Tampilkan postingan dengan label pariwisata 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pariwisata 6. Tampilkan semua postingan
pariwisata 6
yang berlawanan dengan konsep pembangunan konvensional, karena pembangunan
berkelanjutan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi
ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi
mendatang, pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi
warga setempat.
Pergeseran dari pariwisata massal (konvensional) menuju pariwisata alternatif
(mass tourism to alternative tourism) yang lebih menekankan motivasi perjalanan yang
berorientasi pada konsep pariwisata untuk lebih dari sekedar rekreasi dan bersenang-
senang. Namun memiliki tujuan pengayaan wawasan, pengembangan diri, interaksi, dan
penghargaan terhadap lingkungan alam dan budaya lokal, semangat konservasi dan
kembali ke alam (back to nature). Trend ini mendorong perubahan pola konsumsi
turis (costumer behaviour pattern) dari 3S (sea, sand, and sun) berkembang ke
berbagai bentuk wisata alternatif. Seperti wisata alam dengan yang berwawasan konservasi
dan pemberdayaan warga lokal, yang dikenal dengan konsep go green tourism
(ecotourism, agrotourism, sustainable tourism, green tourism, village tourism).
Dalam laporan World Commision on Environment and Development (WCED,
1987) disebutkan bahwa : “Sustainable Development is Development that meets the needs
of the present without compromising the ability of the future generation to meet their own
needs”. Demikian pula WTO (1993), mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan yang mencakup : (1) ecological sustainability; (2) social and cultural
sustainability; dan (3) economic sustainability, baik untuk generasi yang sekarang maupun
generasi yang akan datang.
Maraknya wacana mengenai pembangunan berkelanjutan juga menyentuh bidang
kepariwisataan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan diartikan sebagai proses
pembangunan pariwisata yang berorientasi kepada kelestarian sumber daya yang
diperlukan untuk pembangunan pada masa mendatang, pengertian pembangunan
pariwisata berkelanjutan ini pula diartikan ”Form of tourism that are consistent with
natural, social, and community values and which allow both hosts and guests to enjoy
positive and worthwhile interaction and shared experiences” Penekanan pembangunan pariwisata berkelanjutan tidak hanya pada ekologi dan
ekonomi, tetapi juga keberlanjutan kebudayaan karena kebudayaan juga merupakan
sumber daya penting dalam pembangunan kepariwisataan ,
Oleh karena itu kegiatan wisata dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat
yaitu:
-- Secara ekologis berkelanjutan, yaitu pembangunan pariwisata tidak menimbulkan
efek negatif bagi ekosistem setempat. Selain itu, konservasi merupakan kebutuhan
yang harus diusaha kan untuk melindungi sumber daya alam dan lingkungan dari
efek negatif kegiatan wisata.
-- Secara sosial dapat dapat diterima, yaitu mengacu pada kemampuan penduduk
lokal untuk menyerap usaha pariwisata (industri dan turis ) tanpa
menimbulkan konflik sosial.
-- Secara kebudayaan dapat diterima, yaitu warga lokal mampu beradaptasi
dengan budaya turis yang cukup berbeda (turis culture)
-- Secara ekonomis menguntungkan, yaitu keuntungan yang didapat dari kegiatan
pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan warga .
Konsep pembangunan berkelanjutan kemudian oleh Burns dan Holden (1997)
diadaptasikan untuk bidang pariwisata sebagai sebuah model yang mengintegrasikan
lingkungan fisik (place), lingkungan budaya (host community), dan turis (visitors).
Adapun prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam Sustainable Tourism
Development terdiri dari :
1. Lingkungan memiliki nilai hakiki yang juga bisa sebagai aset pariwisata.
Pemanfaatannya bukan hanya untuk kepentingan pendek, namun juga untuk
kepentingan generasi mendatang.
2. Pariwisata harus diperkenalkan sebagai aktivitas yang positif dengan memberi
keuntungan bersama kepada warga , lingkungan dan turis itu sendiri.
3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan
ini berkelanjutan untuk jangka panjang. Pariwisata harus tidak merusak
sumber daya masih dapat dinikmati oleh generasi mendatang atau membawa
dampak yang dapat diterima.
4. Aktivitas pariwisata dan pembangunan harus peduli terhadap skala/ukuran alam
dan karakter tempat dimana kegiatan ini dilakukan.
5. Pada lokasi lainnya, keharmonisan harus dibangun antara kebutuhan-kebutuhan
turis , tempat/lingkungan, dan warga lokal.
6. Dalam dunia yang dinamis dan penuh dengan perubahan, dapat selalu memberi
keuntungan. Adaptasi terhadap perubahan, bagaimanapun juga, jangan sampai
keluar dari prinsip-prinsip ini.
7. Industri pariwisata, pemerintah lokal dan Lembaga Swadaya warga (LSM)
pemerhati lingkungan semuanya memiliki tugas untuk peduli pada prinsip-prinsip
di atas dan bekerja bersama untuk merealisasikannya (Burn dan Holden, 1997)
Selain itu, Piagam Pariwisata Berkelanjutan (Insula, 1995) menekankan bahwa
pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya yaitu
pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak
secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap warga . Untuk itu perlu adanya
alternatif pendekatan kegiatan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan dan dapat
meningkatkan kesejahteraan warga terutama warga lokal. Beberapa kegiatan
wisata yang sementara ini dianggap sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan seperti:
1. Ekowisata (Ecotourism)
Ekowisata mulai menjadi isu nasional di negara kita sejak di gelarnya Seminar dan
Lokakarya (semiloka) nasional yang diselenggarakan oleh Pact-negara kita dan WALHI,
bulan April 1995 di Wisma Kinasih, Bogor. Namun, pengertian ekowisata belum adanya
suatu keseragaman. Buku ini akan menjelaskan pengertian ekowisata melalui dua
pendekatan yaitu : 1) Ekowisata dari segi konsep; dan 2) Ekowisata dari segi pasar.
Ekowisata dari segi konsep
The International Ecotourism Society (TIES) pada tahun 1991 mendefinisikan
ekowisata sebagai perjalanan bertanggung jawab untuk menikmati keindahan alam yang
menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan warga lokal. Sedangkan Word
Conservation Union (WCU) pada tahun 1996 memberi definisi bahwa ekowisata yaitu
perjalanan yang bertanggung jawab secara ekologis, mengunjungi wilayah yang masih asli
untuk menikmati dan menghargai keindahan alam (termasuk kebudayaan lokal) dan
mempromosikan konservasi, memiliki efek negatif paling minimum dan menyediakan
kesempatan bagi warga lokal, konservasi dalam kegiatan pariwisata. Menurut Eagles
(1997) dan Vincent (1996), kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain,
ekowisata memiliki sifat yang spesifik karena adanya kepedulian pada
pelestarian lingkungan dan pemberian manfaat ekonomi bagi warga lokal. Oleh
karena itu, setiap kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip pengelolaan yang
berkelanjutan seperti :
1. Berbasis pada wisata alam
2. Menekankan pada kegiatan konservasi
3. Mengacu pada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
4. Berkaitan dengan kegiatan pengembangan pendidikan
5. Mengakomodasi budaya lokal
6. Memberi manfaat pada ekonomi lokal
Kegiatan ekowisata secara langsung maupun tidak langsung mengarahkan
turis untuk menghargai dan mencintai alam serta budaya lokal, sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian para turis untuk turut memelihara
kelestarian alam. Pengembangan ekowisata selain sebagai usaha untuk melestarikan
lingkungan juga diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi warga lokal
Ekowisata dari segi pasar
Kata ekowisata selalu mengacu pada bentuk kegiatan wisata yang mendukung
pelestarian. Ekowisata semakin berkembang tidak hanya sebagai konsep tapi juga sebagai
produk wisata (misalnya: paket wisata). Akhir-akhir ini, paket wisata dengan konsep ”eko”
atau ”hijau” menjadi trend di pasar wisata. Konsep ”kembali ke alam” cenderung dipilih
oleh sebagian besar konsumen yang mulai peduli akan langkah pelestarian dan keinginan
untuk berpartisipasi pada area tujuan wisata yang dikunjunginya. Akomodasi, atraksi
wisata maupun produk wisata lainnya yang menawarkan konsep kembali ke alam semakin
diminati oleh pasar.
Namun sebaiknya para penyedia jasa pariwisata, area tujuan wisata maupun
pemerintah setempat yang ingin berorientasi pada ekowisata harus memiliki kebijakan dan
program tersendiri terkait pelestarian lingkungan, budaya setempat, dan manfaat kepada
warga lokal. Karena pada banyak tempat, produk-produk wisata yang dijual
kebanyakan menyematkan kata ”eko” atau ”kembali ke alam” hanya sebagai label untuk
menarik konsumen, namun tidak disertai dengan semangat melestarikan atau melibatkan
warga setempat dalam produk wisata ini . Produk ekowisata dalam pasar wisata
secara umum dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Dari bagan ini dapat dilihat bahwa aktivitas ekowisata menjadi bagian dari
wisata alam dan memiliki keterkaitan dengan wisata budaya dan rural. Ekowisata bahkan
tidak berkaitan langsung dengan pariwisata yang bersifat tantangan/petualangan atau
adventure. Perbedaannya, pada ekowisata, aktivitas turis lebih berfokus pada
pengamatan dan pemahaman mengenai alam dan budaya pada area yang dikunjungi,
dengan mendukung kegiatan pelestarian serta lebih mengutamakan fasilitas dan jasa yang
disediakan oleh warga setempat. Pada pariwisata alam, turis hanya sebatas
menikmati aktivitasnya pada alam yang dikunjunginya dengan tidak memperhatikan
dukungan terhadap pelestarian alam dan budaya serta penggunaan fasilitas dan jasa dari
warga setempat. Sedangkan pada pariwisata yang lebih bersifat tantangan/
petualangan (adventure), aktivitas yang dilakukan menonjolkan aktivitas fisik yang
menantang untuk menunjukkan ego dan kemampuan menaklukkan kondisi tertentu pada
alam yang dikunjungi.
Pasar Wisata
Wisata Kesehatan Wisata Alam Wisata Rural Wisata Budaya
Ekowisata Wisata Adventure
Di samping itu, pengembangan ekowisata dapat optimal tergantung tiga faktor
kunci yaitu faktor internal, eksternal, dan struktural. Faktor internal antara lain meliputi
potensi area , pengetahuan operator wisata tentang keadaan area baik budaya maupun
alamnya serta pengetahuan tentang pelestarian lingkungan, dan partisipasi penduduk lokal
terhadap penelolaan ekowisata. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang
berasal dari luar yang meliputi kesadaran turis akan kelestarian lingkungan, kegiatan
penelitian dan pendidikan di lokasi ekowisata yang memberi kontribusi terhadap
kelestarian lingkungan dan penduduk lokal. Adapun faktor struktural yaitu faktor yang
berkaitan dengan kelembagaan, kebijakan, perundangan dan peraturan tentang pengelolaan
ekowisata baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Apabila pengembangan
dan pengelolaan ekowisata sesuai dengan pengelolaan yang diharapkan, maka ekowisata
yang dikembangkan oleh area akan menjadi ekowisata yang berkelanjutan yang
mengikuti enam prinsip dasar ekowisata. Namun jika pengelolaan ekowisata ada
banyak hambatan sehingga pengelolaan yang ideal tidak dapat dilakukan maka
pengembangan ekowisata akan kurang optimal dan akan merupakan pariwisata masal
konvensional yang berbasis alam.
Untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan dan berbasis warga
diperlukan adanya sistem pengelolaan ekowisata terpadu. Sistem ini melibatkan adanya
sistem perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang mampu mengintegrasikan
semua kepentingan stakeholders, seperti : pemerintah, warga lokal, pelaku bisnis,
peneliti, akademisi, turis , maupun LSM.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan secara fisik yaitu
ketersediaan sarana pendukung dan aksesibilitas di lokasi wisata. Dengan memperhatikan
enam prinsip dasar ini , perencanaan yang terpadu merupakan suatu master plan untuk
membangun eco-destination ekowisata. Master plan harus berisi kerangka kerja,
stakeholders yang terkait (lokal, regional, nasional) dan tanggung jawab masing-masing
stakeholders untuk kegiatan konservasi lingkungan, peningkatan ekonomi lokal, dan
apresiasi budaya lokal.
Dari aspek ekologi, perencanaan pengukuran daya dukung lingkungan sangat
penting sebelum lokasi dikembangkan menjadi area ekowisata. Daya dukung
lingkungan akan merepresentasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan
ekowisata seperti penyediaan air bersih, penataan lahan dan keanekaragaman hayati yang
dimiliki area ekowisata. Daya dukung lingkungan untuk pariwisata akan berkaitan
dengan jumlah turis yang dapat berkunjung ke lokasi ekowisata ini , fasilitas
ekowisata yang dapat dibangun dan masalah sampah yang muncul dari kegiatan ekowisata.
Selain itu, bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan fasilitas wisata
merupakan produk lokal dan tidak dalam intensitas yang besar.
Secara ekonomis, suatu perencanaan pengembangan ekowisata harus memasukkan
perhitungan biaya dan manfaat dari pengembangan ekowisata. Dalam perhitungan biaya
dan manfaat (cost benefit analysis) tidak hanya dijelaskan keuntungan ekonomis yang akan
diterima oleh pihak terkait namun juga biaya yang harus ditanggung seperti biaya
konservasi atau preservasi lingkungan. Tentu saja jangka waktu yang diperhitungkan
dalam perhitungan dapat bervariasi sesuai dengan kesepakatan semua stakeholders yang
terkait.
Sedangkan secara sosial budaya, perencanaan harus memasukkan kondisi sosial
dan budaya lokal warga yang dapat dikembangkan dalam kegiatan ini serta
kemungkinan dampak negatif yang akan diterima dan cara mengantasinya.
2. Agrowisata (agrotourism)
Secara sederhana pengertian agrowisata yaitu kegiatan wisata yang berlokasi atau
berada di area pertanian secara umum, lebih dikhususkan pada areal hortikultura.
Kecenderungan kegiatan wisata ini merupakan pertanda tingginya permintaan akan
agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk
agrobisnis, baik dalam bentuk area ataupun produk pertanian yang memiliki daya
tarik spesifik. Hamparan areal tanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan
hortikultura di samping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan
media pendidikan bagi warga dalam dimensi yang sangat luas, mulai dari pendidikan
tentang kegiatan usaha di bidang masing-masing, sampai kepada pendidikan tentang
keharmonisan dan kelestarian alam.
Pengembangan agrowisata pada konsep universal dapat ditempuh melalui
diversifikasi dan peningkatan kualitas sesuai dengan persyaratan yang diminta konsumen
dan pasar global. Sedangkan pada konsep uniqueness, konsumen ditawarkan kepada
produk spesifik yang bersifat unik. Keinginan warga untuk menikmati objek-objek
spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara
tradisional, maupun produk-produk pertanian/perkebunan modern dan spesifik, akhir-akhir
ini menunjukkan peningkatan yang pesat.
Objek agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang
luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena
keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Cara pembuatan gula kelapa
misalnya, juga merupakan salah satu contoh dari kegiatan yang dapat dijual kepada
turis . Di samping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi
media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah
yang dihasilkan perajin. Dengan demikian agrowisata bukan semata merupakan
usaha/bisnis di bidang jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan
udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk
pertanian/perkebunan dan menjadi media pendidikan warga , dan sebagainya.
Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor efisiensi
merupakan faktor kunci dalam pengembangan agrobisnis, termasuk agrowisata.
Pergerakan ke arah efisiensi ini menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme
dalam pengelolaan usaha dan penggunaan teknologi maju. Dengan demikian, peran
teknologi informasi dan promosi usaha serta kemampuan dalam menyiasati pasar dengan
berbagai sifat nya, akan menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu
dicermati. Pada bagian lain agrowisata cenderung dominan kepada menjual jasa sumber
daya alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian utama.
Sesuai dengan cakupan ini , maka usaha pengembangan agrowisata secara garis besar
mencakup aspek pengembangan sumber daya manusia, sumber daya alam, promosi,
dukungan sarana dan kelembagaan.
Namun demikian tantangan yang dihadapi dalam pembangunan agrowisata ke
depan sangat besar, terutama berkaitan dengan kesiapan SDM, promosi dan dukungan
prasarana pengembangan. Untuk itu diperlukan langkah bersama antara pemerintah,
pengusaha agrowisata, lembaga terkait dan warga . Upaya terobosan perlu dirancang
untuk lebih meningkatkan kinerja dan peran agrowisata. Ada satu hal yang menarik dan
menjadi daya tarik tersendiri dalam penanganan agrowisata. Pengunjung diberi kesempatan
untuk melakukan panen sendiri baik sayur maupun buah-buahan yang ada dikebun.
Selanjutya hasil panen ini akan ditimbang dan dihargai oleh pengunjung dengan
harga sesuai yang telah ditetapkan oleh pengelola. Diharapkan dengan cara atau kiat
ini akan memberi kepuasan serta pengalaman yang tidak terlupakan bagi para
turis .
3. Wisata Alam (Natural Tourist Atraction)
Wisata alam dapat diartikan sebagai suatu bentuk rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli
maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia. Sedangkan objek wisata
alam yaitu alam beserta ekosistemnya, baik asli maupun setelah ada perpaduan dengan
daya cipta manusia, yang memiliki daya tarik untuk dilihat dan dikunjungi turis
Objek wisata alam dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu objek
wisata alam yang berada di dalam area konservasi dan yang berada di luar area
konservasi. Objek-objek wisata alam yang berada di dalam area konservasi antara lain
:
a. Taman nasional, yaitu area pelestarian alam yang terdiri atas zona inti dan
zona-zona lain yang dimanfaatkan untuk tujuan pariwisata, rekreasi dan
pendidikan. Zona inti yaitu zona yang dikhususkan bagi perlindungan dan
pengawetan sumber alam dan penelitian untuk sarana pengelolaan taman nasional
itu sendiri maupun untuk kegiatan rekreasi yang optimal.
b. Taman wisata, yaitu hutan wisata yang memiliki keindahan baik tumbuhan
maupun satwanya, atau keindahan alam itu sendiri memiliki corak khas untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan kebudayaan.
c. Taman buru, yaitu hutan wisata yang di dalamnya ada satwa buru yang
memungkinkan diselenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan
rekreasi.
d. Taman laut, laut atau lautan yang memiliki ciri khas berupa keindahan dan atau
keunikan yang diperuntukkan secara khusus sebagai area konservasi laut untuk
dibina dan dipelihara guna perlindungan plasma nutfah, rekreasi, pariwisata,
pendidikan, dan kebudayaan.
e. Taman hutan raya, yaitu area pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
untuk koleksi tumbuhan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli
untuk tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya, pariwisata, dan
rekreasi.
Pengelolaan dan pengawasan untuk objek-objek wisata alam dalam area
konservasi yaitu berada dalam wewenang Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Pelestarian Alam. Sedangkan objek wisata alam yang berada di luar area konservasi
antara lain berupa wana wisata atau taman safari biasanya dikelola oleh suatu badan usaha
baik milik negara atau swasta
menyatakan, alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pariwisata dengan menerapkan asas pencagaran sebagai berikut :
1. Benefisiasi : kegiatan kerja meningkatkan manfaat tata lingkungan dengan teknologi
tepatguna, sehingga yang semula tidak bernilai yang menguntungkan, menjadi
meningkat nilainya secara sosial, ekonomi, dan budaya
2. Optimalisasi : usaha mencapai manfaat seoptimal mungkin dengan mencegah
kemungkinan terbuangnya salah satu unsur sumber daya alam dan sekaligus
meningkatkan mutunya
3. Alokasi : suatu usaha yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan dalam
menentukan peringkat untuk mengusahakan suatu tata lingkungan sesuai dengan
fungsinya, tanpa mengganggu atau merusak tata alamnya
4. Reklamasi : memanfaatkan kembali bekas atau sisa suatu kegiatan kerja yang sudah
ditinggalkan untuk dimanfaatkan kembali bagi kesejahteraan hidup manusia
5. Substitusi : suatu usaha mengganti atau mengubah tata lingkungan yang sudah
menyusut atau pudar kualitasnya dan kuantitasnya, dengan sesuatu yang sama sekali
baru sebagai tiruannya atau lainnya dengan mengacu pada tata lingkungannya.
6. Restorasi : mengembalikan fungsi dan kemampuan tata alam atau budayanya yang
sudah rusak atau terbengkalai, agar kembali bermanfaat bagi kesejahteraan hidup
manusia
7. Integrasi : pemanfaatan tata lingkungan secara terpadu hingga satu dengan yang
lainnya saling menunjang, setidaknya antara perilaku budaya manusia dengan unsur
lingkungannya baik bentukan alam, ataupun hasil binaannya
8. Preservasi : suatu usaha mempertahankan atau mengawetkan runtunan alami yang ada,
sesuai dengan hukum alam yang berlaku hingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan
Dalam pemanfaatan alam sebagai atraksi wisata juga tidak lepas dari unsur-unsur
penunjang sebagai terapan konsep integrasi terpadu. Atraksi atau daya tarik wisata dapat
berupa alam, warga , atau minat khusus akan menjadi daya tarik bagi turis jika
didukung oleh unsur penunjang seperti kemudahan transportasi, pelestarian alam
(restorasi) serta tersedianya akomodasi yang diinginkan oleh turis . Pada dasarnya
kegiatan wisata alam dapat dilakukan pada semua atraksi wisata baik yang sudah ditunjuk
sebagai area wisata maupun di luarnya.
Pariwisata Hijau (Green Tourism)
Green tourism sebagai bagian penting dari keberlanjutan bisnis pariwisata. Potensi
green tourism dianggap sebagai alat efektif bagi pembangunan berkelanjutan dan
karenanya menjadi alasan bagi negara-negara berkembang memakai konsep ini dalam
strategi pembangunan ekonomi dan konservasi. Dalam konteks bisnis, green tourism
merupakan wisata alternatif, melibatkan kunjungan ke area alami untuk belajar, atau
untuk melaksanakan ragam kegiatan ramah lingkungan yang memiliki kontribusi positif
terhadap ekonomi dan sosial warga setempat. Fokus utamanya yaitu usaha
menemukan pengalaman dan belajar tentang alam, lansekap, flora, fauna, dan habitatnya,
serta artefak budaya area tertentu.
Green tourism merupakan subset unik dari industri pariwisata difokuskan pada
peningkatan dan pemeliharaan alam melalui kegiatan pariwisata. Green tourism berarti hal
yang berbeda untuk orang yang berbeda. Beberapa istilah umum mencakup pariwisata
berbasis alam, petualangan, dan wisata budaya yang pada prinsipnya menggambarkan
perjalanan berbasis alam pada area yang relatif tidak terganggu dan tidak mengganggu,
menjamin pemanfaatan berkelanjutan sumber daya lingkungan, dan menghasilkan peluang
ekonomi bagi warga lokal
Filosofi pengembangan green tourism yaitu pariwisata berbasis sumber daya alam
yang memiliki keragaman definisi dalam membentuk prinsip inti green tourism, berikut
akan dijelaskan beberapa batasan definisi green tourism dari berbagai pakar atau lembaga.
Pakar/Lembaga Definisi Green Tourism
Ceballos Lascurain,
1987
Sebagai kegiatan wisata ke area alam yang relatif tidak
terganggu dengan tujuan spesifik belajar, mengagumi dan
menikmati pemandangan yang ada
International
Conservation, Ziffer,
1989
1. Bentuk pariwisata yang terinspirasi oleh sejarah, alam dan
budaya pribumi
2. Kunjungan ke area yang relatif belum berkembang dalam
semangat apresiasi, partisipasi dan sensitivitas
3. Praktek penggunaan sumber daya alam dan memberi
kontribusi manfaat langsung bagi konservasi dan
kesejahteraan ekonomi warga setempat
The Green Tourism
International Society,
1990
Perjalanan bertanggung jawab ke area alami yang
melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
warga setempat
McCormick, 1994 Wisata ke area alami untuk memahami budaya, dan alam
lingkungan, tidak mengubah integritas ekosistem, sambil
menghasilkan peluang ekonomi dan koservasi sumber daya
alam yang bermanfaat bagi warga setempat
World Conservation
Union, Brandon, 1996
Perjalanan bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
kunjungan ke area -area alami dalam rangka untuk
menikmati dan menghargai alam, mempromosikan konservasi,
memiliki dampak rendah, dan memberi keuntungan sosial
ekonomi bagi warga lokal
Madu, 1999 Perjalanan ke area lindung yang berusaha menimbulkan
dampak rendah dan biasanya berskala kecil
Weaver, 2001 Merupakan bentuk pariwisata yang menumbuhkan pengalaman
belajar dan apresiasi terhadap lingkungan dan konteks budaya
yang terkait
Nation Green Tourism
Strategic:Quick start
guide to business, 2006
Wisata alam berbasis yang melibatkan pendidikan dan
interpretasi dari lingkungan alam dan berhasil menjadi
berkelanjutan secara ekonomi.
(Sumber : Ali Hasan, 2015:509)
Dari definisi ini terlihat berbagai prinsip yang harus dipertimbangkan baik bagi
pecinta maupun bagi penyedia jasa dan produk green tourism sebagai berikut :
1. Adanya kesediaan untuk menyediakan dana konservasi sumber daya jangka
panjang, manfaat ekonomi dan pemberdayaan politik warga lokal, serta
mendorong penghormatan terhadap budaya yang berbeda dan hak asasi manusia
2. Green tourism merupakan bentuk pariwisata yang dikembangkan di area -area
alami yang tujuannya yaitu untuk mengakui dan menghargai alam dan budaya
lokal, yang meliputi tindakan konservasi dan memastikan keterlibatan aktif,
menghasilkan manfaat bagi penduduk setempat
3. Green tourism merupakan “pakaian” dari pariwisata yang berkelanjutan, tetapi
berbeda dengan aspek yang terkait dengan isu-isu warga setempat, interpretasi
bagi pengunjung untuk tujuan tertentu, dan jumlah pengunjung.
4. Pariwisata memiliki dampak yang kompleks pada lingkungan, tetapi juga
menghasilkan biaya dan manfaat
5. Minat turis untuk perjalanan ke area alam dari tahun ke tahun semakin
meningkat
6. Di seluruh pelosok dunia ini ada sejumlah besar area alami terkait dengan
keragaman budaya tertentu, khususnya melalui pelestarian tradisi lama dan adat
istiadat
7. turis memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan destinasi yang
dikunjungi, perilaku dan kegiatan yang dilakukan di area destinasi. Oleh
karena itu, penting untuk memperoleh informasi tentang kualitas dan sensitivitas
destinasi.
8. Green tourism memberi kontribusi positif untuk meningkatkan pendapatan
pariwisata, tetapi juga dampak sosial negatif yang lebih rendah, khususnya dalam
membantu warga dengan cara :
a) Menyediakan sumber mata pencaharian alternatif bagi warga lokal yang
lebih berkelanjutan.
b) Melestarikan sumber daya lingkungan terutama keanekaragaman hayati,
mempertahankan pemanfaatan sumber daya dan mendapatkan manfaat ekonomi,
serta memberi pengalaman ekologis bagi turis .
c) Melibatkan warga lokal untuk berkontribusi dalam konservasi lingkungan
dan keanekaragaman hayati area yang memberi insentif ekonomi bagi
warga atau menopang kesejahteraan warga setempat dengan tindakan
yang bertanggung jawab.
d) Mempromosikan konsumsi sumber daya alam serendah mungkin, memperkuat
partisipasi lokal, peluang usaha kecil terutama bagi warga setempat dan
pengalaman belajar.
sifat Bisnis Green Tourism
Beberapa sifat bisnis green tourism yang dapat dijelaskan dalam mendukung
keberlanjutannya yaitu :
1. Teknik rekreasi yang memiliki dampak yang rendah pada sumber daya alami di
area lindung
2. Melibatkan stakeholder (individu, warga , turis, tur operator, dan lembaga
pemerintah) dalam perencanaan, pengembangan, implementasi, dan pemantauan
3. Batas kunjungan ke area -area , baik dengan membatasi ukuran kelompok
dan/atau dengan jumlah kelompok yang dibawa ke suatu area dalam satu musim
4. Mendukung pekerjaan kelompok konservasi lingkungan dalam melestarikan alam
di area
5. Mengarahkan pelanggan pada wilayah yang akan dikunjungi
6. Mempekerjakan warga lokal dan membeli produk lokal
7. Mengakui bahwa alam merupakan elemen penting bagi pengalaman berwisata
8. memakai pemandu yang terlatih dalam menginterpretasikan sejarah secara
alamiah atau alami
9. Memastikan kegiatan pariwisata tidak mengganggu satwa liar
10. Menghormati privasi dan budaya warga setempat.
Tujuan perencanaan green tourism yaitu untuk memastikan pemanfaatan alam (air,
topografi, kebersihan udara, tanah, struktur vegetasi, fitur iklim, iklim mikro, laut, struktur
topografi wilayah pesisir) dan sumber daya budaya (heritage, arkeologi, struktur agama,
arsitektur konvensional, kegiatan sosial, tradisi) menjadi bagian penting dalam evaluasi
keputusan perencanaan fisik di bidang strategi perencanaan ekologis. Selain itu,
pengembangan green tourism harus mempromosikan pembangunan pendidikan untuk
menciptakan kesadaran sebagai kebutuhan bersama-sama menjaga ekosistem di setiap
area , membangun kebutuhan untuk melaksanakan rencana pembangunan dan mengelola
sumber daya alam dengan cara yang menjamin integritas ekologi dan lingkungan.
Pendidikan lingkungan dan interpretasi yaitu kunci untuk menciptakan
pengalaman green tourism yang menyenangkan dan bermakna, serta merupakan salah satu
point kunci dari deferensiasi antara green tourism dan produk wisata lainnya. Komponen
interpretatif keberhasilan produk green tourism akan menumbuhkan apresiasi dan
dukungan bagi usaha konservasi, warga lokal, dan budaya.
Green tourism berusaha untuk meningkatkan kesadaran ekplorasi ekologi,
ekosistem dan lingkungan untuk menyediakan jenis pengalaman yang berkualitas tanpa
merusak lingkungan. Mengambil bagian secara aktif dalam ekologi dan mendapatkan
kesan tentang bagaimana cara kerja ekosistem mempengaruhi warga untuk berfikir
dan bersikap, yang pada akhirnya meningkatkan kesadaran konservasi dan perlindungan.
Fokus utamanya menyediakan pelestarian lingkungan, partisipasi warga yang
berfokus utamanya menyediakan pelestarian lingkungan, partisipasi warga yang
bermakna, menguntungkan, dan self-sustainable.
Green tourism sebagai bagian penting dari keberlanjutan bisnis pariwisata. Potensi
green tourism dianggap sebagai alat efektif bagi pembangunan berkelanjutan dan
karenanya menjadi alasan bagi negara-negara berkembang memakai konsep ini dalam
strategi pembangunan ekonomi dan konservasi. Dalam konteks bisnis, green tourism
merupakan wisata alternatif, melibatkan kunjungan ke area alami untuk belajar, atau
untuk melaksanakan ragam kegiatan ramah lingkungan yang memiliki kontribusi positif
terhadap ekonomi dan sosial warga setempat. Fokus utamanya yaitu usaha
menemukan pengalaman dan belajar tentang alam, lansekap, flora, fauna, dan habitanya,
serta artefak budaya area tertentu.
Dalam banyak persepsi bahwa pariwisata berkelanjutan (sustainable
tourism=green tourism=responsibility tourism) merupakan sebuah model pariwisata yang
menciptakan dampak negatif paling minim terhadap lingkungan (environment) dan budaya
lokal (local culture), serta membantu menghasilkan pekerjaan bagi warga setempat di
masa depan. Pilar-pilar pariwisata berkelanjutan yaitu integritas lingkungan, keadilan
sosial, dan pembangunan ekonomi. Dalam manajemen, mobilisasi pariwisata yang
bertanggung jawab, bentuk pariwisata merupakan konsep individu, organisasi, dan bisnis
yang berkelanjutan meminta tanggung jawab atas tindakan dan dampak dari tindakan
mereka. aplikasi pariwisata yang bertanggung jawab meliputi kualifikasi sebagai berikut :
1. Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial
2. Menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi warga lokal dan
meningkatkan kesejahteraan warga setempat
3. Melibatkan warga lokal dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka dan kesempatan hidup yang lebih baik
4. Membuat kontribusi positif terhadap pelestarian alam, warisan budaya, dan
pemeliharaan keanekaragaman hayati
5. Menyediakan pengalaman lebih menyenangkan bagi turis melalui koneksi
yang lebih bermakna dengan orang-orang lokal (host), dan pemahaman yang lebih
baik dan besar terhadap masalah-masalah budaya, sosial dan lingkungan lokal
6. Menyediakan akses bagi para penyandang cacat
7. Membangun sensitivitas budaya, menimbulkan rasa hormat antara turis dan
tuan rumah, serta membangun kebanggaan lokal dan kepercayaan diri.
Salah satu dimensi yang sangat penting dari keberhasilan green tourism yaitu
pendekatan manajemen berbasis warga . Bentuk pariwisata didasarkan pada premis
bahwa orang-orang yang tinggal di sekitar sumber daya yang ada yaitu orang yang paling
cocok untuk melindunginya. Kegiatan dan usaha pariwisata yang dikembangkan dan
dioperasikan oleh anggota warga setempat berdasar persetujuan dan dukungan
mereka. pemakaian warga lokal lebih mudah bagi penduduk setempat untuk
membangun industri pariwisata yang pekerjaannya atau mata pencahariannya dipengaruhi
oleh tanggung jawab penggunaan lingkungan untuk lokasi pariwisata.
Sebuah hubungan simbiosis dan kompleks antara lingkungan dan kegiatan wisata
ketika filosofi ini bisa diterjemahkan ke dalam kebijakan yang tepat, perencanaan yang
matang dan praktik yang bijaksana. Perencanaan dan operasional situs green tourism
berbasis lingkungan dan partisipasi warga lokal harus mampu memberi manfaat
langsung dalam mengimbangi tekanan kegiatan ungreen dalam memanfaatkan sumber
daya alam dan budaya. Green tourism harus dapat memadukan penggunaan sumber daya
alam, warisan budaya, gaya hidup, dan pariwisata sebagai kegiatan ekonomi lokal. Oleh
karena itu, green tourism di area natural (aset dan berbahan baku alam) dan kultural
dilakukan untuk : (1) mengembangkan sejumlah elemen alam, budaya, dan berbagai
kegiatan rekreasi yang cocok untuk semua jenis lingkungan, dan (2) membuat dan
mengarahkan orang untuk melakukan perjalanan berbasis natural sebagai kekuatan yang
menarik.
Berbagai kecenderungan dalam pemahaman pariwisata terhadap perubahan kualitas
hidup. Ruang gerak yang lebih tenang, alami, dan asli lebih disukai dibandingkan pusat-
pusat pariwisata masal. Demikian juga orang-orang mulai memilih kegiatan yang mereka
bisa tampil di area natural dan kultural di mana mereka dapat belajar nilai-nilai budaya
asli dan berada di alam, lebih dari sekedar penikmat wisata biasa. Green tourism dengan
ragam kegiatannya menjadi sektor yang dapat menciptakan perubahan besar baik dalam
aspek sosial budaya maupun ekonomi. Tujuan utamanya tidak hanya sebatas memastikan
pembangunan sosial ekonomi tetapi juga perlindungan nilai-nilai alam, budaya, dan
kesadaran konservasi alam.
Green tourism harus dilihat dalam hubungan langsung dengan pelestarian dan
konservasi alam (area lindung) dengan warga lokal yang autentik dan terlibat
dalam semua tahap proses. Proses pembangunan merupakan proses panjang yang
memerlukan usaha berkelanjutan dari semua pihak yang terlibat untuk membawa manfaat
besar bagi semua orang dalam jangka panjang, memberi kontribusi langsung pada
penciptaan value yang berkelanjutan bagi area sasaran. Green tourism berkaitan dengan:
1. Perjalanan ke area lingkungan alam yang bertanggung jawab dan relatif tidak
terganggu atau tidak mengganggu
2. Perjalanan untuk menikmati, belajar dan menghargai alam, dan promosi konservasi.
3. Mengintegrasikan pembangunan dan lingkungan alam
4. pemakaian aset dan sumber daya alam di area -area yang sensitif secara
ekologis untuk menciptakan pengalaman yang unik bagi turis dengan dampak
minimal pada area yang bersangkutan
Pada keberlanjutan bisnis pariwisata harus dapat bersentuhan secara langsung
dengan lingkungan dan memperhitungkan implikasi sosial, ekonomi, dan keberlanjutan
lingkungan. usaha melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam, budaya dan
memungkinkan pembangunan ekonomi warga setempat, berkelanjutan lingkungan
harus memenuhi sistem ekologis dan standar ekonomi yang berlaku, hal ini
memerlukan perencanaan pariwisata partisipatif.
Village Tourism (Pariwisata Perdesaan)
Pengembangan pariwisata perdesaan di negara kita terus dilakukan, hal ini melihat
peran pariwisata diharapkan mampu memberi manfaat secara langsung kepada
warga . Istilah pariwisata perdesaan di negara kita lebih dikenal di warga sebagai
desa wisata. Desa Wisata merupakan "Suatu area pedesaan yang menawarkan
keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan
struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik
serta memiliki potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan,
misalnya : atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata
lainnya.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan warga yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku
Penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-
persyaratan, antara lain sebagai berikut :
1. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan
manusia. Atraksi yang dipilih yaitu yang paling menarik dan atraktif di desa.
2. Jarak tempuh; yaitu jarak tempuh dari area wisata terutama tempat tinggal
turis dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota
kabupaten.
3. Besaran desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk,
sifat dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung
kepariwisataan pada suatu desa.
4. Sistem kepercayaan dan kewarga an; merupakan aspek penting mengingat
adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu
dipertimbangkan yaitu agama yang menjadi mayoritas dan sistem
kewarga an yang ada.
5. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi,
fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.
Pembangunan desa wisata memiliki manfaat ganda di bidang ekonomi, sosial,
politik, dan lain-lain. Manfaat ganda dari pembangunan desa wisata, yaitu :
1. Ekonomi : Meningkatkan perekonomian nasional, regional, dan warga lokal.
2. Sosial : Membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi warga di desa.
3. Politik :
* Internasional : Menjembatani perdamaian antar bangsa di dunia.
* Nasional : Memperkokoh persatuan bangsa, mengatasi disintegrasi
4. Pendidikan : Memperluas wawasan dan cara berfikir orang-orang desa, mendidik cara
hidup bersih dan sehat.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) : Meningkatkan ilmu dan teknologi bidang
kepariwisataan.
6. Sosial budaya : Menggali dan mengembangkan kesenian serta kebudayaan asli area
yang hampir punah untuk dilestarikan kembali.
7. Lingkungan : Menggugah sadar lingkungan, yaitu menyadarkan warga akan arti
pentingnya memelihara dan melestarikan lingkungan bagi kehidupan manusia kini dan
di masa datang.
Untuk suksesnya pembangunan desa wisata, perlu ditempuh usaha -usaha , sebagai
berikut :
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pelaksanaan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), bisa dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain sebagainya,
serta di bidang-bidang kepariwisataan. Pendidikan diperlukan untuk tenaga-tenaga
yang akan dipekerjakan dalam kegiatan manajerial. Untuk itu, sebaiknya ditugaskan
generasi muda dari desa yang bersangkutan untuk dididik pada sekolah-sekolah
kepariwisataan, sedangkan pelatihan diberikan kepada mereka yang akan diberi tugas
menerima dan melayani turis . Keikutsertaan dalam seminar, diskusi, dan lain
sebagainya diberikan kepada para petugas kepariwisataan di desa, kecamatan, dan
kabupaten, karena penduduk desa umumnya hanya memiliki keterampilan bertani.
Kepada mereka dapat diberikan pelatihan keterampilan lain untuk menambah kegiatan
usaha seperti kerajinan, industri rumah tangga, pembuatan makanan lokal, budi daya
jamur, cacing, menjahit, dan lain sebagainya.
2. Kemitraan
Pola kemitraan atau kerjasama dapat saling menguntungkan antara pihak pengelola
desa wisata dengan para pengusaha pariwisata di kota atau pihak pembina desa wisata
dalam hal ini pihak dinas pariwisata area . Bidang-bidang usaha yang bisa
dikerjasamakan, antara lain seperti : bidang akomodasi, perjalanan, promosi, pelatihan,
dan lain-lain.
3. Kegiatan pemerintahan di desa
Kegiatan dalam rangka desa wisata yang dilakukan oleh pemerintah desa, antara lain
seperti : Rapat-rapat dinas, pameran pembangunan, dan upacara-upacara hari-hari besar
diselenggarakan di desa wisata.
4. Promosi
Desa wisata harus sering dipromosikan melalui berbagai media, oleh karena itu desa
atau kabupaten harus sering mengundang wartawan dari media cetak maupun
elektronik untuk kegiatan hal ini .
5. Festival / Pertandingan
Secara rutin di desa wisata perlu diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang bisa menarik
turis atau penduduk desa lain untuk mengunjungi desa wisata ini , misalnya
mengadakan festival kesenian, pertandingan olah raga, dan lain sebagainya.
6. Membina organisasi warga
sesudah desa biasanya banyak yang merantau di tempat lain. Mereka akan pulang ke
desa kelahirannya pada saat lebaran Idul Fitri, yang dikenal dengan istilah “mudik”.
Mereka juga bisa diorganisir dan dibina untuk memajukan desa wisata mereka. Sebagai
contoh di Desa Tambaksari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa
Barat telah berkembang organisasi kewarga an atau disebut “warga”, yaitu ikatan
keluarga dari satu keturunan yang hidup terpencar, mereka ini bertujuan ingin
mengeratkan kembali tali persaudaraan diantara keturunan mereka. Pada setiap hari
raya Idul Fitri mereka berkumpul secara bergiliran saling ketemu sambil mengenalkan
anak cucu mereka, kemudian mereka membentuk suatu organisasi. Badan organisasi
dinamakan koperasi keluarga, mereka yang sukses membantu keluarga yang kurang
mampu. Fenomena kewarga an semacam ini perlu didorong dan dikembangkan
untuk memajukan desa wisata.
7. Kerjasama dengan Universitas.
Universitas-universitas di negara kita mensyaratkan melakukan Kuliah Kerja Praktek
Lapangan (KKPL) bagi mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya, sehubungan
dengan itu sebaiknya dijalin atau diadakan kerjasama antara desa wisata dengan
universitas yang ada, agar bisa memberi masukan dan peluang bagi kegiatan di desa
wisata untuk meningkatkan pembangunan desa wisata ini .
Untuk memperkaya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di suatu desa wisata, dapat
dibangun berbagai fasilitas dan kegiatan sebagai berikut :
1). Eco-lodge : Renovasi homestay agar memenuhi persyaratan akomodasi
turis , atau membangun guest house berupa, bamboo house, traditional
house, log house, dan lain sebagainya.
2). Eco-recreation : Kegiatan pertanian, pertunjukan kesenian lokal, memancing
ikan di kolam, jalan-jalan di desa (hiking), biking di desa dan lain sebagainya.
3). Eco-education: Mendidik turis mengenai pendidikan lingkunagn dan
memperkenalkan flora dan fauna yang ada di desa yang bersangkutan.
4). Eco-research : Meneliti flora dan fauna yang ada di desa, dan
mengembangkan produk yang dihasilkan di desa, serta meneliti keadaan sosial
ekonomi dan budaya warga di desa ini , dan sebagainya.
5). Eco-energy : Membangun sumber energi tenaga surya atau tenaga air untuk
Eco-lodge.
6). Eco-development : Menanam jenis-jenis pohon yang buahnya untuk makanan
burung atau binatang liar, tanaman hias, tanaman obat, dan lain-lain, agar
bertambah populasinya.
7). Eco-promotion : Promosi lewat media cetak atau elektronik, dengan
mengundang wartawan untuk meliput mempromosikan kegiatan desa wisata.
Pendekatan Pengembangan Desa Wisata
Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak
yang timbul dapat dikontrol. berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO
dan beberapa konsultan negara kita , dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka
kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata.
1. Pendekatan Pasar Untuk Pengembangan Desa Wisata
a) Interaksi Tidak Langsung
Model pengembangan didekati dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa
interaksi langsung dengan turis . Bentuk kegiatan yang terjadi semisal :
penulisan buku-buku tentang desa yang berkembang, kehidupan desa, arsitektur
tradisional, latar belakang sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya.
b) Interaksi Setengah Langsung
Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh turis , kegiatan-kegiatan
meliputi kegiatan bersama penduduk setempat dan kemudian turis dapat
kembali ke tempat akomodasinya. Prinsip model tipe ini yaitu bahwa turis
hanya singgah dan tidak tinggal bersama dengan penduduk.
c) Interaksi Langsung
turis dimungkinkan untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang
dimiliki oleh desa ini . Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan berbagai
pertimbangan yaitu daya dukung dan potensi warga setempat. Alternatif lain
dari model ini yaitu penggabungan dari model pertama dan kedua
2. Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata.
Pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa
melalui sektor pariwisata dengan memakai standar-standar khusus dalam mengontrol
perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi. Adapun kegiatannya meliputi :
1. Kegiatan mengkonservasi sejumlah rumah yang memiliki nilai budaya dan
arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi sebuah
museum desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari rumah ini .
2. Mengkonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk menampung
perkembangan penduduk desa ini dan sekaligus mengembangkan lahan
ini sebagai area pariwisata dengan fasilitas- fasilitas wisata.
3. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa ini yang
dioperasikan oleh penduduk desa ini sebagai industri skala kecil.
Accessibility : Derajat kemudahan dicapai oleh orang terhadap suatu objek,
pelayanan ataupun lingkungan.
Akomodasi : Tempat menginap orang yang sedang berwisata dalam
perjalanan cwisatanya.
Agen perjalanan : Seseorang yang bertugas untuk membantu orang – orang
merencanakan dan mengatur perjalanan saat berlibur.
AlaCarte : Cara penyajian makanan satu per satu di suatu meja, di
mana setiap jenis makanan di dalam menu disajikan secara
terpisah.
Agrotourism : Suatu kegiatan perjalanan / wisata yang dipadukan dengan
aspek-aspek kegiatan pertanian.
Agritourism : Sebuah alternatif pengembangan pariwisata yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup
serta menggali potensi ekonomi petani kecil dan warga
pedesaan
Atraksi Wisata : Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi
dan dilihat.
Amennities : Fasilitas yang dimiliki suatu tempat tujuan wisata atau
destinasi seperti hotel, restoran, bar, sarana olahraga dan
lainnya yang disediakan bagi turis
Assistance : Layanan atau bantuan yang diberikan oleh pemandu wisata
(pramuwisata) kepada tamu/turis yang
memerlukannya
Average Length of stay : Rata-rata masa tinggal, angka yang didapat dari jumlah
bermalam para turis di suatu tempat di bagi dengan
jumlah turis itu untuk jangka waktu tertentu
Average Tourist
Expenditure
: Pengeluaran belanja rata-rata oleh turis , yaitu rata-rata
jumlah uang yang dibelanjakan oleh setiap turis di
suatu negara/area selama kunjungannya dalam jangka
waktu tertentu
Average Occupancy : Rata-rata tingkat hunian kamar pada suatu periode tertentu
dengan cara membandingkan antara jumlah kamar tersedia
Average room rate : Rata-rata harga perkamar dengan cara membandingkan
antara pendapatan yang diperoleh dari kamar dengan jumlah
kamar terjual
Affinity Group : Rombongan yang memiliki tujuan wisata yang sama
Agen Perjalanan : Perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan
Backpacker : seorang yang melakukan perjalanan / traveling yang
membawa selalu membawa tas dipunggungnya
Bahari : perjalanan pariwisata yang berkaitan pada rekreasi atau
melancong, yang objeknya yaitu laut dan isinya
(berselancar, menyelam, berperahu ).
Banquette : Cara penataan suatu meja berserta makanan dan
dekorasinya.
Biro Perjalanan Wisata : Perusahaan atau badan usaha yang memberi pelayanan
yang lengkap terhadap seseorang ataupun kelompok yang
ingin melakukan perjalanan
Boutique Hotel : jenis hotel kecil namun mewah
Buffet : penyajian makanan secara prasmanan, di mana kita bisa
mengambil jenis makanan yang kita mau sendiri pada meja
yang telah disediakan.
Bungalow : Bangunan rumah yang disewakan yang letaknya berada jauh
dari pusat keramaian.
Bar : Kedai/restoran yang hanya menyediakan minuman
beralkoloh tinggi untuk umum
Bartender : Pramusaji minuman di bar dan meramu minuman pesanan
para tamu bar
Bisnis Pariwisata : Usaha/bisnis yang bergerak di bidang penyediaan tempat-
tempat wisata atau pengembangan objek-objek wisata yang
sudah ada untuk mendapatkan keuntungan komersial.
Booklet : Buku kecil yang berisi informasi suatu objek
pariwisata/keperluan lain dan juga sering dipakai untuk
promosi barang-barang konsumsi/produk-produk wisata
Bellboy : Staff di hotel yang membantu tamu hotel untuk
mengantarkan barang-barang bawaannya ke dan dari kamar
hotel atau tugas-tugas suruhan lainnya
Bina Wisata : Pengatur pemasaran wisata dan pelayanannya dalam usaha
mengembangkan area tujuan wisata
Brosur : Sarana promosi yang biasanya dibagaikan kepada umum
dalam bentuk selebaran/buku kecil, yang di dalamnya
dimuat dengan rinci dan deskriptif mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan pelayanan dan fasilitas yang tersedia
Bursa wisata : Suatu forum komunikasi bisnis dan ajang promosi
antarkomponen insutri pariwisata dimana penjual bertemu
pembeli produk/layanan wisata
Booking : Pemesanan tempat di suatu penginapan sebelum waktunya
Check In : melaporkan diri untuk pemakaian jasa yang telah dipesan
sebelumnya seperti pada hotel atau pada suatu penerbangan
Check Out : melaporkan diri atas telah berakhirnya pemakaian jasa atau
produk wisata yang dipakai .
Cinderamata : sebuah jenis oleh-oleh yang khas dari suatu tempat wisata
Conservation
(Konservasi)
: suatu area suaka alam karena keadaan alamnya
memiliki kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami.
Contract Rate : harga perjanjian antara dua penyedia jasa pelayanan
pariwisata
Culinary : berbagai macam wisata makanan yang ada di suatu kota
maupun Negara tertentu.
Cultural Tourism : wisata budaya
Commentary : bagian inti dalam pemberian informasi yang disampaikan
oleh seorang pramuwisata/pemandu wisata kepada
turis nya
Carrying capacity : Suatu kondisi dimana jumlah kedatangan, lama tinggal dan
pola perilaku turis di destinasi yang akan memberi
dampak pada warga lokal, lingkungan dan ekonomi
warga tadi, masih terjaga dalam batas aman dan
memungkinkan untuk keberlanjutannya bagi kepentingan
generasi mendatang
Calender of events : Susunan serta jadwal acara wisata pada suatu jangka waktu
tertentu dimana acara-acara diadakan secara periodik pada
waktu tertentu secara tetap
Circle trip : Suatu perjalanan wisata dengan melakukan singgah berkali-
kali dan kembali ke tempat pemberangkatan semula, tetapi
tidak melewati jalur yang sama
Citra wisata : Gambaran objektif tentang suatu objek wisata menyangkut
kebudayaan, adat istiadat, panorama dan pusat-pusat
kerajinan tang yang merupakan tempat tujuan wisata
City hotel : Hotel yang dibangun di pusat kota yang peruntukkan
sebagian besar untuk kegiatan bisnis
Coastal route : Jalan sepanjang laut sehingga penumpang dapat
menyaksikan panorama laut dan keindahan sepanjang pantai
yang dilaluinya
Commercial tourism : Kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek
yang sifatnya komersial ataupun yang menimbulkan motif-
motif komersial atau perdagangan
Community relation : Pembinaan warga tentang pentingnya pariwisata, cara-
cara untuk mematangkannya sikap dan pengetahuan
warga akan perlunya pengembangan pariwisata
Conducted tour : Perjalanan wisata dengan rencana yang telah ditetapkan
dengan biaya dan jumlah rombongan yang telah ditentukan,
dipimpin oleh seorang pemimpin wisata
Consumen satisfaction : Kepuasan konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang
diterimanya dari petugas
Consumer advertising : Jenis promosi/periklanan yang terutama ditujukan kepada
calon pembeli (turis ) dengan maksud menarik minat
agar membeli produk wisata
Coventional tourism : Perjalanan wisata yang dilakukan oleh para profesional
(ilmuan, politikus, pengusaha) untuk berpartisipasi dalam
konferensi
Customs tailored tour : Daftar acara wisata sesuai dengan kehendak turis yang
bersangkutan, tidak terikat kepada jadwal dan objek wisata
seperti yang tercantum dalam tarif konfidential
Charter flight : Penerbangan yang dipesan khusus untuk suatu rombongan
Concierge : Bagian daripada organisasi hotel yang melayani tamu-tamu
hotel semenjak mereka menginjakkan kaki di pintu hingga
saat meninggalkan hotel
Daerah Tujuan Wisata : area yang memiliki objek wisata yang ditunjang oleh
warga dan prasarana pariwisata.
Darmawisata : perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-
senang, perjalanan yg dilakukan untuk tujuan rekreasi
sambil mengenal baik objek wisata dan lingkungannya
Delay : penundaan jadwal yang telah ditetapkan
Departure : jadwal keberangkatan.
Destination : area yang menjadi tujuan dalam perjalanan wisata.
Direct Flight : penerbangan langsung tanpa transit.
Diving : kegiatan menyelam di dalam laut biasanya bertujuan untuk
melihat dan menikmati keindaha bawah laut.
Dormitory : tipe kamar yang ada dan disediakan di hotel. Biasanya
penghuni dormitorydiisi beberapa orang yang belum kenal.
Dormitory diisi 4 sampai 10 orang dalam ruangan yang
sama. Dormitory harus menaati peraturan yang sangat
tinggi, seperti tidak merokok atau membuat kegaduhan.
Dormitory sangat diminati juga populer dikalangan
backpackerkarena harganya yang lebih murah.
Desa Wisata : Suatu area pedesaan yang menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat,
keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata
ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang
unik dan menarik serta memiliki potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan
De luxe tourism : Pariwisata dengan menawarkan fasilitas-fasilitas yang lebih
menyenangkan dan istimewa dibandingkan kelas standar
Detour : Perubahan atas arah perjalanan, rute penerbangan ataupun
pelayanan dari rencana yang telah ditetapkan karena adanya
kendala-kendala teknis
Direct transit area : Daerah khusus yang diadakan di pelabuhan udara untuk
menyediakan akomodasi bagi para penumpang untuk
beristirahat sejenak dalam perjalananya
Domestic foreign tourist : Orang asing yang bekerja di suatu negara mengadakan suatu
perjalanan wisata di negara tempat mereka bekerja
Domestic tourism : Segala usaha kegiatan dan macam lalu lintas wisata yang
berbentuk perpelancongan/perjalanan keliling yang
dilakukan penduduknya dan diselenggrakan di dalam batas-
batas wilayah negara sendiri
Domestic tourism
development
: Pengembangan pariwisata dalam negeri dimana usaha ini
ditunjukkan ke arah meningkatnya arus dan volume
turis bangsa sendiri ataupun penduduk wilayah negara
yang bersangkutan
Doorman : Petugas yang pertama kali dijumpai setiap tamu setibanya di
hotel yang selalu berdiri di pintu utama menuju lobby, dan
selalu cekatan menyambut tamunya, membukakan pintu
mobil, membantu mengeluarkan barang bawaan kemudian
membawanya ke lobby atau menyerahkannya kepada
bellboy
Driver guide : Sorang pengemudi, disamping mengemudi berhak pula
untuk bertindak sebagai guide/pramuwisata dalam suatu tour
Education Tourism : Wisata pendidikan.
Eduwisata : Salah satu metode perjalanan wisata dengan tujuan belajar
Ekowisata : Metode perjalanan wisata dengan dasar tourism
responsibility dimana baik pengunjung maupun pengelola
bertanggung jawab terhadap tempat wisata ini .
ETA (Estimate Time
Arrival)
: Perkiraan waktu kedatangan suatu penerbangan
ETD (Estimate Time
Departure)
: Perkiraan waktu keberangkatan suatu penerbangan.
Extra Bed : Tempat tidur tambahan yang dipakai jika masih ada
beberapa yang kekurangan pada fasilitas untuk istirahat.
Excurcionist : Setiap orang yang melintasi suatu wilayah negara dalam
jangka waktu lebih dari 24 jam tanpa singgah, atau setiap
pengunjung sementara yang melintasi suatu negara dalam
jangka lebih dari 24 jam dan bukan untuk mengadakan
kunjungan wisata meskipun singgah sebentar
Expected arrival : Kedatangan tamu yang diharapkan karena sudah memesan
dan memberi uang muka terlebih dahulu
Extra bed : Tambahan tempat tidur ke dalam kamar hotel yang disewa
bila jumlah penyewa yang menempati kamar melebihi
jumlah tempat tidur yang disediakan di dalam kamar
ini
Entrance fee : Jumlah uang yang harus dibayarkan untuk dapat diizinkan
memasuki museum, monumen, objek wisata, dan lain-lain
(harga karcis untuk bisa masuk objek)
Express service : Pelayanan cepat dengan biaya tambahan
Excess baggage : Kelebihan berat barang bawaan sehingga dikenakan biaya
tambahan
Etalase : Tempat memamerkan barang-barang yang dijual
Familliarisation Trip : suatu perjalanan untuk lebih mengenal produk-produk
wisata atau destinasi wisata
Free Flow : secara harfiah diartikan ke dalam Bahasa negara kita berarti
mengalir secara bebas, maksudnya yaitu semacam tawaran
dari perusahaan jasa untuk memberi pelayanan secara
gratis kepada konsumen. Misal pada suatu hotel yang
mengadakan suatu acara memberi free flow soft drink
yang berarti konsumen bisa menikmati soft drink sepuas-
puasnya dalam acara ini .
Full Board : suatu hotel yang menyediakan penginapan termasuk di
dalamnya memberi konsumsi (Makan Pagi, Siang dan
Makan Malam) kepada tamunya selama menginap di hotel
ini .
Full Day Tour : suatu tour yang berlangsung dalam satu hari penuh.
Full Service Airlines : layanan yang disediakan lebih lengkap dan harga tiket yang
tercantum sudah termasuk makanan, bagasi, asuransi dan
lain-lain. Terbang dengan full service airlines dianggap
lebih nyaman, namun harga tiketnya lebih mahal. Beberapa
maskapai full service airlines antara lain Garuda negara kita ,
Thai Airways dan Qatar Airways.
Festival : Kegiatan pesta besar-besaran yang dimaksud untuk promosi
pariwisata/pembinaan warga untuk tujuan
mewarga kan pariwisata
Feederline : Rute penerbangan yang sekunder/rute cabang daripada suatu
penerbangan utama. Biasanya menghubungkan kota-kota
kecil, tempat-tempat terkecil, yang volume penumpangnya
belum begitu besar
Flight-seeing : Darmawisata dengan memakai pesawat udara (ukuran
kecil dan cukup untuk 4,6,8,12 orang) atau dengan
helikopter untuk melihat objek wisata dari udara
berlangsung antar 15 menit atau setengah jam
Foreign currency : Segala aturan mengenai mata uang asing yang boleh dan
tidak boleh dibawa oleh turis yang diberlakukan oleh
suatu negara tujuan wisata
Food festival : Suatu wahana promosi pariwisata melalui pemajangan
berbagai jenis hidangan, pameran semacam ini akan sangat
menarik dan efektif sekali dalam memajukan kepariwisataan
internasional maupun domestik di negeri ini.
Front desk : Bagian hotel yang secara operasional memberi layanan
langsung kepada tamu/turis yang mendatangi kantor
travel agent untuk mendapatkan keterangan-keterangan
tentang tour, tiket, karcis, dan lain-lain.
Fasilitas wisata : Segala fasilitas, baik keadaan, peraturan, pelayanan, maupun
jasa yang diberikan untuk melancarkan perjalanan wisata
dan membantu turis di area tujuan wisata
Gastronomi : Ilmu tentang pengetahuan mengolah hidangan yang lezat
Group Rates : harga kamar suatu hotel yang diperuntukkan bagi suatu
rombongan yang datang secara bersama-sama dalam suatu
kelompok.
Guest House : sebuah rumah / penginapan yang khusus diakomodasikan
untuk tamu
Guide : orang yang secara profesional mengetahui cara membawa
turis sekaligus menerangkan dan menjelaskan sebuah
tempat wisata.
Group concession : Suatu pengurangan harga atau pemberian fasilitas yang
disebabkan karena jumlah di dalam rombongan yang secara
bersama-sama membeli fasilitas wisata
Guiding : Panduang yang disampaikan oleh seorang pemandu wisata
(pramuwisata) selama perjalanan wisata
Half Day Tour : suatu paket tour yang maksudnya suatu tour hanya
berlangsung setengah hari.
High Season : destinasi wisata / hotel mencapai puncak padat pengunjung
Homestay : rumah biasa yang sebagian kamarnya disewakan kepada
tamu, namun tamu yang menginap akan tinggal dalam
jangka waktu lama.homestay sering diikuti oleh pelajar
asing guna mempelajari kebudayaan setempat.
Hospitaliti : hubungan antara tamu dan tuan rumah, atau tindakan atau
praktek yang ramah. Secara khusus, ini termasuk
penerimaan dan hiburan para tamu, pengunjung, atau orang
asing, resort, klub keanggotaan, konvensi, atraksi, acara
khusus, dan layanan lainnya untuk turis dan turis.
Host : Tuan Rumah.
Hostel : sejenis tempat menginap akan tetapi perbedaannya yaitu
fasilitas didalamnya dipakai secara bersama-sama oleh
penggunanya, seperti kamar mandi, dapur dan ruang tamu.
Kelebihannya diantaranya yaitu penghuni hostel punya
kesempatan untuk lebih bersosialisasi dengan tamu lain.
Bukan hanya dormitory saja yang menyediakan kamar
privat layaknya hotel.
Hotel : bangunan yang didirikan secara komersil, berguna sebagai
tempat menginap, makan dan menikmati hiburan. Hotel
berbintang tergantung dari fasilitas yang mereka berikan
untuk memuaskan para pengunjung.
House use : Kamar hotel yang dipakai untuk ditempati oleh karyawan
hotel sendiri
Health resort : Daerah wisata dimana ada tempat-tempat penyembuhan
sesuatu penyakit
Hiking : Penjelajahan atas objek-objek tertentu dilakukan dengan
berjalan kaki secara berkelompok maupun berkendara
Hotel arcade : Bagian hotel yang disewakan kepada suatu perusahaan
dalam jangka panjang yang dipakai untuk kantor, toko,
dan lain-lain
Hotel chain : Sistem hubungan antar hotel yang bisa terselenggara dalam
area nasional/internasional, bisa terselenggara dalam
sistem hubungan operasional maupun pemilikan
Hotel residensial : Hotel yang disewakan dalam jangka waktu lama
House publication : Majalah usaha wisata yang dikeluarkan secara berkala,
berisi promosi dari produk sarana wisata
Inn/Lodge : penginapan sederhana dan terletak dipinggir kota atau
tempat transit. Tidak menyediakan banyak fasilitas.
In House Guest : tamu / turis yang sedang tinggal / menginap di suatu
hotel.
Industri Pariwisata : kumpulan dari macam-macam perusahaan yang
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and
service) yang diperlukan para turis pada khususnya
dan traveler pada umumnya.
Itinerary : jadwal perjalanan secara detail termasuk jadwal kedatangan
dan keberangkatan seorang turis .
Inbound tourist : turis yang masuk ke wilayah negara lain
Incentive trip : Perjalanan insentif yakni suatu perjalanan wisata yang
dibiayai oleh perusahaan karena para pegawai telah
menghasilkan keuntungan komersial yang baik
Jalur wisata : Arah yang dilalui selama mengadakan perjalanan wisata
Joining room : Kamar yang bersebelahan tanpa adanya pintu
Junk food : Makanan cepat saji
Kawasan Pariwisata : area dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Kuliner : berbagai macam wisata makanan yang ada di suatu kota
maupun negara tertentu.
Kepariwisataan : Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang serta interaksi antara
turis dan warga setempat, dan instansi lainnya
Karyawisata : Suatu perjalanan wisata yang disesuaikan dengan profesinya
Landing : posisi pesawat udara menuju tempat pendaratannya hingga
sampai berhenti mendarat di Bandara yang ditujunya.
Length of Stay : jangka waktu berapa lama turis tinggal di suatu hotel.
LO (Liaison Officer) : petugas penghubung / perantara yang membantu
pengunjung atau tamu untuk mengantar ketempat-tempat
tujuannya.
Lost and Found (LF) : tempat melaporkan diri jika barang / bagasi tertinggal
selama penerbangan.
Low Cost Carrier : maskapai penerbangan yang menyediakan layanan dengan
fasilitas terbatas. Harga tiket yang tercantum hanya untuk
terbang saja. Penumpang harus membayar ekstra untuk
fasilitas tambahan, seperti makanan dan biaya bagasi.
Contoh maskapai low cost carrier antara lain Air Asia,
JetStar dan Tiger Airways.
Low Season : destinasi wisata / hotel sepi akan pengunjung wisata
Losmen : Akomodasi yang mempergunakan kamar-kamar rumah
penduduk di destinasi wisata.
Marine Tour : kegiatan kunjungan wisata untuk menikmati keindahan laut
baik pantai, terumbu karang, pulau dan lainnya.
Merchandise : oleh-oleh atau cinderamata
MICE : Meeting, Intensive, Convention and Exhibition. Disebut
juga pariwisata MICE yang berkembang akhir-akhir ini.
MICE dapat digolongkan sama dengan Event Organizer,
akan tetapi MICE jauh lebih luas
Motel : hotel yang di desain yang lokasinya biasanya ada di pinggir
jalan raya dan menyediakan tempat parkir luas untuk
tamunya. Motel biasanya dipakai sebagai tempat istirahat
sebelum penghuni melanjutkan kembali perjalanannya.
Net price : Tarif bersih, yaitu tarif yang diminta oleh biro pariwisata
dari para agen/korespondennya
Neraca turis : Keseimbangan antara turis yang masuk ke suatu
negara dengan turis yang ke luar dari negara itu
Objek Wisata : sebuah tempat rekreasi atau tempat berwisata
Occupancy : tingkat hunian kamar suatu hotel
Over Flow Rates : harga kamar yang sifatnya khusus terutama pada tamu yang
dikirim oleh hotel lain, karena hotel yang bersangkutan
sedang penuh.
Out going tourism : turis ke luar negeri, kegiatan warga negara suatu
untuk bepergian sebagai turis ke luar negeri
Overbooking : Kelebihan pesanan, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan
pemesanan lebih banyak daripada kursi yang tersedia
235
Over sale : Penumpang pemilik tiket sah untuk suatu penerbangan yang
sudah terjadwal tetapi tidak dapat ikut pada saat itu karena
ada gangguan, terpaksa ia diangkut dengan pesawat
cadangan.
Off the beaten track : Istilah di dalam penyelenggaraan tour, untuk
menunjukkan/menyatakan area -area dan objek-objek
wisata yang belum banyak dikunjungi, maish baru, yang
jarang dikenal dan belum banyak ditawarkan oleh
penyelenggara-penyelenggara tours
Pick Up Time : waktu penjemputan turis
Porter : petugas resmi di bandara / pelabuhan yang menawarkan jasa
untuk mengangkat barang / bagasi.
Pondok Wisata : Rumah penduduk yang disewakan sebagai akomodasi ketika
turis berkunjung ke sebuah destinasi
Porter Fee : uang / biaya untuk jasa porter
Pramuwisata : seseorang yang bertugas memberi bimbingan, penjelasan
dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu
keperluan turis lainnya.
Published Rate : harga kamar suatu hotel yang dijual sesuai dengan yang
dipublikasikan kepada warga umum.
Package tour : Sesuatu rencana/acara perjalanan wisata yang telah tersusun
secara tetap, dengan harga tertentu yang telah termasuk pula
biaya-biaya untuk fasilitas akomodasi, darmawisata, dan
atraksi-atraksi di objek-objek wisata yang telah tercantum di
dalam acara itu.
Pantryman : Petugas yang mengatur dan menyediakan hidangan makan
pagi kepada para tamu hotel
Rekreasi : aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara sengaja
sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam
waktu senggang
Reservasi : suatu proses permintaan pemesanan kamar dan fasilitas lain
yang diinginkan oleh calon tamu untuk periode tertentu.
Resort : suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi
seseorang di luar tempat tinggal dengan tujuan lain untuk
berpariwisata.
Resort Hotel : hotel yang dipakai untuk liburan, lokasinya berada di
pantai, pegunungan atau berdekatan dengan obyek wisata.
Bentuk bangunannya biasanya landed house.
Restaurant : bangunan / ruangan yang menyediakan makanan dan
minuman kepada pengunjung.
Room Rate : harga kamar hotel
Rooming List : daftar jumlah kamar yang akan dipakai oleh suatu grup
yang akan menginap di suatu hotel.
Runway : landasan pacu pesawat
Responsible tourism :
Refund : Pengembalian atas pembayaran konsumen yang telah
membayar produk karena membatalkan rencana perjalanan
Rate special : Tarif khusus suatu paket perjalanan wisata, sewa kamar, dan
lain-lain
Recuperational tourism : Kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek/fasilitas
236
yang diperlukan untuk mengembalikan kesehatan di area
tujuan wisata
Residential hotel : Hotel yang memberi fasilitas tempat tinggal penuh
ataupun musiman kepada tamu-tamunya yang menghendaki
lingkungan tempat tinggal tertentu serta memberi
layanan-layanan yang melebihi dibandingkan dengan sebuah
apartemen
Remain Overnight : Tinggal dengan singgah semalam, oleh karena pesawat tidak
bisa melanjutkan penerbangannya
Safari : Suatu bentuk perjalanan darat yang mengandung unsur
petualangan/adventure, pengenalan dan hobi
Sarana wisata : Segala fasilitas yang menghasilkan produk-produk wisata
dan menunjang kelancaran arus turis
Sightseeing : perjalanan wisata singkat untuk melihat-lihat sekitarnya
Single Bed : tempat tidur buat satu orang
Snorkeling : kegiatan berenang atau menyelam dengan mengenakan
peralatan berupa masker selam dan snorkel. Selain itu,
penyelam sering mengenakan alat bantu gerak berupa kaki
katak (sirip selam) untuk menambah daya dorong pada kaki.
Souvenir : barang-barang kerajinan tangan (dalam bahasa inggris
disebut handy crafts), yang merupakan hasil kreativitas para
pengrajin yang mampu merubah benda-benda yang terbuang
dan tidak berharga menjadi produk-produk yang menarik
dan diminati banyak orang, terutama para turis .
Surfing : selancar / olahraga menaiki ombak dengan papan seluncur.
Sustainable tourism : Pariwisata yang berkelanjutan dari aspek ekologi, sosial
ekonomi dan sosial budaya
Satisfaction : suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan
dari pelanggan dapat terpenuhi yang akan memicu
terjadinya pembelian ulang atau kesetiaan yang berlanjut
Sunrise : waktu di mana matahari muncul di bawah garis cakrawala di
sebelah timur
Sunset : waktu di mana matahari menghilang di bawah garis
cakrawala di sebelah barat
Something to see : obyek wisata ini harus memiliki sesuatu yang bisa di
lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata
Something to do : agar turis yang melakukan pariwisata di sana bisa
melakukan sesuatu yang berguna untuk memberi
perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik
itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan
khas dari tempat ini sehingga mampu membuat
turis lebih betah untuk tinggal di sana
Something to buy : fasilitas untuk turis berbelanja yang pada umumnya
yaitu ciri khas atau icon dari area ini , sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh
Study tour : Darmawisata dengan tujuan utama untuk
mempelajari/memperdalam tentang suatu objek yang
bersangkutan dengan pendidikan
Shore excursion : Penyelenggaraan wisata di darat dalam suatu pelayanan
wisata, dan bagian dari paket pelayanan wisata
Side trip : Acara tour yang tidak termasuk dalam susunan perjalanan
pokok, ke tempat-tempat wisata yang tidak dimaksud
semula, meskipun tambahan acara ini biasanya menuju ke
tempat-tempat objek wisata yang menarik pula
Sosial tourism : Kegiatan wisata yang dirangsang oleh motif-motif sosial
sehingga dengan mengingat berbagai macam faktor yang
membentuk motif-motif sosial itu sehingga memerlukan tata
cara pengaturan dalam penyelenggaraan
Take Off : posisi pesawat udara ketika mulai terbang ke angkasa
hingga sudah tidak menyentuh daratan lagi.
Teater : sebuah seni pariwisata yang tujuannya menunjukkan
tontonan yang menarik untuk orang-orang yang sedang
berwisata.
Transfer In : penjemputan turis yang baru datang untuk berwisata
dari pelabuhan kapal atau dari bandar udara untuk diantar ke
tempat penginapannya.
Tourist Attractions : sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
dilihat.
Transfer Out : pengantaran tamu dari tempat penginapannya ke pelabuhan
kapal atau ke bandar udara karena tamu ini sudah mau
pulang ke negara kediamannya.
Travel Agent : tempat yang menyediakan jasa layanan wisata.
Travel Agent Rates : harga kamar berdasar perjanjian antara pihak Travel
Agent (Biro Perjalanan) dengan pihak hotel.
Twin Bed : dua buah tempat tidur terpisah yang masing-masing
diperuntukkan buat satu orang.
Tradisi : Sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok warga , biasanya dari
suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama
Tour : Sebuah perjalanan yang bertujuan untuk berwisata
Taman nasional : Suatu tempat yang memiliki pemandangan indah, kemudian
dikelola pemerintah dengan mendirikan suatu taman hiburan
bagi warga umum
Tourist destination area : Tempat tujuan turis /wilayah yang menjadi tempat
tujuan turis mengadakan kegiatan pelancongan
Tourist destination
country
: Negara tujuan wisata/negara yang dikunjungi para
turis
Tour basing fare : Biaya round trip yang sudah ditetapkan dan berlaku di
waktu-waktu khusus dengan tarif khusus yang harus
dilunasi sebelum berangkat
Tour conductor
promotion
: Promosi yang dilakukan oleh pemandu untuk menarik minat
warga sadar berwisata
Tourist Generating areas : Negara sumber turis /negara tempat asal turis
yang sedang mengadakan perjalanan wisata di suatu negara
Tourist industry : Gabungan dari berbagai macam bidang usaha yang bersama-
sama menghasilkan produk maupun jasa yang diperlukan
oleh para turis selama perlawatannya
Tourist image : Kesan yang dibawa atau yang ditanamkan kepada
turis -turis tentang keindahan suatu
negara/area
Tourist market approach : Pendekatan pasar wisata yakni usaha untuk menarik minat
turis terhadap suatu objek wisata
Tourist arrival : Jumlah kedatangan tamu/turis di suatu tempat dalam
jangka waktu tertentu yang dapat dipakai untuk
menentukan sikap atas kelanjutan bisnis pariwisata
Tourist kit : Kumpulan beberapa brosur, dan lain-lain yang berisi
informasi wisata yang bertujuan sebagai sarana promosi
Trade advertising : Jenis promosi yang tidak langsung kepada calon-calon
pembeli tetap kepada calon-calon penjual seperti biro
perjalanan yang diharapkan dapat memasarkan produk
wisata lainnya
Upgrade : meningkatkan / menaikkan, misal ketika menginap di
standard room diupgrade ke superior room.
Unsustainable tourism : Pariwisata yang tidak berkelanjutan
Under stay : Tamu yang mempersingkat masa tinggalnya dari waktu
yang telah ditentukan
Villa atau Cottage : hotel dengan beberapa rumah dalam satu area .
Bangunan rumah terpisah dari unit lainnya. Lokasinya
biasanya tidak berada di area padat. Biasnya
menawarkan suasana yang lebih tenang. Layanan kamar
disediakan seperti halnya hotel, bahkan untuk villa mewah
disediakan petugas tersendiri untuk tiap-tiap unit villa.
VIP (Very Important
Person)
: orang penting yang ikut dalam suatu paket wisata seperti
seorang komisaris perusahaan atau seorang pejabat
pemerintahan dan lain-lain.
Voucher : tanda bukti yang dipakai oleh konsumen untuk
mengklaim jasa yang telah dipesannya atau didapatnya
kepada perusahaan yang menyediakan jasa sesuai yang
tertera di dalam voucher ini , dan perusahaan yang
bersangkutan akan menagih pembayaran kepada pihak yang
menerbitkan / issued voucher.
Visitors : turis asing, baik yang mengadakan kunjungan singkat
maupun yang tinggal untuk beberapa hari
Walk In Guest : tamu yang datang sendiri ke hotel tanpa melalui penyedia
jasa sepertiTravel Agent ataupun melalui jasa seseorang.
Weekend Rates : harga kamar yang berlaku untuk akhir pekan seperti pada
hari sabtu dan hari minggu.
Youth hostel : Jenis sarana akomodasi untuk remaja dan para turis
yang berkantong tipis, untuk dapat menikmati fasilitas
pelayanan dan memuaskan selera dengan biaya murah
Youth tourism : Kegiatan wisata kaum remaja yang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang bermotif sosial