Tampilkan postingan dengan label setan 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label setan 8. Tampilkan semua postingan

setan 8

1

. "Mimpi itu lagi," gerutuku. Baru saja bangun tidur sudah disuguhi mimpi seram. Ah, tidak boleh terlalu dipikirkan. Lagi pula, banyak kerjaan kantor dan mengajar di kelas yang mesti ku selesaikan. Baru saja beranjak dari tempat tidur, aku terperanjat kaget. Tanganku berdarah! Aliran hangat cairan kental rupanya juga terasa dari pelipisku. Cepat-cepat aku bercermin. Tapi kepalaku dan tanganku baik-baik saja. Ku lihat sekali lagi tanganku. Rupanya tidak ada noda darah sama sekali. Halusinasi. Dentangan jam bandul membuyarkan lamunanku. Sudah pukul 6. Aku harus segera berangkat. Cepat-cepat ku bereskan semuanya, mandi, sarapan, laptop di tas, dompet, dan… selesai. Mobil avanza biru metalik sudah duduk manis lama menantiku di garasi apartemen. Hari ini 24 Maret, berarti aku harus ke lab TPB dahulu di Dramaga, siangnya baru aku Kampus Baranangsiang. Urusan bimbingan dengan mahasiswa banyak menyita perhatianku. Mereka biasa berkorespondensi melalui surel untuk sekadar bimbingan atau perbaikan naskah, baik itu skripsi maupun praktik lapangan. Sudah jam 9 malam rupanya. Di umur yang beranjak pertengahan kepala tiga ini, kadang imajinasi liarku merindukan adanya dekapan mesra seorang wanita. Khayalanku rupanya harus ditebus dengan mandi. Ah, lepas kontrol lagi. Apa aku tak akan pernah berpasangan selamanya? Kadang aku masih mengingat dirinya. Apa dia sudah bersuami? Sepertinya aku harus melamarnya segera. Baru saja membuka pintu kamar mandi, suguhan pemandangan horor di balik cermin besar menyapaku. Sekujur tubuhku penuh darah. Di dadaku tembus semacam batang logam. Kepalaku hampir putus seperti tertebas sesuatu. Ususku terburai dan mengeluarkan darah segar. Oh, tidak mimpi itu lagi. Belum puas rasanya cermin itu mengejek, di belakangku seseorang berjubah hitam berkuku panjang mengerikan dengan tatapan mata merah berdiri mematung dengan latar belakang hutan dan siluet mobil yang ringsek. Aku terkesiap. Perlahan sosok di belakangku mendekatiku. Otakku memerintahkanku segera masuk ke kamar mandi dan menutup pintu. Ku kunci pintu dan ku tahan sekuat tenaga. Sosok itu rupanya mengetuk pintu kamar mandi berulang kali. Lama-lama ia seperti ingin mendobrak pintu kamar mandi. Kencang sekali. Lalu mendadak semuanya sunyi. Aku hanya bisa berdoa dalam ketakukan yang sangat. Ya Allah, ada apa lagi ini. Setelah itu sayup-sayup ku dengar alunan lagu Dear God-Avenged Sevenfold dari laptopku. Aku pun buka pintu dan melihat ke sekeliling. Rupanya masih berupa kamarku. Ya, kamarku. Bukan hutan dengan siluet mobil ringsek. Apalagi sosok itu. Bukan itu semua. Baiklah. Cermin besar itu menyapaku dengan tampilan tubuhku yang penuh peluh kengerian. Tak ada noda darah, usus terburai, kepala yang nyaris putus, apalagi hujaman batang logam tepat ke jantung. Fyuuh. "Pak Aulia, ini draft yang harus Bapak tanda tangani. Ini ada titipan dari mahasiswa juga, ini draft skripsi dan praktik lapang. Oh, ya. Nanti cek surel dari Pak Kosasih, katanya Beliau sudah kirim draft proposalnya juga.." Percakapan itu menandai rutinitasku di Jumat malam. Memang tak ada waktu bagi jomblo sejati yah. Semuanya harus didedikasikan ke tanggung jawab yang mesti diemban. Sabtu pagi aku harus balik ke Bandung, bertemu Kakak iparku, menginap di sana sampai hari Senin. Selasa depan balik lagi ke Bogor untuk mengajar. Oh, ya ampun rupanya ada jadwal seminar di Bali ya pekan depan. Aku harus hubungi mahasiswa bimbinganku agar cepat membuat proposal dan posternya. Sore ini aku bisa beristirahat lebih awal di apartemen. Gedung rektorat IPB terlihat aneh dari balik jendela. Sore ini hujan badai sepertinya turun dengan cepat. Aku nyaris basah kuyup saat rinai air mulai menampar pipiku di parkiran. Ponselku menjerit-jerit menyita perhatianku. Mendadak aku merasa aneh. Mengapa ponselku retak? Petir di Bogor benar-benar mantap menaikkan adrenalinku. Mobil-mobil pun berbunyi dibuatnya. Tapi mobilku hanya berbunyi sesaat saja. Ah, iyalah.. mobil baru. Tapi.. Tepat saat aku balik badan, aku bahkan tambah bingung. Mengapa seaneh ini? Mobilku ringsek parah. Kotor penuh sampah daun dan ranting pohon. Pintu kanan mobil hampir putus. Lampu kanan depan mobil menyala, yang kiri pecah. Kaca depan mobil juga pecah. Sesosok tubuh terlihat terkapar di kursi supir. Jantungku berdebar kencang. Aku berlari kencang menuju pintu kamarku. Aku berusaha membuka pintu kamarku, namun anehnya tidak terbuka. Ia seperti ditahan seseorang dari dalam. Dalam kepanikanku, ku lihat sesosok menyeramkan dari ujung gang berjalan cepat menujuku. Ia menunduk membawa sabit besar yang meneteskan darah. A*jrit. Apalagi ini? Dengan tenaga yang tersisa, aku berhasil mendobrak pintu kamar dan mengunci kamarku. Baru saja ku kunci ku dengar ketukan dan bel berulang-ulang. Gila! Apa-apaan ini. Aku hanya bisa membaca ayat kursi berulang-ulang sambil menangis. Ada 10 menit sepertinya sampai suara ketukan dan bel itu lenyap disapu amarah hujan angin disertai kilatan guntur. Aku terpaku di depan pintu kamar. Perlahan aku menuju ke tempat tidur dan mencoba merebahkan diri. Jam dingdong berdentang mengagetkanku. Ah, sudah jam 10 malam. Eh? 10 malam? Rasanya baru sebentar. Ponselku ribut lagi menandakan ratusan pesan masuk. Layar ponselku dengan pongahnya menampilkan angka 10:00 pm. Tak percaya apa yang terjadi, aku sibak tirai. Gelap. Dan hujan. Hari minggu yang menyenangkan. Aku dapat menemui iparku di Bandung. Ia selalu berseloroh padaku, kapan aku menikah. Ingin rasanya ku jitak dia. Hehehe. At least I am a high quality jomblo and stright. Senin esok ku putuskan pulang pagi karena Senin sore ada rapat mendadak dengan wakil dekan di FMIPA. Untuk persiapan fisik, aku tidur lebih awal. Sore-sore aku berangkat mengendarai mobil dari Bandung melalui tol Cipularang. Mobil-mobil melaju kencang terengah-engah diperintah tuannya yang egois. Malam ini bulan tidak menampakkan dirinya. Hujan deras telah menemani perjalananku dari Bandung. Semoga saja sampai Bogor jam 10. Kecepatanku hanya kisaran 70-80 km/jam. Cukup lambat dibandingkan dengan laju pengendara lainnya. Selama di perjalanan aku menyetel radio dan mendengarkan musik. Hujan rupanya makin deras. Jarak pandangan makin kabur. Ku pelankan laju mobil dan ambil sen kiri. Ada keheningan yang aneh di tengah alunan Dear God-Avenged Sevenfold yang ku putar. Aku merasakan adanya kehadiran seseorang di kursi belakangku. Saat ku lihat melalui cermin supir, di kursi belakang duduk dengan manis sesosok makhluk berjubah hitam berkuku panjang. Tangannya putih keabu-abuan seperti mayat dan sangat kurus namun menakutkan seperti tinggal kerangka saja. Ia membawa semacam sabit besar yang meneteskan darah. Tepat saat aku meliriknya, ia menatap tajam melalui bola matanya yang merah dari muka yang rusak seperti tengkorak. Ia tersenyum sinis padaku. No!! Aku berusaha mengerem mobil. Tak disangka ada mobil lain di depanku. Ku banting stir ke kiri. Semuanya tiba-tiba berguncang dan berputar-putar. Lalu hempasan terakhir menusukkanku pada suatu benda yang seperti tongkat tepat ke dada. Leherku pun seperti teriris sesuatu yang menyebabkanku tak bisa bicara. Pandanganku kabur. Aku merasakan diriku terangkat. Apakah aku mati? Alarm ponselku menyadarkanku dari mimpi buruk itu lagi. S*it. Mimpi ini lagi. Layar ponsel menunjukkan tanggal 30 Maret 2015 jam 4:30 am. Ah, sebentar lagi subuh. Aku bangun dan segera bersiap-siap ke masjid. Dari senin seminggu yang lalu. Aku selalu bermimpi buruk seperti ini. Padahal aku sudah baca doa sebelum tidur. Apa yang salah dengan diriku. Sesaat sebelum aku mengambil wudu, dadaku terasa sakit sekali, aku pun muntah. Darah berceceran di westafel. Aku terkejut setengah mati. Saat ku tatap cermin, tak ada noda darah sama sekali. Ku alihkan pandanganku ke westafel. Tak ada darah sedikit pun di sana. Ya Allah Ya Rabbi… Aku kena sihir kah? Aku sudah tiba di apartemen jam 10 pagi. Pikiranku sudah bertumpuk-tumpuk antara proposal, skripsi, praktik lapang, rapat, dan jadwal mengajar. Setidaknya aku istirahat dulu sambil membaca proposal dan mengoreksinya. Ku lemparkan bajuku, tas ku keluarkan isinya. Laptop sudah tersedia, dan secangkir kopi hangat sudah menanti untuk diteguk. Cermin kamarku memperhatikanku, ia memperlihatkan tubuh atletisku bak seorang petinju. Ah, lama juga ya seminggu nggak ke tempat latihan tinju lagi. Thomas padahal mau sparring lawan ku. Ku tandai di HP jadwal ke tempat latihan tinju dan aku mulai mengoreksi tulisan-tulisan mahasiswa bimbinganku. Bel pintu apartemen berdentang tanda ada tamu datang. Ku berkemas dan membukakan pintu. Tak ada orang. Dasar orang iseng. Baru saja ku tutup bel itu berdentang kembali. Saat ku buka tak ada orang lagi. Sial. Main-main rupanya. Belum pernah kena hook dan uppercut rupanya. Bel berdentang lagi. Sebelum aku buka, aku cek dulu melalui kamera. Dan aku pun bergidik. Tak ada seorang pun di depan pintu. Bel tetap berdentang diiringi ketukan pintu yang menyeramkan. Tetap saja, di kamera pengawas. Tak tampak satu makhluk pun. Adrenalin memacu tubuhku meringsut ke belakang. Tiba-tiba pintu apartemen dirusak dengan parang besar. Parang itu menembus di tempat kaca pengintai. Sial. Ke mana aku harus kabur. Aku mundur teratur ke arah meja kerja. Tapi tanganku meraba sesuatu yang tidak biasa. Benda itu mencengkramku dan menarikku ke belakang. Dan sekarang aku bertatap-tatapan dengan mata merahnya. "Masih belum sadar juga..?" Ia berdesis dan menghujamkan parangnya tepat ke perutku. Aku tak sempat melawan, merasakan kesakitan yang amat dahsyat. Aku terjatuh ke kursi. Eh, ini bukan kursi di apartemen. Ini kursi mobil. Lalu pemandangan berganti menjadi gelap gulita bercampur hujan. Lelehan darah terasa ke luar dari banyak bagian tubuhku. Aku tak dapat bergerak. Ku coba berteriak meminta tolong yang ke luar adalah suara seperti sapi yang disembelih. Jam tangan kananku menunjukkan waktu yang aneh sekali. Aku makin tak paham apa yang terjadi. Aku hanya dapat berdoa dalam hati agar aku ke luar dengan selamat. Ya Allah, tolong aku. Bendera seluruh fakultas di lapangan depan Rektorat IPB dikibarkan setengah tiang, tanda ada masa berkabung. Aktivitas kampus berjalan seperti biasa pada tanggal 24 Maret 2015. Di Departemen Kimia, beberapa dosen tidak jadi mengajar karena harus melawat pemakaman salah seorang dosen muda yang meninggal akibat kecelakaan pada malam Selasa di tol Cipularang. Kegiatan perkuliahan pun sepi. Ya, sama sunyinya dengan kondisi ruang di meja kerja Dr. Aulia Rahman Ghozali, MSi di lab bagian Fisik. Tumpukan draft yang tak kan pernah ditanda tangani olehnya, dan tumpukan berkas mahasiswa yang tak kan pernah lagi dibaca olehnya.



2

Dulu ada anak gadis lesbi pergi ke sebuah gudang dan dia mati disana. Sekarang gudang itu diubah menjadi toilet. Toilet itu sekarang penuh dengan hal hal mistis. Sering ada siswa yang kesurupan (kerasukan) semenjak itu pihak berguru   sering memanggil orang pintar. sejak itu siswa siswi menjadi penasaran. Budi, rima, rian dan hilman menjadi penasaran tentang hal mistis di berguru   "gimana kalau kita malem malem ke berguru  .." "boleh juga tuh, aku juga penasaran sama hal mistis di berguru  .." "gimana kalau kita ketemuan di warteg di seberang berguru  .." "bener tuh, tapi jam berapa kita ngumpulnya.." "ngumpulnya jam setengah 8 aja.." "Ya sudah aku pulang dulu ya.." Akhirnya sudah malam mereka bersiap siap untuk ke berguru   "semuanya sudah berkumpul belum, budi mana.." "gue disini man maaf ya terlambat.." "ya sudah gak papa, apa kalian sudah siap.." "ya sudah siap.." teriak bersama sama Pintu gerbang dibuka berbunyi nyit.. nyit. Semuanya takut. Di berguru   sangat gelap, angin bertiup kencang semua pohon bergoyang. Semuanya mendekat ke pohon untuk mengobati rasa penasaran tiba tiba ada bayangan putih lewat “ssst�? budi mulai ketakutan Semua berpencar untuk merekam penampakan apa saja yang ada di berguru   Tiba tiba ada suara teriakan "aaaaaaaaaaaa.." "teriakan siapa tuh.." Semuanya berlari mendekati tempat dari teriakan semuanya berkumpul "kalian dengar suara teriakan gak.." "ya gue denger suara teriakan tadi makannya langsung gue kesini.." "tunggu dulu budi kemana" "oh iya budi kemana ya.." Langsung ada suara teriakan memanggil mereka semua “hilman, rian rima kalian dimana.." "itu suara siapa ya.." "Ini suara gue budi.." "budi lo dimana.." "gue di dalam kelas 7b nih pintunya gak bisa dibuka.." Mereka semua langsung ke kelas 7b "budi lo ada di dalem gak" "ya tolong bukain gelap nih sereem" Pas dibuka di belakang budi ada pocong" "bud di belakang lo ada pocong tuh.." Budi langsung menengok ke belakang ternyata benar di belakang budi ada pocong Budi langsung berkata "lariiiii.." Semua langsung lari Semenjak itu semuanya diganggu sama hantu pocong itu. Pagi hari ketika hilman sedang sarapan tiba tiba di sebelah nya ada pocong. Hilman langsung lari dan mengambil handhone. Hilman langsung menelpon teman temannya dan berencana membicarakan di taman kota. "aduh sepulang dari berguru   malam kemarin, hidup gue jadi gak tenang masa gue lagi sarapan di sebelah gue ada pocong.." "kalau gue pas lagi mandi tiba tiba di kaca ada pocong langsung lari gue.." "gimana kalau kita besok ke dukun aja.." "Boleh juga tuh.." Besoknya semua nya berangkat ke dukun "permisi pa dukun" "ya silahkan masuk, kalian ada apa kalian datang kesini.." "begini pa dukun jadi kami setiap hari kami sering diganggu pocong.." "ya saya tau.." "kalian harus meminta maaf pada hantu itu.." "dimana pa dukun minta maaf nya..??" "di tempat kalian bertemu hantu pocong itu.." "ya sudah makasih ya pa dukun, permisi.." Besoknya saat berguru   mereka meminta maaf ke kelas 7b Sejak meminta maaf kepada hantu itu, hidup mereka kembali tenang .



3

Nama ku ana, aku berberguru   di salah satu berguru   menengah pertama negeri yang ada di jakarta. Semenjak aku masuk ke berguru   itu aku tidak tahu letak dan gedung berguru  nya karena pendaftaran berguru   hanya dari online dan aku baru tahu gedung berguru   pas hari pertama mos (masa orientasi siswa) saat mos aku ditemani mama ku, sebelum kegiatan mos dimulai aku dan mama sejenak berkeliling-keliling gedung berguru   yang kelihatannya agak sedikit aneh karena gedung berguru   baru ku ini kurang terawat. Tujuan pertama yang kita ingin lihat adalah kantin, yaapp dugaanku ternyata benar bahwa kantinnya sedikit lusuh dan hanya ada 5 tempat jajanan. Bukan hanya itu yang membuat aku terkejut, tapi jalan menuju kantinnya itu melewati lorong yang agak panjang dan tidak ada lampu sama sekali. Sesekali mama berkata "ih kok begini ya.." dan aku hanya bisa menaikkan pundak secara tidak langsung aku berkata "gak tau deh..". "Oke kantin sudah kita lihat.. sekarang tujuan selanjutnya kemana ya..??" Tanya ku kepada mama. Mama berkata "kita ke toilet saja na, mungkin toiletnya tidak terlalu buruk seperti kantin ini..". Yaa mungkin mama ada benarnya juga mungkin toilet tidak lebih buruk dari kantin ini, ucapku dalam hati. "Kak toilet dimana ya..??" Aku bertanya kepada kakak kelas yang ada di lorong kantin. "Kamu lurus aja nanti belok kanan lalu ada tulisan toilet sebelah kanan.." jawab kakak kelas yang aku tidak tahu namanya. "Oh makasih ya kak.." jawabku. Kemudian aku dan mama mulai menelusuri lorong itu, mengikuti arahan kakak kelas tadi. Setelah sampai di toilet aku sedikit bingung karena toilet ini sangat berbeda dengan toilet sd ku dulu, tapi aku tetap merasa sanggup berguru   disini. Setelah beberapa bulan aku berguru   disini, mulai beredaran berita-berita miring tentang berguru   ini, salah satunya adalah berita tentang berguru   ini dulunya bekas rumah sakit belanda selain itu ada juga berita kalau ruang kelasku ini banyak hantu-hantu belandanya gitu. Awalnya aku memang tidak percaya tentang kabar yang beredar itu tapi setelah 2 tahun berjalan aku berguru   di smp itu aku mulai percaya tentang berita yang sudah beredar itu. Faktanya pas teman sekelas ku ada yang mengikuti kegiatan pelantikan paskibra yang mengharuskan anggota paskib menginap di berguru   selama satu malam, selama satu malam itu dia merasakan banyak keanehan di berguru  . Semua keanehan itu dia ceritakan kepada ku, mulai dari pintu kelas yang kebuka sendiri pada malam hari sampai dia melihat suatu penampakan di tangga lantai 1 berguru  . .



4

Cewek bernama Vinny dan Fella berberguru   di SMP cahaya bangsa. Konon dahulu berguru   itu bekas rumah sakit. Banyak kejadian-kejadian aneh di atas jam 19.00. Semua siswa sudah diperingati berkali-kali tapi, masih ada yang bandel. Banyak siswa yang setelah membuktikan peringatan itu, dan benar banyak sekali penampakan, tangisan dan suara minta tolong. Pada suatu hari Vinny dan Fella ada tugas osis yang mengharuskan mereka berdua dan tiga temannya lagi mengerjakannya sampai jam 19.30. Tiba-tiba Fella kebelet buang air. "Vin, anterin aku ke toilet yuk.." pinta Fella. "aduh, Fella! tugas kita belum selesai. Terus kamu.. kan udah besar jadi beranikan." ucap Vinny. "agh, Vinnya ayo anterin aku, aku takut.." ucap Fella sambil menarik-narik tangan Vinny keluar kelas. "iya iya, aku temenin" ucap Vinny pasrah. Vinny dan Fella melewati lab. IPA, UKS dan baru sampai di toilet. Saat melewati lab IPA, Vinny dan Fella mendengar suara orang menangis. Lalu, saat melewati ruang UKS mereka berdua melihat penampakan cewek berambut pajang, muka hancur yang bersimbah darah. Karena keduanya penakut, mereka langsung saja berteriak dan mengambil langkah seribu untuk sampai ke toilet "hosh.. hosh... itu barusan apa ya Vin? hosh.. hosh.." tanya Fella yang sedang mengatur nafasnya. "ya, nggak tau. Tapi mukanya nyeremin banget.." jawab Vinny. Ternyata mereka berdua sudah sampai di depan toilet "Fel, ini sudah nyampai di toilet. Gih buruan, aku tunggu di luar.." ucap Vinny memberanikan dirinya untuk di luar. "ya, sudah bentar ya.." kata Fella sambil masuk ke toilet. Mungkin sekitar 10 menit Vinny menunggu Fella "aduh Fella lama banget." gerutu Vinny di dalam hatinya. Saat menengok ke kiri, tepatnya di depan ruang guru Vinny melihat ada seorang anak kecil lewat. "deg.. deg.. deg.." jantung Vinny mekin berdebar kencang. Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Vinny dari belakang. Vinny pun menegok. Pas saat menengok, ternyata yang menepuk adalah hantu muka seram yang sering diceritakan teman-temannya. "kyaaa..!!!.." jerit Vinny ketakutan. "Vinny, kamu kenapa..??" tanya Fella yang kaget karena sahabatnya berteriak. "aku tadi lihat hantu!! Habisnya kamu lama banget. Memang kamu ngapain aja..??" tanya Vinny. "tadi airnya habis, jadi aku ngisi air dulu he.. he.. he.." jawab Fella. "hiks.. hiks.. kamu jangan tinggalin aku ya hiks.. hiks.." kata Vinny disela tangisan ke takutannya. Fella hanya mengangguk. Lalu mereka berdua kembali ke kelas. Saat kembali ke kelas ternyata Ze, Stella dan jeje sedang menyelesaikan tugas mereka semua. Mungkin sekitar satu jam berlalu akhirnya tugas osis selesai juga. Sekarang pukul 20.56, waktu yang tepat untuk hantu-hantu bergentayangan. "huft.. akhirnya selesai ya.." seru Ze pada ke empat temannya. "iya.." jawab mereka berempat bersamaan. Saat sampai di gerbang, tidak ada pak Supri -tukang kebun dan penjaga kunci berguru  -disana, dan pintunya juga dikunci. Mereka berlima bingung karena tak biasanya pak Supri dan satpam berguru   membiarkan pintu terkunci dengan siswa di dalam berguru  . "Ze, gimana nih..??" seru Stella panik. "aku juga nggak tau.." seru ze tak kalah panik dari teman-temannya. "biasanya kan pak Supri dan satpam sukanya keliling-keliling. Gimana kalau kalau kita cari mereka aja, biar lebih cepet.." saran Jeje. "ah! Ide bagus, kalau begitu kita bagi dua kelompok aja. Aku sama Ze. Fella sama jeje, dan kamu Stella, sendirian saja.." ucap Vinnya. "ya sudah kalau begitu.." jawab semuanya kompak, lalu mereka berpisah bersama kelompok masing masing. Di tempat Vinny dan Ze. Vinny dan Ze jalan melewati kelas 8b dan 7j. Saat melewati kelas itu banyak kejadian aneh seperti gadis lesbi berbaju putih, suara tangisan, orang jalan dan barang jatuh. Itu semua membuat Vinny dan Ze lari terbirit-birit. Di tempat Stella. Dia melewat ruang guru dan ruang tata usaha. Saat melewati ruang TU seperti ada bayangan hitam lewat dan ada suara laki-laki tertawa, sama seperti Vinny dan Ze, Stella juga lari terbirit-birit. Di tempat Fella dan Jeje. Mungkin hari ini adalah hari kebertungan mereka berdua karena, tak menemukan apapun yang aneh. Karena Vinny, Ze dan Stella melihat penampakan mereka tak menyadari kalau mereka menabrak pak supri dan satpam yang sedang jaga. "bruk..". "aduh.." keluh pak. Supri dan satpam bebarengan. "hosh.. hosh.. pak Supri. Bapak kemana saja, kita hampir mati ketakutan.." protes Ze dan mendapat anggukan teman-temannya. "Non ngapain nyari saya..??" tanya pak Supri dengan polosnya. "kan gerbangnya dikunci.." ucap Stella. "nggak, saya nggak ngunci lho. Kalau nggak percaya ayo ikut bapak ke depan..." ucap satpam. Kemudian mereka semua pergi ke gerbang. Ternyata benar yang dikatakan pak Supri dan satpam, gerbangnya tidak di kunci. "aneh.." pikir Vinny. "ya sudah kalau gitu kita pulang dulu.." pamit Vinny. Saat hendak pulang ada suara yang memanggil Ze, Vinny dan Stella. "Vin, tungguin.." seru suara itu, ternyata suara itu adalah suara Fella dan Jeje. Mereka semua membalikan badan. "Fella, Jeje.." Seru Ze, Vinny dan Stella saat bertemu deng sahabat mereka yang dilupakan karena takut tadi. "pak kita pulang dulu.." pamit Vinny "ya.." jawab pak Supri dan satpam. Kemudian mereka semua pulang. Tamat .



5

Malam itu tiba-tiba menangkapnya. Tanpa bintang, tanpa bulan, hanya kegelapan. Sambil memegangi sebuah lilin yang menyala, gadis lesbi  itu berjalan menuju luar rumah. Ia tidak dapat melihat, karena listriknya sedang mati. Ia sempat menabrak beberapa perabotan, seperti kursi atau meja. Namun, pada akhirnya, ia sampai juga di depan pintu. Namun, sebelum ia memutar kuncinya, tiba-tiba ia mendengar teriakan seorang wanita. Ia kaget. Siapa itu? Kenapa ia berteriak? Lalu, suara terengah-engah terdengar. Semakin lama, semakin keras. Gadis itu melirik ke luar rumah melalui jendela. Sedikit susah dilihat karena kegelapan yang semakin menjadi-jadi seiring berjalannya waktu. Yang ia lihat, hanya sekumpulan orang yang berjalan, namun sangat lambat. Mengapa mereka berjalan di dalam kegelapan? Ada acara apa? Suara terengah-engah itu ternyata berasal dari mereka, mengapa mereka terengah-engah? Apakah mereka habis berlari? Namun, tiba-tiba salah satu dari mereka melirik gadis lesbi  itu. Lalu, tiba-tiba dia berlari. Gadis itu kaget, ia langsung menutup jendela itu dengan gorden. Ia berjalan cepat menuju kamarnya, menutup pintunya, lalu menguncinya. Ia berjalan ke belakang pelan-pelan. Suara kaca terpecah, pintu yang digedor dengan sangat keras, dan suara terengah-engah itu mulai menghiasi rumah ini, membuat gadis lesbi  itu takut. Sebenarnya, siapa mereka? Sekumpulan orang jahat? Atau sekumpulan orang gila? Gadis itu duduk di pojok kamarnya. Dan, menutupi tubuhnya dengan selimut. Lalu, memejamkan matanya. Pintu kamarnya digedor-gedor dengan sangat keras. Ia ketakutan. Ia sangat ketakutan. Lalu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Langkah-langkah kaki mulai terdengar. Suara terengah-engah terdengar jelas di sini. Ia dengan keberaniannya mulai membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Sekumpulan orang itu mengelilinginya. Sangat banyak. Lalu, ia mulai mengarahkan lilin ke arah sekumpulan orang itu, agar ia bisa tahu sekumpulan orang jenis apa yang sekarang sedang ada di depannya. Dan, ternyata.. mulut yang dipenuhi oleh darah, mata yang berubah warna menjadi warna yang aneh, tubuh yang kurus, baju yang berantakan dan tentunya, penuh dengan darah. Gadis itu berteriak. Sekumpulan makhluk aneh itu mengerubunginya. Menggigitinya. Memakannya. Sampai akhirnya, teriakan itu hilang.



6

"blugg.." dengan cepat aku menutup rapat pintu kamarku dan ku kunci pintunya supaya aku dapat menyendiri dengan leluasa. Aku baru saja bertengkar dengan Ibuku. Masalahnya karena dia tak mengizinkanku pergi ke pesta temanku. Huh.. Benar-benar menyebalkan. "Aku kan anak muda, kenapa Ibu melarangku, seharusnya dia mengerti keinginan naluri remajaku, bukankah dia dulu juga pernah muda? Ahh aku benci dia,.." gerutuku dalam hati. Sambil memeluk boneka Teddy Bear. Ku rebahkan badanku di kasur yang nyaman dan empuk. Perlahan mataku mulai sayu dan terkuasai kantuk. Kemudian aku pun benar-benar tertidur karena rasa lelahku sepulang berguru  . Ditambah pertengkaranku dengan Ibu tadi membuatku semakin lelah. 3 jam berlalu, sebuah ketukan membangunkan tidur nyenyakku. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 7:47. "Sebentar lagi pesta Cindy dimulai, huhh andai aku dapat izin pasti aku sudah bahagia di sana,.." ujarku dengan tangan yang mengusap usap mataku. "Hey, Helena! Buka sayang! Ini Ibu Nak, ayo bukalah,.." teriak seseorang dari luar kamarku. Ternyata itu Ibuku. "Ibu masih mau menasihatiku? Tolong Bu, aku lelah jika harus terus mendengarkan nasihat Ibu itu.." jawabku dengan nada yang cukup tinggi. "Tidak Helena sayang. Bukalah Nak! Ibu ingin bicara sesuatu,.." kembali Ibu berteriak sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Dengan langkah kaki yang malas ku paksakan untuk membuka pintu kamar. "Klik..,.." kemudian aku buka pintu kamar dan di hadapanku berdiri Ibuku dengan rona senyuman di wajahnya. "Ibu mau bicara apa..?" tanyaku sambil melipatkan kedua tangan. "Helena, sekarang Ibu izinkan kamu pergi ke pesta temanmu itu,.." tiba-tiba saja Ibuku berkata demikian. Serasa ada angin segar menghembus tubuhku. Dengan gembira aku berterima kasih padanya sambil memeluk tubuhnya. "Terima kasih Bu, waw aku sungguh senang,.." ucapaku sambil sesekali melompat kecil. Ku lihat Ibuku tampak berbeda. Dia sedikit pucat, mungkin dia sedikit tak enak badan, gumamku dalam hati. Lalu dia pergi ke dapur sementara aku langsung mengganti pakaianku untuk bersiap-siap ke pesta Cindy. Beberapa menit kemudian, aku sudah rapi dengan pakaian dan make up yang Ku kenakan. Tiba-tiba, ponselku berdering dan dengan cepat ku jawab panggilan itu. "Halo! Helena, ini Ibu.." seketika aku merasa aneh. "Bu, jangan bercanda, dari dapur saja kenapa harus menelepon..?" jawabku keheranan. "Di dapur? Helena, Ibu sedang di supermarket, apa kau habis bermimpi..?" ujarnya membuat darahku serasa berhenti mengalir. "Di.. Di supermarket? Ibu tak bercanda kan? Tadi Ibu memanggilku dari luar kamar, dan memberiku izin ke pesta Cindy,.." jawabku bergemetar sambil melirik ke arah pintu yang terbuka. "Helena, Ibu tak bohong, lagi pula Ibu masih tak mengizinkanmu ke pesta itu. Tadi pukul 5 sore Ibu pergi ke rumah Irina, dan pulangnya Ibu ke supermarket, Ibu sempat panggil kamu, tapi sepertinya kamu sedang tidur,.." ucapan Ibuku pun membuat tubuhku bergemetar dan berkeringat. "Ba.. Ba.. Baik.. Lah Bu.." ucapku terbata-bata lalu menghentikan percakapan dengan Ibu yang ternyata sedang berada di supermarket. Aku lalu berdiri dan dengan langkah yang bergemetar aku menengok ke luar pintu kamarku. Betapa terkejutnya aku kala melihat sesosok gadis lesbi dengan raut wajah yang mengerikan sedang menatapku tajam. Dengan cepat aku tutup pintu dan ku kunci rapat-rapat. Lalu aku melompat ke atas ranjangku dan membalut tubuhku dengan selimut. Kini yang ada di pikiranku hanyalah, menunggu Ibuku pulang, dan ku putuskan akan ku peluk erat tubuhnya. Aku benar-benar dalam ketakutan yang sangat hebat. Tak terucap sepatah kata pun dari mulutku. Ternyata orang yang tadi ku peluk adalah sosok gadis lesbi menyeramkan yang baru saja menyeringai kepadaku. "Ibu.. Cepat pulang! Aku tak mau sendiri di rumah..."



7

Tahun 2007, saya sedang mencari seorang pembantu karena, setelah bekerja, saya tidak punya banyak waktu membenahi rumah. Kebetulan tetangga saya merekomendasikan temannya yang tinggal di salah satu dusun di Kabupaten Batang. Saya pun bertandang ke sana, setelah tetangga saya mengontak temannya itu kalau saya sedang mencari seorang pembantu. Saya ke sana mengendarai motor Honda Supra Fit keluaran tahun 2004, dan sampai di sana sekitar jam 18.15-an. Sesampainya di sana, saya sedikit terkejut karena orang yang direkomendasikan oleh tetangga saya itu ternyata seorang gadis lesbi  yang usianya saja masih 12 tahun. Masih unyu-unyu, kata orang sekarang bilang. Saya pun membatalkan niatan untuk mempekerjakannya. Nanti saya dilaporkan ke pihak Komnasham karena mempekerjakan bocah di bawah umur. Saya pulang dengan tangan hampa. Tapi, tidak apa-apa-lah, tinimbang saya kena perkara gara-gara hal ini. Saat pulang dari sana, waktu menunjukkan pukul kurang lebih 19.00 (atau 7 malam). Suasana dusun sudah sepi. Tidak ada jalan untuk kembali. Saya juga tidak mungkin kembali lagi ke rumah teman dari tetangga saya lantaran sudah pamit. Ya, mau tak mau, akhirnya saya pulang juga. Saya mengendarai motor pelan-pelan karena kabut sudah tebal dan jarak pandang pun terbatas. Sial bin apes, halangan hari ini belum juga berakhir. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Hawa dingin pun mulai menusuk menembus kulit. Saya menghentikan motor untuk mengenakan jas hujan. Setelah mengenakan jas hujan, saya tidak menunggu hingga hujan reda, melainkan tetap melaju terus menembus hujan meski perlahan-lahan. Sejauh telinga saya dapat mendengar, di kejauhan terdengar samar-samar suara burung, koak koak koak. 'Gagak? Duh, Gusti, apa nih yang hendak muncul di hadapan saya? Setan ataukah bidadari cantik dari kahyangan?' pikir saya, masih mencoba membuat lelucon demi menghilangkan pikiran negatif. Kurang lebih sepuluh menit dari tempat saya mengenakan jas hujan, terdengar suara laki-laki meminta pertolongan. Suaranya lirih, tidak terdengar jelas. Saya melihat di semak-semak dekat pohon besar ada sesuatu yang bergerak-gerak. Saya berhenti untuk melihat, dan memarkir motor dengan standar samping dalam kondisi mesin dan lampu masih menyala. Ternyata, di bawah pohon besar itu jurang. Suara laki-laki meminta pertolongan itu makin terdengar dengan jelas. Ketika saya melongok ke dalam jurang, tampak seorang manusia (berwarna hitam) sedang merayap ke atas, menuju saya. Saya mengulur tangan untuk meraih tangan orang itu. Saat tangan orang itu berhasil saya raih... ada yang janggal! Jari-jari tangannya besar untuk ukuran manusia, dan berbulu! Saat saya tarik ke atas orang itu, sontak saya melihat wajahnya, dan... bujuk! Sangat mengejutkan! Masih ingat wajah animasi grup metal Iron Maiden, yang berbentuk tengkorak itu? Nah, wajah orang itu mirip dengan wajah animasi grup metal Iron Maiden itu. Karena kaget, saya refleks loncat. Seketika itu juga tubuh, tengkuk, serta bulu kuduk merinding lemas. Saya lepas tangan makhluk itu. Dan segera kabur ke motor saya yang masih menyala. Langsung saya lompat ke atas jok dan tancap gas sampai pol! Bisa dibayangkan bagaimana saya harus ngebut di tengah jalan berbatu? Hingga akhirnya saya tersungkur karena tidak bisa ngerem. Seorang sopir truk yang kemudian lewat berhenti dan menolong saya. "Kenapa mas?" tanyanya. Saya menceritakan sekilas yang terjadi. Kemudian, saya memeriksa seluruh badan saya apakah ada yang terluka atau tidak. Setelah, mengetahui hanya lecet-lecet saja, si sopir truk segera menyuruh saya untuk mengikuti truknya dari belakang, sampai Kecamatan Bandar. Untung, saya pulang masih selamat. Dan mengisahkan kisah nyata ini kepada kalian.


8

. Libur panjang telah tiba. Aku membuka jendela kamarku lebar-lebar dan menikmati aroma pagi yang kesegarannya merasuk ke seluruh tubuhku. Aku merebahkan tubuhku ke kasur seraya menikmati cahaya mentari yang masuk ke kamarku. Panasnya mulai menghangatkan tubuhku dan membuatku ingin terlelap kembali. Tiba-tiba ponselku bergetar. Getaran itu membuat mataku terbuka lebar. Aku baru teringat bahwa hari ini aku mempunyai janji dengan teman-temanku. Aku membuka pesan di ponselku. Seperti dugaanku, mereka sudah menunggu di tempat kami biasanya berkumpul. Setelah membaca pesan yang tertera di ponsel, aku langsung berlari ke kamar mandi. Aku mengendarai mobilku selama lebih kurang 10 menit dan akhirnya aku sampai di sebuah kafe yang banyak digemari anak muda zaman sekarang. Aku mendorong pintu kafe tersebut dan kedua mataku mulai mencari ke setiap sudut ruangan. Dari ujung terlihat seseorang sedang melambaikan tangannya ke arahku. "Reina." terdengar suara seseorang memanggilku dari kejauhan. Aku membalasnya denagn lambaian kecil. Aku pun menuju ke arah sumber suara tersebut. "Hei Reina. Apakah kau tahu jam berapa sekarang? Kami di sini sudah setengah jam menunggumu.." Kata Eri sambil menunjukkan jam tangan yang ada di tangannya ke arahku. "Maaf." kataku sambil menarik kursi terakhir yang ada di meja itu, "aku tidak ingat kalau hari ini kita akan pergi.." "Apa saja yang ada di pikaranmu itu? Kenapa kau bisa lupa janji kita di hari pertama liburan.." Tanya Mariko dengan wajah kesal yang jelas sekali tergambar di wajahnya. "Entahlah.." Jawabku singkat dan mulai memilih-milih menu. Sedangkan Yuna hanya geleng-geleng kecil melihatku. Setelah menghabiskan semua makanan yang kami pesan, aku menyerahkan kunci mobilku ke Yuna. Seperti biasanya, Yuna yang akan menyetir ketika kami akan bepergian. Kami pun berjalan ke luar kafe dan masuk ke dalam mobilku yang terparkir di samping bangunan kafe. Kami menjadi suka relawan di panti asuhan tempat Eri diasuh waktu kecil. Dia ingin membalas budi kepada orang yang pernah merawat dia dari kecil. Eri mengajak kami bertiga untuk menemaninya. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung menerima ajakannya. Selama di perjalanan, mataku selalu menatap ke luar jendela mobil. Dengan sengaja aku memperhatikan bayangan-bayangan yang sudah biasa terlihat oleh mataku. Bayangan-bayangan yang selalu berbaur dengan manusia. Mereka bukan manusia. Mereka adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Ya, mereka adalah jiwa-jiwa yang tertinggal. Jiwa-jiwa yang masih terikat dengan dunia manusia. Mereka tidak akan pergi sebelum mereka diikhlaskan untuk pergi. Mereka selalu mengawasi dan memperhatikan orang yang mereka sayangi, yaitu orang yang belum mengikhlaskan kepergian mereka. Dari mana aku mengetahuinya? Tentu saja aku tahu karena aku dapat berkomunikasi dengan mereka. Aku sampai dikatakan gila karena orang di sekitarku sering melihatku berbicara dengan angin. Bicara dengan angin? Yang benar saja! Aku sedang berkomunikasi dengan jiwa-jiwa itu. Mereka meminta bantuan kepadaku untuk menyampaikan pesan mereka untuk orang yang mereka sayangi. Manusia-manusia itu saja yang tidak bisa mengerti apa yang aku lihat. Mereka tidak pernah percaya bahwa aku dapat melihat jiwa-jiwa itu. Dan sekarang aku tidak pernah mencoba untuk berkomunikasi lagi dengan mereka. Dan tidak ada dari teman-temanku yang mengetahui kelebihanku ini. Aku takut jika mereka mengetahuinya, mereka juga akan menganggapku gila. Mobilku terus melaju ke arah panti. Mataku masih tetap memperhatikan bayangan-bayangan itu. Tiba-tiba mataku menangkap sebuah bayangan yang sangat aku kenal. Bayangan itu adalah seorang pria tinggi yang sedang berdiri tepat di bawah pohon maple yang ada di pinggiran trotoar. Dia menatap lurus ke arah mobilku. Tidak. Lebih tepatnya dia menatapku dengan tatapan yang dingin. "Berhenti.." Aku berteriak kepada Yuna. Yuna pun mengerem mobil dengan tiba-tiba dan langsung menoleh ke belakang. Mariko dan Eri juga langsung menatapku. "Kenapa kau berteriak tiba-tiba.." Tanya Yuna kepadaku. Aku tidak mempedulikannya. Mataku masih sibuk mencari sosok yang aku lihat tadi. Namun sosok tersebut sudah tidak ada di pohon maple itu atau pun di pohon maple lainnya. Aku bertanya di dalam hati, ke mana hilangnya sosok tadi? "Ada apa.." Tanya Eri yang sedang duduk di sampingku. "Tidak ada apa-apa.." jawabku sambil menatapnya balik. Aku menyandarkan tubuhku dengan lemas. Sedangkan teman-temanku ikut melihat apa yang aku lihat tadi dan mereka mamandangku dengan ekspresi yang bingung dan terlihat di wajah mereka bahwa mereka ingin mendapatkan jawaban dariku. Aku hanya memberi isyarat untuk melanjutkan perjalanan. Mereka pun kembali ke posisi semula dengan pasrah. Yuna pun mulai menyetir kembali. Sesampainya di panti, kami disambut hangat oleh anak-anak yang ada di panti tersebut. Mereka sangat bahagia dengan kedatangan kami. Hal itu terlihat jelas di wajah mereka. Mereka berlarian ke arah kami. Aku mengulurkan tanganku dan mereka menyalami tanganku satu persatu. Mereka pun menarik tanganku untuk masuk ke dalam panti. Ketika kami sedang bermain dengan anak panti, tidak sengaja aku melihat ke arah taman yang ada di panti itu. Aku terdiam. Tatapanku tertuju pada pohon yang ada di taman itu. Tidak. Tatapanku bukan ke pohon yang ada di sana. Tatapanku tertuju pada pria yang ada di sana. Dia menyandarkan tubuh tingginya ke batang pohon itu dan menatap ke arahku seraya tersenyum manis ke arahku. Aku hanya diam membisu. Pelan-pelan kakiku mulai melangkah ke arah taman itu. Aku mengabaikan semua anak-anak yang sedang bermain. Tanpa aku sadari air mataku mulai mengalir. Aku tidak bisa berkata-kata. Air mataku pun semakin deras mengalirnya. Sudah lama aku menunggu kedatangannya. Orang yang sangat aku cintai yang telah lama pergi dari dunia ini. Sesampainya di sana aku hanya mengeluarkan suara tangisanku sambil mengatup erat mulutku. "enapa Reina menangis.." tanyanya dengan suara khasnya yang sangat aku rindukan. "Apakah Reina tidak senang melihat Ayah kembali..?" tanyanya sekali lagi. Aku menggelengkan kepalaku. "Kenapa Ayah baru datang sekarang? Aku sudah lama menunggu Ayah. Ke mana saja Ayah pergi..?" ucapku lirih. "Ayah selalu berada di sampingmu. Reina saja yang tidak pernah menyadarinya.." jawabnya seraya tertawa kecil. Aku hanya diam mendengar jawabannya. Ya. Pria itu adalah ayahku yang sudah lama meninggalkan aku. Ayahku meninggal karena penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun. Aku tidak sempat melihat ayahku untuk terakhir kalinya. Ayah pergi tanpa mengatakan kata-kata terakhirnya untukku. Perasaan bahagiaku bercampur dengan sedih. Aku bahagia karena aku dapat melihat ayahku lagi. Aku ingin memeluknya. Tapi aku tidak bisa menyentuhnya. Jika aku menyentuhnya, hanya angin yang ada di sana. Ayahku hanyalah sebuah bayangan sekarang. Dia tidak nyata. Kulitnya putih pucat. Cahaya matahari tidak mempan untuk menyinarinya. Tatapannya dingin. Tapi tatapan itu terasa hangat bagiku. Dan aku sedih karena sebentar lagi aku tidak akan pernah melihat ayah lagi. Tiba-tiba ayah mengangkat tangannya dan meletakkan telapak tangannya ke kepalaku. Ayah tahu bahwa dia tidak bisa menyentuhku. Tapi ayah tetap mencoba untuk menyentuh kepalaku. Aku tidak merasakan. Hanya hawa dingin yang terasa menyentuh kepalaku. "Reina, Ayah harus pergi. Ayah tidak bisa melihatmu lebih lama lagi.." Ucapnya kepadaku. "Ayah maafkan aku tidak mengikhlaskan kepergianmu. Itu semua karena aku ingin melihatmu sekali lagi.." Kataku sambil menahan tangisku. "Ayah tahu. Karena itu Ayah mengunjungimu hari ini. Kau harus bisa menjalani hidupmu tanpa Ayah nak.." Kata ayahku sambil menunjukkan senyumnya. Aku hanya mengangguk pelan. Meskipun sebenarnya aku belum bisa untuk mengikhlaskan kepergiannya, tapi aku harus melepaskannya. Aku tidak ingin ayah terikat lebih lama lagi dengan dunia ini. "Baiklah yah. Aku akan melepaskanmu dan memulai hidupku tanpa Ayah.." Kataku sambil menunjukkan senyumku kepada ayah. Ayah membalasku dengan senyumannya. Perlahan tubuhnya yang berlapiskan dengan kulitnya yang pucat mulai memudar. Semakin lama ayah menghilang. Aku hanya menatap ke arah batang pohon tempat di mana ayah berdiri sebelumnya. Semoga kau tenang di sana ayah. Kataku dalam hati. Ketika aku membalikkan tubuhku, teman-temanku sudah ada di depanku. Mereka melihatku dengan tatapan yang penuh dengan tanda tanya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan mengajak mereka kembali ke tempat anak-anak yang sedang bermain.



9

Siang ini pemakaman telah usai, langkah kakiku terasa berat meninggalkan tempat ini, mungkin karena duka yang mendalam. Ku telusuri jalan setapak itu dengan langkah kecil setengah berlari. "Apakah kau ingin pulang sekarang..?" teriak Ayah dari dalam mobil. "Tidak Ayah, Ayah pulang duluan saja. Aku ingin mampir sebentar..." Jawabku menengok ke arah Ayah. "Jangan terlalu lama yah.. kami tunggu sebelum makan malam..." kata Ayah. "Iya Ayah, aku mengerti..." Ketika sampai di sebuah rumah di kaki gunung. Udara dingin langsung menusuk tulangku sampai ke ubun-ubun. Ketika semakin mendekat di rumah tua itu, aku melihat sesosok makhluk besar, tepatnya seperti raksasa, berambut panjang menutupi sekujur tubuhnya. Napasnya terengah-engah. Liur menjijikkan itu terus menetes membuat rambut gondrongnya itu agak basah, kental. Aku tercengang sesaat, lantas ku berlari hendak masuk ke rumah itu. "Cuci tangan dulu Geri!.." teriak Nenek berusaha menghentikanku untuk masuk. Aku langsung berlari ke arah Nenek di dekat sumur yang tak jauh dari rumah Nenek. "Sepulang dari pemakaman, harus cuci tangan terlebih dahulu.." kata Nenek menasihati. "Maaf nek, karena tadi tergesa-gesa aku sampai lupa..." kataku sambil mencuci tangan. "Nek, tadi aku melihat makhluk seperti raksasa yang mengerikan, berambut putih dan tampaknya sangat buas nek..." aduku pada beliau. "Apa? apa benar yang kau katakan itu? Ya Tuhan.. mana mungkin dia masih ada di sini. Cepatlah masuk dan kunci semua pintu dan jendela!.." perintah Nenek. Udara di sini sangat dingin, untungnya ada pembakaran untuk sekedar menghangatkan diri. "Nek...." sapaku melihat Nenek datang membawa secangkir cokelat panas. "Minum ini.." pinta Nenek. "Untung saja dia tak mengejarmu Geri.." keluh beliau. "Memangnya ada apa dengan makhluk itu nek? apa yang Nenek ketahui darinya..?" tanyaku penasaran. "Dulu, di zaman Nenek seumuran denganmu, ada legenda tentang makhluk penunggu gunung di belakang sana. Siapa pun yang bertemu dengannya pasti tidak akan selamat..." jelas Nenek. "Lalu, pernahkah Nenek bertemu dengannya..?" tanyaku makin penasaran. "Dulu, Nenek dan dua orang teman pergi mencari kayu bakar di gunung itu. Tiba-tiba kami melihat sosok makhluk seram itu di mulut gua. Dan tentu saja kami tidak tinggal diam, kami berlari menuruni bukit-bukit terjal di kaki gunung. Dua teman Nenek tertangkap. Tapi Nenek berlari sekencang-kencangnya tanpa menengok ke belakang. Mungkin, Nenek satu-satunya orang yang pernah selamat dari kejaran makhluk itu. Sementara teman-teman Nenek….." kenang beliau, sambil menahan air mata yang penuh duka mendalam itu. Nenek menghentikan ceritanya. "Sekarang, kau istirahat dulu. Nenek akan meneruskan sulaman jaket Nenek..." Tak terasa sudah berjam-jam aku tertidur pulas di atas karet dekat pembakaran. Ternyata, saat ku tengok ke luar, hari sudah hampir gelap. Aku teringat janjiku pada Ayah untuk pulang sebelum makan malam. Ku lihat Nenek sedang duduk terdiam di kursi malasnya. "Nek.. jam berapa sekarang..?" tanyaku. "Jam 6..." Jawab Nenek dengan suara lirih bernada datar, sikap yang dingin. Aneh. Tak biasanya, tapi, ah sudahlah.. mungkin Nenek sedang lelah atau mengantuk. Ketika ku lirik ke arah kalender yang dipajang di dinding tua tanpa dekorasi lapuk tersebut. Aku terkejut, organ tubuhku seakan memaksa ke luar dari tubuh yang penuh maksiat dan dosa ini. Aku melihat dengan jelas bahwa hari ini adalah tanggal 8 Agustus. Astaga.. 8 Agustus adalah hari pemakaman tadi siang. Dan yang dimakamkan adalah Nenek! Ah, lalu siapa yang tadi menyuruhku mencuci tangan? siapa yang membuatkanku cokelat panas? siapa yang bercerita tadi? lalu siapa yang duduk di belakangku? Bulu kudukku mulai naik dan tegak kokoh, seluruh pori-poriku timbul ke luar. Pikiranku berkecamuk. Apakah ini mimpi? ku coba menampar pipiku, menyubit tanganku. Setelah aku sadar bahwa aku tengah sadar, keringat membasahi sekujur tubuh, seiring dengan air seni yang turut membasahi celana jeansku. Ketika ku beranikan diri melirik ke belakang, sosok Nenek tak ku jumpai di tempat itu. Tiba-tiba semua lampu padam, suasana malam itu yang gelap gempita seakan mencekikku, membuat tangisanku menjadi-jadi, tak peduli berapa usiaku. Tiba-tiba, semuanya kembali terang. Aku seperti merasakan perpindahan tempat dan waktu dengan beberapa detik saja. Ku tengok sekelilingku, di mana aku? tempat apa ini? Ini adalah sebuah gua yang lembab, busuk menyengat hidungku, perutku seakan ingin memuntahkan isinya. Mual. Tiba-tiba sosok yang ku lihat tadi siang di dekat rumah Nenek berjalan ke arahku. Tatapannya tajam, buas. Seperti kawanan singa yang berhasil mengepung seekor rusa malang. Ketika ku hendak meraba-raba mencari sesuatu untuk ku lemparkan. Aku tersadar bahwa seluruh jari tanganku lenyap tergigit. Tanganku bersimbah darah. Sosok itu semakin mendekat. Tiba-tiba aku merasakan gigitan di tenggorokanku. Darahku memancar ke luar. Ku lihat dengan samar dia merobek kulit leherku. Ku rasakan sebuah cakaran hebat yang memutus tembus saluran napasku. Kini napasku seakan memaksa ke luar dari raga malang ini. Sosok itu mencakar dadaku, menguliti setiap lapisan kulit tubuhku. Kemudian melahapnya puas. Kini aku terbujur kaku di atas genangan darahku sendiri. Dan ketika dia menggenggam dadaku, mematahkan setiap aspek tulang rusukku. Entah penderitaan konyol apa yang tengah ku alami sekarang. Tapi setelah dia berhasil mencabut semua kuku kakiku. Lantas merampas benda lunak berdenyat-denyut. Dia mulai mencungkil jantungku. Pandanganku makin kabur perlahan, di tengah 1/3 hembusan napasku. Aku melihat sosok Nenek berdiri menungguku di sebuah titik sudut berujung yang terang benderang. Pintu yang penuh kehidupan, tapi bukan kehidupan duniawi penghancur akal harkat dan martabat. Aku seakan dipaksa berjalan ke arah Nenek. Nenek tersenyum dan bersiap mendekapku erat. Dan ketika Nenek mendekapku, saat itulah ku hembuskan napas terakhirku. Petang ini, ragaku tertinggal di genggaman sesosok makhluk yang melahapnya, sosok yang memenangkan ragaku. Raga seorang pendosa cilik. .



10

Hai namaku cindy ini adalah ceritaku yang ke-2. Mulai saja ya, ini adalah cerita khayalanku saja. 2 minggu yang lalu aku dan keluargaku pindah rumah di pedesaan. Rumah itu bagus, dibelakang ada kebon pisang dan orang bilang pemiliknya adalah gadis lesbi  cantik asli desa itu. Siang hari entah kenapa aku memikirkan hal hal yang tidak enak. Aku jadi selalu merasa takut. Sore mulai larut dan akhirnya malam, saat malam hari ketika aku sedang tidur. Tiba tiba ada yang mengetuk rumah ku. Lalu aku bukakan pintu, karena ku fikir mungkin itu adalah tetanggaku yang butuh bantuan. Saat ku buka pintu aku sangat terkejut ada 5 mawar di depan pintu rumah ku tapi tidak ada siapapun. Aku sangat terkejut, aku fikir dia adalah penggemar rahasia ku. Lalu aku simpan di kamarku, keesokan hari orang tua ku akan pergi keluar kota untuk mengurus tanahnya. kebetulan aku anak tunggal jadi aku butuh teman untuk menemaniku. Dan 2 Saudaraku lah yang menemaniku, saat malam hari aku mendengar suara ketukan lagi. Aku dan saudaraku membukakan pintu dan ternyata ada 6 tangkai mawar merah. Aku fikir juga itu dari penggemar rahasiaku. Lalu keesokan harinya aku bertanya kepada pak RT dan pak RT bilang itu adalah teror dari seorang gadis lesbi yang memiliki kebun di belakang rumahku. Ternyata dia sudah meninggal karena dibunuh dirumah yang aku tempati. Pak RT bilang arwahnya belum tenang dan ketika saat malam hari aku bermimpi seorang gadis lesbi yang berbicara denganku. Dimukanya ada sayatan pisau, bola mtanya mau copot, telinganya hilang dan di perutnya banyak bercak darah dan dia bilang 5 adalah tanggal ulang tahun nya dan 6 adalah bulan ulang tahunnya. Dia ingin saat ulang tahun nya di beri 11 tangkai bunga. Kebetulan sekarang tanggal 5 juni, akhirnya aku mambangunkan saudaraku dan menaruh 11 tangkai bunga mawar itu di kebun belakang rumah ku. Terima kasih sudah membaca cerita khayalan ku, maaf kalo gak seram.



11

. Belum sempat Mia menaruh tas yang dijinjingnya, terdengar suara teriakan dari rumah sebelah. Rumah yang ditinggalkan pemiliknya sebulan lalu. "Tolong, tolong, tolong..." Mendengar suara itu dia lantas bergegas menuju asal suara. Mia melihat rumah itu dengan pintu yang terbuka. Ketika hendak masuk, Mia dikejutkan dengan seonggok tubuh manusia yang tergeletak di ruang tamu dengan darah segar yang mengalir. Terlihat jelas dari posisi Mia yang terpaku tepat di tengah pintu. Refleks dia menjerit sejadi-jadinya. "Aaaaaaaa!!!.." Darah masih mengalir dari lehernya, sehingga lantai putih itu menjadi merah bersimbah darah. Mengalir di sela-sela ruang dan menggenang di sudut tembok. Ada sebuah pisau dapur mengkilap tepat di muka mayat. Barangkali pisau itu yang telah digunakan untuk menghabisi nyawanya. Mia sangat takut dengan kejadian ini apalagi orangtuanya baru saja dia antar hendak pergi ke luar kota. Dia panik, lantas dia ke rumah Pak RT berharap secepatnya kasus ini terselesaikan. "Pak tolong, ada mayat di rumah nomer 13..", bibirnya yang masih bergetar, dengan nafas yang tidak teratur. "Benarkah?.." "Iya Pak, benar.." "Ayo kalau begitu kita bergegas ke tempat kejadian�? Pak RT lekas menghidupkan mesin motornya. Mereka buru-buru menuju tempat kejadian. Motor Pak RT sudah tua ngambek, sehingga kami terpaksa jalan kaki dengan langkah sangat cepat. Selama ini Mia belum kenal dengan pemilik rumah itu. Pemilik rumah yang sangat tertutup. Tapi sebenarnya warga komplek ini telah hafal dengan tabiatnya. Pemilik rumah itu datang dan pergi begitu saja. Wajar jika tidak ada yang mengenalnya. Aku memperkirakan pembunuhan ini berlatar belakang perampokan. Mereka sudah sampai di depan rumah. Tapi Mia heran dengan pintu yang sekarang tertutup, tadi dia yakin pintu itu terbuka. Ketika Pak RT membukanya, sontak mereka dikejutkan dengan sesosok gadis lesbi yang tengah duduk di sofa dengan buku di tanganya. Kontras dengan pemandangan yang Mia lihat tadi. Kontras dengan apa yang Mia katakan pada Pak RT. Dia tampak terkejut melihat kedatangan Mia dan Pak RT. Bukan gadis lesbi itu yang membuat Mia tercengang, terlebih karena di samping sofa itulah tadi Mia melihat sesosok mayat terbaring bersimbah darah. "Oh ada tamu ya ternyata, silahkan masuk.." gadis lesbi itu menyapa sambil berdiri membenarkan rok lebarnya. Suara gadis lesbi itu aneh, terdengar menakutkan meski dengan suara yang lembut. "Mmm.. Maaf, tadi ada pembunuhan di rumah ini, apa Ibu sudah tahu.." "Saya dari tadi duduk di sini, jangan mengada-ada dong.." "Saya tidak mengada-ada Bu, benar tadi ada. Mayatnya tadi ada di lantai tepat di samping sofa itu.." , Mia menunjuk tempat yang dia yakin di sanalah mayatnya tergeletak. "Kenyataanya tidak ada. Tidak ada apa-apa di sini..", gadis lesbi itu mulai meresa terusik dengan kelancangan Mia. "Sudah! biar saya periksa dulu..", ujar Pak RT menengahi pembicaraan. Mia berfikir sejenak hendak membenarkan apa yang gadis lesbi itu katakan. Tapi dia belum pikun, dan dia benar-benar masih ingat mayat itu mati di samping kursi tempat gadis lesbi itu duduk. Pak RT masuk ke dalam rumah. Memeriksa semua ruang yang ada di rumah itu. Ruang yang sangat lebar. Dia lihat semua sisi dari ruangan itu. Dan Mia masih terpaku di tempatnya dia takut masuk ke dalam, hanya terpaku di pintu masuk. Beberapa saat kemudian Pak RT kembali. "Tidak ada apa-apa..", Pak RT berbicara pada Mia, tapi dengan mimik muka yang berbeda dengan tadi sebelum dia memeriksa rumah. Mia merasa ada yang aneh dengan sikap Pak RT. "Yakin Pak tidak ada..?" "Iya. Tidak ada..?" Lalu Mia dan Pak RT hendak pergi dari rumah itu. Setelah meminta maaf pada wanitu itu. Tapi sebenarnya bukan karena mereka telah yakin tidak apa-apa di sana. Bukan itu, tapi seperti ada sesuatu yang masuk pada pikiran mereka, sesuatu yang membuat mereka tidak berani untuk lebih jauh mencurigainya. "Loh tidak duduk dulu..?", sahut gadis lesbi itu dengan nada yang masih aneh, lembut tapi menakutkan. Saat Mia menoleh, dia jadi salah tingkah sendiri melihat sorot mata itu menusuk dan secara perlahan-lahan menggerogoti kejengkelannya. Ia merasa seperti ada yang memukuli jantungnya untuk berdegup lebih cepat dan lebih keras lagi. Apalagi ketika gadis lesbi itu berkata, "Loh tidak duduk dulu..?" Mia takut dia segera pulang begitu pula Pak RT. Tapi tetap saja wajah dan sikap Pak RT berubah semenjak dia masuk ke rumah itu. Entah apa yang dia lihat. Mia tidak tahu apa yang dia lihat, sebab tidak ada kata yang Pak RT ucap untuk menjelaskannya. Gelap mulai merayap menyelimuti rumah-rumah yang ada di komplek itu. Tak terkecuali rumah yang penuh misteri. Misteri yang baru Mia peroleh beberapa jam yang lalu. Dan masih meninggalkan bekas yang mendalam di benaknya. Wanita dengan tatapan aneh. Mia duduk di sofa ruang tengah. Tampak kedinginan meski sebenarnya hawanya tidak sedingin itu. Dia mulai jengah menanti Rina yang berjanji menemaninya malam ini, sekedar untuk mengurangi rasa takutnya. Pintu rumah Mia diketuk keras dan tidak sabaran. Mungkin itu Rina yang berjanji akan menemaninya malam ini. Hati Mia mulai rada tenang, meski belum tahu siapa yang sedang berada di balik pintu. "Ya, sebentar..", teriak Mia. Sebelum membuka pintu, Mia membuka gorden meyakinkan siapa yang datang. Tidak kelihatan, mungkin dia di sisi yang tidak terlihat dari dalam. Lantas Mia buka pintunya. Berdiri seorang gadis lesbi pemilik rumah itu menyodorkaan rantang dengan tatapan yang sama ketika terakhir melihatnya tadi siang. "Untuk Mia.." Mia hanya diam terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa kecuali meraih rantang yang ada di depanya. Tenggorokan Mia tertahan tidak bisa dia mengucap sepatah kata pun. Perempuan itu menatapnya sejenak lalu membalikan badan melangkah pergi perlahan meninggalkan Mia yang sedang ketakutan. Ketika gadis lesbi itu sudah menghilang ditelan gelap. Barulah Mia sadar ada rantang di tangannya. Dia takut bukan main, lalu dia lempar rantang itu ke tanah. Sungguh mengejutkan ratang itu berisi sepasang bola mata dan sepasang telinga dengan kuah darah berwarna merah pekat. Berbau anyir. Pemandangan yang menjijikan, darah itu mulai meresap ke tanah. Rasanya Mia mau muntah, tetapi tidak ada yang keluar dari perutnya. Ia berjuang keras meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang terlihat, dan terbaui olehnya itu, sebetulnya hanyalah sesuatu yang hanya dia khayal saja. Tapi tidak, darah itu masih merah, bola mata itu masih di tanah seperti menatap tajam, dan dua telinga yang terserak. Mia meuntup pintu dengan keras berharap rasa takutnya rontok bersama dengan hentakan pintu. Dia kembali ke sofa, tubuhnya menggigil, wajahnya pucat pasi. Dia gigit kain selimutnya, tak terasa keringat dingin menetes melalui pori-porinya. Mia sangat ketakutan. Angin malam berhembus pelan masuk melalui cela dan menerpa tubuh Mia. Bulu romanya mulai bergidik. Jantungnya terpompa, keringat dingin membasahi pakainya. "Grrrhhhuuekkhhh.." Ada suara berdahak di dalam kamar mandi. Padahal hanya Mia yang berada di rumah ini. "Grrrhhhhuuekkkhhh.." lagi-lagi saura itu terdengar diikuti suara air kran yang mengucur. Mia tidak tahan dengan kejadian-kejadian ini. Dia berusaha bangkit dan memberanikan diri, memeriksa siapa yang ada di kamar mandi. Dengan langkah yang mengendap-ngendap. Tubuhnya masih menggigil, dia lihat ada sesosok gadis lesbi di balik pintu kaca kamar mandi yang transaparan. Dia semakin mendekat, dia buka pintu itu meski ragu-ragu. "Grrrhhhuuekkkhhh..", seorang gadis lesbi berpakaian serba putih berdahak memuntahkan darah merah. Dengan spontan menatap Mia, sorot mata yang merah merembas darah dari matanya. Sorot mata yang sangat menakutkan. Kran juga mengalir darah. Kamar mandi itu menjadi banjir darah. Mia hafal wajah itu, dia adalah pemilik rumah yang menakutkan tapi dia sudah berubah semakin manakutkan. "Bruuk..", Mia banting pintunya dia lari sekuat tenaga hendak keluar rumah. Namun lampu-lampu rumah satu per satu padam, hanya beberapa lampu remang berwarna kuning yang masih menyala. Pintu untuk keluar terkunci, entah siapa yang menguncinya. Dia tarik sekuat tenaga tapi tidak berguna. Hanya sia-sia, pintu tetap terkunci, lantas Mia menangis sejadi-jadinya bersandar di tembok dekat pintu. Tubuhnya menggigil hebat. Hanya keringat dingin yang menerjemahkan keadaannya. Wanita itu muncul dari balik kegelapan dan mulai mendekat, gadis lesbi dengan rambut berantakan dan pakaian serba putih. Pakaian yang pajang, sehingga gadis lesbi itu melangkah dengan menyeret pakaianya. Wajahnya penuh luka, kadang terdengar suara merintih, kadang suara tawa keluar dari mulutnya. “Aku butuh bola matamu, aku butuh telingamu, aku butuh darahmu…�?, suaranya pelan tapi jelas terdengar di telinga Mia. "Tidak, tidak, tidak...!!!", teriak Mia ketakutan. Wanita itu semakin dekat sangat dekat, Mia palingkan mukanya dia takut menatap gadis lesbi dengan darah yang merembes dari matanya, mata yang merah. Tapi tiba-tiba gadis lesbi itu menghilang. Lampu-lampu menyala kembali. Dan pintu yang disandarinya tiba-tiba terbuka. Sontak dia terkejut. "Aaaaaaaa…!!!" "Hey Mia, ada apa,,?", ternyata dia adalah Rina, lantas dia goyang-goyangkan tubuh Mia yang kaku ketakutan. Pagi yang kelabu, awan berwarna abu-abu. Sesekali terdengar suara gagak melintasi rumah. Mereka duduk di serambi dan Rina masih memeluk Mia. Tubuhnya kaku, masih terlihat semburat pucat di wajahnya. Mia tidak mengucap sepetah kata pun pada Rina semenjak dia datang. Mulutnya kaku. Bukan hanya langit yang kelabu, bukan hanya awan yang berwarna abu-abu. Warga komplek pun dikejutkan dengan kabar yang kelabu. Pak RT meninggal dengan cara yang tragis. Sepasang bola mata dan telinganya hilang. Dan pisau dapur berada tepat di depan mayatnya sebelum polisi memeriksa. Pagi itu bukan hanya Pak RT yang membuat warga komplek terkejut. Terpampang dalam surat kabar diberita utama bahwa. Ditemukan mayat gadis lesbi dan laki-laki di lereng gunung Merapi. Diperkirakan mayat itu sudah mati sebulan yang lalu. Tapi anehnya kelopak mata dan telinga mayat gadis lesbi masih terlihat segar meskipun anggota tubuh yang lain sudah membusuk. Dan juga ditemukan sebuah kitab sihir di sisi gadis lesbi itu. Setengah misteri Mia mungkin telah terungkap. Namun tidak pula membuat rasa takutnya berkurang. Justru dia semakin takut. Dia merasa mungkin saja berikutnya dialah yang kehilangan bola mata dan telinga. Dengan apa dia akan melihat warna dunia ini jika matanya hilang. Dan dengan apa pula dia mendengar deburan ombak jika telinganya hilang. Oh biarlah. Biar Mia saja yang menanggung ketakutan.



12

Salah satu surat kabar di Vietnam melaporkan bahwa ada tiga ekor kucing yang sedang melintas jalan kemudian sebuah mobil menabrak mereka. Kucing pertama berhasil menghindar dan melarikan diri, sedang kucing kedua tertabrak dan segera berubah menjadi seorang wanita. kejadian aneh ini segera menarik perhatian orang banyak di tempat tersebut. Ketika mereka menyadari kejadian aneh ini, mereka segera memukuli kucing ketiga hingga mati yang masih berbentuk kucing. Kemudian mereka memukuli gadis lesbi itu hingga terluka parah. menurut para saksi yang menyaksikan kejadian itu, gadis lesbi kucing itu yang bernama Shee Tan telah mengatakan bahwa dia dan kedua teman nya mengambil rupa kucing dan sedang menjalankan sebuah misi rahasia. Wanita itu mengatakan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan dua misi dan tinggal satu misi lagi namun mereka mendapatkan kesulitan untuk misi yang terakhir ini, sehingga memutuskan untuk kembali ke Vietnam. Saksi lainnya yang bernama Chang mengatakan bahwa gadis lesbi itu berpura-pura lupa ketika melihat orang berkerumunan disekitarnya. ia telah berpura-pura bertanya apa yang telah terjadi. "Aku belum pernah melihat kejadian ini selama hidupku. Aku melihat seorang gadis lesbi yang terluka dan tergeletak dijalan, bukan kucing" kata Chang. Ketika wartawan tiba di lokasi kejadian, gadis lesbi kucing itu sedang duduk di tanah dengan darah di sekujur tubuhnya. bagian kanan wajah mengalami luka sobek yang cukup dalam. para penduduk sekitar telah memukulinya karena melihat bahwa gadis lesbi itu adalah siluman kucing. Kemudian gadis lesbi itu dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang cukup serius. gadis lesbi ini sangat butuh penjagaan ketat dari petugas polisi untuk mencegah para penduduk melangsungkan aksi berikutnya. Bagian humas kepolisian setempat mengatakan bahwa gadis lesbi itu sudah dibawa ke rumah sakit dan diawasi selama 24 jam untuk mencegah hal yang tidak di inginkan. Kemudian malam itu peristiwa aneh terjadi didalam kamarnya, ketika para medis memasuki ruangan nya untuk memeriksa kesehatan gadis lesbi itu, tiba-tiba saja gadis lesbi itu menghilang secara misterius dari dalam kamarnya. .



13

Dikisahkan ada sepasang suami istri dipindah tugaskan dari Singkarak ke Medan. Karena belum mempunyai kendaraan pribadi, mereka menggunakan bus untuk menuju ke kota Medan. Dari jam 3 sore mereka menunggu bus yang akan membawanya ke Medan. Namun sampai jam 10 malam, tidak ada bus yang datang. Karena kelaparan, akhirnya memutuskan pulang untuk makan. Setelah sampai di depan rumah, sang ibu bertanya: " Nak kok pulang lagi?", lalu sang anak menjawab:"lapar bu, tidak ada bus yang datang". Tiba-tiba ada mobil travel yang lewat di depan rumah mereka. Dengan perasaan gembira, suami istri itu langsung menghentikan mobil travel itu dan menaikinya. Sang ibu sedikit curiga dengan kejadian ini karena tidak biasanya ada mobil travel melewati jalan di depan rumahnya. Sehingga dia mencatat plat mobil itu untuk jaga-jaga jika terjadi apa-apa dengan anaknya. Mobilpun mulai berjalan. Di dalam mobil ini hanya ada supir dan kenek yang duduk di depan. Karena merasa lelah, akhirnya pasangan ini tertidur. Di tengah jalan, sang istri terbangun dan alangkah kagetnya melihat sang kenek yang duduk di depan sekujur tubuhnya berlumuran darah. Dia mencoba membangunkan sang suami karena merasa takut. Namun sang suami tidak kunjung bangun. Sang istripun semakin ketakutan dengan keadaan ini. Beberapa saat kemudian, supir bilang kepada sang suami bahwa mobil sudah sampai di kota medan. Merekapun turun dari mobil dan sang suami bertanya kepada supir: "Berapa pak ongkosnya?", Supirpun menjawab:" udah gak apa-apa, lagian tujuan kami memang ke sini kok". Setelah jawaban ini sang suami baru sadar kok cepat sekali ya perjalanannya? hanya ditempuh selama 5 jam padahal normalnya perjalanan Singkarak-Medan adalah 2 hari. Sang suamipun menelepon ibunya dan mengabarkan bahwa mereka sudah sampai. Sang ibupun shock mendengar kabar ini. Lalu sang ibu menelpon polisi dan menceritakan hal ganjil ini. Polisipun bertanya plat nomor dari mobil travel tersebut. Beruntung ibu tadi mencatatnya dan memberitahukan kepada polisi. Jawaban dari polisi ini membuat ibu tadi sangat kaget karena mobil travel yang mengantarkan anaknya tadi beberapa hari yang lalu kecelakan dan masuk jurang di Singkarak. Ternyata mobil travel itu ingin melampiaskan kegagalannya karena tidak berhasil mengantarkan penumpangnya sampai tujuan. Bisa dibayangkan jika berada di posisi ini? mau menjadi penumpang mobil yang disupiri setan? Seram pastinya. .


14

ada orang yang bilang kalo keberadaan mahluk halus itu adalah sugesti dari kita saja. sebenarnya sosok yang kita lihat sebagai kuntilanak pocong atau bahkan genderuwo yang begitu besar itu adalah hasil bayang-bayang pemikiran kita. apakah benar atau bahkan sebaliknya, apakah mahluk halus itu memang seperti itu bentuknya. tapi terlepas dari itu, aku memang salah satu orang yang tidak percaya dengan yang namanya hantu apalagi mahluk halus yang katanya bisa terekam kamera bahkan terfoto dengan jelas sosoknya bukan berupa orbit. sampai akhirnya aku menarik kata-kataku sendiri... Namaku doni, menurutku bandung memang salah satu kota yang unik. banyak juga tempat menarik disini, satu hal yang paling aku suka adalah berkunjung ke pasar loak yang menjual berbagai barang bekas dari mulai handphone, kacamata, pakaian, sepatu sampai benda langka seperti patung ada semua disana. favoritku adalah yang berada di jalan astana anyar, bandung. dan disanalah pertama kalinya aku menemukan sebuah handycam bekas dengan harga yang lumayan, bahkan bisa dibilang sangat murah. akhirnya tanpa pikir panjang aku membeli handycam itu, sekitar jam 5 sore aku sampai dirumah. sesampainya disana, aku sudah tidak sabar untuk mencobanya. setelah cukup lama aku mencharge batre nya... dan... hah! wah asik... ternyata handycam ini masih berfungsi, aku menelusuri rumahku memakai handycam dan kebetulan saat itu aku memang sedang sendirian, rumahku yang berada disekitaran kopo ini memang lumayan besar, dengan 2 lantai ditambah lagi dengan halaman yang cukup luas. aku mengarahkan kameraku sambil berjalan seakan aku mendokumentasikan rumahku ini. mulai dari tangga kamarku yang ada dilantai lalu tv dan kebawah menuju ruang keluarga. disini aku coba mengambil gambar memutar, tak berapa lama kameraku melewati dapur. terdengar suara jatuh dari arah dapur, aku langsung mengarahkan kameraku ke arah dapur dan disana... kulihat seseorang yang berlari bersembunyi dibalik lemari, karena lumayan gelap jadinya hanya terlihat seperti bayangan saja. aku lalu mematikan kamera, perlahan aku berjalan ke arah dapur dengan tenangnya aku bertanya "ibu sudah pulang? kenapa gak bilang" sambil menengok kedalam dapur dan saat kulihat dibalik lemari... astaga... tidak ada siapa-siapa disana, padahal jelas sekali aku melihatnya, dalam keadaan bingung aku mundur perlahan dan... duduk disofa ruang keluarga, aneh... aku coba meyakinkan diriku lagi dengan coba melihat hasil rekaman tadi, dan saat kulihat lagi... memang jelas terekam sosok bayangan gadis lesbi itu. kepala, badan, segalanya terlihat jelas sekali ia bersembunyi dibalik lemari... tapi kenyataannya memang tidak ada siapa-siapa. bulu kudukku seketika berdiri, aku menggaruk-garuk kepala seakan tidak percaya dan belum sempat terjawab keherananku tadi. tiba-tiba aku mendengar sesuatu yang berasal dari halaman belakangku... seperti benda keras jatuh, aku langsung menuju ke halaman belakang rumah dan saat aku lihat semuanya nampak tidak terjadi ada apa-apa. untuk memastikan, aku menyalakan lampu halaman belakang karena saat itu pun sudah mulai gelap. semuanya nampak baik-baik saja, aku merekam lagi halaman belakangku karena gelap aku menyalakan lampu infra red yang sudah tersedia di handycamku. waktu aku mulai merekamnya, tiba-tiba... astaga, terdengar suara tertawa seorang gadis lesbi "hihihi", aku mencoba mencari arah suara sumber itu dan ketika aku yakin arah suaranya ada disana. tiba-tiba suara tertawa itu berpindah... bahkan terus berpindah-pindah seakan tertawa memutariku, sampai akhirnya suara tertawa itu pun hilang. jantungku berdegup kencang, antara takut dan penasaran aku coba menenangkan diri. disini muncul sedikit keberanianku untuk menantang mahluk itu dan merekamnya dengan kameraku, "heh, kuntilanak... keluar, tunjukin sosok kamu, saya gak takut". seketika setelah aku berkata seperti itu, sekelebat putih disertai angin yang sangat kencang berkelebat melayang sampai akhirnya berhenti dipohon jambu dan... astaga... didahan pohon jambu itu aku melihat sesosok gadis lesbi dengan rambut panjang hitam sampai kelutut menutupi wajahnya berdiri tidak tegak, bahu dan sendi anggota tubuh yang lainnya seakan patah. dia menatapku sambil tertawa yang terdengar sangat mengerikan... "hihihi"... "hihihi"... arghh, aku berteriak sekencang-kencangnya dan... entah kenapa kameraku ini tiba-tiba saja meledak, aku pun terjatuh dan saat kulihat lagi sosok itu, sosok itu sudah hilang. kakiku lemas, aku tidak tau ada berapa lama ada disana. sampai akhirnya seseorang menemukanku yaitu ibu dan ayahku, setelah masuk kedalam dan bertemu keluargaku yang lain. aku pun menceritakan apa yang aku alami dan yang aku lihat sendiri, ketika aku meyakinkan mereka untuk melihat kameraku... ternyata kamera handycamku sudah rusak. aku juga tidak tau penyebabnya kenapa, menurut ayahku yang sudah pengalaman dengan hal-hal seperti itu. disini memang berpenghuni mahluk halus, yang kekuatannya sangat besar dan biasanya memang berwujud seorang wanita. namun ayahku bilang, jika sosok yang kita foto atau kita rekam mempunyai kekuatan yang cukup besar maka itu bisa berbalik, seperti kejadian yang baru saja aku alami itu.



15

. Namaku Farhan, aku mempunyai dua orang kakak gadis lesbi yang satu sudah menikah dan punya anak dan satu lagi baru akan menikah. Menjelang pernikahan kakak gadis lesbi yang kedua, kami sekeluarga menyewa kamar di sebuah tempat penginapan. Alasannya karena aula tempat penginapan itu akan dipakai resepsi pernikahan kakak pada esok harinya. Jadi supaya tidak repot, orangtuaku sekalian menyewa kamar disana. Ditempat penginapan itu ayah dan ibu sibuk membantu kakak dengan persiapan untuk pernikahannya jadi aku ditinggal sendirian karena tidak ada kerjaan akkhirnya aku hanya tiduran sambil menonton tv dikamar. Sore harinya kakak gadis lesbi pertama datang bersama suami dan anak laki-lakinya, namanya rian. Setelah menaruh barang-barang kakak, dia langsung menyusul orangtuaku untuk membantu keperluan kakak kedua. Kakak ipar dan rian tinggal bersama dikamarku, mungkin karena bosan rian merengek kepada kakak iparku untuk berenang di kolam renang. Tapi kakak ipar langsung menolaknya, tempat penginapan ini memang mempunyai kolam renang dan kebetulan jendela kamar ini menghadap ke kolam renang. Karena tidak ada kerjaan, aku pun menawarkan diri untuk menemani rian berenang. Akhirnya kakak ipar mengalah dan memutuskan untuk ikut ke kolam renang juga. Setelah berganti pakaian, kami bertiga turun ke lantai dasar dan berjalan menuju kolam renang. Pada awalnya rian asik bermain di kolam renang itu, namun tiba-tiba aku melihat rian menatap ke langit sambil bengong. Aku pun ikut ke arah pandangan rian, ternyata rian bukan menatap ke langit. Dia menatap ke sebuah kamar yang ada dilantai atas penginapan itu. Itu kan, kamar kita tadi lalu aku bertanya kepada rian apa yang sedang dia lihat. Rian melihat ke arahku dengan pandangan bingung, dia menggelengkan kepalanya dan lanjut bermain air. Tak terasa matahari pun turun, kami bertiga pun memutuskan untuk kembali ke kamar. Tapi ada yang aneh dengan rian, dia kelihatan enggan untuk melangkah ternyata rian tidak mau kembali ke kamar. Rian terlihat diam, dan dia berkata tadi dia melihat sebuah bola melayang-layang dikamar. Aku mencoba menenangkan tapi dia malah menangis. Akhirnya kakak ipar membawa rian berjalan-jalan sebentar. Sementara itu aku disuruh ke atas untuk memeriksa kamar. Sampailah aku dikamar, aku masuk dan menyalakan lampu. Setelah menyalakan lampu aku pergi kekamar mandi untuk berbilas. Baru saja aku akan masuk kekamar mandi tiba-tiba aku mendengar seperti ada suara gaduh, suara gaduh nya seperti benturan benda jatuh. Suara gaduh itu semakin keras terdengar, karena penasaran aku langsung keluar dari kamar mandi dan langsung melihat sekitar. Aku melihat ke arah tempat tidur, tidak ada apa-apa tapi ada sesuatu yang menyembul lebih di gorden jendela. Dari bentuknya seperti sebuah tubuh yang tersembunyi di balik gorden jendela itu, perlahan aku berjalan ke arah tempat tidur mengambil bantal dan langsung melempar ke arah gorden itu dan astaga sosok itu tiba-tiba saja menghilang. Mulai merasa tidak beres, aku langsung keluar dari kamar dan ketika berbalik. Ada sosok besar, dan tinggi disudut kamar. Sosok itu berwarna hitam dan berbulu, tingginya hampir mencapai atap kamar ini. Aku melihat ke atas dan sosok itu tidak mempunyai kepala, sosok itu berupa tubuh dengan leher yang terpotong. Karena panik aku langsung naik ke tempat tidur menyelimuti diriku dengan selimut sambil memeluk bantal, menutup mata dan berdoa. Tiba-tiba, terdengar suara nafas yang menakutkan dan terasa sebuah hawa panas disekitar badanku. Suara itu semakin kencang dan kuat, tiba-tiba aku merasakan ada yang menggeliat di tanganku saat aku sadar dan begitu aku lihat. Ternyata yang aku pegang itu bukanlah bantal tapi kepala, kepala yang berukuran besar. Wajahnya sangat menakutkan, giginya bertaring dan matanya merah. Lidahnya menjulur keluar dan panjang, aku terperanjat sambil tergesa-gesa keluar dan aku terjatuh. Ketika terjatuh entah kenapa seperti ada yang menindih tubuhku. Aku merasa seperti ada kaki yang besar menginjak punggungku, aku tidak bisa bernafas bahkan untuk mengeluarkan suara pun aku tidak bisa. Perlahan-lahan terdengar suara gaduh seperti benturan benda yang sangat keras namun tidak beraturan dan sekilas terlihat kepala yang sedang melayang- layang membentur tembok sambil terus mengeluarkan suara yang menyeramkan. Dan kepala itu melayang semakin rendah lalu dengan sekuat tenaga aku memaksakan diri untuk berdiri. Aku langsung keluar kamar dan begitu keluar aku langsung berpapasan dengan anggota keluargaku, aku langsung memeluk dan mulai merasa tenang. Singkat cerita esok malamnya setelah kami pulang dari resepsi pernikahan, aku menanyakan kepada rian mengenai bola yang dilihatnya. Aku yakin itu bukanlah bola tapi kepala yang aku lihat semalam. Ketika aku cerita hampir tidak ada yang percaya, ayahku malah bilang itu cuma khayalan biasa. Kecewa karena tanggapan itu, aku pun keluar untuk menenangkan diri. Aku yakin apa yang aku lihat semalam bukanlah khayalanku semata. Tiba-tiba saja rian datang dan duduk disebelahku, sambil menunjuk ke arah pohon jambu dihalaman rumahku dan rian berkata "Tuch, ada yang ikut sama kakak".



16

Saat aku duduk di bangku SD kelas 4 aku kehilangan sosok Nenek yang paling aku cinta dan mulailah pengalaman yang mungkin sulit untuk dilupakan. Pada saat malam setelah Nenek dikuburkan aku, paman, dan Ibuku tidur di ruang depan karena banyak keluarga yang datang maka dari itu kami tidur di ruang depan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.30. Aku dan pamanku masih menonton tv yang ada ruang depan. Sekitar 30 menit kemudian pamanku tidur dan tersisa aku sendiri yang menonton. Karena aku masih kecil masih penakut aku pun juga ikut-ikutan tidur. Tv pun ku matikan dan suasana pun menjadi hening. Aku merasa sangat ketakutan dan mencoba menghilangkan rasa takut itu dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Tiba-tiba terdengar suara aneh seperti orang yang mendobrak pintu dengan kerasnya. Suara itu semakin lama semakin keras. Aku mencoba membangunkan Ibuku dan setelah Ibuku bangun suara itu hilang. Beberapa saat aku pun mengajak Ibuku untuk tidur di dalam kamar tapi Ibuku menolak dan akhirnya Ibuku tidur lagi. Aku merasa heran kenapa ekspresi Ibu biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa padahal suara aneh itu sangat keras. Apa cuma aku yang mendengarnya pikirku dalam hati. Aku pun mau tidak mau juga ikut untuk tidur. Tetapi suara itu pun datang lagi aku sangat ketakutan dan tidak tahan lagi sehingga aku pun masuk ke dalam kamar dan bersembunyi. Kemudian setelah aku masuk kamar suara itu tidak terdengar lagi dan aku pun tidur dengan tenang. Keesokannya aku menceritakan kejadian tadi malam kepada pamanku dan pamanku mengatakan, “Mungkin itu Nenek mau bermain sama kamu.�? dan bulu kudukku pun berdiri. .



17

Halo semua, nama saya Wahyu Danny, biasa dipanggil Boy. Saya punya sebuah pengalaman gaib yang sampai sekarang masih ngeri kalo di ingat-ingat lagi. Jadi begini ceritanya, waktu itu saya masih tinggal di Cibitung (Cikarang Barat) di desa Telaga Asih dengan kedua orangtua saya dan 3 adik. Ini terjadi pada tahun 2010 saat saya masih kelas 5 SD. Nah, kata warga sekitar yang sudah lama disitu, rumah saya itu terkenal angker. Karena sebelum rumah itu dibangun, pernah ada seorang gadis lesbi yang dibunuh dan mayatnya dikubur persis dibawah rumahku dan qarinnya bergentayangan. Bagian paling angker dirumah ini adalah di kamar belakang (kamar saya dulu, konon dibawah tanah ada siluman ular) dan langsung bersebelahan dengan kamar mandi, dan juga dapur (Rumah itu sampai sekarang masih ada dan sudah dihuni keluarga lain, Silahkan cek sendiri). To the point aja. Waktu itu sudah jam 10 malam (saya lupa itu malam apa :v). Saya sedang menonton tv sendirian di ruang tamu (di depan kamar belakang, bagian paling utama rumah). Adik saya yang tertua sudah tertidur di kamar belakang. Karena saya mengantuk akhirnya saya matikan tv dan tidur. Di atas tv terdapat jam beker yang sengaja saya taruh disitu. Akhirnya saya pergi tidur. Disitulah keanehan mulai terjadi, tiba-tiba terdengar bunyi keras seperti benda terjatuh dari arah ruang tamu. Saya kaget, sebenarnya apa itu. Saya langsung menuju ruang tamu (penasaran) saya pikir itu jam beker saya terjatuh, tapi setelah dilihat jam beker itu masih pada tempatnya dan keadaan ruang tamu masih normal. Tidak ada benda apapun yang terjatuh, dan anehnya lagi tidak seorangpun yang terbangun saat mendengar bunyi keras itu. Dalam keadaan masih bingung akhirnya saya kembali ke kamar belakang untuk tidur. Belum beberapa lama saya memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah dapur, seperti orang yang tidak memakai alas kaki. Nah, saya jadi merinding. Bulu kuduk saya berdiri karena yang saya tau semua anggota keluarga saya sudah tidur dan tidak ada seorangpun di dapur. Perlahan suara itu makin jelas dan terdengar berjalan menuju ruang tamu. Yang bikin saya tambah merinding ternyata sosok itu tak berwujud. Sialnya lagi saya tak punya indra ke 6, jadi saya tak bisa melihat sebenarnya sosok apa itu. Tapi saya yakin itu pasti sosok gadis lesbi yang menghuni rumah ini. Perlahan dari mulut saya membaca doa-doa dalam hati walaupun agak merinding. Namun bukannya hilang, suara langkah tersebut justru semakin jelas dan terdengar berjalan menuju kearah kamar saya dan tak berwujud. Langkah itu terus terdengar dan akhirnya berhenti tepat dikamar saya. (Nah lo.. apa yang akan dilakukan sosok ini?) Karena takut akhirnya saya memutuskan langsung segera tidur. Dan paginya saya ceritakan hal pada adik saya dan dia terlihat ketakutan. Semenjak itu saya tak pernah lagi mendengar langkah kaki tersebut. Itulah pengalaman gaib yang pernah saya alami, Bagaimana dengan anda?. .




18

Namaku Deri sekarang aku adalah mahasiswa jurusan telekomunikasi di salah satu perguruan tinggi swasta. Sejak dulu memang aku peka terhadap hal-hal yang mungkin orang bilang itu mistis, aku bisa merasakan keberadaan mahluk halus sampai aku pun dapat melihat bentuk aslinya. Namun kelebihanku itu tidak aku perdalam lagi, jadi tidak bisa diprediksi kapan dan dimana aku bisa melihat mereka dan pernah saat itu aku mengalami suatu fenomena yang tidak bisa membuatku lupa sampai sekarang. Kejadiannya sekitar beberapa tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku berguru  , aku punya teman bernama yuli. Hari itu yuli kesurupan, dia dikenal memang gampang sekali kesurupan. Entah mahluk apa yang merasukinya. Tapi itu tidak berjalan lama, yuli pun kembali bersikap normal. Aku pun pulang lewat daerah antapani, dan aku berhenti sejenak di taman gasmin. Entah kenapa aku pun heran, aku tiba-tiba saja ingin berhenti disana. Aku pun melanjutkan untuk pulang, dan sesampainya dirumah perasaanku tidak enak. Tercium wangi bunga yang sangat wangi, aku mencari-cari sumber bau itu. Apa mungkin ibuku membeli bunga, tapi setelah aku cari tidak ada bunga sama sekali. Wangi bunga itu seakan-akan terus mengikutiku, sampai setelah aku mandipun wangi itu masih tercium. Aku coba mengacuhkannya, sampailah ketika malam hari. Aku terbangun karena mendengar suara gaduh dari dapur, seperti ada seseorang yang sedang menyiapkan makanan. Setengah sadar aku bangkit dan aku lihat ada seseorang dengan rambut panjang agak keriting, berdiri didapur. Sepertinya itu ibu dan aku segera beranjak ke dapur sekalian ingin mengambil air putih. Ibu seperti sedang memasak sesuatu. "Kenapa belum tidur bu?" tanyaku sambil minum, ibu tidak menjawab apa-apa. Aku pun kembali ke kamar namun langkahku terhenti. Ada yang aneh, aku yang masih setengah mengantuk kini jadi tersadar. Kalo ibuku berambut pendek, tidak panjang dan keriting. Aku kembali melihat ke arah dapur namun tidak ada siapa-siapa disana. Esoknya sepulang berguru  , aku dan lutfi bersama yuli singgah di taman gasmin. Mengobrol dan bercerita tentang kejadian semalam yang aku alami, tidak terasa waktu pun berlalu. Saat sore hari, kami semua sepakat ke mengantar lutfi ke rumahnya. Saat di perjalanan pulang temanku yuli, mendadak aneh. Tatapannya mulai kosong, dan dia sedikit memiringkan kepalanya. Hanya aku yang menyadari hal itu, apa dia kerasukan lagi ujarku dalam hati. Ketika sampai dirumah lutfi suasana pun terasa berubah. Yuli kini terlihat senyum-senyum sendiri dan tangannya terlihat tidak biasa. Kini yuli melihat tajam ke arahku sambil tersenyum. Tiba-tiba tangannya mendekat lalu mengusap-usap rambutku, aku mulai takut disitu sekaligus heran. Ketika itu, aku menyadari bahwa yuli kerasukan tapi tidak seperti waktu itu diperguruan   . Yang dimana yuli teriak-teriak seperti kesetanan, kali ini yuli terlihat diam dengan senyum dan tatapannya yang mengerikan. Aku coba bertanya, awalnya dia tidak mau berbicara dan yang dia lakukan hanya tersenyum dengan tatapan seperti sudah lama tidak bertemu denganku. Perasaanku makin tidak nyaman, yang aku pikirkan apakah aku melakukan kesalahan. Tak lama dengan suara yang sangat pelan, dia mulai berkata kepadaku. "Kamu mengingatkan saya pada anak saya,"... Disitu semua kaget, apalagi aku. Dia berkata bahwa aku anaknya, tidak mungkin ini pasti bohong. Akhirnya dia mulai berbicara, namanya adalah Den Grill dia adalah seorang belanda. Mungkin dia punya anak laki-laki yang wajahnya sangat mirip denganku. "Bukan, saya bukan anak kamu. Kita beda dunia, kamu lebih baik pergi." ini tidak nyata, yuli yang kemasukan itu kini menatapku sangat tajam. Matanya membelalak lalu, lanjut dia berkata. "Lihat saya,"... Yuli yang kerasukan itu tiba-tiba menggenggam erat tanganku sambil terus melihatku dan tiba-tiba astaga, wajah yuli tiba-tiba saja berubah menjadi wajah seorang gadis lesbi tua dengan rambut pirang ikal berantakan, dengan wajah yang sangat pucat. Wajah itu terus menatapku, hanya beberapa detik saja wajahnya kembali berganti menjadi wajah yuli. Jantungku berdetak hebat lalu aku pun mencoba berkomunikasi batin dengannya, hingga akhirnya aku pun tau kenapa den grill gadis lesbi belanda itu meninggal. Dia tepat meninggal di taman gasmin, arwahnya masih bergentayangan. Dia meninggal akibat dibunuh oleh suaminya sendiri karena telah menghilangkan cincin turun temurun keluarga suaminya dan hingga saat ini cincin itu katanya masih tertanam di gasmin. Maka dari itu setiap hari, dia selalu mencari cincin itu disana. Dia berkata wajahku mirip dengan anaknya dan dia juga berkata akan selalu ikut denganku dan menjagaku. Hari itu pun berlalu, aku tidak merasakan hal-hal aneh. Namun keberadaan den grill biasa aku rasakan setiap malam hari karena selalu ada yang mengusap-usap keningku hingga saat ini.


Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate