diikuti oleh siapa 
saja yang memasuki lingkaran ini dan orang-orang yang tidak 
mengikuti aturan ini akan merasa malu 
Muncul anggapan bahwa kekuasaan raja-raja Mataram 
di tanah Jawa adalah sebagai pelestari tata hidup yang telah 
ada yakni mahkota kerajaan Majapahit yang menjadikan 
agama Hindu sebagai agama resmi kerajaan. Tanda-tanda itu 
dipakai selama bertahun-tahun oleh raja-raja Mataram hingga 

terpecah-pecah menjadi Mangkubumen, Kasunanan dan 
Mangkunegaran. 
Keberadaan Pura Mandira Seta di lingkungan Keraton 
Kasunanan Surakarta turut menambah khazanah tradisi Jawa 
yang masih dipelihara. Tradisi yang berjalan di rumah ibadat 
ini mengikui tradisi yang dilakukan biasanya di dalam 
lingkungan kraton.  
 
Hari Besar Keagamaan dan Pokok Ajaran Sadhar 
Mapan 
Sebagai bagian dari umat Hindu yang tergabung 
dalam Parisadha, umat Hindu yang berada di bawah payung 
Yayasan Sadhar Mapan dan Pura Mandira Seta 
menyelenggarakan ritual keagamaan sebagaimana umat 
Hindu yang terhimpun dalam Parisadha. Hari-hari besar 
keagamaan pun yang dilaksanakan adalah hari-hari besar 
umat Hindu Dharma di Bali. Ritual secara bersama-sama 
dilaksanakan setiap hari Minggu sore mulai jam 18. 00 sampai 
selesai.31 
Pak Harjanto merupakan sentral figur, perintis dan 
peletak dasar Yayasan Sadhar Mapan. Pokok-pokok pikiran 
dan konsepnya menjadi acuan eksistensi yayasan tersebut. 
Melalui wawancara dengan Bu Nukning dan beberapa catatan 
penelitian yang dilakukan, disebutkan bahwa langkah yang 
dilakukan oleh Romo Harjanto Projopangarso terhadap umat 
Hindu yang berada di bawah naungan Yayasan Sadhar 
Mapan adalah melalui pendidikan karakter. Dasar-dasar 
                                                          
pendidikan tersebut mengacu pada perjalanan pribadi beliau 
sendiri selama dalam masa-masa pengembaraannya baik 
pengembaraan spiritual maupun intelektual. Awal mula yang 
beliau lakukan melalui tapa brata (pengendalian diri) sebaga 
sarana untuk membersihkan diri yang juga popular disebut 
dengan ngruwat diri sendiri dengan tujuan memperoleh 
kesadaran diri. Tahap ini dilalui dengan cara meminta 
petunjuk guru spiritual, juga membaca buku-buku yang 
mengajarkan Yoga, buku-buku agama dan filsafat kemudian 
mengamalkannya selamat tidak kurang dari 20 tahun. 
Pendidikan karakter berbasiskan nilai-nilai ajaran agama 
bertujuan menghasilkan umat yang cerdas dan 
berkepribadian Pancasila, berbasis lingkungan. Umat 
diharapkan menjadi cerdas berdasarkan ajaran agama Hindu, 
berbasis sosial budaya dan berdasarkan Pancasila 
berselimutkan budaya dan tradisi kraton yang menjunjung 
tinggi budi pekerti dan kehalusan budi.32 
Di dalam Yayasan Sadhar Mapan dikembangkan 
ajaran Triyana, yakni Sanatana Dharma (Hindu) Majapahit, 
Buddha Mahayana dan aliran Lingga Yoni. Dalam struktur 
Yayasan, disebutkan beliau membuat aturan untuk dewan 
Pembina yang dinamaka dengan NAWA BRATA atau 
Sembilan sumpah setia. Sumpah tersebut diantaranya 
dinyatakan bahwa: 
1. Menjadikan Pancasila secara teoritis dan praktis.  
2. Menghayati kepribadian nasional.  
3. Bersikap nasionalis yang positif, konstruktif dan aktif.  
                                                         
4. Mewujudan persatuan dan kesatuan bangsa agar terhindar 
dari perpecahan.  
5. Mempertahankan kemurnian ajaran-ajaran kepercayaan 
kepada Tuuhan dan melaksanaan ajaran Tuhan.  
6. Mewujudkan kedamaian dan ketentraman baik nasional 
maupun internasional.  
7. Mempersembahkan separuh waktu untuk bersemedi 
melalui Yoga untuk menghilangkan ego dalam diri.  
8. Melaksanakan bhakti Yoga dengan tujuan 
memanifestasikan Atman di ranah horizontal.  
9. Menjauhi unsur-unsur yang merongrong persatuan dan 
kesatuan bangsa.  
 
Pengembangan Spiritualitas Kejawen 
Aspek Teologi 
Ajaran teologi yang dikembangkan di Pura Sadhar 
Mapan adalah ajaran Hindu yang dianut oleh Parisadha 
Hindu Dharma. Pemujaan kepada dewa-dewa yang diakui, 
namun di antaranya mengerucut pada tiga yakni Brahma, 
Siwa dan Wisnu.33 
 
Aspek ritual 
Pada pelaksanaan ritual keagamaan, di Pura Mandira 
Seta digunakan secara resmi dan dikenal dengan Mantram 
(Mantra) Pengayoman. Mantram tersebut berbunyi: 
                                                          

“ritual. . Buddha pengayoman olah negara. . AUM . . 
Shanno Parama Siwa Shanno Ismaya Buddha Maitreya 
Amitaba Sham Brhaspati Shanno Bhavadpariyama Kalki 
Awatar Shanat Kumara Sanandana Sanaka Sanathana Sri 
Erlangga Sabdo Palon Manu Wiswawata Siwa Mahadewa 
Surya-Indra-Candra-Kuwera-Bayu/Wayu-Agni-Yama-
Waruna Shanno Pertiwi Tara Shri Radha Kwan Im Kali 
Ismayawati Shri Bhairawa Bhagawati Shanno Dharma 
Iswara Brahma Rudra Wishnu Urukramah” 
Setiap membaca mantra tersebut ada rangkaian 
ritual. Mantram ini dipersembahkan untuk memayu 
hayuning bawono bukan untuk pribadi, bukan untuk golongan, 
bukan untuk orang perorang. Akan tetapi untuk semesta 
alam, khususnya kebaikan dan kemaslahatan NKRI. 
Penyebutan kata-kata “pengayoman” adalah untuk negara 
dengan tujuan untuk memperoleh karunia Tuhan agar 
mengayomi bangsa dan negara. Dzat yang dapat melakukan 
itu adalah Dia, Tuhan yang dekat dan sangat dekat dengan 
manusia, Tuhan sebagai avatara yang dekat dengan semua 
makhluknya. 
 
Aspek Spiritual 
Ajaran spiritual yang dilakukan di Pura Mandira Seta 
ditempuh melalui Yoga. Kata Yoga berasal dari kata Sanskerta 
                                                          
Wawancara dengan Pak Sugito Gito. Dalam mantram ini, menurut Pak 
Gito tercermin ada Buddha Maitreya Amittabha, juga disebutkan Syiwa mahadewa, 
juga ada Surya Indra Chandra Kuwera Nila Agni Yama Waruna yang memancarkan 
kekuasaannya masing-masing. Di sana ada kalki avatara adalah juru selamat yang 
ditunggu. Di tengah2 ada sri erlangga sabdo palon adalah sosok-sosok yang kita 
dekat dengan beliau. Sri erlangga pernah menjadi raja di Kediri, kedekatan Tuhan 
yang maha jauh dan kedekatan Tuhan yang dekat dengan kita. Kita memang mampu 
meramu semua yang ada di sini.  

“Yuj” yang berarti menghubungkan diri dan persatuan dari 
semua aspek seorang individu dari unsur tubuh, pikiran dan 
jiwa. Yoga berarti penyatuan kesadaran manusia dengan 
sesuatu yang lebih luhur, lebih transenden, lebih kekal dan 
ilahi. Menurut Painini, Yoga diturunkan dari akar 
Sanskerta yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni : 
penyerapan samadhi (yujyete); menghubungkan(yunakti); dan 
pengendalian (yojyanti). Namun kunci yang biasa dipakai 
adalah ‘meditasi’ (dhyana) dan ‘penyatuan’(yukti).  
Menghubungkan diri dengan cara merendahkan diri 
atau pribadi, roh, diri pribadi atman dengan Diri Agung, 
Tuhan atau Atman. Tuhan, Atman, Brahman itu berada jauh 
sekali, atau juga dekat sekali. Langkah untuk mencapainya 
sangat sukar, setidaknya terdapat 5 klesa (halangan) yang 
disebut dengan panca klesa, yakni: 
1. Avidya, yaitu ketidaktahuan 
2. Asmita, yaitu kesombongan 
3. Raga, yaitu keterikatan.  
4. Dresa, yaitu kemarahan, keserakahan atau antipasti.  
5. Abhiniveda, yaitu ketakutan yang berlebihan.35 
Puncak dari praktek Raja Yoga yang dikembangkan di 
Pura Mandira Seta adalah memperoleh kesadaran penuh 
untuk merasakan bersama dengan Tuhan. Dengan 
bermeditasi, manusia akan mampu mengendalikan diri, 
mengurangi kenikmatan duniawi, bersedia untuk tirakat tapa 
brata dan senantiasa bersyukur meski dalam kondisi sulit. 
Keyakinan adanya sangkan paraning dumadi adalah upaya 
untuk memperoleh ilmu kesempurnaan yang diperoleh 
                                                         
dengan laku prihatin. Dalam kitab Serat Wirid yang 
merupakan kitab penganut kejawen istilah sangkan paran itu 
masih terbagi diantaranya asaling dumadi (asal mula suatu 
wujud), sangkaning dumadi (dari mana datangnya wujud itu) 
purwaning dumadi (permulaan suatu wujud), tataraning 
dumadi (martabat suatu wujud) paraning dumadi (ke arah 
mana suatu wujud itu) (YB. Prabaswara, tt: 162).36 
Dengan meditasi (Raja Yoga) akan diperoleh 
kebahagiaan berupa martabat kembali kepada Sang Pencipta. 
Jadi dalam peribadatan laku spiritual ini tidak berhenti pada 
yoga yang menguat pada aspek materi dan juga untuk meraih 
kesaktian atau kamukten dan sebagainya. Dengan Raja Yoga 
akan dicapai derajat kamoksan yang merupakan tujuan 
daripada agama dalam ajaran agama Hindu. Dengan Raja 
Yoga juga diperoleh kesejahteraan dimana manusia dapat 
mengurangi banyak keinginan, mengekang hawa nafsu fikiran 
agar dapat kembali kepada Tuhan dengan baik, bukan turun 
kembali seperti dalam konteks tumimbal lahir samsara 
(inkarnasi). 
Praktek Raja Yoga yang dilakukan di Pura Mandira 
Seta dan sering digunakan oleh umatnya adalah dengan 
media air (tirta) dengan cara berendam (kungkum). Tempat 
kungkum berada di komplek pura Mandira Seta berupa bak 
penampungan air. Sebelum dilakukan berendam (kungkum), 
kondisi bak tersebut masih kosong. Pada saat akan dilakukan 
kungkum, bak air itu diisi setinggi leher orang yang akan 
berendam tersebut, dilakukan pada waktu malam hari. Selain 
dengan berendam, juga dengan metode matahari, baik dengan 
                                                          

Aspek Ajaran Moral 
Ajaran moral yang dikembangkan di Pura Mandira 
Seta dan menjadi penting bagi keberadaan Yayasan Sadhar 
Mapan adalah nguri-nguri (menjaga dan melestarikan) budaya 
Jawa. Etika sebagai orang Jawa yang telah menjadi ciri khas 
menjunjung budi luhur. Pada pelaksanaan persembahyangan 
bersama,bahasa penangantar instruksi dan tata ritual itu 
memakai bahasa Jawa Kromo Inggil menjadi contoh yang 
paling menonjol dalam masalah etika tersebut. Dalam konsep 
moral pemimpin, sebagaimana dimunculkan di dalam pura 
Mandira Seta di bagian ndalem, terdapat beberapa miniatur 
sebagai simbol.  
 
Dampak Keberadaan Sudhar Mapan terhadap 
Kehidupan Keagamaan 
Khazanah keagamaan Hindu yang dikembangkan di 
Yayasan Shadar Mapan adalah tradisi Bali yang tergabung 
dalam Parisadha. Meski berbalut budaya Jawa dan 
melestarikan khazanah Hindu yang pernah berkembang di 
Kerajaan Majapahit, namun Sadhar Mapan dan Pura Mandira 
Seta tidak dikhususnya untuk etnis Jawa semata. Umat Hindu 
yang berasal dari Bali dapat berbaur dan bersama-sama 
menjalankan ajaran agama Hindu di Pura tersebut.  
                                                          

Hubungan dengan Pemerintah dan warga  
Bapak Hardjanta sebagai guru dan pendiri Yayasan 
Sadhar Mapan semasa hidupnya dekat dengan raja di Kraton 
Surakarta. Beberapa kesempatan raja meminta masukan 
terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan 
dalam urusan dengan warga.  
Demikian pula, hubungan dengan pemerintah dalam 
beberapa kesempatan Yayasan Sadhar Mapan dilibatkan 
dalam berbagai agenda memupuk persatuan dan kesatuan 
serta kerukunan antar umat beragama.39 Sementara relasi 
sosial dengan warga sekitarnya, keberadaan Pura 
Mandira Seta dan Yayasan Sadhar Mapan dapat terjalin 
dengan baik dan bahkan seringkali mengadakan kerja sama 
untuk kepentingan sosial. 
 
 
Konflik Internal dan Solusi .  
Semenjak kehadirannya, Yayasan Sadhar Mapan tidak 
pernah memunculkan konflik di internal umat Hindu atau 
pun dengan umat lain di daerah Surakarta dan sekitarnya. 
Persoalan yang pernah muncul adalah masalah kepemilikan 
rumah projopangarsan yang diklaim oleh ahli waris. Upaya 
dialog telah dilakukan, dan pihak keluarga ahli waris atas 
rumah itu kemudian meminta uang ganti sebanyak 3 Miliyar. 
Atas inisiatif umat Hindu di Pura Mandira Seta, menyanggupi 
untuk mengganti namun tidak sejumlah uang tersebut, yakni 
sebanyak Rp 300. 000. 000,- (tiga ratus juta). Penggalangan 
dana sempat dilakukan, meski akhirnya persoalan tersebut 
kemudian melibatkan raja kraton Kasunanan Surakarta ikut 
campur tangan.  
                                                          
Mengingat Pura Mandira Seta masih berada di 
lingkungan Kraton, raja kemudian memutuskan bahwa hak 
kepemilikan lahan dan bangunan apa pun yang berada di 
atasnya adalah menjadi kewenangan kraton. Oleh pihak 
kraton, pura tersebut kemudian diberikan keluasan kepada 
umat Hindu untuk melakukan aktivitas di dalamnya.41 
 
Penutup  
Simpulan 
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis di atas, beberapa 
simpulannya adalah: 
1. Sadhar Mapan sebagai lembaga spiritual memberikan 
pelayanan kepada seluruh umat manusia, bukan 
berdasarkan pada agama atau etni tertentu. Pengajaran 
meditasi yang diajarkan sebagai impelementasi ajaran 
kejawen dan dipadukan dengan agama Hindu.  
2. Sadhar Mapan adalah lembaga yayasan didirikan atas 
prakarsa orang Jawa dengan garis pemikirannya sebagai 
pengamal ajaran kejawen. Pendiri dan para pengikut di 
Sadhar Mapan memandang ajaran kejawen adalah 
agama/keyakinan para leluhur sebelum kedatangan agama-
agama dunia ke bumi nusantara. Pendirian Sadhar Mapan 
juga didorong oleh keberadaan penganut Kejawen dalam 
melaksanakan ajaran agama. Para penganut tersebut 
gelisah karena tidak dapat melaksanakan ajaran Kejawen 
pada saat masih menjadi pengikut agama lama (Islam). 
Namun, kemudian mereka mendapat tempat dari PHDI.  
                                                          
Keberadaan Sadhar Mapan di tengah-tengah penganut 
Hindu yang tergabung di Parisadha tidak memunculkan 
persoalan. Juga dengan umat lain terjadi relasi yang relatif 
baik.  
3. Yayasan Sadhar Mapan berdiri sebagai lembaga spiritual 
mengembangkan Raja Yoga meski dalam tata cara yang 
berbeda. Kedua lembaga ini memiliki lembaga akademis 
dengan tujuan agar eksistensinya dapat dipertahankan dari 
generasi ke generasi. Sebagaimana dituturkan oleh pendiri 
Sadhar Mapan, bahwa warisan budaya akan dapat lestari 
jika dibuat wadah (akademi) sehingga dapat dimengerti 
oleh generasi penerus dan tidak disalahgunakan oleh 
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.  
 
Rekomendasi 
Rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini 
adalah agar:  
1. Jalinan hubungan antara anggota Yayasan Sadhar Mapan 
dan organisasi Parisadha hendaknya terus dikuatkan dan 
berjalan dengan baik sehingga akan menguatkan harmoni 
dan kerukunan di antara anak bangsa.  
2. Sadhar Mapan sebagai lembaga sosial keagamaan dengan 
pemerintah dan umat lain juga perlu dilakukan lebih 
dengan baik.  
3. Pemerintah turut memberikan perhatian pada 
perkembangan keduanya karena senantiasa 
mengembangkan sikap kebersamaan dan toleransi.  
 

 
Brahma Kumaris dalam Lintasan Sejarah 
Sejak ribuan tahun yang lalu para pendiri agama dan 
para suci telah mencari Tuhan, Sang Ayah tertinggi pencipta 
alam semesta. Tuhan diberi banyak nama sesuai paham ajaran 
agama pada jamannya, Tuhan adalah Titik Cahaya yang tak 
dapat dilihat dengan mata biasa namun sentuhan kasih beliau 
dapat dirasakan dengan lembut dan sejuk. Adalah hubungan 
yang tertinggi dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang 
merupakan samudera cinta kasih dan lautan kedamaian. 
Kesempurnaan Raja Yoga dapat memenuhi hasrat kita akan 
kebahagiaan rohaniah serta keseimbangan hidup yang diliputi 
kebahagiaan, cinta kasih dan kedamaian yang permanen.  
Pengetahuan spiritual hingga saat ini masih dilihat 
sebagai sesuatu yang baru. Tidak banyak orang yang 
langsung tertarik ketika mendengar pengetahuan ini. Tetapi 
‘bahasa’ spiritual memiliki keunikan tersendiri, bahkan tidak 
membedakan agama dan lain-lainnya. Pengetahuan spiritual 
pada Brahma Kumaris ini tidak mengajarkan suatu bentuk 
ritual ataupun penggolongan yang memisahkan antar sesama 
manusia. Berbagai kalangan bisa datang untuk belajar. 
Adapun cara belajar yang diterapkan bersifat informal, tidak 
mengikat, dan tidak memungut biaya. Semuanya diberikan 
secara cuma-cuma sebagai pelayanan warga, tanpa 
motivasi politik maupun agama. Banyak sekali manfaat yang 

bisa diterapkan untuk sehari-hari. Inti pelajaran utamanya 
adalah memahami dan mengenal diri sendiri. Menggali 
eksistensi manusia dengan kesadaran spiritual tinggi, hasilnya 
tidak hanya membuat hidup bahagia, tapi juga membawa 
pengaruh positif bagi lingkungan luas. Hidup menjadi 
semakin bermakna dengan meningkatkan diri menjadi lebih 
baik dan mengembangkan hubungan dengan Tuhan. Manusia 
dengan kesadarannya bisa memiliki hubungan langsung 
dengan Tuhan melalui yoga yang kuat.   
Boleh dikatakan setiap orang akan mengalami rasa 
cemas, baik sedikit atau banyak, ketika ia merasa takut akan 
kehilangan sesuatu, atau terjadi sesuatu yang menimpa 
dirinya yang tidak dikehendakinya. Jika kita mau berfikir, 
merenung secara mendalam, secara jernih, dan tanpa emosi, 
kita akan mendapatkan kesimpulan karena kecemasan kita, 
bahwa manusia sebagai makhluk yang sampai didera rasa 
kecemasan, karena diakibatkan ketakutannya. 
Apabila ditelusuri sampai pada kenyataan bahwa rasa 
cemas dan rasa ragu tidak akan bisa membantu dalam 
menyelesaikan sesuatu yang mengganggu pikiran, yang justru 
akan memperburuk situasi. Misalnya, jika ada seorang 
mahasiswa saat akan ujian, timbul juga rasa cemas akan hasil 
ujian akhirnya. Lalu bagaimana upaya untuk menghilangkan 
rasa kecemasan yang sering menggangu pikiran. Pemilik 
pikiran adalah kita sendiri, tetapi kita bukanlah pemilik 
pikiran itu sendiri. Bahkan dengan semakin banyak kita 
mendengar dan berbicara tentang hal-hal positif, semakin 
                                                          
banyak kita bebas dari pengaruh-pengaruh negatif. Dengan 
mengubah tema percakapan dengan cara yang lebih positif, 
akan menciptakan harapan terhadap masa depan.  Dan kita 
bisa tetap damai apapun tantangan dan berita dan situasi 
negatif yang mungkin harus dihadapi, kita mampu 
mempertahankan dengan hati nurani yang damai. 
Brahma Kumaris adalah sekolah spiritual yang tidak 
melihat usia. Ibarat sebuah festival film, maka Brahma 
Kumaris boleh ditonton oleh semua umur. Mulai dari anak-
anak, dewasa, hingga para pensiunan sekalipun memiliki hak 
sama untuk belajar di sini. Memang unik cara memberikan 
pelajaran kepada anggota yang baru bergabung, karena 
dinamika kelasnya memang seperti berbagi pengetahuan dari 
yang telah mempelajari, memahami dan mempraktekkan 
lebih dulu. Jadi hubungannya bukan guru dengan murid, 
tetapi cenderung pada rasa persaudaraan.43  
Penelitian ini dilaksanakan di Surabaya pada yayasan 
sosial spiritual Brahma Kumaris Meditasi Raja Yoga yang 
menitikberatkan pada hal-hal spiritual dalam pengendalian 
pikiran (ingatan). Oleh karena itu penting untuk dilakukan 
kajian mendalam agar Puslitbang Kehidupan Keagamaan 
memiliki tambahan pustaka berkaitan dengan dengan ragam 
kelompok spiritual dalam agama Hindu serta 
menyumbangkan bahan kebijakan bagi Kementerian Agama 
Cq Bimas Hindu atau pihak-pihak terkait yang 
membutuhkannya. 
                                                         
Kelurahan Menur Pumpungan terdiri dari 10 RW  48 
RT dan mempunyai luas 157 ha, dengan batas wilayah: 
Sebelah utara : Manyar Jaya  
Sebelah Timur : Manyar Jaya  
Sebelah Selatan  : Manyar Jaya 
Sebelah Barat     : Manyar Jaya 
Jumlah penduduk Kelurahan Menur Pumpungan 
berdasarkan data laporan kependudukan bulan april 2015 
seluruhnya 16.774 terdiri dari 8.410 laki-laki 8.364 perempuan. 
Sementara itu Menurut Sudirman ketua RW 08, pensiunan 
apoteker, mengatakan penduduk warga RT 05/RW 08 
berjumlah 700 KK, dan selama ini wrganya tidak pernah 
melapor karena terganggu atau gaduh dengan kegiatan 
meditasi dari Brahma Kumaris, termasuk dengan tetangga 
kanan dan kirinya, tidak pernah bermasalah, meskipun 
banyak tamu tetap kondisinya baik-baik saja. 
Sasaran penelitian pada Studi Brahma Kumaris 
Meditasi Raja Yoga yang beralamat di Jl. Manyar Jaya III/C-3 
Surabaya, RT 05/RW 08 Kelurahan Menur Pumpungan 
Kecamatan Sukolilo. Warga RT 05/RW 08 dengan kondisi 
umat yang beragama Islam 10%, sementara yang dominan 
adalah umat Buddha dari etnis China sebagai urutan pertama, 
umumnya bermatapencaharian sebagai wiraswasta, 
selanjutnya umat Kristen dan Katolik.  
Menurut Wakil Ketua RT 05 George Hartanto yang 
beragama Katolik mengatakan bahwa untuk lingkungan 
kehidupan keagamaan warganya cukup bagus. Termasuk 
 
dengan keberadaan tempat meditasi Yoga Brahma Kumaris, 
yang bertepatan bersebelahan dengan tempat tinggal 
temannya mengatakan tidak pernah merasa terganggu, 
bahkan hubungan ketetanggan cukup baik. 
Kenyamanan yang dirasakan oleh warga 
kelurahan Menur Pumpungan, dirasakan pula oleh pengurus 
Yayasan Brahma Kumaris, yang tinggal di wilayah ini sejak 
tahun 2004, tidak pernah merasa was-was atau cemas tinggal 
di Jl. Manyar Jaya III, untuk mendirikan yayasan berupa 
pendidikan  untuk meditasi.  
Wilayah Manyar merupakan lingkungan pemukiman 
elit, dan selain itu terdapat juga kampus Untag. Menurut 
pengurus yayasan Brahma Kumaris dan ketua RW 08, bahwa 
terjalin hubungan yang baik dengan pihak Kampus Untag 
yang sering mengundangnya sebagai narasumber dalam acara 
diskusi atau sarasehan mahasiswa. Bahkan bila Brahma 
Kumaris kedatangan tamu Pembina dari India dan Australia, 
menggunakan aula Untag sebagai tempat pertemuan, 
mengingat ruangan yang dimiliki Brahma Kumaris hanya 
mampu menampung sejumlah 50 anggota keluarga.  
 
Kehidupan Keagamaan 
Kehidupan keagamaan umat Islam di lingkungan RW 
08, karena belum memiliki masjid, namun dalam kegiatan 
majelis taklim, bergabung dengan Masjid yang berada di RW 
06. Tetapi karena sudah tiga tahun kegiatan keagamaan di 
masjid RW 06 mengalami kefakuman, maka digabung dengan 

masjid yang berada di RW 04. Penggabungan kegiatan 
keagamaan majelis taklim warga RW 08 dengan kegiatan yang 
berada di masjid pada RW 04, mengingat di RW 08 hanya 
memiliki Vihara dan Gereja. Meskipun demikian kehidupan 
keagamaan antar umat beragama di lingkungan RW 08, 
sangat kondusif, cukup bagus toleransi antarumat beragama, 
sehingga menjadikan Kelurahan Menur Pumpungan sebagai 
hunian yang aman dan nyaman bagi WNI dan WNA.  
Surabaya terdiri dari 31 kecamatan dengan jumlah 
umat Hindu yang terdapat di setiap kecamatan mencapai 
9.000 jiwa termasuk mahasiswa. Umat Hindu telah memiliki 
sejumlah 8 Pura di beberapa kecamatan, di antaranya Tirta 
Wening di Tambaksari, Tirta Ganggga di Gubeng Kertajaya, di 
Karang Pilang Babatan Wiyung bernama Tirta Mpul, 
Kecamatan Semampir Desa Bulak Banteng, bernama Pura 
Tunggal Jati,  Kecamatan Surabaya Kupang bernama Pura 
Sono Panca Giri dan di Tandes Candi Cemoro Agung, 
Kecamatan Tanjung Perak dengan Pura Agung Jagad Karana, 
Kenjeran dengan Pura Segara. 
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan 
Pengawas dan Pendidikan Agama Hindu (Ketut Sudiana), 
mengatakan bahwa di Pura Agung Jagad Karana yang berada 
di Jl. Lumba-Lumba Kecamatan Krembangan sebagai Pura 
yang cukup besar, didirikan sejak  tahun 1975. Dalam 
kehidupan keagamaan warga sekitar Pura terjalin 
hubungan yang baik, lingkungan warga sekitar sangat 
toleransi terhadap umat yang berbeda agama, termasuk tidak 
pernah ada konflik internal dalam agama Hindu. 
 
Profil Brahma Kumaris di Surabaya 
Brahma Kumaris World Spiritual University (BKWSU), 
didirikan oleh Brahma Baba di Karachi, India, pada 1937 dan 
telah memiliki lebih dari 8500 Pusat Meditasi Raja Yoga 
(center) yang tersebar di lebih dari 137 negara. Atas 
sumbangannya pada dunia dalam menciptakan perdamaian, 
Brahma Kumaris diterima berafiliasi dengan PBB 
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1980. Di negarakita, 
Brahma Kumaris sudah ada sejak tahun 1982 dan terdaftar di 
Departemen Pendidikan Nasional dengan nama Yayasan 
Studi Spiritualitas Brahma Kumaris. Dengan cepat, Brahma 
Kumaris, selanjutnya kami tulis BK, sudah tersebar di Jakarta, 
Surabaya, dan Bali (dikutip dari brosur Meditasi Raja Yoga 
“Kedamaian Kebahagiaan Kekuatan Kesucian Cinta Kasih 
Belas Kasih”). 
BKWSU atau Pusat Studi Spiritual Brahma Kumaris, 
bukanlah badan keagamaan atau badan politik, sehingga tidak 
bergerak dikedua bidang tersebut. BKWSU tidak mengubah 
kepercayaan seseorang, terbuka bagi semua orang dari 
berbagai kepercayaan, umur, latar belakang ekonomi dan 
pendidikan.  
Adapun tujuan didirikannya BK adalah untuk 
meningkatkan moral dan spiritual umat manusia, untuk 
membantu membangkitkan dan menyalurkan kekuatan 
mencipta yang terpendam dalam setiap pribadi menuju 
kearah hal-hal positif bagi umat manusia, dengan kegiatan 
yang diberi nama Meditasi Raja Yoga. Dengan melakukan 
meditasi, jiwa menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk, 
luwes dan damai. 

Kumaris berarti putri yang banyak. Karena saat awal 
terbentuknya meditasi yang didirikan oleh Brahma, banyak 
diikuti oleh kaum wanita, meskipun ada beberapa dari kaum 
pria, maka dinamakan Kumaris. Sementara yang mendirikan 
ide meditasi ini adalah Brahma Baba, karena itu dinamakan 
Brahma Kumaris.  
Awal berdirinya BK di Surabaya, menurut Sister 
Sukreni, sebelumnya bertempat di Denpasar kemudian 
pindah ke Surabaya dan mengontrak di Jl. Sidoresmo Air Gas 
(kurang lebih selama 3–4 tahun). Kemudian atas prakarsa para 
donator dan seorang Pembina BK berasal dari India keturunan 
Malaysia bernama Sister Janaki, sepakat untuk membeli 
rumah yang berada di Jl. Manyar III/C-III di Perumahan 
Nginden Intan Kecamatan Sukolilo, Kelurahan Menur 
Pumpungan, pada akhir tahun 2004. Rumah yang telah dibeli 
oleh yayasan ini, kemudian di renovasi.  
Sejak berdirinya BK Meditasi Raja Yoga di Surabaya 
ini, tercatat hampir berjumlah 1000 orang yang menjadi 
anggota keluarga, dan untuk saat ini yang aktif sebagai 
keluarga BK di Jl. Manyar III ini sekitar 20 orang. Anggota 
Keluarga BK ada yang beragama Islam seperti Bapak Yunardi, 
berumur sekitar 50 tahun dari Ngagel, ada juga yang datang 
diantaranya dari Sidoarjo dan sekitarnya, namun bukan warga 
dari sekitar lingkungan tempat BK Meditasi Raja Yoga berada. 
Dan anggota keluarga yang banyak mengikuti kegiatan 
meditasi ini mencapai 30% dari muslim.  
Meditasi itu berasal dari kata Mederey (bahasa Latin), 
yang artinya healing (penyembuhan), sembuh dari segala 
                                                          
44 Wawancara dengan Sister Sukreni, 17 Februari 2016 
45 Wawancara dengan Sister Alit, 4 Maret 2016  
 127
sesuatu yang tidak semestinya, tetapi dalam ranah mental 
(jiwa). Dalam psikologi kalau orang marah itu karena tidak 
sehat jiwanya, ternyata memang betul karena kita ini terdiri 
dari ada jiwa dan ada raga. Yang dipelajari disini adalah 
tentang Jiwa. Ada lahir ada bathin. Kita tidak belajar 
mengelola lahir tetapi mengelola bathin. Dan kebetulan Tuhan 
juga ada pada level bathin. Tuhan tidak bisa di lihat, tidak bisa 
disentuh. Kalau  kita tidak masuk pada ranah bathin, maka 
tidak bisa komunikasi pada Tuhan.  
 
Karakteristik Meditasi di Brahma Kumaris  
Menurut Sister Alit, bahwa di BK Meditasi Raja Yoga, 
merupakan kelompok spiritual yang melaksanakan meditasi, 
dengan pola vegetarian namun tidak terkait dengan ritual 
agama Hindu. Karena itu di BK, terbuka bagi siapa pun, 
karena tidak mengubah agama yang selama ini sudah menjadi 
keyakinannya.  
Menurut Sister Sukreni bahwa spiritual pada BK 
adalah ilmu tentang spirit/energi. Asal kata spirit adalah 
energi/roh. Jadi spiritual adalah ilmu tentang spirit/energi. 
Maksudnya bagaimana energi itu melakukan aktifitasnya, 
menggunakan fikiran, di mana kekuatan saya dalam 
kehidupan sehari-hari bisa kembali kediri saya spirit/energi 
yang positif. Karena spirit adalah energi yang damai dan cinta 
kasih. Spiritual yang dimaksudkan di BK adalah pelajaran 
bagaimana spirit melakukan aktivitasnya dengan 
menggunakan sifat-sifat dasar nilai-nilai luhur yang ada 
dalam diri dan sebagai pengontrol atas panca indra. Jadi tidak 
                                                          
ada hubungannya dengan ritual/ritual, atau dengan pernak-
perniknya. Tetapi bagaimana melakukan pola hidup dengan 
kondisi mental yang damai. Sehingga siapa pun bisa menjadi 
anggota keluarga kami, karena disini hanya untuk belajar 
meditasi. Dengan melakukan meditasi, jiwa menjadi lebih 
stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan damai.  
Dalam melakukan meditasi pikiran tetap pada yang 
satu yaitu Tuhan, meskipun nama atau sebutan kepada Tuhan 
itu bisa bermacam-macam tetapi dalam bermeditasi tetap 
konsentrasi kita pada yang Esa/satu, yaitu Tuhan. Dalam 
meditasi membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran 
dan konsentrasi pada Tuhan, itu artinya mengontrol atau 
menata pikiran. Mengenai konsentrasi pandangan ditujukan 
pada gambar cahaya di hadapan kita, itu hanya sebagai alat 
bantu untuk berkonsentrasi, bukan suatu pemujaan khusus. 
Cahaya adalah simbol sosok spiritual dalam diri kita.47  
Pendapat yang sama juga disampaikan Sister Aridha 
dalam memahami apa yang dimaksud dengan spiritual dalam 
BK. Menurutnya, spiritual sama dengan knowledge, yaitu ilmu 
pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa, tentang 
spirit/roh, dan bagaimana sifat-sifat asli dari roh kita, karena 
itu sejati diri kita, itu yang asli. Knowledge (spiritual) adalah 
membangkitkan kecerdasan melalui meditasi. Sister Aridha 
sebelum menjadi anggota keluarga di BK, membayangkan 
kalau meditasinya itu duduk bersila dan membaca mantera. 
Setelah bergabung di BK ternyata sangat mudah dilakukan 
membutuhkan kesadaran dalam mengolah pikiran dan 
konsentrasi. 
                                                         
Dengan meditasi, pikiran baru diciptakan setiap hari, 
bukan saja bagaikan makanan segar untuk jiwa, tetapi 
memberi nutrisi membuat jiwa sehat walafiat, khususnya 
dalam menghadapi situasi yang tidak stabil, banyak 
menyebabkan keresahan dan kekhawatiran 
Berdasarkan pengamatan, uniknya, meditasi di BK 
dilakukan dengan mata terbuka. Dan semua Sister dalam cara 
berpakain layaknya pakaian wanita India yaitu menggunakan 
kain Sari berwarna putih, demikian juga dengan yang pria 
berpakaian gamis warna putih juga. Sebelum meditasi 
dilaksanakan, salah seorang pengurus yayasan bernama Sister 
Sukreni membacakan murli atau pelajaran pengetahuan 
spiritual yang isinya berupa nasehat pola kehidupan sehari-
hari anggota. Agar meditasi terjaga kemurniannya, maka setip 
hari diberi arahan tuntunan berupa pesan murni, yang 
berisikan tentang hakekat Ketuhanan dan kehidupan.  
Sister Sukreni dalam membacakan Murli/pelajaran 
pengetahuan spiritual dengan suara yang lemah lembut, tidak 
tergesa-gesa sehingga mudah dicatat oleh anggota, mudah 
diingat. Sedikit cuplikan isi dari ceramah yang disampaikan              
Sister Sukreni, antara lain:  
“Bekerjasamalah dalam menciptakan suasana yg sangat suci 
dan kuat dalam api korban atau center suci ini. Jagalah dia 
dengan cinta kasih yg besar. Jangan menyembunyikan 
apapun dalam diri anda. Jika hati anda bersih semua 
harapan anda akan terpenuhi. Setiap sen/rupiah dari api 
korban ini tidak ternilai harganya, oleh karena itu jangan 
sia-siakan bahkan satu grampun. Semoga anda duduk di 
singgasana hati Tuhan. Singgasana yang paling luhur 
untuk diduduki ya hati Tuhan. Jika anda tidak mampu 
duduk diatas singgasana tahapan  ini, anda tidak akan 
mampu duduk diatas singgasana hati Tuhan. Dengan 
pikiran suci ubahlah pikiran negatif menjadi positif”.  
Kemudian dilanjutkan dengan meditasi dengan posisi 
duduk serilek mungkin, sesuai dengan keinginan diri, bisa 
bersila atau duduk di kursi/bangku atau dimana saja. 
Kemudian lampu ruangan yang semula terang, agak 
diredupkan dengan diiringi lagu India sebanyak dua kali, 
untuk mengiringi lamanya meditasi hampir 15 menit. 
Sister Alit mengatakan bahwa, awal untuk mengikuti 
meditasi dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama 
7 hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh 
instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan  slide, 
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi. 
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan 
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. BKWSU 
tidak merubah kepercayaan  seseorang, terbuka bagi semua 
orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang 
ekonomi dan pendidikan. 
Dalam pelatihan meditasi di BK tidak mengubah 
agama seseorang anggota keluarga, sebagaimana halnya Sister 
Aridha yang muslim, dengan pekerjaannya sebagai dosen dan 
penulis/peneliti di Kampus Unisma 45 Surabaya, tetap 
menjaga keyakinannya sebagai umat Islam. Demikian juga 
dengan Sister Nunik yang beragama Kristen, dan pekerjaan 
sehari-harinya sebagai perias pengantin dan Sister Sukreni 
sebagai umat Hindu tetap melakukan sembahyang secara 
Hindu dan Dr. Ani pemeluk agama Katolik, masing-masing 
tetap pada keyakinannya.  
Sister Alit mengatakan untuk mejadi pengurus 
yayasan BK, tidak ada persyaratan khusus, yang terpenting 
dapat menyatukan keluarga dari semua agama. Jadilah seperti 
susu dan gula, menyatu. Kita yang ditunjuk harus bisa 
menyatukan, dari berbagai keluarga. Kalau ada masalah bisa 
diselesaikan sebagai satu keluarga. Kita disini semuanya 
adalah keluarga BK yang mempunyai cinta kasih satu sama 
lain, yang tua menyayangi yang muda dan yang muda dapat 
menghargai yang lebih tua. Dan sebagai pengurus BK, semua 
sebagai tenaga sukarelawan, artinya tanpa digaji dan semua 
dilakukan dengan keikhlasan. Yang menjadi ciri khas lainnya 
dari BK adalah setiap minggu ada semacam sarasehan dan 
menyediakan makanan kecil bagi siapapun yang datang 
untuk belajar meditasi. 
Pengamatan lain berupa kata-kata mutiara yang 
terpampang di papan pengumuman ukuran 10 x 20 Cm 
tergantung di pintu gerbang, pada tanggal 18 Februari 2016: 
“Kekuatan Kewibawaan yang sebenarnya bukan terletak pada 
pengurusan orang lain, tetapi pengendalian diri sendiri”. 
Kemudian tanggal 5 Maret 2016: “Dimana ada kemampuan 
menghayati keindahan Tuhan YME, disitu ada kemampuan untuk 
mensyukuri ciptaan beliau”.  
Yang tertempel di dinding teras juga ada dengan 
kalimat: “Semoga anda menjadi jiwa yang agung yang memberi 
kebahagiaan kepada jiwa-jiwa melalui interaksi anda yang luhur. 
Berfikir mengenai sesuatu setelah melakukannya adalah tanda 
penyesalan”.  
Kemudian ada juga tulisan pada tanggal 9 Maret 2016 
yang berbunyi: “Peluang untuk mengubah karakter kita menjadi 
mulia, senantiasa terbuka bagi kita, tetapi adakah kita rela 
menyisihkan waktu untuk itu”. Kata-kata indah ini selalu 
berganti setiap hari yang digantung di pintu gerbang sehingga 
dengan mudah bagi orang yang lewat untuk membacanya.  
 
Profil Pengurus Yayasan Brahma Kumaris  
Sister Alit dari Bali kelahiran tahun 1948, sebagai 
seorang pemeluk agama Hindu dengan suami yang beragama 
Islam yang dikaruniai beberapa orang anak yang memilih 
agama Islam yang berbeda dengan Sister Alit. Sister Alit 
sebelumnya bekerja sebagai perawat disebuah rumah sakit 
dan pensiun tahun 1997. Setelah pensiun lalu diperkenalkan 
oleh seorang temannya untuk mengenal meditasi ini sebagai 
pembentukan karakter (Character Building) secara spiritual, 
sebab disini bukan belajar agama. Karena anggota sudah 
punya keyakinan agamanya masing-masing dan mereka 
menjadi keluarga untuk belajar meditasi dalam pembentukan 
karakter. Tujuannya, untuk membentuk karakter menjadi 
manusia yang lebih baik, karena sesama manusia sebagai 
ciptaan Tuhan. 
Sister Alit sudah 10 tahun menjadi anggota keluarga di 
BK, diangkat menjadi pengurus sejak tahun 2011. Sebelumnya 
bekerja sebagai perawat dan pensiun tahun 1997. 
Pengalamannya menjadi anggota keluarga di BK, melalui 
teman yang lebih dahulu sebagai keluarga di BK untuk 
pembentukan karakter secara spiritual, karena disini bukan 
belajar agama, sudah punya keyakinan agamanya masing-
masing dan mereka menjadi keluarga untuk belajar meditasi 
dalam pembentukan karakter. 
Sister Aridha (47 tahun) yang beragama Islam, tinggal 
di Benowo sudah tiga tahun sebagai pengurus di BK. Sister 
Aridha profesinya penulis di Kompas Yana sebagai Pemerhati 
 
Masalah Ketidakbahagiaan sekaligus dosen Universitas 45 
Surabaya. Sebagai dosen dan penulis banyak sekali yang 
konsultasi tentang berbagai masalah terkait dengan suami istri 
dan lain-lain. Sebagai pengalaman pertama saya mengenal 
meditasi, saya mencari dari yootube tentang happiness, dan 
saya temui pada meditasi Sister Sivhani yang mengajarkan 
bahwa kebahagiaan itu adalah sifat asli kita. Kita sebetulnya 
punya original yaitu happienes. Kenapa kita kemudian 
menjadi tidak nyaman. Itu berarti ada sesuatu yang salah. 
Menjadi tidak bahagia. Kita tidak boleh meletakkan happiness 
sebagai titik tujuan. Tetapi kita sendirilah happiness itu. 
Intinya orang mencari kebahagiaan. Sister Aridha yang 
bertugas juga sebagai salah seorang pengurus dan dalam 
seminggu 3-4 kali datang ke Manyar ini, namun tidak 
bermalam. 
Sister Sukreni menjadi pengurus di Yayasan Studi 
Spiritualitas Brahma Kumaris  Cabang Surabaya, sejak tahun 
2007, dan  kini sebagai pengganti Sister Janaki yang bertugas 
menjadi Center Wasi di Surabaya untuk sepenuhnya yang 
bertanggung jawab selama 24 jam. Masa jabatan pengurus 
Yayasan Brahma Kumaris selama 5 tahun sekali ada 
penggantian pengurus dan baru pada bulan Januari 2016 ini 
ada penggantian pengurus yayasan.  Yang ditunjuk sebagai 
Ketua Yayasan di Surabaya sekarang ini adalah Sister Raka, 
yang menggantikan posisi Sister Alit yang sebelumnya 
menjabat sebagai ketua. Kami di sini sebagai sukarelawan 
dimana masing-masing center mengelolanya. Untuk sebutan 
bagi  pengurusnya yang wanita dengan “Sister” dan yang pria  
“Brother”.
Sister Nunik Silalahi, beragama Katolik. Awal mula 
ketertarikannya untuk mengikuti meditsi di BK, kebetulan 
sedang mencarikan guru meditasi untuk ibunya. Sebagai 
pemula ada kelas 7 hari di mana  setiap hari dibacakan 
Murly/pelajaran pengetahuan spiritual. Pada inti sari 
pelajaran itu yang saya tangkap,  yaitu jangan khawatirkan 
orang lain tetapi diri sendiri. Sehingga saya mengambil 
kesimpulan bahwa yang harus diperbaiki, ditata adalah diri 
sendiri, serta dengan kata Titik. Artinya, bila kita 
mendengarkan pembicaraan, misalnya bergunjing, maka tidak 
perlu ikut campur. Setelah itu saya pelajari, yang saya rasakan 
damai dari pada dengan sebelumnya. Setiap hari kami 
mendapatkan poin-poin itu dan sesuai dengan masing-masing 
orang berbeda dalam menangkap kata-kata positif. 

Aktivitas Meditasi Spiritual Brahma Kumaris 
Bagi para pemula, awal untuk mengikuti meditasi 
dengan melalui kursus dasar terlebih dahulu selama tujuh 
hari, yang diberikan secara cuma-cuma, dan dibimbing oleh 

instruktur yang berpengalaman dan dibantu dengan  slide, 
video untuk memudahkan menerima pembelajaran meditasi. 
Meditasi ini mudah dilakukan hanya dengan memusatkan 
dan mengamati pikiran dalam keheningan meditasi. Brahma 
Kumaris tidak merubah kepercayaan  seseorang, terbuka bagi 
semua orang dari berbagai kepercayaan, umur, latar belakang 
ekonomi dan pendidikan. Dengan melakukan meditasi, jiwa 
menjadi lebih stabil, jauh dari prasangka buruk, luwes dan 
damai. 
Yang disampaikan dalam pembelajaran dasar, tidak 
menyangkut soal agama tetapi mengatur pikiran, emosi, 
karena dalam tubuh kita ada jasmani dan rohani yaitu energy 
yang setiap hari berfikir dan tidak mendapat perhatian karena 
yang setiap hari kita perhatikan hanya jasmani, kita kasih 
makan, pakaian. Tetapi itu tidak cukup hanya pada jasmani. 
Karena itu kita juga harus memperhatikan rohani kita yang 
suka ada kebiasaan buruk, marah atau membenci. Dan untuk 
itu perlu dilakukan meditasi. Tujuannya untuk 
menghilangkan pikiran-pikiran yang negatif, menjauhkan dari 
pikiran negatif, tetapi kita perlu waspada. Seperti contohnya 
badan kita yang dipakai setiap hari, dikasih makan lalu 
dipakai lagi, karena itu perlu di asah, demikian juga dengan 
bermeditasi itu untuk menata pikiran. Meditasi bisa dilakukan 
kapan saja dan dimana saja.  
Bagi Sister Alit ada istilah, bagi kita bagaimana dalam 
menjalani hidup ini menjadi mati sambil hidup artinya mati dari 
segala keinginan duniawi, jadi bisa mematikan, misalnya 
keinginan untuk memiliki baju yang bagus, atau keinginan 
 
untuk makanan yang enak. Jadi bagaimana kita sebagai 
manusia, menyayangi dan menghormati kepada semua umat 
agama, siapapun keluarga kita, apapun agamanya, jadi tidak 
boleh menilai kelemahan atau kekurangan siapapun. Kepada 
siapapun dia, kita menganggap dari jiwa yang damai, kembali 
pada jati diri kita adalah jiwa yang damai, suci, penuh cinta 
kasih, penuh nilai-nilai luhur. Bagaimana kita belajar untuk 
kembali pada jati diri kita yang asli. Dulu kita pemarah 
sekarang kita belajar bagaimana menghilangkan semuanya. 
Kepada siapa pun. Kita lihat kebaikannya, jangan lihat 
kejelekannya. 
Setiap peserta harus mengikuti kelas dasar tentang 
meditasi Raja Yoga. Setelah itu, peserta baru mengikuti kelas 
Meditasi Perdamaian Dunia. Meditasi dilakukan pada pukul 
06.00-07.30. Sister Alit, mengatakan meditasi dilakukan 
dengan bebas, tidak perlu bersila sambil memejamkan mata, 
tetapi dengan mata terbuka. ”Ini membiasakan kita untuk 
meditasi dalam keseharian. Dalam bekerja pun kita bisa 
bermeditasi”.  
Kegiatan meditasi di BK tidak ada kata libur, selalu 
setiap hari terisi dengan meditasi setiap pagi dari pukul 06.00 
WIB sampai 07.30 WIB. Artinya setiap pagi ada kelas, sebelum 
pelajaran bila ada yang sudah datang langsung bermeditasi. 
Kemudian dilanjutkan dengan kelas Murli/pelajaran 
pengetahuan spiritual, dan ditutup dengan meditasi. 
Jumlah anggota yang pernah mengikuti meditasi bisa 
mencapai 50 % yang muslim. Untuk disini bisa 30% yang 
muslim (bapak ibu, ramaja dan anak). Kegiatan harian selalu 
ada, meskipun yang datang hanya seorang tetap akan di 
bimbing bagi pemula, sedangkan yang sudah dari pemula 
bisa dilakukannya sendiri di ruang yang khusus bagi yang 
sudah biasa. Dan yang datang ada harian, mingguan atau 
bulanan. Harian itu pasti, ada atau tidak ada  tetap mereka 
meditasi.  
Di samping itu pada BK, tidak ada hari besar 
keagamaan, tidak ada hari libur, tetapi bagi anggotanya yang 
beragama Hindu, Kristen/Katolik misalnya tetap 
melaksanakan hari-hari besar keagamaannya. Termasuk yang 
beragama Islam. Dicari hari lain untuk bersama melaksanakan 
meditasi setelah melaksanakan hari raya. 
 
Dampak Kehadiran Brahma Kumaris dalam Kehidupan 
Keagamaan 
Menurut Sister Alit, hubungan BK dengan Pembimas 
Agama Hindu Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur 
cukup baik, meskipun pernah ditolak saat akan mengajukan 
surat permohonan izin legalitas, karena dalam surat yang 
diajukan tersebut tidak mengatakan sebagai lembaga 
keagamaan, yang memberikan ritual sebagaimana ritual 
dalam agama Hindu. Ternyata dengan ketidakpahaman kami, 
maka usulan pengesahan legalitas tidak diterima karena tidak 
terkait dengan ritual keagamaan Hindu.  
Hubungan BK dengan lingkungan awal kedatangan 
sebagai warga baru sudah melapor/memberitahukan kepada 
RT/RW bahkan mengundang warga dan Polsek sebagai 
 139
perkenalan. Pengurus BK selalu lapor dengan Satpam atau 
RT/RW, apabila ada acara besar, misalnya kedatangan tamu 
senior untuk memberikan pencerahan bisa di rumah ini yang 
mampu menampung sekitar 50 anggota keluarga, kalau lebih 
banyak bisa keluar atau bahkan sampai meminjam ruangan 
aula dari Universitas Tujuh Belas Agustus. 
Sedangkan pendapat dari Pengawas Pendidikan 
Sekolah Agama Hindu, bahwa karena di BK juga 
melaksanakan kegiatan pendidikan spiritual, maka sama 
halnya dalam agama Hindu yang disebut dengan 
Sampradaya, yaitu yang melaksanakan spiritual, meskipun 
dari BK tidak mengatakan sebagai Sampradaya.49 Masing-
masing dari anggota keluarga yang datang karena merasakan 
ada manfaatnya. Meskipun sebenarnya me
Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate