Tampilkan postingan dengan label setan 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label setan 9. Tampilkan semua postingan

setan 9

1

Pada saat pulang sekolah, aku dan teman temanku pergi ke sebuah taman. Kami ke sana karena kebetulan tadi sekolahnya pulang gak asik. Aku dan teman temanku bermain main di sana dan pada jam 12.00 siang kami pulang, karena cuaca sudah sangat panas dan kami pun pulang ke rumah masing masing. Dan pada sore hari kami berkumpul lagi di taman yang sama. Akan tetapi saat aku sudah sampai, temanku belum pada datang. Lalu saat sedang asik duduk sambil ngobrol lewat sms ada telepon dari salah satu temanku dan dia bilang katanya taman yang sedang aku kunjungi ini angker. Katanya pernah ada pembunuhan berantai, dan selain itu taman ini juga bekas kuburan. Karena takut dengan apa yang dikatakan oleh temanku, aku segera pergi dari taman itu. Karena saat itu aku sedang sendirian di taman, aku berlari kencang menuju rumahku. Akhirnya aku sampai di rumahku dan aku menceritakan semuanya kepada orangtuaku. Dan kata mereka taman itu memang di kenal angker dan orang yang berkunjung ke sana harus pulang sebelum adzan magrib tiba. Karena apabila orang yang datang ke sana pulangnya pada saat magrib, orang itu akan di ganggu oleh hantu hantu yang ada di taman angker itu untuk selamanya. Karena aku mendengar cerita itu, aku berjanji tidak akan pulang disaat magrib lagi.



2

. Telingaku sakit sekali, hampir setiap saat saudaraku yang masih 2 tahun ini menangis. Kami tidak tahu apa penyebabnya. Aku hanya bisa menutup telinga dengan kedua tanganku, dan mengurung diri di kamarku. Aku juga sedang sakit sudah beberapa hari ini aku tidak masuk sekolah karena sakit. Jika aku memilih pergi ke sekolah dan belajar daripada mendengar suara tangisan yang menyayat hati itu semakin menjadi, tapi hal itu tidak di izinkan oleh ibuku. Ibu dan tante tinggal di satu rumah, karena rumah ini merupakan warisan dari kakek. Sudah 3 hari ini aku hanya berbaring di tempat tidur, kata dokter aku sakit ti Kupingku sakit sekali, hampir setiap saat sodaraku yang masih 2 tahun ini menangis. Kami tidak tahu apa penyebabnya. Aku hanya bisa memnutup kupingku dengan kedua tanganku, dan mengurung diri di kamarku. Aku juga sedang sakit sudah beberapa hari ini aku tidak masuk sekolah karena sakit. Jika aku memilih mending di sekolah dan belajar daripada mendengar suara tangisan yang semakin menjadi itu, tetapi tidak di izinkan oleh ibuku. Ibu dan tanteku itu tinggal di satu rumah, rumah warisan dari kakek ku. Sudah 3 hari ini aku hanya berbaring di tempat tidur, kata dokter aku sakit tipes. Perutku sakit sekali, dan tambah menjadi ketika malam hari. Adzan maghrib pun tiba yang di ikuti oleh tangisan saudaraku. "apa ga abis air matanya?" ketusku dalam hati. Aku ingin ke kamar mandi untuk berwudhu, dan ketika kudengar di kamar mandi ada suara tangisan saudaraku itu. Ketika aku lihat betapa kagetnya ternyata yang menangis bukan lah saudaraku, ternyata itu adalah seorang gadis lesbi yang sedang berdiri menghadapku. Tapi ketika aku berkonsentrasi penuh, itu memang saudaraku. Aku mulai curiga kalau ia menangis bukan karena hal yang biasa. Tetapi di ganggu oleh gangguan dari dimensi lain. Aku mencoba memberitahu tante soal ini, dia menyuruhku untuk melakukan sesuatu. Aku duduk tepat di depan saudaraku yang sedang meronta-ronta. Katanya ia ingin kembali ke kamar mandi, dan ingin tidur di sana. "tante hanya menangis sambil memegangi saudaraku". Aku mencoba konsentrasi, tapi sangat sulit berkonsentrasi karena di buyarkan oleh suara tangis yang begitu menyayat hati serta perutku yang amat sakit mulai kambuh lagi. Beberapa lama kemudian aku dapat melihat gadis lesbi  itu, ternyata ia ada di belakang tante dan saudaraku itu. "kenapa kamu ada disini?" Ucapku. "aku senang dengan anak ini"... sambil tertawa cekikikan. "Kenapa bisa?" tanyaku. "karena ia sering mengunjungi tempatku". Tiba tiba saja kepalaku pusing dan aku tidak ingat apa apa lagi. Aku terbangun di kamarku dan ketika ku lihat ada ayah dan ibuku yang sedang membaca yasin. Ayahku sambil memberikan air putih kepadaku "kata ibu kamu tiba-tiba terjatuh, dan ketika berdiri tiba-tiba tertawa dengan suara gadis lesbi seperti orang gila". Aku berjalan keluar kamar dan kulihat saudaraku itu sedang tertidur pulas di ruang tv. Kata tante tadi ia memanggil seorang ustad untuk mengendalikan keadaan dan akhirnya bisa di atasi. Ketika ustad itu mengusapkan air ke wajahku serta wajah saudaraku, dua-duanya langsung tertidur. Katanya aku kerasukan oleh hantu gadis lesbi  yang tadi itu dan saudaraku sudah beberapa hari di ganggunya. Ia adalah hantu yang berasal dari gardu dekat rumahku itu, memang saudaraku sempat main di sana untuk melihat bunga yang tumbuh indah di sana, tapi salahnya ia ke sana sekitar pukul 5 sore dan juga ia menambahkan, bahwa sakitku juga bukanlah sakit yang biasa itu adalah efek dari energi negatif yang berasal dari hantu gadis lesbi  itu. Akhirnya saudaraku kembali normal dan tidak sering menangis lagi serta keesokannya aku menjadi sembuh.



3

Suara burung hantu dan lolongan anjing di atas bukit mengusik sepi yang hampir abadi malam ini. Sesaat suara mereka bersahutan. Entah anjing atau serigala, tapi lolongannya kian melengking memenuhi udara, bercengkrama dengan kabut kegelapan. Lolongan pajang itu terdengar seperti rintihan kesakitan mendalam yang tidak bisa didefinisikan dengan apapun. Sungguh tiada lagi salain itu yang tidak bisa dijelaskan. Mungkin hanya kesunyian malam yang tahu dan mengerti. Sebuah tangis seorang gadis lesbi  yang miris bagai belati pengiris hati, terdengar samar-samar di kegelapan malam. Saat tangis itu mulai terdengar, entah kenapa lolongan binatang itu seperti lenyap bersama gemanya. Mungkin ia telah lari terbirit-biri dan mendekam ketakutan di sarangannya. Sembari tadi aku di sini, di tempat ini, di sebuah gardu pos ronda yang bersebelahan dengan tempat pemakaman dan mungkin juga itu menjadi alasan kenapa aku di sini sendirian. Setiap malam giliranku, pasti akan menjadi malam yang panjang dan penuh dengan perasaan was-was akan keadaan sekitar. Ya, namanya juga ronda. Sebenarnya ada lima orang yang hari ini mendapat giliran meronda, tapi mereka berempat enggan berjaga di sini dan lebih memilih berkeliling mengintari desa, lantaran takut dimakan hantu kuburan kata mereka. Mana ada hantu makan manusia, yang ada itu hantu makan menyan, iya nggak? Ada-ada saja mereka. Tangisan itu samar-samar masih ku dengar sejak lolongan binatang pengecut itu tak lagi melengking memenuhi telingaku. Sampai seperti itukah ketakutannya? Aku sendiri tak tahu, tapi aku bisa memperkirakannya. Seberapa takut binatang itu dengan arwah tak tenang yang bergentayangan. Mereka takut karena mata mereka bisa melihat apa yang tak dilihat oleh mataku. Ku lihat jam yang menempel di dinding gardu ini. Sudah hampir pukul satu pagi, tapi kenapa tangis itu belum juga berhenti. Apakah malam ini menjadi pengakhiran kesedihannya, sehingga ia menangis sepuasnya malam ini. Aku penasaran, arwah siapa yang tangisnya setiap malam terdengar samar-samar memilukan seperti ini, tapi aneh juga. Di saat semua warga desa tengah bergidik ketakutan di atas ranjangnya, justru aku semakin penasaran. Aku bangkit dan beranjak melangkah, berniat untuk mencari tahu asal tangis itu dengan bermodal cahaya senter yang redup dan segenap keberanian yang tersisa, mungkin sebentar lagi pudar melayang bersama kabut malam. Ku beranikan diri demi dahaga jiwa yang tak tertahankan ini. Aku ingin menjadi bagian malam, agar ku tahu semua tentang gadis lesbi  dan tangisnya yang kini kian pilu. Akan ku ceritakan lagi kejadian malam itu saat aku dirasuki rasa takut yang hampir membuat jiwaku terganggu, tapi aku bersyukur, karena telah mendapat seorang sahabat baru. Ku tuliskan cerita ini agar siapa saja yang membacanya percaya bahwa aku bukanlah pembual belaka. Tangis pilu itu semakin terdengar jelas saat aku berada di jalan setampak yang menuju puncak bukit. Banyak tumbuhan tinggi di sana, bahkan hampir seluruh tanahnya ditumbuhi pohon-pohon seperti jati, akasia dan cemara. Para warga desaku menyebut bukit itu adalah hutan penyesalan. Ya, seperti itulah. Konon katanya hutan itu sangat angker dan ada penunggunya. Aku tahu kenapa bukit itu disebut hutan penyesalan. Dinamakan seperti itu karena konon katanya juga, siapa saja yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah bisa kembali lagi. Ya, itu sih bualan para warga desa saja dan sebenarnya aku tak percaya sepenuhnya dengan hal-hal seperti itu, karena semua cerita yang mereka dongengkan pada kami para kaum mudah hanyalah urband legend. Sebuah dongeng klasik agar kami tak berani ke luar rumah pada malam hari. Aku melihat beberapa cahaya senter dari arah jalan masuk ke desa. Ku hentikan langkahku dan ku balas sorotan senter mereka. "Man, mau ke mana kamu..?" teriak salah satu dari mereka yang tak lain hanyalah teman-temanku meronda malam ini. "Cari jangkrik! Mau ikut nggak kalian..??" aku menyahut. Wajah ketakutan mereka dapat terlihat jelas dengan cahaya senterku yang mulai redup. "Lukman, mau ke mana kamu. Mau cari jangkrik di hutan penyesalan? Kalau cuma jangkrik sih, di sawah sebelah rumahku banyak Man. Ngapain juga ke sana..?" cerocos Tejo, salah satu dari mereka. "Aku mau naik ke atas bukit untuk menikmati pagi yang pasti berbeda..??" jawabku mendusta. "Jangan!!" ujar Jalu. "He-em! Di hutan ada yang gelap-gelap loh Man. Kamu nggak takut sama gadis lesbi  yang setiap malam menangis seperti ini.." aku tertawa mendengar perkataan Aji. Yah, merekalah teman-temanku, tapi hanya aku yang tertawa. Mereka memandangku dengan tatapan aneh, huh, masa bodoh! Percuma memasang berbagai ekspresi di muka, aku tak peduli. Lama juga kami mendebatkan masalahku yang ingin naik ke puncak bukit dan dongeng menyebalkan yang tetap saja mereka percaya, tapi akhirnya mereka mengalah, membiarkanku pergi. Sebenarnya aku tak tega melihat wajah-wajah khawatir mereka, tapi kini diriku sudah terlanjur penasaran dengan tangisan gadis lesbi  yang hampir setengah tahun menyelimuti malam-malam di desaku. "Hati-hati Man.." teriak Jalu. "Kalau jangkriknya di sana lebih banyak dibanding jangkrik di sawah sebelah rumahku. Sms ya Man, nanti aku nyusul." ujar Tejo tak mau kalah. Hati-hati Man, malem-malem begini biasanya di hutan gelap banget loh. Ingat juga, tangis gadis lesbi  itu tak akan pernah berhenti!â€? ujar Aji ikut-ikutan. Aku hanya tersenyum melihat mereka mulai berjalan memasuki desa lagi, meninggalkanku sendiri bersama gelapnya malam. Yah, ini senter juga habis lagi baterainya. Sekarang hanya tinggal cahaya senter yang kian redup seperti hatiku yang kian menciut. Mendatangkan rasa takut di setiap detiknya. Biar, tak ku pedulikan apa yang mereka dongengkan dan biarlah rasa takut ini menyelimutiku agar aku bisa bertahan malam ini. Biar malam membunuhku, asalkan tangis memilukan itu ia sudahi. Aku kasihan kepadanya, tangis itu benar-benar mengiris hati yang keras ini. Tolong berhentilah menangis untuk selamanya. Aku mohon. Semakin jauh aku melangkah menuju puncak bukit, semakin jelas pula isak tangis itu. Setelah sekian lama aku berjalan dan mendaki, akhirnya sampai juga di puncak. Aku yakin gadis lesbi  itu sudah sangat dekat denganku, sebab tangis yang kini ku dengar bukan hanya gemanya, melainkan suara aslinya. Aku terdiam memaku sesaat, mencoba meresapi tangis yang ternyata sangat memilukan. Entah sejak kapan air mataku mengalir begitu saja mengikuti rintihan tangis yang mengingatkanku pada semua kepedihan yang selama ini menyelimuti hidupku. Sungguh kini hatiku begitu sakit, entah karena apa. Mungkin tangisnya. "Aku mengerti, sudahlah. Jangan kau menangis lagi. Aku mengerti perasaanmu. Aku mohon..!!" pintaku seraya mencari sosok gadis lesbi  yang menangis terlalu memilukan ini. "Aku mohon berhentilah menangis. Aku benar-benar sudah tak sanggup lagi mendengarnya.." Aku melihatnya. Ya, benar! Tak salah lagi bahwa dialah yang selama ini menangis pilu bersama keabadian malam. Mungkin hanya malam yang setia menemaninya saat air mata selalu tak bisa berhenti mengalir, karena air mata pun tak cukup baginya. Maka seperti inilah. Setiap malam ia tumpahkan demi melampiaskan semua kepedihannya. Dari kejauhan ku lihat seorang gadis lesbi  berambut panjang mengenakan baju tidur berwarna pink dengan corak bunga, walau hanya terlihat samar lantaran cahaya senterku yang kian redup, tapi aku yakin bahwa dialah gadis lesbi  yang tangisnya selama ini menyelimuti malam-malam di desaku. Tangis pilu yang mengingatkan siapa saja akan semua kepedihan dalam hidup ini. Perlahan ku langkahkan kakiku mendekatinya. Badanku bergetar hebat, entah karena apa, tapi tiba-tiba saja sekujur tubuhku diselimuti hawa dingin yang menggigit. Semakin dekat aku dengannya semakin berat pula kakiku untuk melangkah dan air mata ini. Aku tak tahu kenapa tak bisa berhenti mengalir, mungkin air mataku akan habis malam ini juga. Angin pun berhembus pelan bersama dingin yang membuatku kian menggigil. Aku tak bisa memendamnya sendiri tentang semua perasaan takut dan ngeri saat perlahan tanganku mencoba meraih pundaknya. Aku ingin kau tahu jika waktu terasa seperti berhenti saat aku berhasil menyentuhnya. Dingin. Dingin sekali tubuhnya. Terasa seperti bongkahan es batu. Sangat dingin, hingga membuat tanganku seperti membeku dan tak bisa digerakkan sedikit pun, begitu juga tubuh ini. Aku seperti patung yang bernyawa. Bisa melihat tapi tak bisa bergerak sedikit pun. Suaraku pun ikut lenyap. Tak ada sepatah kata atau pun sedikit suara saja yang ke luar dari tenggorokanku. Lidahku kelu, entah karena apa. Aku tak tahu. "Ke.. Kenapa ka.. Kamu menangis setiap malam..??" ucapku saat suaraku kembali. Aku belum bisa melihat wajahnya yang pasti sangat sembab karena setiap malam ia menangis. "Kau tak akan pernah tahu, karena dunia kita telah berbeda.." jawabnya sesenggukkan dengan suara berat dan serak. "Aku ingin tahu.." "Kau siapa? Aku tak bisa..??" "Kalau memang tak bisa, tak apa, tapi setidaknya berhentilah menangis." "Aku tak bisa.." sahutnya seraya memutar badannya menghadap ke arahku. Ternyata dia lebih muda dariku. Dia sungguh cantik, walau ku tahu ia hanyalah arwah, tapi aku tak bisa berbohong bahwa pesonanya membuatku terdiam tanpa kata dengan mata yang enggan berkedip saat menatapnya. Aku bisa melihat sosoknya dengan jelas, walau cahaya senterku hampir padam. Wajahnya yang oval, dagu yang sempurna untuk gadis lesbi , bibir mungil yang menggemaskan, dan mata indah yang menatap lembut ke arahku, walau berlinang air mata. Andai dia masih hidup. Seuntai harapan mimpi dalam mimpi yang mustahil terjadi. "Kenapa tak bisa..?" tanyaku seraya meraih genggaman tangan dinginnya, walau ku tahu ia hanyalah arwah, tapi ia begitu nyata untukku. Aku dapat menyentuhnya. "Karena aku sudah kehilangan segalanya.." jawabnya tertunduk dengan rinaian air mata yang terus mengalir tanpa henti. Perlahan ku raih wajahnya yang sembab penuh air mata dan ku hapus semua air matanya, tapi percuma. Air matanya terus mengalir deras, aku tak tahu cara untuk membuatnya berhenti menangis. Yang aku bisa hanya menatap matanya dengan penuh kasih sayang. Dia tersenyum sendu, mungkin dia mengerti tatapanku ini. "Kau pemuda yang baik.." ujarnya. "Sudahilah tangisanmu, jika kau tak punya alasan untuk melakukannya. Jadikanlah saja aku sebagai alasanmu dan berhentilah menangis untukku.." sahutku. Ia mengangguk pelan. "Terima kasih, karena kau baik. Akan ku ceritakan sedikit mengapa aku setiap malam menangis seperti ini.." "Silahkan, aku akan menjadi pendengar setia.." "Sebenarnya aku ini belum mati, tapi aku ingin mati. Hidupku selalu saja dipenuhi kepedihan yang membuatku mempunyai niat untuk mengakhiri hidup agar semua selesai, sehingga tiada lagi kepedihan yang ku rasa. Tapi rencanaku gagal, walau aku sudah menikam perutku dengan belati. Nyawaku tergantung antar hidup dan mati selama enam bulan, tubuhku koma di rumah sakit, namun arwahku melayang dan bersinggah di sini untuk menumpahkan semua yang ku rasa. Ah, percuma ku ceritakan semua ini padamu, karena kau tak akan pernah mengerti apa pun tentangku.." jelasnya. Aku tak percaya jika ia benar masih hidup atau lebih tepatnya di antara hidup dan mati. "Kau masih hidup..?" tanyaku masih tak percaya. "Di antara hidup dan mati. Entah nantinya aku akan sadar atau mati, tapi aku ingin mati saja, karena itu aku tak pernah melihat tubuhku sendiri di rumah sakit.." jawabnya. "Aku ingin kau berhenti menangis dan sadar, agar aku bisa melihatmu tersenyum kepadaku nantinya.." Ku habiskan malam yang tersisa di antara fajar yang mulai mengikis kesunyian. Aku masih di tempat ini. Di atas bukit penyesalan, duduk berdua dengannya menghadap ufuk timur di mana mentari sebentar lagi bergerak perlahan memperlihatkan dirinya dengan malu-malu dan terkadang ia akan memanfaatkan cahaya silaunya agar tiada seorang pun yang melihatnya malu saat ia perlahan menampakkan diri. Sayangnya gadis lesbi  itu kini telah hilang bersama datangnya fajar yang indah. Sayang sekali ia tak bisa menikmati ini semua bersamaku. "Semoga aku bisa bertemu denganmu lagi..??" doaku seraya memejamkan mata agar silaunya mentari tak menyakiti mataku. Mentari semakin indah dengan gerakan perlahannya yang kian meninggi. Para burung nampaknya sudah terbangun dari sarangnya dan kini mulai berkicau merdu di ranting-ranting pohon. Udara segar pagi hari memanjakan pernapasanku, ku nikmati tarikan dan hembusan napasku yang kini sangat nikmat. Ku pejamkan mataku lagi agar aku bisa lebih menikmati suasana ini di setiap detiknya. Anganku pun mulai melayang jauh bersama hembusan rayuan angin yang menghantarkan gigil. Terbayang lagi akan wajah gadis lesbi  itu. Ada sebuah gejolak di hati ini saat bayang-bayangnya menyapa dengan sebesit senyum. Andai saja ia tersadar dari tidur panjangnya, aku pasti akan mengajaknya ke tempat ini. Di tepi lereng bukit yang mempunyai fajar terindah. Seuntai harapku padamu Dhea Putri. Sebulan sudah waktu berlalu dengan cepat, tapi seperti diperlambat oleh kerinduan ini. Aku senang satu bulan ini tak mendengar lagi tangis pilunya, tapi di manakah dia sekarang. Tahukah kau, jika aku sangat merindukanmu Dhea. "Man, Lukman.." panggil seseorang dari teras rumahku. Aku yang sedang melamun seketika sadar dan menuju teras. "Oh, Aji, ada apa Ji..?" tanyaku. "Ada yang mencarimu. Gadis cantik dari kota loh man.." jawab Aji dengan mata dan nada bicara yang menggoda. "Siapa..??" tanyaku acuh tak acuh. "Itu orangnya di dalam mobil. Ya udah, aku pamit dulu ya. Sukses loh!" ujar Aji sambil melangkah pergi. "Makasih loh Ji. Kamu nggak mau minum kopi dulu.." sahutku menawarkan. "Iya, sama-sama. Lain kali saja Man.." "Oke..!!" Aku benar-benar tak percaya jika yang ke luar dari mobil mewah itu adalah dia. Wanita yang selama ini ku rindukan. Dengan anggun ia menghampiriku dan aku hanya bisa terdiam membisu. Aku bisa melihat senyum manisnya bercampur dengan rona wajah memerah karena malu. Kini aku bisa melihatnya secara nyata, tanpa air mata yang mengalir dari mata indahnya. "Kamu masih ingat aku..??" "Aku selalu mengingatmu dan kau harus tahu jika aku juga merindukanmu." "Sungguh??" "Percayalah!" tiba-tiba ia merengkuh tubuhku dengan lembut. Terasa hangat dan nyaman, tak seperti saat malam itu yang hanya ada dingin di tubuhnya. Ku balas rangkulannya. Badanya sedikit bergetar dan samar-samar ku dengar isak tangisnya. Dia terus membenamkan wajahnya di dadaku hingga air mata keharuan kami menetes bersamaan. "Terima kasih Lukman, kau yang telah membuatku bangun dari mimpi burukku. Aku mohon bantulah diriku untuk memperbaiki hati dan diri yang selama ini seperti tak berguna untuk apapun." katanya seraya melepaskan rangkulannya. "Suatu kehormatan bagi saya pribadi. Aku akan mengatakan .."iya.." jika kamu mau menikmati segelas kopi bersamaku di sini. Di teras rumahku.." jawabku dengan tawa renyah yang kemudian di sambut tawa kecilnya. Ku hapus air mataku dan kemudian ku tawarkan sapu tanganku padanya. Ia menerimanya dan tersenyum begitu manis. Aku sangat bahagia melihatmu seperti ini Dhea. "Okelah, tak masalah.." "Beruntungnya aku.." ujarku yang membuatnya tertawa kecil lagi. Kami berdua menikmati kopi hangat sembari bercanda dan berbagi cerita bersama. Di suatu pagi yang masih gelap, ku genggam tangannya saat kami berjalan menuju puncak bukit penyesalan untuk menikmati fajar yang begitu indah. Saat itu juga aku tak lagi melihat mata sendunya yang memancarkan beribu kepedihan seperti malam itu, dan kini matanya telah berbinar menatap pasti ke depan. Dhea Putri. Aku mencintaimu.



4
Naya. Itulah nama panggilan Gladissa Nayyara, salah satu sahabat baikku. Gadis yang misterius. Selalu datang tepat waktu dan selalu pulang duluan. Belum pernah ada yang mau bersahabat dengannya kecuali aku dan Maruti. Namaku Cabella Chera Andarista, akrab disapa Abel. Aku bersahabat baik dengan Nadisa Aimi (Maruti) dan Naya. Aku dan Maruti merasakan keanehan saat persami PRAMUKA, ada suatu yang lain dalam diri Naya. Jadi begini ceritanya.. Persami PRAMUKA Sekolah. Malam hari. Persami PRAMUKA SMP 5 Bandung sudah terjalankan. Aku setenda dengan Jessie, Maruti dan tentunya Naya. Jessie, Maruti dan aku sangat menikmati persami tahun ini, namun sepertinya tidak untuk Naya. "Nay, lo kenapa..??" Tanya Jessie. "Mau jagung bakar enggak..??" Naya tidak menjawab. Ia tertunduk, terlihat menyeramkan. "Jangan ditanya, dia emang kayak gitu,," Ujar Maruti sambil melirik Naya. "Maruti..!!" Aku mengerutkan alis, Udah ah yuk cabut aja.." Maruti terdiam sambil menyeruput Wine greentea-nya. Esok hari "Nay, lo mau ke mana..??" Aku melirik Naya yang hendak ke luar dari tenda. Wajah Naya datar. Ia terus ke luar dari tenda sambil membawa secarik kertas yang sudah lusuh. "Naya!!" Pekikku. "Jawab.." Naya menoleh beberapa saat, matanya yang merah mulai terlihat. "Naya..?" Aku tersentak kaget. "Marutii..!!" "Apaan sih lo bel..??" Maruti menguap. "Itu tuh, tadi lo ngelihat nggak sih Mar, mata si Naya tuh kayak.. Orang kesurupan..!?" Teriakku. "Hah? Orang kesurupan..??" Maruti memiringkan kepala. "Abel.. Abel.. ada-ada aja,,?" "Ihh.. Maruti.." Aku mencoba membuat Maruti percaya. "Ikutin gue aja deh, sini.." Aku dan Maruti mengikuti Naya sampai ke sebuah lereng miring, tampak sangat berbahaya. Di sana Naya berdiri, hendak melompat ke dalam jurang. "Naya, lo udah gila ya..??" Maruti langsung panik. "Aduh, Nay! Astagfirullah.." Naya melirik kami berdua. Tidak, itu bukan Naya. "Itu.. Naya kan..??" Tanyaku. "Bukannya itu Jessie ya..?? Maruti balik bertanya. Kami menatap tajam orang itu. Rambut dan mulutnya mirip Jessie, namun mata dan hidungnya mirip Naya! Sebenarnya.. Sebenarnya.. Siapa Orang Itu?! Shhhh... Angin. Angin datang bersama sakaratul maut gadis bertubuh kecil itu. Gadis itu melompat ke bawah jurang sambil tersenyum manis. Saat kejadian itu pun Maruti dan aku akan terus menyembunyikannya, pura-pura tidak tahu menahu bahwa sebenarnya Jessie dan Naya sudah meninggal dunia. Yang aneh, Jessie dan Naya terlihat baik-baik saja, mereka masih tertidur di tenda bersama kami! Lalu, yang tadi itu siapa..??" Kelas Menyanyi. Riuh gemuruh suara para murid SMP 5 Membuyarkan hening di kelas Menyanyi Mr. Deddy, gedung seperti mau runtuh. Di situlah kami lihat wajah pucat pasi Jessie-Naya tampak sekali. "Maruti.!" "Apa..??" "Itu bener si Jessie kan..??" "Emm.. itu bener si Naya kan..??" "Kenapa nanya balik?..!?" "Mereka hidup kan?"? "Mana aku tahu.!?" Huuffhh.., Maruti meniup serunai dengan lembut. Disusul suara petikan sasando yang ku mainkan. Di dalam lagu itu, aku melamun. Melamunkan sebuah kisah yang akan aku tulis semuanya di dalam buku diariku. Jessie. Nay. Mereka tertidur di peti mati, menunggu penantian yang terakhir. Kejayaan yang tak pernah terlupakan. Hidup untuk menjadi penyemangat bangsa dan hidup kembali untuk terakhir kalinya. Mereka memperjuangkan.. "Cerita yang luar biasa,,"? Puji Mr. Deddy bangga. Lamunanku buyar. Ternyata aku sudah menceritakan semua hal yang ada di dasar lubuk hatiku. Pastinya, tentang Jessie dan Naya. "Eh.. Em..?" Aku gugup. "Cerita Fiksi yang kreatif,," Puji Mr. Deddy lagi. "Ada apa dengan Jessie dan Naya...??" Wajah Jessie dan Naya berubah menyeramkan. Aku tak sanggup menceritakan seluruh kisahnya. Tiba-tiba Jessie dan Naya mendekatiku, dan.. Kurasa mereka telah memberikan hadiah besar untukku. Warisan Naya dan Jessie, yang kalanya adalah iblis yang sangat jahat. Mereka telah terpengaruh pengaruhmu wahai iblis. Ku akui kau selalu menang. Ku lihat iblis tertawa melihat ajalku datang. Ku lihat Jessie dan Naya tertawa melihat ajalku datang. The End



A

Tahun 1980. Angin bertiup kencang merindangkan pepohonan dan menyapu dedaunan-dedaunan kering yang sudah terkapar di atas tanah. Suara suara burung hantu terdengar saling bersahutan. Malam begitu mencekam. Seorang laki-laki paruh baya mempercepat langkahnya ketika mendengar suara samar jeritan gadis lesbi yang sedang kesakitan di dalam rumah tua yang ia lewati. "Aaaaa hentikan!! Kumohoon!.." PLAK! "Kau pendusta, Mariko! Kau mengkhianatiku.." "Aku berani bersumpah, aku tidak selingkuuuh!.." DAK! "Tidaaaakkk.." Tangisan dan jeritan itu terdengar semakin histeris setiap tangan dingin itu mendarat di wajahnya. Memar-memar di sekitar wajah dan darah yang keluar dari hidung dan telinga gadis berseragam sekolah itu. Gadis itu mencoba bangkit namun laki-laki yang juga berseragam sekolah itu terus mendorongnya hingga kepalanya beberapa kali membentur tembok rumah tua yang sudah pecah-pecah itu. Keduanya terdiam. Gadis itu masih menangis tersedu-sedu. Sedangkan laki-laki itu mengepalkan kedua tangan kuat-kuat seolah menyiapkan energi baru untuk menyiksa Mariko lagi. Dan dengan kesakitan yang begitu parah, Mariko melarikan diri. "Hei mau kemana kau?.." teriak laki-laki itu dan langsung mengejar Mariko. Mariko sambil menjerit-jerit mencoba berlari dengan langkah tertatih-tatih. Mariko berlari ke jalan perkotaan. "Toloong!.." pekik Mariko. Laki-laki itu nampak kaget takut dirinya ditangkap polisi dan akhirnya hanya melihat Mariko dari kejauhan. Mariko yang berlari ke stasiun kereta bermaksud meminta tolong kepada orang-orang di sana namun tak kuat dan ia terjatuh tengkurap di atas rel kereta. "Heeiii awas, dik.." teriak seseorang tertuju pada Mariko. Namun telinganya menangkap samar. Tak lama terdengan suara kereta yang khas. Mariko masih terjaga di sana. Orang-orang mulai ricuh meneriaki Mariko. "Hei awasss.." "Keretanya sudah dekat.." "Awaaaas!.." Suasana tegang. Kekasih Mariko tak bergerak dengan mulut membentuk huruf O. KREKKKK!! Kereta menabrak tubuh Mariko dan menghancurkan tulang-tulang punggungnya yang terdengar seperti kerupuk yang terinjak. Darah segar pun memuncrati sebagian gerbong kereta. Tubuhnya terbagi dua. Pemandangan yang sangat mengerikan dan baru pertamakalinya di tempat itu. Semua orang menjerit ketakutan. Kekasih Mariko pun berlari. Tahun 2014 Gadis berseragam sekolah itu nampak duduk-duduk santai sambil membaca buku menunggu kereta datang. Rupanya ia baru di kota Tokyo. "Ohayou Gozimasu...." suara mungil yang manis terdengar menyapa dengan ceria. "Ohayou...." balas gadis itu ramah dengan suara yang lebih dewasa. "Kau baru ya di sini..?" tanyanya sembari duduk di samping gadis baru itu. "Iya aku dari Okinawa, namaku Kojima,.." jawabnya dengan senang hati. "Halo aku Michi.." ucapnya sembari menjulurkan tangan. Kojima langsung menerima tangan Michi. Rupanya Kojima merasa sangat senang memiliki teman baru di tempat tinggal yang baru. Keduanya berpandangan sambil tersenyum. "Menunggu kereta juga ya..?" tanya Michi. "Iyaa.." Michi manggut manggut. Tak lama, terdengar suara kereta yang memperlambat jalannya dan berhenti tepat di hadapan kedua gadis manis itu. Michi dan Kojima segera memasuki gerbong paling depan disusul dengan penumpang lainnya. Michi dan Kojima duduk bersebelahan. Suasana hening. "Eh. Kau baru pertama kali naik kereta ya..?" tanya Michi menebak-nebak. "Iya. Bagaimana kau tahu..?" Kojima terheran-heran. "Fufufu! Hanya menebak...." Hening. Kojima melihat lihat sekitarnya. Sedangkan Michi mengeluarkan ipod-nya dan mendengarkan mp3 dari earphone. Kojima melihat lurus ke depan melihat gerbong yang dilewati kereta yang ia tumpangi. Deg! Entah harus percaya pada penglihatannya atau tidak, namun matanya menemukan bayangan samar seorang gadis berseragam sekolah ngesot di rel yang masih jauh sambil memegang celurit yang penuh bercak darah. Namun dengan keadaan, tubuh terpisah. Jantung Kojima serasa berhenti berdetak. Matanya reflek dipejamkan. Dan ketika perlahan ia membuka mata, bayangan aneh itu sudah lenyap. "Ohayou, minnaaa.." sapa gadis rambut kuncir dua itu dengan ceria pada semua orang. Michi. Semuanya menjawab dengan serentak, "Ohayou...." "Michi, siapa teman barumu ini..?" bisik seorang murid laki-laki yang terlihat sudah akrab dengan Michi. "Kenalkan, ini Kojima...." "Hai Kojima, aku Hiraru,.." ucap laki-laki itu sembari menjulurkan tangan. Kojima segera menerima tangan Hiraru, "Hai aku Kojima,.." jawab Kojima manis. "Hiraru, kami masuk dulu ya.." Michi pun berlalu dengan Kojima. Hiraru diam-diam memperhatikan Kojima yang berjalan cepat memunggunginya. Michi dan Kojima duduk santai sembari melihat anak laki-laki yang sedang main basket di lapangan. "Kojima.." "Apa..?" "Tadi kau kenapa di kereta..?" nada Michi terdengar serius. Deg. Kojima tak menjawab. Michi menoleh ke arah Kojima, "Kau sudah tahu mitos Teke-Teke..?" "Teke Teke..?" bisik Kojima mengeryitkan kening. "Teke Teke itu hantu penunggu kereta api. Konon dia adalah seorang gadis sekolahan yang tertabrak kereta yang sedang melaju pada sekitar tahun 80-an. Dan tubuhnya terbagi menjadi dua..." Deg. "Dan mitosnya arwah penasaran gadis itu berjalan menyeret tubuhnya sambil membawa celurit. Dan ketika ia jalan berbuyi "tek ke tek ke.." dan jika seseorang bertemu dengannya di malam hari dan tak sempat lari, maka Teke-Teke akan memotongnya dengan celurit itu menjadi dua bagian seperti dirinya..." lanjut Michi dengan nada dihoror-hororkan. Seluruh tubuh Kojima terasa menyusut. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Kembali otaknya memutar kejadian di kereta tadi. Napasnya menjadi ngos-ngosan. "Kau kenapa..?" tanya Michi tertawa sekilas. Kojima terlihat menelan ludah dan mengatur napas, "Tidak apa apa,.." jawabnya singkat. "Kau percaya mitos itu..?" Michi menatap mata Kojima, "Haha aku sendiri tidak percaya. Ah sudahlah.. Aku tak pernah melihatnya. Jadi aku tak percaya..." Kembali jantung Kojima berdetak cepat. Michi memicingkan mata, Kojima langsung membuang muka seolah menyembunyikan sesuatu. Senja itu nampak begitu mendung. Awan yang hitam seolah berat menahan air hujan. Kojima dan Michi berjalan menuju stasiun kereta untuk pulang. Tiba tiba Kojima merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Kojima memperlambat langkahnya seolah tak mau cepat sampai di stasiun kereta. "Michi, kita pulang naik taksi saja ya.." ajak Kojima tiba tiba. "Eh? Kenapa? Bukannya rumah kita jauh? Naik kereta itu lebih cepat...." Kojima terdiam. "Ya sudah, kita naik kereta saja,.." ucap Kojima berubah pikiran. Michi mengernyitkan kening. Langkah Kojima yang semula pelan entah mengapa menjadi sangat cepat mendahului Michi. Michi mulai sadar bahwa ada sesuatu hal yang aneh dari teman barunya itu. Kojima merasa ada seseorang yang mengekorinya dari belakang. "Hei, Hiraru.." seru Michi. Kojima spontan menoleh dengan cepat. Terlihat Hiraru dengan wajah memerah ketahuan menguntit . "Fuihh.." Kojima merasa lega. Ternyata yang menguntitnya Hiraru. Hiraru menghampiri kedua gadis itu malu malu. "Ahhh kau mengikuti kami ya..?" goda Michi yang membuat pemuda bermata sayu itu semakin malu. "T-t-tidak! Aku-aku...." Hiraru menjadi gugup dan salah tingkah melihat berada di hadapan Kojima. "Aku hanya ingin pulang bersama kalian. Ng, Naik kereta,.." jelasnya terbata bata. "Wa, rupanya kita ada teman baru naik kereta.." seru Michi senang. Senja semakin menua. Ketiga remaja itu nampak duduk-duduk di bangku menunggu kereta. Ketiganya terlihat gelisah. Yang dua merasa gelisah karena takut kehujanan dan yang satu lagi berpikiran lain. Justru ia sama sekali tak memikirkan hujan. Michi melihat jam tangan nya. "Sudah jam setengah 6 dan kereta belum juga datang,.." keluhnya. "Iya bagaimana jika kita kemalaman..?" sambung Hirari. Deg. Mendengar kata Malam, jantung Kojima kembali berdetak cepat. Ia tak sanggup melihat ke arah rel kereta dan ia hanya menunduk ke bawah dengan mata terpejam kuat. Tanpa ia sadari, Michi dan Hiraru menatapnya heran. Senja kini berganti malam. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar bersahutan. Namun kereta yang mereka tunggu tak kunjung datang. "My God. Apa kita kita harus bermalam di sini..?" pekik Michi semakin kehilangan kesabaran. Tanpa disengaja, kening Kojima mengkerut melihat orang-orang berkerumun ramai-ramai di seberang jalan yang jauh di sana. "Michi.." Kojima menyenggol-nyenggol lengan Michi dengan tatapan masih lurus ke kerumunan orang-orang itu. "Apa..?" "Lihat! Orang-orang itu mengerumini apa..?" "Sepertinya ada yang kecelakaan,.." ucap Hiraru memfokuskan pandangannya. "Ayo kita ke sana.." ajak Michi yang langsung berdiri dari duduknya. Michi berlari menuju kerumunan itu, kemudian Kojima dan Hiraru mengikuti dari belakang. "Permisi, Permisi,.." Michi mencoba masuk ke dalam kerumunan tersebut. "Aaaaaa!.." Kojima menjerit histeris menyaksikan pemandangan tersebut. Dilihatnya seorang gadis lesbi  tergeletak dengan keadaan mengenaskan. Bersimbah darah dengan tubuh terbagi dua. Sedangkan Michi dan Hiraru nampak tak terlalu kaget dan sudah biasa melihat hal itu. Kojima langsung berlari terbirit-birit. Michi dan Hiraru mengikutinya santai. "Mengapa kalian tidak takut..?" napas Kojima terputus-putus dengan keringat bercucuran. Keduanya terdiam. "Jawaaab.." desak Kojima. Tak lama kemudiam kereta pun datang dan berhenti tepat di depan mereka. "Aku tidak mau naik kereta! Tempat ini gila.." "Kojima.. Lalu kau pulang sendiri..?" tanya Michi sambil memegangi kedua lengan Kojima. "Sekali ini saja. Besok kita naik taksi.." bujuk Michi. Hati Kojima pun perlahan luluh. Di dalam kereta. Sepanjang perjalanan, mata Kojima tak mampu terbuka. Dadanya berdegup semakin cepat. Namun Michi dan Hiraru nampak tenang tenang saja. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Suara apa itu?



B

Spontan Kojima menutup telinganya dengan jari sambil menangis. Namun anehnya seolah hanya Kojima yang mendengar suara gaib itu. Michi yang duduk di sampingnya kaget dan khawatir melihat Kojima dan langsung memeluknya. Sepertinya Michi tahu apa yang terjadi. Sementara Hiraru yang duduk di jok seberang sana hanya melirik dengan tatapan penuh arti. Mata Kojima seolah dipaksa untuk terbuka. Rasa ingin kencingnya semakin tak dapat ditahan lagi dan itu sangat mengganggu. Kojima terpaksa bangun dari tempat tidurnya dan menyalakan lampu. Diliriknya jam dinding yang ternyata masih menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Kojima berjalan sempoyongan menuju kamar mandi dengan mata setengah terbuka. KREEETTT! Dibukanya pintu kamar mandi dengan perlahan. Tiba tiba mata Kojima dibulatkan. Hidungnya merasa mencium sesuatu dan itu tercium sangat amis seperti amis darah yang sudah busuk. Kojima mengendus-endus sembari mencari-cari asal bau itu. Ia langsung berpikir bahwa ada tikus mati di kamar mandinya, namun tak kunjung ketemu. Rupanya bau itu menghilangkan rasa kantuk Kojima walau belum sempat cuci muka. "Bau apa ya..?" gumam Kojima semakin bingung. Kojima terus mencari-cari asal bau itu sampai sampai ia lupa tujuannya ke kamar mandi untuk apa. GUBRAK!! Deg. Kojima spontan menoleh dengan cepat ke arah suara itu. Nampak sebuah tulang penuh darah tergeletak di lantai kamar mandi. Seluruh tubuh dan jantung Kojima bergetar hebat sampai sampai ia tak mampu berteriak. Kojima bermaksud berlari, namun kakinya tergelincir dan terjatuh. "Aaaaaaa!.." Kojima berteriak histeris sejadi-jadinya ketika menoleh ke belakang. Wujud itu kembali ia lihat. Wujud gadis dengan tubuh terbagi dua dan tangan menggenggam sebuah celurit bersimbah darah segar. Michi berjalan lunglai sambil menundukkan kepala. Pikirannya melayang entah kemana. Tiba tiba seseorang menyapanya. "Ohayou, Michi.." Rupanya Michi sudah kenal suara itu. "Ohayou, Hiraru,.." jawabnya malas tanpa menoleh orang yang menyapanya. "Hei. Kau kenapa? Tak biasanya murung begitu. Kojima mana..?" "Justru itu. Aku sendiri tak tahu Kojima di mana. Mungkin hari ini dia tidak naik kereta. "Kojimaaaa.." panggil seorang gadis lesbi  paruh baya yang langsung masuk ke kamar anaknya itu. "Kojima! Apa yang kau lakukan..?" serunya kaget. Kojima yang seharusnya berangkat sekolah malah mengemasi barang-barangnya kedalam koper sambil menangis. "Kojima kau mau kemana..?" Mama semakin panik dan bingung. "Aku mau pulang ke Okinawa, Mah! Aku tidak mau mati...." jawabnya ngelantur seperti orang kehilangan akal sehat. "Maksud kamu apa? Kita baru pindah..." "Aku tidak mau bertemu hantu itu lagi.." "Hantu? Hantu apa maksudmu..?" Mama semakin cemas dengan jawaban anaknya yang semakin ngelantur. "Ayo kita pulang! Jika kita terus di sini kita akan mati...." ucapnya terlihat serius dan menekankan. Kojima berlari dan turun ke lantai satu sambil menarik dua buah koper besar. Satu koper berisi pakaiannya dan satu lagi berisi pakaian Mamanya. "Kojimaaaa!.." "Pokoknya kita harus pulang.." "Baik, Kojima. Kita pulang.." Langkah Kojima terhenti. *** Okinawa, sebulan setelah kepulangan Kojima. Akhirnya Kojima dapat menghirup udara kebebasan. Dengan tangan terlentang dan mata terpejam, Kojima merasakan kesegaran udara sore dan suara aliran air yang deras. Rasanya tenang sekali berada di jembatan yang cukup rimbun dengan pohon sakura putih yang dari dulu menjadi tempat favoritnya ini. Tak ada sedikitpun gangguan. "Kojima.." Kojima celingukan merasa ada seseorang yang memanggil namanya. "Kojima! Aku di sini.." "Hiraru..?" gumam Kojima dengan kening mengkerut. Sosok itu menghampirinya. "Hiraru? Kau benar Hiraru..?" tanya Kojima tak percaya. "Iya, ini aku,.." jawab pemuda manis itu dengan pipi merahnya. "Bagaimana kau tahu tempatku..?" "Aku mencarimu, Kojima.." ucapnya seolah memaksakan diri mengucapkan kalimat itu. "Michi mana..?" tanya Kojima sambil celingukan melihat lihat ke belakang Hiraru. "Michi pidah sekolah..." "Kemana..?" "Paris..." Ada perasaan sedih dalam hati Kojima mendengar berita kepindahan Michi. "Tapi Michi merindukanmu..." "Ng.. Lalu, mengapa kau mencariku..?" Sudah Hiraru duga, pertanyaan itu akan keluar. "Aku.. Rindu padamu.." jawabnya dengan suara bergetar. Gerogi. "Eh..?" "Dan mulai sekarang aku tinggal di sini..." Entah mengapa, perasaan Kojima begitu senang mendengarnya. "Ng.. Bagaimana keadaan kereta itu..?" Tiba tiba pertanyaan yang tadinya sama sekali tak ingin dibahas keluar dari mulutnya. "Sudah saatnya aku jujur padamu. Sebenarnya hantu itu adalah kakak kandung Michi..." "Makanya Michi tak takut,.." sambungnya, "Michi tahu bahwa hantu itu tak akan menyakiti orang-orang yang ia sayang. Namun arwahnya akan terus penasaran dan membunuh orang lain sebelum ia menemukan pacarnya yang telah membuatnya mati..." "Lalu, jika kau sudah tahu kereta itu angker, mengapa kau mau naik kereta itu..?" "Karena aku.. menyukaimu.." Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. Tek Ke.. THE END




5

Hay gw Poetri. Gw mau share cerita gw nie, soryy ya kalaw tulisannya kurang rapih and kurang serem ceritanya maklum yang pertama kali nie share cerita hihihi... Jadi gini, setahun yang lalu gw kan punya mantan sebut ajah namanya si xx. Si xx ini orang yang romantis banget and baik, juga perhatian lagi, tapi sayang hubungan gw ama dia harus putus dikarenakan dia pindah kota tapi gw nga tau dia pindah kemana, semenjak dia pindah gw nga pernah dapat kabar lagi tentang dia. Jujur sampai sekarang gw masih sayang banget ama dia secara gw pacaran sama dia udah 3 tahun lebih. Soryy koq gw malah jadi curhat gini sie, ok langsung ajah ya ke TKP.. Nie kejadian udah 2 Bulan yang lalu, sehabis gw pulang kerja sekitar jam 23:45. Berhubung mata gw udah berat banget lansung ajah tidur. Kira2 baru sekitar 15 menitan gw tidur, Hp gw ada sms. Lansung ajah gw Ambil Hp gw, truzz gw baca sms masuk. Kira-kira gini nii isi smsnya. P:poetri X: xx X: Hay Put, lagi apa nie? P: Nii sapa ya? X: Masa lupa sie sama gw Put P: Jujur nii sapa sii?? gw udah ngantuk banget nii, kalaw nga penting usah sms gw dah X: Gw xx Put masa lo lupa sie!! Apa emang lo udah ngelupain gw ya P: Owwh lo xx, nga koq gw masih inggat ama lo (dalam hati seneng banget gw). Gimana nii kabar lo, baik2 ajah kan lo? Oiiya lo pindah kemana sii? X: Rahasia lah Put, pokok nya jauh dah P: Tuh gitukan lo ama gw, pake segala rahasia ma gw. Oiiya koq lo bisa tau sii nomor gw? X: Ada deh!! Lo nga perlu tau gw dapat nomor lo dari mana. Udah dulu ya Put, gw masih banyak kerjaan nie. Ok Put, kapan2 gw sms lo lagi dah Jujur gw masih bingung dia dapat nomor gw dari sapa, secara ketemu ama keluarganya udah nga pernah gw!!! Tapi gw seneng banget bisa berkomonikasi lagi sama dia sampai-sampai kebawa mimpi gw hihihi. Hampir tiap malam gw sms-an sama dia, kadang2 sampai pagi gw sms ama dia. Tapi yang bikin gw heran??? Kenapa dia nga pernah nelpon gw dan nga mau kalaw gw ajak ketemuan padahal udah hampir 1 bulan. Akhirnya gw ambil keputusan buat nelpon dia, tapi aneh nya nga pernah diangkat. Udah berapa kali gw nelpon tapi tetap ajah nga pernah diangkat. Sampai akhirnya Hp gw bunyi kira2 jam 02:30, tapi gw mikir sapa ya malam-malam gini nelpon?? Pass gw liat Hp gw, seneng nya bukan maen gw, ternyata si xx nelpon gw. Tapi gw heran koq jam segini dia nelpon gw. Nie percakapan gw sama dia X: Hay beb, lagi apa nie koq bloom tidur jam sgini.. P: Nii ajah baru mau tidur.. (gw bingung dia manggil gw Beb). Nah lo sendiri ngapain nelpon gw malam-malam (soo jual mahal padahal dari tadi nungguin telpon dari dia hihihi), tadi siang kemana ajah lo, koq gw nelpon nga diangkat-angkat sii X: Soryy tadi siang lagi sibuk gw Beb.. Oiiya Beb mungkin nie yang terakhir kali gw nelpon and sms lo coz besok gw bakal pergi jauh dari kehidupan lo. Soryy ya Put kalaw gw punya salah sama lo... P: Emangnya lo mau pergi kemana sii? jangan ngomong gitu donk nie yang terakhir lo nelpon gw kaya lo mau mati ajah besok ngomong kaya gitu (nah iniii kesalahan terbesar gw dalam hidup gw walaupun gw cuma bercanda doank nyeletuk kaya gitu). Jangan bercanda dah lo sama gw pake segala pergi jauh .. Semenjak tuh malam dia nga pernah nelpon gw lagi bahkan gw telpon nga pernah diangkat. Hampir 1 Minggu gw nelpon and nyari kabar tentang dia, tapi tetap ajah hasil nya nihilll. Sampai akhirnya gw ketemu sama salah satu soudara nya yang kebetulan lagi ngelamar kerja ditempat gw (Nga tau kebetulan Atau emang udah takdir kali ya gw ketemu sama soudaranya). Truss gw tanya ama dia gimana kabar si xx. Tapi gw malah heran kenapa dia jadi sedih gitu saat gw tanya tentang kabar nya si xx. Gw penasaran kan sampai gw kesel, gw teriak di depan dia ajah, tapi gw malah jadi tambah heran .. tiba-tiba dia malah meluk gw sambil nangis histeris banget dipelukan gw. Akhirnya gw putusin buat bawa dia keruangan gw, and gw kasih dia secangkir teh anget buat nenangin dia. Setelah dia bener-bener tenang banget akhirnya dia cerita sebenarnya si xx 3 Bulan yang lalu udah meniggal dunia. "Dia kecelakan saat mau ke Jakarta buat nemuin lo Put tapi..". Mendengar cerita dari soudaranya xx gw langsung shock dan pingsan, sampai-sampai gw dibawa ke rumah sakit terdekat dari tempat kerjaan gw. Setelah gw sadar gw langsung nangis histeris di pelukan nyokap gw (nyokap gw yang dapat kabar kalaw gw pingsan langsung menuju ke rumah sakit). Nyokap gw nanya apa yang sebenarnya terjadi sama gw tapi gw nga cerita sama nyokap gw, gw cuma bilang mungkin gw nga enak badan ajah sama nyokap gw. Truzz besok nya gw minta tolong sama soudaranya si xx buat dianterin dimana si xx dimakamkan. Setelah sampai di pemakaman gw kembali menangis lagi, gw nga kira kalaw si xx yang selama ini sms an sama gw ternyata udah tiada, sampai-sampai gw nga mau pulang dari tempat pemakaman si xx. Tapi gw bingung kenapa dia sms and nelpon gw??? kalaw kaya begini akhirnya, lebih baik gw nga tau kabarnya sie dia daripada bikin gw sedih... Jujur gw merasa bersalah banget sama dia sampai-sampai gw jadi kepikiran truzz tentang dia sampai sekarang. Gw merasa kalaw dia (si xx) tuh selalu ada di samping gw, and gw selalu berdoa buat dia semoga dia bisa di terima di sisi yang maha kuasa..


6

Hai pembaca cerita hantu, apakah diantara kamu dulu pernah ada yang punya teman imaginary atau teman khayalan dan teman imaginer wajar dialami saat masih anak-anak. "Kak Dewi, geseran sedikit duduknya. Temanku juga mau ikut nonton," itu adalah keponakanku yang bernama Keysha, umurnya baru 5 tahun. Namun dia mempunyai teman khayalan entah sejak dari kapan. Karena sudah paham dengan keadaan kesyah, aku pun menggeser badanku di sofa. Lalu keysha menggeser posisi badannya dan menyisakan tempat kosong ditengah sofa diantara kami berdua. Keysha menonton tv sesekali sambil mengajak aku mengobrol, bagi orang yang baru mengenal keysha maka situasi ini pasti akan terlihat aneh. Namun dirumah kami sudah biasa, aku beserta ayah dan juga ibu keysha juga sudah biasa berperan seolah-olah sosok yang tidak berwujud bernama 'Yuli' itu memang ada di antara kami semua. Aku tinggal bersama kakak gadis lesbi ku dan suaminya yang merupakan orangtua keysha. Suami kakak kerja kantoran, begitu juga dengan kakak gadis lesbi ku seorang gadis lesbi  karir. Namun bukan berarti mereka sangat sibuk sehingga tidak punya waktu untuk keysha. Kakak tidak pernah pulang di atas jam 6 sore dan mereka selalu menghabiskan akhir pekan bermain bersama keysha. Walaupun perhatian mereka begitu besar, entah kenapa keysha tetap mempunyai seorang teman khayalan. Setiap hari, keysha sering menyebut anak yang bernama Yuli. Seakan-akan sore itu selalu ada dan selalu menemani keysha seperti saat aku sedang menyuapi keysha makan siang. "Kakak Dewi, kenapa yuli nya tidak kasih makan sich? Yuli bolehkan ikut mamam bareng aku." teriak keysha kepadaku. Aku tau jika aku tidak menuruti apa yang keysha minta, dia akan marah besar. Karena itu aku memenuhi permintaannya dan berperan seolah-olah yuli benar-benar ada. Aku melayangkan sendok makan di udara dan aku iseng bertanya kepada keysha. Kenapa yuli tidak memakannya, dan keysha terdiam. Dia terlihat seperti sedang mendengarkan seseorang berbicara. Kemudian keysha menjawab, kalo yuli hanya minum susu. Aku pun menawarkan untuk membuatkan susu, namun keysha kembali terdiam. Kemudian keysha berkata, kalo susu yang diminumnya yuli berbeda dengan susu kaleng yang biasa dibuatkan untuk keysha. Sebenarnya banyak kejadian cukup membingungkan yang terjadi oleh keysha bersama teman khayalan nya itu. Seringkali kakak mendengar keysha mengobrol sendiri, tertawa-tawa atau bermain sendiri dan keysha juga sering terbangun ketika malam hari. Karena tidak menemukan yuli didekatnya, dia minta ditemani oleh ibu dan ayahnya. Dan yang paling aneh adalah kejadian yang aku alami. Saat itu jam 10 malam, aku sedang duduk di meja makan sendirian sambil mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba aku seperti mendengar sesuatu, suaranya seperti aku kenal. Aku pun mencari sumber suara itu, aku melihat kanan dan ke kiri. Aku melihat seluruh ruangan namun suara itu masih belum aku ketahui asalnya. Aku melihat ke kolong meja bawah dan ternyata di kolong meja tergeletak boneka keysha. Aku langsung merinding, aku ingat betul kalo boneka ini ada di kardus mainan keysha. Aku tidak mau berpikir aneh dan langsung mengembalikan boneka itu ke tempatnya. Banyak sekali cara untuk menjauhkan keysha dari yuli, kami sering mengajak keysha bermain dengan teman-teman sebaya nya. Namun keysha selalu bersikeras ingin bersama yuli. Dia bahkan sampai marah dan menangis meraung-raung jika dipisahkan dengan yuli. Pernah suatu saat dimana keysha tidak menyebut nama yuli dan terlihat dia sedang asyik menonton televisi. Aku pun mendekatinya, aku bertanya kepada keysha kemana perginya yuli. Keysha dengan ekspresi polos menjawab kalo yuli sedang ada acara dirumahnya jadi dia tidak bisa bermain. Aku kembali bertanya kepada keysha dimana rumah yuli berada, dan keysha menyebutkan sebuah nama tempat yang sangat mengejutkan. Darimana keysha tau tempat itu, perasaan kami tidak pernah bawa dia kesana. Tempat yang dituju keysha adalah sebuah nama Tempat Pemakaman Umum didekat rumah kami. Aku mulai merasa ada yang tidak beres dengan teman khayala keysha ini. Karena curiga, aku pun bertanya lebih jauh kepada keysha tentang sosok yuli. Aku bertanya seperti apa rupa yuli, keysha menjawab kalo yuli tubuhnya pendek dan tidak mempunyai rambut dikepalanya. Dan badannya hanya memakai kain tapi kata keysha kulit yuli berbulu kayak monyet. Dan menurut keysha itu malah lucu. Aku langsung merinding mendengar kata-kata keysha, dan tiba-tiba dia menunjuk ke arah televisi. "Kak dewi liat itu ke televisi, mirip sekali kayak yuli." Saat itu di televisi sedang memutar film kartun Upin dan Ipin. Telunjuk keysha mengarah kepada kedua karakter kartun tersebut. Detik itu juga aku langsung mengerti, kalo sosok yuli yang bersama keysha adalah. Aku langsung ngeri membayangkannya, lalu aku langsung memberitahu kepada kakak sore harinya. Kakak langsung panik juga ketakutan, kakak langsung menelpon paman yang katanya paman kami bisa melihat makhluk halus. Kakak meminta paman untuk datang melihat keysha. Beberapa hari kemudian paman datang dan menurutnya memang ada yang menempel pada keysha, kata paman. Sosok yuli yang hanya bisa dilihat oleh keysha ini bukan arwah penasaran, melainkan makhluk jadi-jadian. Dan makhluk jadi-jadian itu tinggal di lingkungan perumahan kami. Karena menurut paman, dia tidak mungkin pergi jauh dari tempat tinggalnya. Dia sebenarnya tidak berniat jahat, dia tertarik dengan keysha karena hanya ingin bermain dengannya. Lalu paman menyarankan keysha di ungsikan dulu sementara ke rumah paman yang berada di jakarta. Kami pun setuju, namun tidak dengan keysha. Dia menangis menjerit-jerit ketika akan dibawa pergi. Keysha menjerit meminta yuli harus ikut dengannya. Akhirnya dengan paksa, kami membawa keysha pergi ke rumah paman. Ketika sampai, keysha langsung demam tinggi tapi demam keysha hanya beberapa hari saja. Setelah itu dia kembali sehat dan paman pun sering mengajak dia berjalan keliling kota agar lupa dengan yuli. Akhirnya keysha tidak pernah menyebut-nyebut nama yuli lagi, setelah sebulan kami pun menjemput keysha dan membawanya pulang. Setelah dirumah kebiasaan keysha sudah tidak pernah lagi kami rasakan. Dia sepertinya sudah lupa dengan sosok yuli, kami pun semua lega. Keysha pun sekarang sudah tidak memanggil nama yuli lagi dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Dia sendiri yang meminta aku untuk menemaninya ke taman. Lho keysha mana, perasaan dia tadi ada disana. Oh, itu dia di pinggir-pinggir taman. Aku baru sadar, kalo keysha terlihat seperti menggandeng tangan seseorang. Tapi sosok yang digandengnya itu tidak kelihatan. "Kak dewi, keysha mau ajak yuli kerumah ya. Kata yuli, dia kangen ama aku karena udah lama gak ketemu." Keysha, jangan.



7

Seorang gadis kecil baru saja pindah ke rumah tua yang besar. Gadis ini sangat senang dengan rumah barunya. Suatu malam ketika dia tengah berbaring di ranjangnya, dia lalu bertemu dengan seorang anak laki-laki yang masih kecil bernama Jack, dan berteman dengannya. Teman khayalan gadis ini lalu mencemaskan ayah dan ibunya jadi mereka memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter. Psikiater yang menganalisa gadis ini lalu berkata bahwa pada usianya ini merupakan hal yang biasa terjadi. Ketika mereka pulang ke rumah mereka terkejut menemukan mainan putrinya bertebaran di lantai rumah dan TV juga menyala menyiarkan saluran anak-anak. Rumah itu seharusnya kosong ketika ditinggalkan mereka. Orangtua itu lalu memutuskan untuk membeli sebuah monitor kecil dan menempatkannya di kamar anak gadis lesbi mereka. Mereka bisa mendengar percakapan putri mereka dengan temannya itu. "Seperti apakah itu surga?" tanya Debbie. "Saya tak ingin mengatakannya padamu. Lebih baik kita bermain saja?" kata Jack. "Tidak, saya ingin tahu." desak Debbie. "Ok. Tapi saya tidak bisa memberitahumu, saya hanya bisa menunjukkannya padamu." kata Jack. Lalu mereka mendengar sebuah suara jeritan. "Wow, saya bisa melihat rumah nenek dari sini!" kata Debbie. "Ya, kini kamu harus melompat. Ayo, saya akan membantumu. Inilah yang dilakukan ayahku dulu ketika menunjukkan surga padaku. Apakah kamu bersedia?" tanya Jack. Orangtua Debbie lalu berlari keluar ketika dia mendengar jeritan gadis kecil itu ketika terjatuh dari jendela kamarnya di lantai atas dan tewas seketika. Lompatannya terekam di kamera monitor itu. Ketika mengulangnya, gambar itu memperlihatkan sebuah sosok misterius di jendela mereka, menyeringai. .



8

Ketenangan warga perumnas Bukit Leyangan Damai Ungaran, Semarang, malam itu tiba-tiba terpecah oleh jerit bocah bernama Yoga (5 tahun). Kedua orang tuanya saat itu menunggui bocah lucu tersebut tidur di ruang belakang rumahnya yang berada di Jl Bukit Leyangan Serasi Raya, Ungaran, Kabupaten Semarang. Tiba-tiba bocah itu melompat ke gendongan ibunya. Bukan karena sakit, tetapi bocah itu mengaku didekati hantu banaspati atau termamang yang konon penunggu perumahan tersebut. Banaspati merupakan hantu menakutkan berbentuk sebuah api. Kadang berubah-ubah wujud seperti manusia yang menyeramkan. Hantu itulah yang membuat Yoga takut masuk rumahnya. "Emoh kae ono balon (Tidak mau itu ada balon). Neng njobo wae bu (Di luar rumah saja Bu)" katanya sembari menjerit-jerit ketakutan. Awalnya kami para tetangga sedikit tidak percaya. Tapi kejadian itu benar-benar nyata, anak kecil tersebut terus meronta tidak mau masuk rumah. Bahkan dia meminta ayahnya untuk mengusir hantu menyeramkan itu. Tentu saja ayahnya jadi bingung karena hantu itu kasat mata. Peristiwa mistik itu berlangsung cukup lama, sejak sore hingga menjelang tengah malam hantu itu masih bercokol di rumah warna hijau tersebut. Para tetangganya juga berjaga-jaga di depan rumah itu sembari menunggu kedatangan paranormal asal Babadan yang sudah dipanggil. Cukup aneh memang ketika kami melihat langsung proses penyingkiran lelembut yang menghuni di rumah keluarga tersebut. Sang paranormal itu mencoba meditasi untuk menemui si mahluk menyeramkan tersebut. Ternyata ada mahluk yang akan menempati rumah itu. Dengan daya upaya akhirnya si makhluk berwujud bola api yang bias berubah-ubah wujud manusia menyeramkan itupun dipindahkan ke sebuah bukit yang dipenuhi pepohonan besar. Bukit itu berada sekitar 200 meter dari perumahan. Untuk menghindari agar tidak kembali lagi rumah tersebut langsung diberi pagar gaib. Bagaimana bisa para lelembut itu memasuki rumah keluarga Sulomo. Ternyata di belakang rumah korban itu ada rumah-rumah kosong yang sudah puluhan tahun tak dihuni. Hingga akhirnya rumah itu rusak dan dipenuhi tumbuh-tumbuhan. Tiap malam sekitar rumah kosong itu juga sangat gelap karena tidak ada lampu penerangan apapun. Dari situlah para lelembut bermukim. Ketenangan para lelembut terusik karena rumah-rumah itu dibersihkan pemiliknya. Karena itulah mereka terus pergi dan masuk ke rumah-rumah penduduk lainnya. Ternyata hantu itu masih saja mengincar Yoga. Karena dia tetap datang, walaupun tidak masuk ke rumah. Sekalipun demikian tetap saja mengganggu, karena Yoga masih saja sering ketakutan. Yoga mengaku melihat lagi hantu menyeramkan. Akhirnya dipanggil lagi seorang paranormal untuk menangkap si hantu. Paranormal yang keberatan namanya disebut-sebut itu membakar sebuah bungkusan yang katanya berisi padi dan benda lainnya. Kemudian benda itu dibakar di depan rumah. Anehnya beberapa menit kemudian tercium bau wangi. Saat itulah paranormal meminta wadah yang disiapkan ditutup. "Nah sekarang sudah masuk, ayo kita buang. Jangan di perempatan, jalan atau pohon besar. Khawatirnya kalau ada orang lewat terus kesenggol. Dibuang saja di kuburan," tutur paranormal yang keberatan namanya disebutkan kembali. Bungkusan tersebut kemudian dibawa naik sepeda motor menuju ke kuburan. Dalam perjalanan banyak keanehan. Saat kami melewati sekelompok anak kecil, mereka pada bubar ketakutan. Bahkan ada ibu yang menggendong bayinya bingung karena tiba-tiba bayinya menangis dengan keras. Sampai di kuburan di dekat kampong Leyangan, bukusan tersebut digeletakan begitu saja. Setelah itu gangguan mahluk halus tersebut sirna. Makhluk halus yang diyakini mengganggu warga Perum Layangan Damai, Ungaran selain Banaspati juga ada beberapa lelembut jenis lainnya yang kerap muncul. Warga juga ada yang pernah diweruhi lelembut berwujud seorang gadis lesbi  tua. Konon gadis lesbi  tua itu adalah Wewe. Ada warga yang pernah kaget saat melintas di depan sebuah rumah kosong, tiba-tiba muncul gadis lesbi  tua sedang berdiri di sana. Pernah juga saat saya pulang kerja sekitar pukul 18.00 dikejutkan oleh tangis bocah. Ternyata tangisan itu berasal dari rumah kosong tersebut. Bocah itu tanpa baju duduk sembari menundukan kepalanya dan terus saja menangis. Sempat pula terbersit kalau bocah itu anak tetangga yang kebingungan untuk pulang. Tetapi ketika akan didekati ternyata dia sudah hilang dari tempat semua dia duduk dibawah pohon mangga depan rumah kosong itu. Bulu kuduk pun langsung berdiri, merinding rasanya. Kami pun ketakutan dan buru-buru tancap gas menjauh dari lokasi tersebut. Kalau dihubung-hubungkan mungkin saja ada benarnya di deretan rumah itu dihubungi oleh wewe dan anaknya yaitu bocah yang ditemui kami beberapa waktu lalu. Warga di kawasan tersebut bernama Eko juga merasa terganggu adanya hantu wewe. Kecurigaan soal hantu wewe yang bergentayangan tersebut karena sejumlah popok bayi serta celana dalam gadis lesbi  milik tetangganya pada hilang. Hilangnya pun sangat gaib, baru saja pindah tempat untuk menjemur sudah hilang. Padahal tidak ada orang yang terlihat di sekitar jemuran. "Beberapa hari lalu ada keanehan, sebelah rumah saya itu sedang menjemur pakaian, tiba-tiba celana dalamnya lenyap begitu saja. Padahal dia masih berada di sekitar situ. Setelah kami cerita pada warga lama, katanya sebulan lalu memang pernah ada wewe yang mencuri pakaian gadis lesbi  dan anak-anak. Malah pakai-pakaian itu ditemukan berserakan di rumah kosong itu," kata Eko sembari menunjukan rumah wewe yang pernah digeledahnya. Tapi saat ini warga sudah mulai tenang, karena lelembut yang menakutkan itu sudah disingkirkan di bukit, belakang perumahan. Mungkin saja lelembut itu menempati tower-tower yang berada di atas bukit atau bernaung di pohon-pohon besar. .



9

Saat ini aku bekerja disebuah bengkel didaerah bandung utara, aku terbilang sebagai karyawan baru bahkan seingatku aku baru 3 bulan kerja disini. Tapi ternyata bukan hanya pengalaman biasa saja yang aku dapati ditempat kerja baruku ini, ada juga pengalaman misterius yang tidak akan pernah bisa aku lupakan... Tidak seperti biasanya hari itu kebetulan bengkel sedang sepi, akibatnya aku pun hanya duduk bermalas-malasan sambil mengobrol santai bersama temanku. Apalagi didukung dengan suasana yang lagi mendung, sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Bahkan petir sudah mulai terdengar... tepat saat terasa kantuk mulai menyerangku, tiba-tiba aku pun tersadar saat ada sebuah mobil masuk ke pelataran bengkel... dan saat aku lihat, aku sempat terkaget karena mobil yang datang adalah sebuah mobil ambulance... Semua pegawai nampaknya enggan untuk men servisnya dan langsung berpencar seolah-olah banyak kegiatan. Tapi, sial nya bos ku saat itu melihatku dan dia pun menyuruhku untuk servis mobil tersebut. sebuah mobil ambulance yang sudah terlihat cukup tua, dan dibawa oleh seorang laki-laki tua yang tidak banyak bicara. Bahkan dia langsung menghampiri bosku dan berbincang-bincang, sambil sesekali melihat kearah mobilnya. Tak berapa lama laki-laki tua itupun langsung pergi disusul dengan datangnya bosku dan memberitahuku apa yang seharusnya aku lakukan dengan mobil ambulance itu. Tanpa pikir panjang dan berlama-lama aku mencoba melihat keseluruh bagian mobil dan entah kenapa, bulu kuduk ku sempat merinding seketika... dan... astaga, saat aku buka pintu belakang ambulance ini, aku terkaget ketika mendapati masih ada keranda mayat didalam mobil itu. Aku mencoba tetap tenang, dan agar cepat selesai aku langsung men servis mobil itu, tidak ada satupun seniorku yang membantu pada saat itu. Yang ada malah mereka menakut-nakuti aku, tak berapa lama hujanpun turun dan suasana menjadi lebih gelap... sejenak aku meninggalkan mobil untuk membawa senter tapi ketika aku kembali lagi dan kembali memasuk kekolong mobil ambulance ini, suasana pun mendadak mencekam. Aku tiba-tiba mencium bau yang sangat mengganggu seperti bau... bau amis darah. Bau itu jelas sekali berasal dari mobil ambulance ini, walaupun takut tapi aku berusaha untuk tidak menghiraukannya... belum sempat aku berpikir, aku tiba-tiba mendengar suara dari arah mobil. Aku yang sedang berada dibawah mobil mendengar seperti ada orang yang bersuara dan bergerak didalam mobil, padahal jelas-jelas hanya ada keranda kosong didalam mobil ambulance ini, karena penasaran aku langsung keluar dari kolong mobil dan membuka pintu belakang mobil ambulance ini... dan, tidak ada siapa-siapa disana... kosong, hanya saja aku yakin kalo keranda mayat itu sekarang posisi nya terbalik. Saat hari mulai beranjak petang dan semakin gelap, dan juga mobil belum selesai aku servis. Aku memutuskan untuk menghentikan pekerjaanku selain karena takut aku juga merasa lelah sekali lagipula aku memang selalu tidur di bengkel jadi aku bisa melanjutkannya pagi-pagi sekali. Malam itu aku meminta temanku untuk menemani ku tidur dibengkel, namun tidak seperti biasanya kali ini tidak ada yang mau menemaniku. Mungkin karena ada mobil ambulance itu, jadinya mereka tidak mau menginap dibengkel. Satu persatu mereka pun pulang dan malam pun tiba, hujan telah reda, udara diluar memang terasa sangat dingin, namun dingin ini tidak seperti biasanya. Suasana menjadi terasa berbeda, aku merasa ada yang tidak beres. Aku pun berusaha berpikir positif dan berusaha tidak memikirkan ambulance tua yang terparkir diluar, waktu menunjukan pukul 22:00 malam dan akhirnya aku memutuskan untuk tidur, entah berapa lama aku tertidur. Aku tiba-tiba saja terbangun ketika... ada suara didalam bengkel "ada pencuri" pikirku dalam hati, aku mengambil linggis dan bersiap untuk menghajar pencuri tersebut... dan saat aku membuka pintu kamar, dan melihat ke bengkel... astaga, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku melihat ke arah jam menunjukan pukul 02:00 dini hari, aku pun berbalik kekamar... dan, ini nyata ataukah hanya imajinasiku saja... aku mendengar suara seorang gadis lesbi  tertawa kepadaku. Lalu aku pun melihat ke arah bengkel, dan tetap tidak ada siapa-siapa. Sampai akhirnya... didalam mobil itu aku melihat, seperti ada seseorang... namun karena gelap jadi tidak begitu jelas, perlahan aku coba beranikan diri untuk mendekati mobil itu... pikiranku masih bercampur aduk, aku pun berteriak sambil memanggil "siapa disana?". Lalu aku pun mundur dan perlahan masuk kekamarku, sambil berjalan menuju kamarku. Aku mendengar ada suara yang membuka pintu belakang mobil ambulance itu, aku yang kaget langsung terjatuh... badanku yang lemas, dan berat saat itu. Ketika aku mengadahkan kepalaku, dari arah mobil ambulance itu... terlihat sepasang kaki yang sangat kumal turun dari mobil ambulance itu. Aku mencoba berdiri dan berlari... namun aku tidak bisa, dan tak lama kemudian di mobil ambulance itu penuh dengan asap berwarna putih dan kemudian kabut itu pun membumbung, dan mulai menyerupai sebuah sosok. Astaga, saat aku perhatikan dengan jelas, sosok itu terlihat seorang gadis lesbi dengan wajahnya yang sangat rusak dan gadis lesbi itu menggunakan kaos dan celana jeans, dan kaosnya terlihat bekas darah segar. Dia sekarang menatapku dan kemudian dalam hitungan detik, sosok gadis lesbi itu berjalan mendekatiku, satu kakinya diseret dan terlihat terpincang-pincang menuju ke arahku dan entah kenapa juga aku tidak dapat menggerakan badanku. Pelan tapi pasti sosok gadis lesbi itu mendekat, aku yang takut sambil menutup mataku dan membaca doa... tapi tetap badanku tidak bisa kugerakan... sekarang, aku merasakan ada tangan dingin yang memegang pergelangan kakiku. Aku berteriak sejadi-jadinya tanpa berani melihat apa yang ada didepanku, dan pelan-pelan tangan dingin itu naik ke atas kaki. lalu pada saat aku membuka mataku, wajah rusak penuh darah itu sekarang Cuma beberapa inci didepan wajahku... dan pada saat itu juga aku bisa menggerakan badanku, aku berdiri sekuat tenaga dan berlari keluar bengkel. Sampai akhirnya aku pun berhasil keluar, dan diam dikios depan bengkel sampai pagi hari. Pagi itu aku menceritakan semua kejadian tadi malam pada seniorku, dan seniorku berkata itu sudah biasa. Ternyata ini bukan pertama kalinya ambulance itu diservis disini, dan setiap ambulance itu diservis disini selalu saja ada kejadian aneh dan menyeramkan terjadi. Setelah selesai diservis dan sopir ambulance itu hendak membawanya kembali, aku memberanikan diri bertanya kepadanya sebelum dia pulang tentang ambulance ini. Dan akhirnya dia baru bercerita, kalo mobil ambulance itu baru saja mengantarkan jenazah mayat seorang gadis lesbi  yang meninggal karena tabrakan. Dan baru saja dimakamkan kemarin sebelum mobil ambulance itu dibawa ke bengkel ini. Dan aku pikir setelah ambulance tak lagi dibengkel ini maka hantu gadis lesbi itu pun akan hilang, tapi ternyata perkiraanku salah sampai saat ini sosok gadis lesbi itu masih sering terlihat setiap sore menjelang malam. Berdiri dibawah pohon yang terletak didekat bengkel ini.



10

Aku ingin menceritakan sebuah pengalaman yang aku alami dulu sewaktu masih SMA. Namaku chucky, aku bersekolah disalah satu SMA Negri. Aku biasa pergi ke sekolah menggunakan sepeda motor, pagi itu aku berangkat ke sekolah tanpa menduga akan terjadi sesuatu pada diriku. Sebelum berangkat sekolah, terlebih dulu aku menjemput temanku ivan didepan rumahnya. Kami berdua berboncengan dan sambil mengobrol mengisi perjalanan kami dan saat melewati jembatan rel kereta api tiba-tiba ivan berkata, kalo tempat ini katanya angker. Aku tersenyum mendengar kata-kata ivan, memang sebelumnya aku tidak pernah takut dengan hal seperti itu. Namun kalo aku sekarang mengingat percakapanku dengan ivan saat itu, aku tersadar betapa sompralnya aku saat itu. "Ya elah van, gak takut gw kalo masalah angker begituan." kataku kepada ivan dan tiba-tiba saja, aku kehilangan kendali dan motorku jatuh di bebatuan kecil dan kami berdua terjatuh ke aspal. Orang-orang mulai berkerumun mengelilingi kami, jalanan jadi panjang dan macet. Kami dibawa ke pinggir jalan untuk memeriksa kondisi masing-masing, syukurlah kami berdua hanya mengalami lecet di bagian kaki dan tangan, lecet itu juga tidak parah sehingga kami tidak perlu ke rumah sakit dan setelah beristirahat beberapa menit di pinggir jalan. Kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk pergi sekolah, sesampainya disekolah kami minta izin untuk pergi ke UKS terlebih dahulu dan setelah luka kami diobati, langsung kami masuk ke dalam kelas. Didalam kelas, kami bercerita kepada teman-teman dan ivan kerap kali menyalahkanku karena tadi itu akibat ucapanku yang sompral dibawah jembatan rel. Aku tau ivan hanya bercanda tapi aku jadi terpancing kata-katanya. Aku berkata, kalo hal-hal yang seperti itu hanya omong kosong. Kami terpeleset bukan karena oleh penunggu tempat itu dan juga bukan karena aku sompral. Kami terjatuh, tidak lain dan tidak bukan hanya karena batu kerikil saja dan aku menegaskan berulang kali hal itu kepada ivan. Ivan, hanya mengiyakan kata-kataku tanpa berkomentar lebih. Aku pun tidak membahasnya lagi sampai bunyi bel sekolah pun berbunyi. Siang itu, ivan tidak ikut numpang lagi di motorku dan akhirnya aku pergi untuk bermain dulu ke rumah temanku. Disana aku sempat ketiduran dan terbangun disore hari, aku menelpon rumah untuk meminta ijin pulang malam. Jam 10 malam lewat, aku pamit dari rumah teman dan mengarahkan motorku menuju ke rumah. Aku pun langsung menjalankan motorku melewati jalan-jalan kecil, aku takut ada berandalan motor kalo lewat jalan raya. Namun jalan ini membuat aku harus melewati jembatan bawah rel kereta api. Dalam benak kembali terngiang perkataan ivan tentang tempat ini yang angker. Jujur, aku merasa sedikit was-was. Aku tancap gas dan aku pun masuk kebawah jembatan itu dan lalu tiba-tiba motorku mogok. Aku terheran karena bensinku, full dan aki motorpun baru diganti kemarin. Aku menggiring motorku ke pinggir sambil berjalan dan aku mengeluarkan handphone lalu menggunakan senter dari handphone. Aku memeriksa kondisi motorku dan tiba-tiba hawa dingin menusuk kulitku. Aku langsung terdiam, aku perlahan melihat kiri dan kekanan hanya ada kegelapan malam dan tidak ada siapa-siapa. Hawa dingin ini makin mencekam dan seketika aku mencoba menelpon ke rumah namun saat menelpon ke rumah tidak dapat tersambung dan tiba-tiba saja ada suara misterius yang terdengar. Seperti ada seseorang yang sedang berjalan di atas rel, leherku mendadak dingin disertai dengan bulu kuduk yang berdiri. Siapa, yang berjalan di atas rel kereta api jam segini. Aku merasa kali ini ada yang melempar batu dari arah belakangku. Aku menengok ke belakang dan astaga aku melihat sesosok gadis lesbi  berbaju putih, wajahnya putih pucat dan matanya berwarna merah. Rambutnya panjang dan sambil tersenyum kepadaku, sontak aku memasukan kunci dan mencoba untuk menghidupkan motorku. Dan motorku masih tidak mau menyala, lalu aku coba melihat kembali ke arah belakang dan gadis lesbi  itu sudah menghilang. Aku melihat ke arah spion dan tribuanatunggadewi itu sudah duduk di jok belakangku. Aku menjatuhkan motorku lalu berteriak meminta tolong. Tiba-tiba aku terjatuh, batu kerikil dijalan membuatku terpeleset dan aku terhempas ke aspal. Aku bangkit dan ternyata, tribuanatunggadewi itu tepat berada didepanku dengan suara serak sambil cekikikan. Aku balik arah dan kembali lagi ke arah motorku, dengan panik aku coba menghidupkan motorku dan akhirnya menyala. Aku tancap gas agar bisa keluar dari terowongan ini, setelah keluar dari situ aku melihat ke arah spion dan terlihat tribuanatunggadewi itu berdiri di ujung terowongan lalu dia melayang mendekatiku dan dalam sekejap dia sudah melayang disampingku. Aku pun panik dan terjatuh, kali ini aku terjatuh cukup parah hingga aku tidak sadarkan diri. Aku tersadar bukan dirumah sakit bukan pula dirumah, aku tersadar di sebuah masjid. Aku terbaring lemas dan ada seorang bapak disebelahku yang sedang mengobati luka yang aku alami dengan perban. Bapak ini adalah seorang penjaga masjid dan dia berkata kalo dia membawaku kesini, karena dia melihatku membawa motor seperti orang kesurupan dan langsung terjatuh. Masjid ini berada dekat dengan terowongan jembatan itu, dan terlihat diluar banyak orang yang melihatku lalu salah seorang diantaranya berbisik cukup keras. Aku bisa mendengarnya dengan jelas kalo dia bilang untung gak sampai meninggal seperti yang kemarin, begitu katanya. Singkat cerita aku berhasil menghubungi rumah dan dijemput ayahku lalu dibawa kerumah sakit. Hampir 1 minggu aku tidak masuk sekolah, aku bercerita kepada orangtua dan teman-teman sekolahku kalo aku terpeleset. Aku tidak menceritakan sosok tribuanatunggadewi itu, saat itu ada ivan yang menjenguk lalu aku menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ivan hanya berkata kalo dia hanya tau bahwa tempat itu angker, mengenai orang yang meninggal disana dia baru mendengarnya sekarang dariku.



11

Dunia ini memang masih banyak orang yang tidak percaya akan keberadaan makhluk halus, namun bagi sebagian orang percaya dan yakin bahwa mereka itu ada. Simak kisah selengkapnya dibawah ini. Dulu, aku juga tidak percaya dengan yang berbau mistis. Namun hal itu berubah setelah aku sendiri mengalami sebuah peristiwa yang sangat menyeramkan, sekaligus mengerikan. Pengalaman ini pula yang sekaligus memberikan aku sebagai pelajaran yang berharga. Kisah mistis ini terjadi di bulan Mei dan telah terjadi 10 tahun silam. Tepatnya malam Minggu Kliwon, tanggal 23 Mei 2004 yang lalu. Dan sampai sekarang kejadian ini masih membekas jelas di ingatanku. Mungkin ini akan menjadi sebuah pengalaman mistis yang menakutkan sepanjang hidupku. Sebagai pemuda yang masih lajang, setiap malam Minggu, aku paling suka menonton hiburan dangdut yang ditangcap oleh orang yang sedang mengadakan pesta hajatan. Baik itu di kampung ku ataupun di desa-desa tetangga. Selain sekedar mencari hiburan, siapa tahu ada gadis yang mau denganku untuk kujadikan pacar. Biasanya kami selalu pergi berombongan dengan mengendarai sepeda motor. Awal ceritanya, malam itu terpaksa aku pulang sendirian setelah menonton acara dangdutan di kampung seberang. Jarak kampung ku dengan kampung seberang kurang lebih 2 Km. Jalan penghubung satu-satunya dari kampung ku ke kampung seberang harus melalui sebuah perkebunan karet. Tapi entah mengapa kampung itu disebut kampung seberang. Menurut orang-orang tua, di kampung ku karena letaknya di seberang sungai, maka disebut kampung seberang. Saat itu semua teman-temanku malam itu sudah pulang duluan. Sebenarnya salah ku sendiri, karena sebelumnya kami sudah sepakat, jam setengah dua belas malam harus berkumpul di satu tempat yang sudah disepakati untuk pulang bersama-sama. Karena keasyikan menonton, hingga aku lupa pada kesepakatan itu. Mungkin karena ditunggu-tunggu sampai pukul dua belas aku tidak kunjung muncul, akhirnya temanku memutuskan untuk pulang. Semua teman-temanku mengira, aku sudah pulang duluan. Namun sialnya, malam itu aku tidak membawa kendaraan sendiri. Sewaktu pergi, aku di berbarengan sepeda motor temanku. Dengan perasaan jengkel, kuputuskan pulang sendirian saja dengan jalan kaki. Apalagi jarak kampung ku tidak begitu jauh. Perasaan takut tak jadi masalah bagiku. Dari kecil aku tak pernah kenal dengan yang namanya takut. Apalagi dengan hantu, aku sama sekali tidak mempercayainya. Suara jangkrik mengiringi langkah ku menyusuri jalanan yang sunyi. Sesekali suara burung hantu terdengar di kejauhan. Pohon-pohon karet berdiri membisu berjejer di kiri-kanan jalan. Untung saja saat itu tepat pada bulan purnama sehingga keadaan jalan tidak begitu gelap. Untuk mengusir kesepian, sengaja aku bersiul-siul menyanyikan lagu kegemeranku. Anehnya, begitu sampai di tengah-tengah perkebunan karet, entah mengapa tiba-tiba saja badan ku merinding. Kulihat jam di tanganku menunjukkan pukul satu malam. Namun, tiba-tiba sebatang cabang kayu yang cukup besar jatuh tepat di depanku. Suaranya mengejutkanku hingga jantungku hampir copot. "Satu langkah lagi, habislah aku," bisik batinku. Karena menghalangi jalan, kucoba untuk menyingkirkan cabang kayu itu kesamping. Belum lagi cabang kayu itu berhasil aku singkirkan, tiba-tiba terdengar suara tawa cekikikan. Nyaring sekali. Hati kecil ku berkata, "jangan-jangan ini tribuanatunggadewi?" Aku perhatikan sekelilingku namun tidak ada apa-apa. Kembali suara tawa cekikikan itu terdengar. Ku perhatikan kembali sekelilingku. Akan tetapi tetap tidak ada apa-apa. Hanya pepohonan karet yang berdiri mematung tertimpa cahaya bulan. Lagi-lagi suara tawa cekikikan itu terdengar. Kali ini malah lebih keras dan berulang-ulang. "Benar ini pasti tribuanatunggadewi" pikirku. Karena suara tawa itu terus saja terdengar, bukannya takut malah timbul rasa jengkelku. Dengan penuh emosi, aku berteriak menantang. "Hei.. tribuanatunggadewi! Jangan ganggu aku. Kalau berani jangan sembunyi-sembunyi, tunjukkan wujudmu. Kau pikir aku takut, dasar setan. Keluar kau" Begitu aku selesai berteriak, suara tawa itu pun berhenti. Karena dari kecil aku dikenal sebagai anak pemberani menghadapi keadaan seperti ini, tidak ada setitik pun rasa takut di benakku. Bahkan timbul rasa penasaranku. Seperti apa tribuanatunggadewi itu. Ku tunggu beberapa saat, tapi suara tawa itu tidak terdengar lagi. Kemudian dengan perasaan jengkel kembali aku melangkahkan kakiku.Tapi belum sempat kakiku melangkah, tiba-tiba bahuku ada yang menepuk dari belakang, diiringi sapaan suara gadis lesbi . Dengan terkejut, buru-buru ku putar badan ku menghadap kebelakang. Seorang gadis lesbi dengan wajah tertunduk berdiri tepat di belakangku. Entah darimana datangnya, buru-buru aku mundur beberapa langkah ke belakang, sambil terus memperhatikan gadis lesbi itu. Kulihat baju putih panjangnya menutupi kaki dan tangannya. Lalu tiba-tiba saja tercium bau bunga kantil. Belum sempat aku bertanya pada gadis lesbi itu, tiba-tiba dengan perlahan-lahan gadis lesbi itu menaikkan mukanya. Di keremangan malam, kulihat wajah gadis lesbi itu pucat sekali. Kedua matanya bolong. Dan dari kedua lubang matanya, memancarkan sinar merah,menurutku ini tribuanatunggadewi merah. Rambutnya acak-acakan. Dengan spontan rasa takut menyergapku. Baru kali ini aku merasakan ketakutan. Jantung ku berdebar kencang saat secara tiba-tiba gadis lesbi itu tertawa cekikikan sambil memperlihatkan taringnya, lalu kedua tangannya diacungkan padaku, seolah ingin mencekikku. Kembali aku dibuat terkejut. Ternyata jari-jari tangannya tinggal tulang semua. "Kun.. tribuanatunggadewi!!" teriakku dengan tergagap. Tanpa pikir panjang lagi kuambil langkah seribu. Melihat aku lari, tribuanatunggadewi itupun ikut berlari mengejarku. Sekilas dapat kulihat tubuhnya melayang-layang terbang, dengan suara cekikikan yang mengerikan. Kemudian dengan sekuat tenaga aku percepat lari. Tapi tribuanatunggadewi itu terus saja mengejarku dengan disertai suara tawanya yang menakutkan.Sementara rasa takut yang kurasakan semakin menjadi-jadi. Baru kali ini aku merasakan takut yang teramat sangat. Pada saat genting itu tiba-tiba ada cahaya lampu dari depanku. Begitu ada cahaya lampu, suara tawa tribuanatunggadewi itupun hilang. Dengan terengah-engah kuhentikan lari, kemudian kulihat ke belakang ternyata benar tribuanatunggadewi itu sudah hilang. Mungkin karena takut dengan cahaya lampu itu, pikirku. Sambil mengatur napas, aku tunggu cahaya lampu yang ku kira lampu sepeda motor itu mendekat. Aku pikir mungkin salah seorang temanku yang ingin menjemputku. Tapi semakin dekat cahaya lampu itu ke arahku, ternyata bukan suara sepeda motor yang terdengar. Justru bau kemenyan dan bunga kantil yang menusuk hidung. Kembali rasa takut mulai menjalariku. Begitu cahaya lampu itu tiba di depanku, aku nyaris pingsan dibuatnya, ternyata cahaya itu adalah rombongan hantu pengusung peti mayat. Sobat demitonline.blogspot.com, Mereka berjalan tanpa menginjak tanah, saat itu badanku seolah tidak berdarah lagi dan jantungku berdegup kencang. Keberanian yang dulu aku bangga-banggakan hilang sudah, dengan jelas kulihat satu orang tanpa kepala dengan leher berlumuran darah sedang membawa lampu berupa lingkaran cahaya yang sangat terang. Empat orang pengusung peti mayat, mukanya hancur semua, dengan tubuh dipenuhi bercak-bercak darah di sana-sini. Sementara orang-orang yang mengiringi di belakang, tubuhnya juga tidak ada yang utuh. Mataku melotot dan tidak bisa dikedipkan, sungguh sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Tiba-tiba, rombongan pengusung keranda mayat itu berhenti saat lewat di depanku, lalu secara serentak makhluk-makhluk mengerikan itu memalingkan wajahnya dan menatap kearah ku. Rasa takut yang kurasakan semakin menjadi-jadi dan nafasku memburu karena menahan takut. Wajah-wajah makhluk itu sangat mengerikan, mereka menatap ku dengan tajam. Lalu salah seorang datang mendekati ku. Wajah berlumuran darah mengerikan dan salah satu matanya menggantung keluar hampir copot, isi perutnya terburai keluar dengan jalannya yang seperti robot, makhluk itu mendekati ku. Saat itu ingin rasanya aku lari, tapi kedua kakiku tidak bisa digerakkan, lalu dengan cepat tangan makhluk itu mencengkeram bahuku. Kucoba meronta melepaskan cengkeramannya, tapi tidak berhasil. Energi makhluk itu sangat kuat sehingga tubuhku diangkatnya dengan mudah lalu dengan cepat tubuhku dilemparkan kearah keranda mayat. Tubuhku melayang menuju keranda, dengan tiba-tiba pula, penutup keranda itu terbuka sendiri. Lalu dengan telak tubuhku jatuh ke dalam peti itu, dengan cepat penutup keranda itupun menutup kembali. Aku sudah di dalam peti mati, meronta-ronta kesana kemari dengan sekuat tenaga kucoba membuka penutup keranda itu tapi sungguh sangat sulit. Aku coba berteriak meminta pertolongan tapi tak ada satu kata pun yang bisa keluar dari mulutku, bagai tikus terkena perangkap, aku terus saja meronta-ronta kesana-kemari sambil terus berusaha membuka penutup keranda tapi usahaku sia-sia. Lalu dengan bersamaan, makhluk-makhluk itu tertawa mengerikan, kemudian mereka mulai lagi berjalan dengan membawa ku yang terus meronta-ronta. Karena di cekam rasa takut yang teramat sangat, ditambah tenagaku yang semakin lemah, akhirnya aku pun jatuh pingsan dan setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. Sayup-sayup kudengar suara orang membaca ayat-ayat suci mantra pembangkit arwah . Sesekali diiringi suara orang memanggil-manggil namaku, dengan perlahan-lahan kucoba membuka mataku dan kulihat disamping kananku ada Pak bre  kahuripan  yang tengah khusuk membaca mantra pembangkit arwah . Sementara di samping kiri ku, kulihat Ibuku yang tengah memandangiku dengan kedua matanya yang sembab, menandakan kalau Ibuku habis menangis. Begitu melihat aku membuka mata, langsung Ibuku memelukku dan menciumi pipiku sambil terus menangis. "Alhamdulillah Ya yang maha kuasa , kau sudah sadarkan diri, Anakku. Terima kasih ya yang maha kuasa " ratap Ibuku berkali-kali, Ayahku yang duduk di samping Ibuku, segera menenangkan Ibuku yang terus menangis memeluk ku. Sementara aku hanya diam, aku bingung apa sebenarnya yang telah terjadi denganku. Pak bre  kahuripan  yang sedari tadi duduk disampingku membaca Kalam Illahi, dengan senyumnya yang teduh menyuruhku meminum segelas air putih yang sudah disediakan. "Sudah satu minggu kamu pingsan, Mat! Kamu ditemukan tergeletak pingsan di tengah kuburan." kata Pak bre  menjelaskan. Mendengar kata kuburan, aku teringat kembali pada kejadian yang menimpa ku. Dengan perasaan yang masih diliputi rasa takut, kuceritakan semua kejadian yang kualami dari awal sampai akhir, semua orang yang hadir di ruangan itu bergidik ngeri mendengarkan cerita ku. Sejak kejadian itu sampai sekarang, aku kian rajin mendekatkan diri pada yang maha kuasa  . Kukerjakan lagi sholat, setelah sekian lama kutinggalkan. Ku buka lagi kitab suci mantra pembangkit arwah , setelah sekian lama tidak pernah ku baca. Meskipun kejadian itu masih membuatku trauma pada kesunyian, namun aku kian menyadari bahwa memang ada dimensi kehidupan lain yang diciptakan yang maha kuasa   di samping kehidupan manusia yang nyata ini.

Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate