Tampilkan postingan dengan label organisasi Voc. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label organisasi Voc. Tampilkan semua postingan
organisasi VOc
di abad ke-17 dan ke-18, Perserikatan Dagang
Hindia Timur (VOC), yang didirikan pada
tahun 1602, pasti merupakan yang paling sukses.
Tidak lama sesudah kelahirannya, badan ini
berhasil menyingkirkan orang Portugis, yang satu
abad sebelumnya telah membangun imperium
perdagangan di Asia, dan hampir menyisihkan
saingan di perdagangan Asia-Eropa itu. Saingan
utama VOC, yaitu East India Company (EIC), yang
telah didirikan di London pada tahun 1600, mulamula tidak cukup memiliki kemampuan keuangan
dan kehandalan keorganisasian, serta tidak cukup
mendapat dukungan dari pihak pemerintah
Inggris, sehingga tidak dapat menandingi
Kompeni Belanda itu. Baru pada akhir abad ke-
17 EIC berkembang sebagai lawan yang benarbenar patut disegani, yang kemudian, di sepanjang
abad ke-18, mengungguli saingannya di beberapa
bidang. Bagaimanapun, sampai akhir sejarahnya
pada tahun 1800 VOC tetap merupakan yang
terbesar di antara perusahaan-perusahaan dagang
yang beroperasi di Asia.1
Kompeni Belanda itu bertumbuh pesat berkat
beberapa faktor. Pertama sekali, berlimpahnya
modal di Republik memungkinkan VOC
maju jauh dibandingkan dengan lawannya.
Dengan demikian VOC mampu membiayai
operasi-operasi militer yang perlu untuk meraih
kedudukan sebagai pemegang monopoli sedunia
dalam hal perdagangan rempah-rempah.
Penaklukan Kepulauan Banda pada tahun 1622
membuat VOC memperoleh monopoli pala dan
kembang pala. Sebaliknya, upaya memonopoli
cengkih membutuhkan jangka waktu yang lebih
lama. Dengan jalan menghancurkan pohon-pohon
cengkih di sejumlah pulau di Kepulauan Maluku,
VOC berhasil memusatkan pembudidayaan
rempah ini di Ambon. Makassar merupakan
pelabuhan terakhir tempat para saudagar dari
Eropa dan Asia masih sempat memasok rempahrempah bukan dengan perantaraan VOC – yang
oleh VOC dipandang sebagai ‘penyelundupan’
– tetapi penaklukan kota itu pada tahun 1667
berarti jalur itu pun tertutup. Terakhir, monopoli
dalam perdagangan kayu manis diperoleh dengan
cara mengusir orang Portugis dari Sri Lanka. Hal
ini terjadi dalam dua tahap: antara tahun 1627
dan 1642, dan dalam kurun waktu 1654-1658.
VOC tidak hanya mengangkut barang-barang
dari Asia ke pasaran Eropa. Kompeni berhasil
juga mengumpulkan modal besar di Asia sendiri
(pada masa itu wilayah perdagangan VOC
biasanya disebut Indië, ‘Hindia’), sehingga sanggup
membangun jaringan perdagangan antara kantorkantor perdagangan mereka di Asia. Perdagangan
dalam kawasan Asia itu sendiri menghasilkan
keuntungan besar bagi VOC sepanjang abad
ke-17 dan ke-18. Selama kurun waktu 1635-
1690 pemasukan yang didapat darinya melebihi
pengeluaran; usaha VOC di Asia menghasilkan
keuntungan yang membawa manfaat kepada
perusahaan VOC di Belanda. Di atas itu, sejak
tahun 1639 Kompeni Belanda itu adalah satusatunya saudagar dari Eropa yang memiliki izin
memasuki Jepang. Selama abad ke-17 hubungan
perdagangan dengan Jepang ini menghasilkan
keuntungan yang sangat besar dan memberi
kesempatan kepada VOC untuk memperoleh
perak dengan harga rendah. Seluruh pelaku
dagang bangsa Eropa di Asia membutuhkan perak
untuk membeli bahan tekstil dari India dan merica
dari kepulauan Indonesia. Berkat ‘koneksi Jepang’
ini, VOC tidak usah mendatangkan perak dalam
jumlah besar dari Eropa.
Pada akhir abad ke-17 volume perdagangan
dan pelayaran antara Eropa dan Asia meningkat
dengan pesat. Kain-kain dari India, kopi dari
Jazirah Arab, kemudian juga dari Jawa, dan teh
dari Cina merebut pasaran Eropa. Pertumbuhan
perdagangan ini merupakan gejala umum, yang
dirasakan juga oleh perserikatan dagang Eropa
lainnya. Lama kelamaan VOC kehilangan
posisi uniknya. Monopoli di bidang rempahrempah menjadi kurang berarti. Pendapatan
dari perdagangan di Asia sendiri tidak mampu
lagi mengimbangi pengeluaran, yang telah
membubung disebabkan antara lain biaya
administrasi yang tinggi. Akibatnya, dalam
abad ke-18 kegiatan VOC di Asia dari tahun
ke tahun hanya mengalami kerugian. Lagi pula,
perdagangan dengan Jepang makin menyusut dan
sesudah tahun 1700 tidak berarti lagi. Keuntungan
yang didapat dari penjualan barang-barang dari
Asia di tanah air ternyata masih mencukupi untuk
membiayai pembekalan armada kapal yang setiap
tahun berlayar ke Asia dan menutupi kerugian perdagangan di kawasan itu yang diderita tiap-tiap
tahun. Namun, persediaan cadangan keuangan
semakin menipis.
Perubahan-perubahan yang cukup mendasar ini
membawa akibat VOC semakin bersandar pada
hasil penjualan di Belanda sendiri. Pendanaan
perusahaannya langsung terkait dengan hasil
penjualan itu. Hal ini menempatkan Kompeni
di posisi yang lemah. Maka pecahnya Perang
Inggris ke-IV pada tahun 1780 tidak dapat tidak
membawa malapetaka. Selama beberapa tahun
tidak masuk lagi kapal-kapal dari Asia, sehingga
tidak mungkin lagi menyelenggarakan perlelangan
yang berarti. Secara mendadak Kompeni
kehilangan kredibilitasnya dan terjebak di lubang
hutang yang dalam. Perang itu berakhir pada
tahun 1784, tetapi sesudahnya juga Kompeni
mengalami persoalan yang begitu besar, sehingga
hanya mampu berdiri dengan dukungan penuh
pemerintah Belanda. Pendudukan negeri Belanda
oleh tentara Perancis dan transformasi tataan
politik negeri Belanda yang dicetuskan olehnya
menentukan nasib VOC. Pada awal tahun 1796,
tidak lama sesudah berdirinya Bataafse Republiek,
Direksi harus mundur dari jabatannya dan
menyerahkan pimpinan kepada Comité tot de zaken
van de Oost-Indische handel en bezittingen (Komite
untuk Urusan Perdagangan dan Jajahan di Hindia
Timur). VOC dinasionalisasi. Mulai dari tanggal
1 Januari 1800 oktroi (piagam) VOC, yang
merupakan dasar hukum organisasi itu, sudah
tidak berlaku lagi. Akibat peperangan di Eropa
yang berlangsung terus, pelayaran tidak mungkin
mengadakan perubahan besar di bidang pelayaran
dan perdagangan ke Asia. Kendati demikian,
tindakan tersebut tetap saja menandakan akhir
keberadaan VOC.
Bila kita meninjau dua abad kegiatan Kompeni,
angka-angka total sangat mengesankan, baik
yang di bidang omzet perdagangan maupun
yang menyangkut jumlah kapal dan tenaga yang
diangkut dengan kapal itu. Walau rendemen
terus menurun, ternyata selama abad ke-18
perusahaannya lebih besar daripada dalam abad
sebelumnya. Umpamanya, kapal-kapal yang
oleh VOC diluncurkan menuju Asia berjumlah
4.700, di antaranya 1.700 dalam abad ke-17 dan
3.000 lebih dalam abad ke-18. Dalam kurun
waktu 1602-1700 kapal-kapal tersebut membawa
317.000 orang ke Asia, sedangkan dari tahun 1700
sampai 1795 jumlahnya 655.000. Angka-angka di
bidang perdagangan membuktikan pertumbuhan
perusahaan Kompeni sesudah tahun 1700. Jumlah
pengeluaran untuk equipage, artinya pembuatan
dan pelengkapan kapal-kapal serta dana dan
barang-barang yang dikirim ke Asia, mencapai
370 juta gulden di tahun-tahun 1640-1700, tetapi
mencapai 1.608 juta gulden selama kurun waktu
1700-1795. Dalam periode yang sama, nilai beli
barang-barang yang oleh kapal-kapal dibawa
kembali dari Asia berjumlah masing-masing 205
juta dan 667 juta gulden. Dalam kurun waktu
tersebut pertama, hasil penjualan barang-barang
itu berjumlah 577 juta gulden, sedangkan dalam
periode kedua 1.633 juta gulden.
2
Pendirian VOC – Oktroi
VOC terbentuk pada tahun 1602 dari
penggabungan enam perusahaan kecil. Setelah
Compagnie van Verre yang berpangkal di Amsterdam
menyelenggarakan ekspedisi yang pertama
ke Asia (1595-1597) dan dengan demikian
membuktikan bahwa orang Belanda pun sanggup
melakukan pelayaran ke Asia, langsung juga
didirikan perusahaan-perusahaan serupa di
Amsterdam, Rotterdam, dan di provinsi Zeeland.3
Perusahaan-perusahaan tersebut biasa memodali
satu ekspedisi sekali. Kendati demikian ada
kesinambungan dalam susunan direksi, sebab
saudagar-saudagar atau anggota pengurus itu
juga yang mengusahakan ekspedisi berturut-turut.
Setiap kali kapal-kapal yang berlayar menuju Asia
kembali maka para penanam modal, baik anggota
pengurusnya maupun para pemegang saham atau
partisipan lainnya, mendapatkan kembali modal
yang mereka tanam, tentu ditambah sebagian
keuntungan yang telah diraih. Para perusahaan
ini saling menyaingi dengan seru, dengan akibat
persentase laba menurun terus. Berkurangnya
keuntungan ini membuat jera para penanam
modal dan mengancam kelanjutan pelayaran
menuju Asia.
Para pemimpin perusahaan-perusahaan
tersebut tentunya bukan tidak menyadari
perkembangan ini. Dalam waktu singkat terbentuk
kerja sama di tingkat lokal. Pada tahun 1600
kompeni-kompeni yang berbasiskan Amsterdam
melebur menjadi satu Geünieerde Amsterdamse
Oostindische Compagnie (Kompeni Hindia
Timur Serikat Amsterdam), yang kemudian oleh
para walikota Amsterdam diberi hak monopoli
untuk berlayar dari Amsterdam menuju Asia.
Di provinsi Zeeland pun orang bekerja sama.
Akan tetapi, kerja sama ini tidak meluas lebih
jauh. Para pengusaha di Zeeland tidak suka
melebur dengan perusahaan-perusahaan dari
provinsi Holland; mereka khawatir kalau-kalau
dalam satu perusahaan bersama Amsterdam
akan memperoleh kedudukan yang terpenting. Di
samping itu berdirilah kompeni-kompeni baru di
kota-kota lain (Hoorn, Enkhuizen, Delft). Maka
agaknya sesudah tahun 1600 pun persaingan akan
berjalan terus.Peleburan semua perusahaan tersebut menjadi
satu Kompeni tidak terjadi secara spontan, tetapi
dipaksakan kepadanya oleh pemerintah Belanda.
Pada zaman itu Republik Belanda sedang
dalam peperangan dengan Raja Spanyol dan
Portugal. Kompeni-kompeni yang sudah berdiri
– selanjutnya disebut sebagai voorcompagnieën
(pra-kompeni) – tidak sanggup memainkan
peranan dalam perjuangan melawan Spanyol
dan Portugal. Sebaliknya, Kompeni bersatu
dapat menjadi senjata ampuh di bidang militer
dan ekonomi. Maka pemerintah (Staten) provinsi
Holland, yang dipimpin oleh Johan van
Oldenbarnevelt, kemudian juga pemerintah negeri
Belanda (Staten-Generaal), berusaha meyakinkan
semua pihak yang bersangkutan untuk melakukan
fusi. Akhirnya, setelah stadhouder Pangeran Maurits
campur tangan, perusahaan-perusahaan dari
Zeeland pun tidak dapat lagi menghindar.
Pada tanggal 20 Maret 1602 Staten-Generaal
mengeluarkan oktroi. Dengan demikian berdirilah
Generale Vereenichde Geoctroyeerde Compagnie.
4 Oktroi
ini dinyatakan berlaku untuk jangka waktu 21
tahun. Unsur persaingan sudah disingkirkan;
oktroi tersebut menetapkan bahwa tidak satu pihak
pun selain VOC diperbolehkan mengirimkan
kapal-kapal dari negeri belanda ke daerah di
sebelah timur Tanjung Harapan dan di sebelah
barat Selat Magalan atau menyelenggarakan
kegiatan perdagangan di wilayah tersebut.
Dari butir-butir lain yang tercantum dalam
oktroi, banyak yang mengatur tata cara Kompeni,
kedudukan para direktur (bewindhebbers) dan
para partisipan, serta cara pengumpulan modal.
Dalam naskah artikel-artikel ini masih terlihat
betapa rumitnya perundingan yang harus
dilakukan mendahului penetapan oktroinya. Isi
dan perincian ketentuan-ketentuan yang tercantum
di dalamnya akan dijelaskan dalam pasal-pasal
berikutnya. Tetapi kami akan lebih dahulu
memusatkan perhatian pada sifat kompromi
okytroi itu dan pada struktur federal yang menjadi
ciri khas Compagnie Belanda itu.
Menurut oktroi, semua pra-kompeni menjadi
cabang (Belanda kamer) dalam kerangka VOC.
Jumlahnya enam: Amsterdam, Zeeland (berpusat
di Middelburg), Delft, Rotterdam, Hoorn, dan
Enkhuizen. Ternyata tidak sulit untuk mencapai
kesepakatan tentang andil masing-masing dalam
usaha bersama pelayaran dan perdagangan
di Asia. Kamer Amsterdam mendapat separuh,
sedangkan kepada Zeeland diberikan seperempat,
dan keempat kamer kecil mendapat seperenambelas
bagian masing-masing. Penerapan kunci
pembagian ini, yang dengan tegas disebut dalam
naskah oktroi, berhasil menenangkan
pengusaha-pengusaha dari Zeeland; tadinya
mereka khawatir kalau-kalau penaruhan modal
oleh kamer dijadikan dasar bagian masing-masing
dalam pelaksanaan kegiatan, lebih dari separuh
akan diraih oleh Kamer Amsterdam.
Sudah tentu para pengurus pra-kompeni
menjadi pengurus kamer di daerahnya. Di atas
kamer tersebut dibentuk badan pengurus umum,
yang bertugas menyelenggarakan pimpinan
tertinggi dan yang akan terdiri atas wakil-wakil
kamer masing-masing. Di sini timbul masalah
besar. Bagaimana perbandingan antar-kamer
harus diterapkan dalam pimpinan tertinggi?
Zeeland ingin supaya dalam badan pengurus
umum dilakukan pemberian suara menurut kamer,
sehingga bobot setiap kamer sama saja.
Mula-mula tuntutan ini menyebabkan tidak
mungkin mencapai kesepakatan. Pada akhirnya
Zeeland harus puas dengan pemungutan suara
perorangan, sedangkan badan pengurusnya
ditetapkan akan terdiri atas tujuh belas orang.
Dalam badan ini Amsterdam akan diwakili oleh
delapan utusan, Zeeland mendapat empat wakil,
dan keempat kamer lainnya masing-masing satu
wakil, sedangkan wakil yang ketujuh belas akan
ditunjukkan secara bergilir oleh salah satu kamer
di luar Amsterdam. Wakil-wakil dari Amsterdam
menganggap wajar bahwa badan pengurus
umum ini, yang biasanya disebut dengan nama
singkat Heren Zeventien (Tujuh Belas Tuan), akan
berkumpul di Amsterdam, tetapi dalam hal ini
mereka melakukan konsesi untuk menenggang
rasa Zeeland. Diputuskan untuk menetapkan
putaran delapan tahunan. Selama enam tahun
berturut-turut Amsterdam akan menjadi tempat
persidangan dan selama jangka waktu itu Kamer
Amsterdam akan bertindak selaku ketua sidang;
sesudah itu untuk dua tahun lamanya Middelburg
akan menjadi tempat kedudukan Heren Zeventien
dan jabatan ketua akan dipangku oleh pengurus
Kamer Zeeland.
Dengan demikian dalam naskah oktroi sudah
ditetapkan seberapa besar pengaruh dan hak
suara yang dimiliki setiap kamer. Di atas kertas
semuanya beres. Akan tetapi, bagaimana struktur
yang lumayan rumit ini berfungsi dalam praktek
nyata? Selama abad ke-17 sedikit demi sedikit
berkembanglah bentuk pemerintahan yang juga
terdapat dalam pemerintah Republik Belanda
sendiri. Perkembangan ini tidak mengherankan,
karena sebagian besar para direktur VOC
termasuk elite politik dan mengenal baik
seluk-beluk pemerintahan Republik itu. Hubungan
badan-badan pengurus pada tingkat kamer dengan
sidang Heren Zeventien, yang memang terdiri atas
wakil-wakil dari badan-badan tersebut, dalam
banyak hal dapat disamakan, umpamanya,
dengan hubungan badan-badan pemerintah kota di Holland, yang mengutus wakil-wakil
mereka ke rapat Staten van Holland (pemerintah
daerah Holland), dengan Staten itu. Menjelang
setiap sidang Heren Zeventien, kamer van menjabat
ketua mengirim agenda rapat ke kamer-kamer
lain. Selanjutnya setiap kamer merumuskan
petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh
wakilnya bila akan terjadi pemungutan suara,
dan menitipkan instruksi tersebut kepada wakil
itu. Jika kemudian dalam sidang Heren Zeventien
ternyata muncul urusan-urusan penting yang
tidak tercantum dalam agenda, para wakil harus
berembug dulu dengan kamernya sendiri.
Oktroi VOC mengandung kompromi dalam
hal lain juga, yaitu dalam hal modal. Karena
oktroi ini memiliki masa berlaku 21 tahun,
VOC bukanlah perusahaan tambal sulam yang
melakukan satu ekspedisi saja, seperti halnya
pra-kompeni. Akan tetapi, dalam menetapkan
peraturan untuk pengumpulan modal, orang tidak
mau atau tidak berani menghadapi konsekuensi
kenyataan itu.
Sudah sebelum terbentuknya VOC prakompeni mengumpulkan dana untuk membiayai
perlengkapan kapal-kapal yang hendak berlayar
ke Asia. Kini kapal-kapal itu digabungkan
menjadi satu armada; ‘armada empat belas kapal’
ini merupakan ekspedisi pertama ke Asia yang
dibiayai oleh VOC. Selanjutnya, begitulah yang
tertulis di dalam oktroi, masyarakat akan diberi
kesempatan melakukan penanaman modal yang
baru, tidak hanya untuk satu ekspedisi, tetapi
untuk jangka waktu sepuluh tahun. Selama
masa itu modal tersebut akan dipakai untuk
memperlengkapi beberapa armada. Pada tahun
1612 para pemegang saham atau partisipan dapat
menerima kembali uang yang mereka tanam,
ditambah keuntungan yang telah diraih sampai
saat itu, dan sekali lagi akan diadakan pendaftaran
bagi para penanam modal untuk sepuluh tahun
mendatang. Selain itu, telah ditetapkan pula
bahwa sesegeranya lima persen modal
awal masuk lagi ke kas Kompeni sebagai hasil
penjualan barang-barang yang dibawa oleh
kapal-kapal yang kembali dari Asia ke negeri
Belanda, haruslah dilakukan pembayaran dividen
kepada para pemegang saham.
Ketentuan-ketentuan ini mencegah VOC
membangun modal sendiri. Hal ini tidak
seirama dengan cita-cita mereka yang telah
mengupayakan fusi sejumlah perusahaan kecil
menjadi satu Kompeni besar, yaitu penciptaan
basis yang kukuh-kuat bagi perdagangan dengan
Asia. Maka pengurus VOC tidak berpegang
padanya. Pembayaran dividen kepada para
partisipan baru dilakukan terjadi sesudah waktu
yang lama, dan setelah sepuluh tahun berlalu
tidak terjadi pengembalian modal awal kepada
para penanamnya. Sepanjang berdirinya VOC
jumlah modal yang disediakan pada awalnya tidak
pernah berubah. Pemerintah Belanda, yang telah
menetapkan oktroi tersebut, mendukung kebijakan
pimpinan pusat VOC dalam hal ini.5
Pada tahun 1622/23 oktroi VOC diperpanjang
untuk waktu dua puluh satu tahun lagi. Di
dalamnya keluhan yang telah diajukan oleh para
partisipan dihiraukan; hak mereka mengeluarkan
pendapat diperluas, tetapi oktroi tidak mengalami
perubahan penting. Dalam perpanjangan oktroi
di kemudian hari sering diskusi-diskusi politik
yang rumit. Berbagai kota dan provinsi-provinsi
lain menggunakan kesempatan itu dan sebagai
imbangan persetujuan mereka menuntut hak-hak
istimewa, umpamanya kursi luar biasa dalam
salah satu kamer. Pemerintah Belanda (StatenGeneraal) juga dapat saja pada kesempatan itu,
khususnya pada waktu perang, meminta dukungan
berupa uang atau kapal-kapal. Baru dalam bagian
terakhir abad ke-18 timbullah keraguan akan
keadaan Kompeni, sehingga pada saat oktroi
harus diperpanjang situasi di Asia sendiri dijadikan
pokok pembicaraan. Meski demikian, pada waktu
itu pun tidak dikeluarkan kritik mendasar. Secara
keseluruhan VOC selalu mendapat dukungan
Pemerintah Belanda, yang tetap mempertahankan
pula monopoli Kompeni dengan ketat.
Para Direktur dan para penanam modal
Pada masa sebelum VOC didirikan,
voor-compagnieën dipimpin oleh sebanyak 76
orang direktur. Pada tahun 1602 mereka semua
mendapat tempat dalam pimpinan perusahaan
yang baru itu. Monopoli yang ditetapkan dalam
oktroi VOC, bersama dengan kesinambungan
perusahaan itu – walau untuk sementara lama
masa operasinya dibatasi menjadi 21 tahun
– menyebabkan para direktur memiliki kedudukan
yang berbeda dari posisi yang mereka miliki
sebelumnya. Kini mereka merupakan badan
direksi dalam arti yang sebenarnya, sebuah
managerial group, dengan tujuan tersendiri,
yang berbeda dengan tujuan para partisipan.
Sesungguhnya, mereka sendiri pun telah menanam
modal besar dan selaku penanam modal posisi dan
kepentingan mereka sama dengan para penanam
modal lainnya. Akan tetapi, selaku direksi mereka
tidak dapat tidak mementingkan peningkatan
omzet dan kesinambungan serta pertumbuhan
sehat perusahaan di atas keuntungan jangka
waktu singkat, yang mengasilkan keuntungan
cepat bagi para pemberi modal.6 Dalam hal ini
direksi dilindungi oleh oktroi. Barulah sesudah
sepuluh tahun – sesudah berakhirnya rekening modal (capital account) kesepuluh tahun pertama
– mereka wajib membuka pembukuan dan
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka
berhadapan dengan para partisipan.
Menurut ketentuan oktroi, pendapatan para
direktur berupa persentase omzet yang tertentu,
yaitu satu persen seluruh pengeluaran untuk
perlengkapan (equipages) ditambah satu persen
keuntungan yang diperoleh dari dari penjualan
muatan kapal-kapal yang kembali dari Asia
ke negeri Belanda. Kedudukan selaku direktur
berlaku untuk seumur hidup. Bila diangkat
direktur baru, para partisipan sama sekali tidak
memiliki hak bersuara. Para direktur diharuskan
memiliki saham VOC yang jumlahnya minimal
6.000 gulden (di Kamer Hoorn dan Enkhuizen
3.000 gulden). Jumlah ini bisa dipandang sebagai
uang jaminan. Bila terjadi salah urus atau
penipuan, seorang direktur dapat dituntut untuk
mempertanggungjawabkannya. Akan tetapi, oktroi
mengandung ketentuan bahwa para direktur
tidak bertanggung renteng atas hutang-hutang
perusahaan. Sebaliknya, sebagaimana telah
disinggung di atas, para direktur tidak mematuhi
ketentuan-ketentuan oktroi yang menguntungkan
para partisipan – yaitu pembayaran dividen
dari hasil penjualan muatan kapal yang kembali
dari Asia, dan pencairan modal awal setelah
berlangsung sepuluh tahun. Singkatnya, oktroi
memberi para direktur wewenang mengelola
VOC, tetapi kewajiban-kewajiban mereka tidak
seimbang dengannya, dan kewajiban itu pun tidak
dipatuhi.
Dalam oktroi jumlah para direktur ditetapkan
sebanyak 60 orang: 20 orang di Kamer Amsterdam,
12 orang di Zeeland, dan 7 orang di setiap kamer
kecil. Dikarenakan pada saat pembentukan VOC
di semua kamer, kecuali di Hoorn, jumlah para
direktur lebih besar, untuk sementara waktu jika
terjadi kelowongan tidak akan diangkat seorang
direktur baru. Menurut prosedur pengangkatan
direktur yang telah ditetapkan pada tahun 1602,
Staten (pemerintah) seprovinsi (Holland atau
Zeeland) berwenang memilih seorang direktur
dari antara tiga orang yang dicalonkan oleh para
direktur kamer yang bersangkutan. Ketentuan
ini dicantumkan dalam oktroi atas desakan
pihak Zeeland, tetapi tidak pernah diterapkan di
daerah Holland. Beberapa hari sebelum oktroi
VOC diresmikan, atas usul kota Amsterdam
Staten daerah Holland menerima resolusi yang
menyerahkan pemilihan seorang direktur dari
tiga calon kepada para walikota kota-kota yang
bersangkutan. Alasannya, menurut pemerintah
kota Amsterdam para walikota ini sungguhsungguh mengetahui kualitas para calon.
Desakan pihak Zeeland agar pemilihan direktur
disderahkan kepada Staten seprovinsi mungkin
berdasarkan keinginan mencegah terjadinya
persoalan dalam lingkungan sendiri. Situasi di
Zeeland lebih rumit dibandingkan dengan di
Holland. Di beberapa pra-kompeni yang berbasis
Zeeland penduduk kota Veere dan Vlissingen ikut
memiliki saham, dan pada tahun 1602 kota-kota
ini tidak bersedia untuk begitu saja melepaskan
bagian mereka dalam pelayaran ke Asia. Pada
akhirnya, sesudah perselisihan yang panjang,
kedua kota tersebut berhasil menduduki dua kursi
masing-masing dalam direksi Kamer Zeeland.
Hanya saja, pada tahun 1603 kota Veere sudah
kehilangan satu kursi, yaitu ketika Direktur
Balthasar de Moucheron (seorang pedagang
terkemuka di Zeeland) melepaskan kursinya,
sedangkan pada saat itu jumlah direktur masih
melebihi jumlah yang ditetapkan dalam oktroi
(13 lawan 12). Sesengit apa pun upaya Veere,
bahkan setiap kali terjadi pemilihan direktur,
kota kecil itu tidak berhasil lagi merebut kembali
kursi yang hilang itu. Middelburg bersikeras
untuk mempertahankan sembilan kursi yang telah
mereka dapat dan didukung oleh pemerintah
provinsi Zeeland. Staten Zeeland itu sampai tahun
1646 memegang teguh hak pemilihan yang
mereka punyai; sesudah itu hak itu beralih ke
kota-kota, yang dalam hal kelowongan dalam
direksi boleh mengisi kursi yang menjadi hak
masing-masing.
Akibat prosedur tersebut terbentuk hubungan
erat antara para anggota pemerintahan kota
(regenten) dengan para direktur. Maka perselisihan
antar-partai dan pembentukan kongsi-kongsi dapat
dengan mudah menembus masuk ke dalam direksi
kamer yang bersangkutan. Meskipun demikian,
janganlah hendaknya hubungan tersebut
membawa kita ke kesimpulan bahwa unsur
saudagar dalam direksi lama-lama diganti oleh
regenten. Khususnya di Amsterdam orang menjaga
agar dalam direksi tetap terdapat orang-orang
yang mengetahui seluk-beluk perdagangan. Salah
satu dampak langsung prosedur pengangkatan
direktur ialah berlimpahnya informasi mengenai
pengangkatan direktur-direktur dalam arsip-arsip
kota.
Di samping jumlah 60 direktur yang tercantum
dalam oktroi tahun 1602, lama-kelamaan
masuklah direktur-direktur dari luar kota-kota
yang menjadi tempat kedudukan kamer
masing-masing. Jabatan direktur ‘luar biasa’ atau
‘istimewa’ ini muncul akibat tuntutan-tuntutan
yang diajukan oleh sejumlah provinsi setelah
Staten-Generaal memberikan subsidi yang amat
besar kepada VOC (1606). Berdasarkan keinginan
mereka agar dapat mengawasi pemakaian dana
tersebut, maka pada tahun 1613 dan 1614
provinsi-provinsi Gelderland, Utrecht, dan
Friesland serta kota Dordrecht (sebagai kota
pertama provinsi Holland, yang biasa mengetuai
sidang Staten daerah itu) masing-masing mendapat
hak mengangkat satu orang direktur. Tentang
Dordrecht dapat dicatat bahwa pada tahun 1602
kota itu sudah berdaya upaya untuk memperoleh
pengaruh dalam kepengurusan VOC dengan cara
mengusahakan penanaman modal oleh sejumlah
besar penduduknya. Ternyata dua belas tahun
kemudian ikhtiar itu terwujud. Dalam tahun
1647, pada saat perpanjangan kedua oktroi VOC,
Overijssel dan Groningen mendapatkan kursi
dalam dewan direktur.
Kericuhan-kericuhan yang terjadi menjelang
perpanjangan kedua oktroi VOC (1647) memberi
beberapa kota di provinsi Holland peluang
memperoleh kursi direktur. Sebenarnya pada
tahun 1636 sudah timbul perselisihan antara
Dordrecht, Amsterdam, dan Haarlem. Alasannya,
kedudukan direktur luar biasa yang dimiliki kota
tersebut pertama itu secara tidak resmi berubah
menjadi kursi biasa, karena wakil kota Dordrecht,
Elias Trip, selama masa jabatannya berpindah
ke Amsterdam dan kemudian terhitung para
direktur biasa dari kota besar itu. Setelah Trip
meninggal dunia, Dordrecht ingin agar situasi
ini dipertahankan. Keinginan ini ditentang oleh
kota Haarlem, yang mengemukakan bahwa
berdasarkan sistem kepangkatan kota-kota dalam
pemerintahan Holland (Staten) giliran jatuh ke
kota mereka. Maka Haarlem menuntut agar
kursi direktur yang sebelumnya dipegang oleh
kota Dordrecht kini beralih kepada mereka.
Perdebatan tentang perpanjangan oktroi yang
mulai tidak lama sesudah itu menyadarkan
pimpinan Kompeni tentang perlunya melakukan
konsesi kepada kota-kota sebagai imbalan
dukungan mereka dalam perundingan mengenai
perpanjangan itu. Haarlem dan Leiden mendapat
hadiah yang paling besar, sebab kedua kota itu
meraih sebuah kursi direktur biasa dalam Kamer
Amsterdam (yang baru dapat mereka duduki
secara nyata pada tahun 1648). Di samping kursi
direktur luar biasa dalam Kamer Amsterdam,
Dordrecht mendapat posisi serupa dalam satu
dari kedua kamer di bagian selatan daerah Holland
(Zuiderkwartier), yaitu Delft atau Rotterdam,
kemudian hanya di Kamer Rotterdam. Kota
Alkmaar boleh mengangkat satu orang direktur,
yang berkedudukan secara bergantian di Hoorn
dan Enkhuizen. Kota Gouda datang belakangan,
tetapi pada tahun 1665 akhirnya berhasil
meraih kursi direktur di Kamer Amsterdam.
Jauh sesudahnya, pada tahun 1696, Ridderschap
van Holland (para bangsawan provinsi Holland)
memperoleh dua kursi direktur dalam kamer-kamer
provinsi Holland yang kecil. Kedua kursi ini
dihitung di atas jumlah enam puluh biasa yang
sudah ada.
Jadi, menurut tata cara yang sudah lama
berlaku di pemerintahan Republik Belanda,
struktur kepengurusan VOC telah menjadi amat
rumit. Lagi pula, kamer-kamer yang kecil tidak
mematuhi aturan-aturan resmi. Di kamer-kamer
Noorderkwartier (daerah Holland Utara), yaitu Kamer
Hoorn dan Kamer Enkhuizen, direktur luar luasa
dari Alkmaar dianggap sebagai ordinaris (direktur
biasa). Direktur tersebut selalu menduduki tempat
di kamer yang kebetulan satu kursi tidak terisi.
Maka sekali-sekali di antara para direktur Kamer
Hoorn atau Kamer Enkhuizen hanya enam orang
saja yang berasal dari kota itu sendiri. Aturan
serupa berlaku sejak tahun 1696 berkenaan
dengan direktur wakil Ridderschap dalam Kamarkamar Holland Selatan (Zuiderkwartier).7
Dalam abad ke-17 tidak hanya jumlah direktur,
tetapi juga imbalan yang mereka terima dan
prosedur pemilihan mereka serta peranan para
partisipan mengalami perubahan. Di antara para
partisipan tumbuh rasa ketidakpuasan mengenai
tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban yang telah
ditetapkan pada tahun 1602 berkaitan dengan
pembayaran dividen dan pembayaran kembali
modal awal serta tentang minimnya keterbukaan
para direktur dalam hal-hal yang menyangkut
keuangan VOC. Di samping itu, timbul dugaan
bahwa para direktur sedang mengisi kantong
mereka sendiri dari dana Kompeni. Selama
masa berlakunya oktroi periode pertama,
semua isu tersebut mencetuskan pertemgkaran
hebat. Pada waktu perpanjangan oktroi, StatenGeneraal dalam beberapa hal kecil berusaha
memperhatikan keluhan-keluhan tersebut.
Pertama, mereka mengubah sistem imbalan
yang dinikmati para direktur. Untuk seterusnya
mereka akan menerima komisi sebesar satu persen
pengeluaran untuk perlengkapan kapal dan hasil
bersih (bukan lagi hasil kotor) penjualan barang.
Hal ini menghasilkan pengurangan honorarium.
Pada tahun 1647 seluruh peraturan di atas
dihapuskan dan diganti pemberian honor tetap
sebesar 3.100 gulden setahun bagi para direktur
Kamer Amsterdam, 2.600 gulden bagi para direktur
di Zeeland, dan 1.200 gulden bagi direktur-direktur
kamer di kota-kota kecil. Selanjutnya pada tahun
1623 masa jabatan seorang direktur dibatasi
menjadi tiga tahun. Akan tetapi, peraturan
terakhir ini tidak dipatuhi; sesudahnya pun para
direktur biasanya memegang kedudukan mereka
sampai ajalnya.
Pada tahun 1623 diambil juga tindakan lain.
Melalui jalan yang rumit dan berliku-liku, para
partisipan sekadar diberi kuasa dan kesempatan melakukan pengawasan. Hal ini terlaksana dengan
jalan mengadakan tiga komisi yang terdiri atas
hoofdparticipanten, artinya penanam modal yang
memenuhi syarat yang berlaku juga bagi para
direktur, yaitu menanam modal yang minimal
6.000 gulden di Kamer Amsterdam dan Zeeland,
atau 3.000 gulden di kamer lainnya.8
Komisi pertama, yaitu para rekeningopnemers
atau akuntan, bertugas untuk bersama para
direktur memeriksa gererale rekeninge (account
umum), yang untuk pertama kalinya harus
didipresentasikan pada saat oktroi habis berlaku
(1622). Mulai tahun 1647 pertanggungjawaban
keuangan seperti ini berlangsung empat tahun
sekali, di hadapan baik para rekeningopnemers
maupun sebuah komisi yang terdiri atas anggotaanggota Staten-Generaal.
Komisi yang kedua dari lingkungan
hoofdparticipanten menjalankan fungsinya dalam
kamer masnig-masing. Mereka diminta berkumpul
setiap kali terjadi lowongan dalam jajaran para
direktur. Dengan jalan menempelkan kertas-kertas
pemberitahuan dipanggillah sejumlah partisipan
utama yang sama besar dengan jumlah direktur
yang masih berfungsi. Selanjutnya, para direktur
dan partisipan utama secara bersama merupakan
badan pemilih, yang boleh mengajukan tiga calon.
Dalam kenyataan setiap kamer mengikuti peraturan
sendiri. Di Zeeland jumlah hoofdparticipanten
yang berkumpul dua kali lipat jumlah direktur.
Sebaliknya, di Amsterdam minat hoofdparticipanten
pada sidang ini sangat kecil; biasanya hanya
beberapa dari mereka yang hadir.
Yang ketiga, dari pengurus-pengurus kamer
masing-masing ditunjuk sembilan hoofdparticipanten,
yang menghadiri sidang-sidang dan beberapa
komisi Heren Zeventien serta boleh memberi suara
penasihat di dalamhya. Empat dari mereka
berasal dari Amsterdam, dua dari Zeeland, dan
tiga dari kamer-kamer lainnya. Maka secara bergilir
salah satu dari keempat kamer kecil tersebut tidak
diwakili dalam dewan Heren Zeventien oleh seorang
hoofdparticipant. Prosedur pemilihan mereka kurang
lebih sama dengan yang berlaku dalam pemilihan
seorang direktur: Para partisipan menyusun
daftar calon yang menandung nama tiga orang,
kemudian para walikota setempat memilih salah
seorang diantara ketiga calon tersebut. Sesudah
pemilihannya, partisipan itu mengangkat sumpah
di hadapan walikota (sama seperti para direktur).
Maka mereka dinamakan Beëdigde hoofdparticipanten
(partisipan utama yang tersumpah).
Dalam tahun1749 prosedur direktur dan
hoofdparticipant sekali lagi mengalami perubahan.
Atas usul 60 orang hoofdparticipant VOC,
stadhouder Willem IV diangkat menjadi Direktur
Utama. Kepada stadhouder itu dilimpahkan hak
memilih direktur-direktur dan partisipan utama
tersumpah yang baru dari antara tiga calon
yang telah diajukan. Di luar itu, Willem IV dan
penggantinya, Willem V, tidak mencampuri soal
direksi secara langsung; dalam dewan direksi kamer
masing-masing dan dalam sidang Heren Zeventien
mereka diwakili oleh seorang representant (wakil).9
Perubahan terakhir berlangsung pada tahun
1786. Ketika itu, VOC membutuhkan suntikan
dana dari pihak pemerintah. Maka atas usul
pemerintah (Staten) provinsi Holland jumlah
anggota Kamer Amsterdam ditingkatkan dengan
enam orang. Perluasan ini didahului oleh
perselisihan politik yang sengit. Mula-mula Staten
daerah Holland ingin supaya di Zeeland pun
diangkatlah beberapa orang direktur lagi. Pada
saat itu pemerintah dikuasai oleh fraksi patriotten,
yang mengikhtiarkan reformasi tata negara, dan
direktur-direktur yang mereka angkat tentu akan
mendukung usaha membawa pembaharuan.
Dari mereka diharapkan agar mereka secara
khusus mencurahkan perhatian pada kegiatan
VOC di seberang laut. Akan tetapi, pemerintah
daerah Zeeland menentang rencana itu, sehingga
penambahan jumlah direktur tetap terbatas pada
Kamer Amsterdam. Dalam kamer itu, para direktur
yang baru diangkat ini membentuk departement tot
de Indische zaken (Departemen Urusan Hindia), juga
dikenal sebagai Vijfde Departement (Departemen
yang kelima). De daerah Holland kaum patriot,
yang anti-Oranye, sedang naik daun, maka
mula-mula pengangkatan direktur-direktur baru
itu tidak dilakukan oleh stadhouder, tetapi oleh
pemerintah se-Belanda (Staten-Generaal), setelah
pemerintah daerah Holland mengajukan caloncalon. Pada tahun 1788 situasi politik berubah lagi
dan stadhouder memperoleh kembali kedudukannya
yang lama. Maka terpulihkan pulalah hak
beliau dalam pelaksanaan pemilihan tersebut di
atas. Pada tahun 1790 akhirnya Kamer Zeeland
menyatakan setuju atas pembentukan badan
kepengurusan tersebut, yang kemudian dinamakan
Preparatoir Besogne (Komisi Persiapan)10
Masuknya tentara Perancis (Januari 1795) dan
didirikannya Bataafse Republiek mengakhiri masa
direksi lama. Menurut dekret yang dikeluarkan
oleh pemerintah Belanda (Staten-Generaal) pada
tanggal 24 December 1795, para direktur
dibebastugaskan dari fungsi mereka pada tanggal
1 Maret 1796. Pengurusan VOC diserahkan
kepada Comité tot de zaken van de Oost-Indische handel
en bezittingen (Komite untuk Urusan Perdagangan
dan Jajahan di Hindia Timur).Pimpinan pusat; tugas-tugas dan cara
kerja Heren Zeventien
Tidak lama sesudah tahun 1602 tata cara Heren
Zeventien mulai mengikuti pola yang tetap.
Selama abad ke-17 badan tersebut hanya
bersidang tiga kali setahun selama satu atau
beberapa minggu. Kadang-kadang hanya terjadi
dua kali persidangan dalam setahun; sejak 1751
ini menjadi kebiasaan. Dalam waktu selang
berlangsung rapat-rapat komisi-komisi dari
para direktur, yang mempersiapkan keputusankeputusan Heren Zeventien atau mengadakan
pengawasan terhadap pengelolaan urusan VOC
oleh kamer masing-masing. Sama seperti Heren
Zeventien sendiri, komisi-komisi ini, yang tidak
tercantum di dalam oktroi dan secara berangsur
terbentuk dalam paruhan pertama abad ke-17,
beranggotakan utusan-utusan dari dewan direktur
kamer masing-masing.11
Di bawah ini kami menyebutkan komisi-komisi
yang aktif:
1. Komisi untuk menyusun neraca tahunan.
2. Komisi untuk menghadiri dan mengawasi
berjalannya perlelangan kamer masing-masing.
3. Komisi untuk mengawasi pembukuan kamer
masing-masing.
4. Komisi yang bertugas membaca suratmenyurat dan dokumen-dokumen yang masuk
dari Asia, kemudian menyusun rancangan
surat untuk pimpinan VOC di Asia. Komisi
ini beranggotakan empat direktur dari
Amsterdam, dua dari Zeeland, dan satu dari
kamer kecil masing-masing. Mereka berkumpul
di Den Haag dan dinamakan Haags Besogne.
5. Dalam masa perang kapal-kapal VOC
diharuskan untuk berlayar melewati jalur
rahasia dan memakai sinyal-sinyal rahasia.
Kesemuanya ini disusun oleh secrete commissie
(komisi rahasia).
Waktu Heren Zeventien bersidang dan topik-topik
yang hendak dibahas dalam sidang itu sebagian
besarnya tergantung pada musim perdagangan
dan pelayaran kapal-kapal. ‘Sidang musim
gugur’ dapat dipandang sebagai sidang pertama
dalam kisaran tahunan itu. Sidang ini diadakan
sekitar akhir Agustus setelah kembalinya armada
kapal dari Asia. Di dalamnya dibahas soal-soal
berikutnya:
– Tanggal-tanggal pelelangan yang
diselenggarakan oleh keenam kamer, jumlah
barang yang hendak ditawarkan, dan
syarat-syarat yang berlaku dalam
penjualannya. Hal terakhir ini terpaksa
diselesaikan secepatnya, pada awal
persidangan, karena poster-poster
pemberitahuan lelang harus dikirim tepat
waktu ke kota-kota besar pusat perdagangan di
Eropa. Pelelangan sendiri pun sebaiknya tidak
diadakan ketika sebagian besar musim gugur
sudah berlalu, supaya kedatangan musim
dingin tidak mencegah para saudagar tidak
dapat lagi mengirim
barang-barang yang mereka beli kepada
pembelinya di dalam dan di luar negeri.
Berkali-kali terjadi bahwa sidang musim
gugur mengadakan reses selama beberapa
waktu, dengan maksud memberi kesempatan
mengadakan lelang-lelang dan supaya
para anggota komisi perlelangan dapat
melaksanakan tugas mereka. Dalam hal itu
tahap kedua sidang musim gugur berlangsung
menjelang akhir tahun; terkadang rapat Heren
Zeventien malah berlangsung terus hingga Natal
atau Tahun Baru.
– Jumlah kapal dan tenaga yang harus dikirim
ke Asia. Hal ini berkenaan dengan kapal-kapal
yang sudah sejak bulan September – jadi,
selagi persidangan masih sedang berlangsung –
sampai dengan musim panas tahun berikutnya
harus berlayar meninggalkan patria (tanah
air). Dikarenakan kamer-kamer tentunya sudah
harus memperlengkapi kapal-kapal pertama
armada ini jauh sebelum bulan September
tiba, sebenarnya sebelumnya sudah diambil
keputusan sementara tentang hal ini. Pada
musim gugur ditetapkan daftar definitif
kapal-kapal yang akan berlayar.
– Seberapa banyak barang-barang yang
hendak dikirim ke Asia. Keputusan ini
merupakan tanggapan atas eis der behoeften
(pesan kebutuhan-kebutuhan) yang telah
diterima dari Pemerintah Tinggi di Batavia.
– Seberapa banyak emas dan perak yang
hendak dikirim ke Asia, apakah dalam bentuk
uang logam atau batangan, dan seberapa
banyak jumlah uang logam tembaga. Ini
merupakan tanggapan eis der contanten (pesan
uang tunai) yang telah diterima dari Batavia.
Keputusan mengenai uang logam mulia dan
tembaga itu bersifat sementara; pada musim
semi dipertimbangkan lagi apakah perlu
menyediakan persediaan tambahan.
– Penyusunan eis van retouren, yaitu daftar
barang-barang yang oleh para direktur mau
diterima dengan armada kapal pertama
yang masuk kembali dari Asia ke tanah
air. Biasanya orang menyusun lebih dulu
daftar sementara; eis definitif baru disusun
seusai perlelangan. Selain angka-angka hasil
penjualan dari pelelangan sendiri, para
direktur memperhitungkan hasil pelelangan
di London. Jika sidang musim gugur terpaksa
dihentikan untuk sementara waktu karena
haris diadakan pelelangan, keputusan akhir
dapat diambil dalam tahap kedua sidang
musim gugur itu. Tetapi, kadang kala
tugas menyusun daftar definitif diserahkan
kepada para direktur yang menghadiri
lelang bersama dengan direktur-direktur dari
Kamer Amsterdam. Sesekali hasil penjualan
rempah-rempah yang dilakukan di musim
semi menuntun untuk mencantumkan lagi
tambahan-tambahan dalam daftar akhir ini.
– Susunan Pemerintah Tinggi atau Raad
van Indië di Batavia dan kenaikan pangkat
pejabat tinggi di kantor-kantor di seberang
lautan. Hanya Heren Zeventien yang berhak
mengangkat seseorang menjadi anggota Raad
van Indië atau direktur salah satu kantor VO.C
Acap kali keputusan-keputusan di bidang ini
sekadar pengukuhan pengangkatan yang telah
terjadi sebelumnya di Asia. Selanjutnya, butir
agenda rapat ini memberi kesempatan kepada
para direktur kamer masing-masing untuk
mengajukan kenaikan pangkat salah seorang
kesayangan.
– Dalam semua persidangan Heren Zeventien,
termasuk yang di musim gugur, orang
memasukkan pula laporan mengenai situasi
keuangan di kamer masing-masing: jumlah
uang kas, saldo di bank wesel, beban hutang,
dan tagihan-tagihan. Selain itu, dalam musim
gugur (terkadang dalam musim semi) diperiksa
pula persediaan meriam.
– Pada beberapa saat selama sidang musim
gugur ini dibacakanlah bagian-bagian generale
missive yang telah dikirim oleh gubernur
jenderal dan Raad van Indië. Surat kiriman
itu berisikan tinjauan situasi VOC di Asia di
bidang perdagangan, keuangan, dan politik.
Urusan-urusan mendesak atau yang menurut
penilaian Heren Zeventien dapat saja diselesaikan
dengan segera, dirangkum dalam sebuah surat
ke Batavia. Urusan-urusan lainnya bersama
dengan sisa berkas-berkas tebal dari Asia
dirujuk ke Haags Besogne.
Persidangan pertama Heren Zeventien sesudah
sidang musim gugur diselenggarakan pada awal
musim semi, sering sudah dalam bulan Februari,
jika tidak dalam bulan Maret. Dalam rapat ini
diambil keputusan-keputusan tentang perlelangan
musim semi (di sana VOC biasanya menawarkan
rempah-rempah semata). Selain itu, perkumpulan
itu memberi para direktur peluang untuk
mengawasi berjalannya pekerjaan memperlengkapi
kapal-kapal. Pada saat itu juga ditentukan pula
jumlah definitif uang tunai yang hendak dikirim.
Selain itu, di musim semi dilakukan liquidasi en
egalisatie van de retouren en van de timmeringhe van
schepen (penyelesaian dan pengimbangan
barang-barang yang masuk dari Asia dan
pembangunan kapal-kapal). Artinya, berdasarkan
data-data yang masuk dari kamer masing-masing,
para direktur meninjau seberapa jauh orang
berpegang pada kunci pembagian yang telah
ditetapkan dalam oktroi. Berkenaan dengan
barang-barang yang masuk dari Asia, hal ini
dapat membawa akibat bahwa salah satu kamer
wajib memasok produk tertentu kepada kamer
yang lain, atau dilakukan pembayaran untuk
mencapai perbandingan yang seimbang. Dalam
hal pembangunan kapal-kapal cara-cara ini
tidak mungkin diterapkan. Akan tetapi, dalam
penetapan program pembangunan kapal baru,
beberapa bulan sesudahnya, orang memperhatikan
hasil perbandingan dan ketidakseimbangan yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan
kapal-kapal hingga saat itu.
Menonjollah bahwa sering keputusan mengenai
pembayaran dividen sudah diambil dalam rapat
musim semi, sebelum berlangsung pelelangan
rempah-rempah dalam bulan Maret, dan sebelum
akhir tahun buku, yang biasanya ditutup pada
pertengahan bulan Mei atau pada akhir bulan itu.
Maka pembayaran dividen dimasukkan ke dalam
pembukuan tahun buku yang tengah berjalan.
Sesungguhnya, pada tahun 1669 atas usul Kamer
Amsterdam telah diputuskan bahwa besarnya
dividen baru akan ditetapkan setelah buku-buku
ditutup dan neraca keuangan disusun. Akan tetapi,
sekitar tahun 1684 praktek lama tersebut sudah
diberlakukan kembali.
Yang terakhir, pada rapat musim semu
orang menentukan tanggal Haags Besogne akan
berkumpul. Para direktur yang diwakilkan ke
rapat ini terpaksa menerima kenyataan bahwa
mereka akan menghabiskan waktu cukup lama di
Den Haag. Sekali-sekali Haags Besogne bersidang
selama tiga bulan. Soalnya, bersama kapal-kapal
yang datang dari Asia masuk tidak hanya generale
missive gubernur jenderal dan Raad van Indië kepada
Heren Zeventien, tetapi juga salinan surat-menyurat
antara Batavia dan kantor-kantor VOC lainnya
di Asia. Berkas-berkas korespondensi ini disusun
menurut kantor dan dibaca serta dijawab oleh
Haags Besogne bersama dengan bagian-bagian
terkait dari generale missive dan dari surat-surat yang
telah ditulis sebelumnya atas nama Heren Zeventien.
Laporan Haags Besogne, yaitu ‘Haags Verbaal’,
pada dasarnya merupakan daftar surat-surat yang
telah dibaca disertai rujukan ke konsep-missive,
yang biasanya dilampirkan pada Verbaal itu.
Sekali-sekali disisipkan catatan-catatan singkat,
terkadang juga diberikan penjelasan panjang lebar,
umpamanya bilamana para direktur di Den Haagtelah mendengar penjelasan-penjelasan lisan dari
seorang pegawai VOC yang baru saja kembali
dari Asia.
Haags Besogne meninjau juga navale magt, yaitu
ikhtisar armada kapal VOC yang berada di Asia.
Oleh sebab itu, lembaga inilah yang paling tepat
untuk menginventarisasikan semua kapal milik
VOC dan berdasarkan informasi ini memberi
nasihat berkenaan dengan pembangunan
kapal-kapal baru. Dalam abad ke-18 para direktur
yang berkumpul di Den Haag memasukkan lebih
banyak lagi informasi ke dalam Verbaal, misalnya
tentang penjualan barang-barang yang berasal
dari Eropa di Asia. Di samping itu, Haags Besogne
juga dibebani tugas membahas pelbagai urusan
yang tidak diselesaikan atau tidak mau diselesaikan
oleh Heren Zeventien dalam rapat mereka. Secara
berkala para direktur di Den Haag itu diminta
juga untuk mempercepat atau mengakhiri prosesproses pengadilan yang oleh VOC diajukan ke
Hof van Holland (Pengadilan Provinsi Holland).
Terakhir, para Direktur yang berkumpul di
Den Haag memanfaatkan kesempatan itu
untuk membicarakan pelengkapan kapal-kapal
yang sedang berjalan. Jika para direktur Kamer
Amsterdam belum melakukannya dalam sidang
musim semi, biasanya mereka mengajukan usul
ke Haags Besogne agar sejumlah uang logam
mulia dikirim dengan kapal-kapal yang sedang
diperlengkapkan, sebagai kiriman muka sebelum
masuk eis der contanten dari Batavia. Dengan
perkecualian topik yang disebut terakhir ini, Haags
Besogne tidak mengambil keputusan-keputusan.
Segala persoalan yang dibahas daam sidangnya
selanjutnya diajukan kepada sidang berikutnya
Heren Zeventien untuk dipertimbangkan.
Kemudian, dalam bulan Juni, berkumpullah
komisi yang bertugas memeriksa buku-buku
dan membuat neraca tahunan. Tidak hanya
direktur yang duduk dalam komisi ini (dua dari
Amsterdam, satu dari Zeeland, dan tiga dari
kamer-kamer lainnya; satu kamer tidak diwakili dalam
komisi ini), tetapi juga para pemegang buku dari
keenam kamer tersebut menuju Oost-Indisch Huis
(Wisma Hindia Timur) yang merupakan kantor
Kamer Amsterdam. Di sini secara bergilir para
pemegang buku memberikan laporan mereka
mengenai pembukuan dan situasi keuangan tiap
kamer kepada Komisi ini. Pada akhirnya komisi
menyusun neraca umum VOC di tanah air
berdasarkan keenam neraca sekamer. Dokumendokumen yang dikumpulkan oleh komisi tersebut
mencakup antara lain daftar-daftar barangbarang yang terjual pada setiap kamer, persediaan,
hutang-piutang, uang simpanan di kas dan
saldo di bank wesel. Empat tahun sekali, yaitu
waktu menurut ketentuan oktroi VOC wajib
melakukan pertanggungjawaban keuangan di
hadapan wakil-wakil pemerintah Belanda dan para
hoofdparticipanten, setiap penutupan tahun buku,
pembukuan diperiksa sekali lagi kamer demi kamer.
Komisi yang berbasis Amsterdam ini tidak
mungkin melakukan pengawasan ketat atas
pembukuan kamer. Karenanya dari waktu ke waktu
dibentuk sebuah komisi yang bertugas melakukan
pemeriksaan dan pengawasan langsung di tempat.
Tindakan ini dicetuskan oleh kecurangan besar
yang terjadi pada Kamer Hoorn pada tahun
1670. Pemeriksaan jenis ini tidak terjadi menurut
jadwal yang pasti. Kadang kala seusai sidang
Heren Zeventien di Zeeland, beberapa direktur tetap
tinggal di Zeeland untuk melakukan tugas ini.
Sembari melakukan perjalanan kembali menuju
Amsterdam dilakukan pula pemeriksaan atas
Kamer Delft dan Kamer Rotterdam, sedangkan
dalam bulan-bulan berikutnya orang melakukan
kunjungan ke Amsterdam, Hoorn dan Enkhuizen.
Sidang ketiga Heren Zeventien berlangsung di
musim panas, biasanya pada bulan Juli atau
Agustus. Rapat ini membahas konsep surat
jawaban yang telah disusun oleh Haags Besogne.
Setelah konsepnya disetujui dan setelah dilakukan
perubahan-perubahan seperlunya atasnya,
surat jawaban tersebut dapat dikirim ke Batavia
dengan kapal-kapal pertama armada baru, yang
menuju Batavia pada bulan September. Dalam
sidang musim panas ini diambil pula keputusankeputusan sementara berkenaan dengan kapalkapal, tenaga, dan barang-barang muatan yang
hendak dikirim dalam musim berikutnya. Selain
itu, diputuskan pula seberapa banyak logam
mulia yang hendak dikirim dengan kapal-kapal
yang akan berlayar pada bulan September. Jadi,
keputusan ini pun pada dasarnya mendahului
permintaan (eis) yang baru akan diterima pada
akhir bulan Agustus dan keputusan definitif
yang baru akan dikeluarkan beberapa bulan
sesudahnya. Dalam abad ke-18 disusun eis van
retouren (permintaan barang yang harus dikirim
kembali ke Belanda) yang bersifat sementara,
dengan maksud agar pihak Batavia dapat sesegera
mungkin memulai pengumpulan barang-barang
yang harus dikirim ke tanah air. Maka keputusankeputusan yang diambil oleh Heren Zeventien pada
musim gugur karenanya lama-kelamaan bersifat
tambahan saja.
Sesekali, disebabkan kejadian istimewa, tidak
mungkin lagi mengumpulkan semua wakil kamer
untuk sidang paripurna Heren Zeventien. Dalam hal
itu dianggap cukup kalau berkumpul halve Zeventien
(separuh XVII) saja. Umpamanya, sesudah
pecahnya perang dengan Inggris dan Perancis
pada bulan Juli tahun 1672 diadakan sidang
tambahan halve Zeventien di Den Haag hanya untuk
satu hari saja, ‘agar tidak terjadi kehebohan atau
halnya menarik perhatian orang’. Juga buruknya
cuaca bisa menghalangi pengadaan sidang, seperti
pada tahun 1681, ketika cuaca yang luar biasa
dingin mencegah direktur-direktur dari daerah
Holland menuju Zeeland. Untuk mengatur soal
lelang musim semi, orang terpaksa mengadakan
rapat halve Zeventien di Den Haag. Akan tetapi,
pertemuan-pertemuan semacam ini menyinggung
perasaan banyak orang. Para direktur dari
Zeeland khawatir kalau-kalau kamer yang lain
akan dengan senang hati menggunakan keadaan
darurat untuk dalam periode Zeeland menjabat
ketua memindahkan tempat persidangan ke Den
Haag. Padahal, Amsterdam keberatan terhadap
diadakannya halve Zeventien dikarenakan kumpulan
itu terdiri atas empat direktur dari Amsterdam,
dua dari Zeeland, dan empat (kadang-kadang
juga hanya dua) wakil dari kamer-kamer kecil,
sehingga Amsterdam relatif kurang terwakili. Lagi
pula, karena jumlah hadirin genap, pemberian
suara dapat saja menemukan jalan buntu. Maka
Amsterdam menghendaki agar suara diberikan per
kamer, dengan delapan suara bagi keempat direktur
dari Amsterdam dan empat bagi kedua wakil dari
Zeeland (atau lima bila Kamer Zeeland menjabat
sebagai ketua.
Dalam abad ke-18, pertumbuhan perusahaan,
seiring dengan meningkatnya beban pekerjaan
Heren Zeventien, menyebabkan para direktur
semakin tedesak waktu. Jadwal rapat semakin
terganggu, terutama disebabkan berlarutnya
perundingan di Den Haag. Kadang kala rapat
musim panas baru dapat dimulai menjelang akhir
bulan Agustus – padahal, pada saat itu kapalkapal dari Asia sudah mulai masuk. Pada waktu
itu para direktur harus mengerjakan banyak tugas
di kamer mereka sendiri, dan terpaksa menaruh
perhatian juga pada penyiapan sidang Heren
Zeventien di musim gugur. Oleh karena itu, pada
tahun 1751 diputuskan untuk membatalkan sidang
musim panas. Provisionele besluiten (keputusankeputusan sementara) tentang pelengkapan
kapal-kapal dan semacamnya, yang besar sekali
jumlahnya, diserahkan kepada Haags Besogne,
sedangkan konsep missive Haags Besogne dibahas
langsung sesudah acara pembukaan sidang musim
gugur, dengan maksud agar keterlambatan dalam
pengirimannya seminimal mungkin.
Tidak lama sesudah pertengahan abad ke-18
diterapkan perubahan lain lagi dalam organisasi
generaal bestuur (pimpinan umum). Pada tahun 1755
diputuskan untuk mengubah pola perdagangan
dan pelayaran kapal ke Cina. Untuk seterusnya,
kapal-kapal dari tanah air akan langsung menuju
Kanton. Tindakan ini mengurangi peran Batavia
sebagai pengurus arus lalu-lintas pelayaran di
Asia. Di atas itu, perdagangan dan arus lalulintas pelayaran menuju Cina dibuat tanggungan
sebuah komisi tersendiri. China commissie ini, yang
beranggotakan direktur-direktur dari semua kamer,
menentukan pelengkapan kapal-kapal yang hendak
menuju Kanton, dan menetapkan seberapa
banyak teh, porselen, dan barang-barang lain
yang harus dibeli, serta melakukan surat-menyurat
dengan para pegawai VOC di Cina. Dalam rapatrapat Heren Zeventien hubungan dagang dengan
Cina ini hanya dibahas dengan sepintas. Akan
tetapi, pola organisasi ini, yang mempercayakan
urusan perdagangan dan pelayaran kapal ke satu
wilayah kepada satu badan khusus, tidak pernah
diikuti berkaitan dengan wilayah lain, sehingga
tetap merupakan unikum dalam lingkungan
Kompeni.12
Secara keseluruhan, generaal bestuur VOC
memiliki struktur yang lemah. Sidang Heren
Zeventien tidak berkumpul secara tetap. Susunan
sidangnya berubah terus, dan Heren Zeventien
tidak memiliki staf administratif sendiri. Namun,
pelbagai penyesuaian yang berkembang dalam
praktek badan pengurus itu cukup ampuh.
Keputusan-keputusan Heren Zeventien memiliki
kekuatan mengikat pengurus semua kamer.
Disebabkan setiap kamer memiliki terwakili dalam
sidang Heren Zeventien, para direktur kamer benarbenar melaksanakan keputusan-keputusan yang
telah diambil dalam sidang tersebut. Dalam
penunjukan utusan ke sidang Heren Zeventien Kamer
Amsterdam dan Kamer Zeeland, agaknya juga
kamer lainnya, berpegang pada aturan-aturan
tertentu, yang tak tertulis. Di Amsterdam, direktur
yang merangkap walikota, dan mantan walikota
didahulukan; selanjutnya orang memperhatikan
tingkat kesenioritasan. Di Zeeland berlaku aturan
serupa. Akan tetapi, acap kali para direktur tidak
mau mempergunakan hak mereka untuk mewakili
kamer mereka dalam sidang Heren Zeventien.
Khususnya bila badan itu bersidang di Zeeland,
cukup sulit bagi wakil dari Amsterdam untuk
mengisi penuh delegasi mereka yang terdiri atas
delapan anggota. Boleh diduga bahwa banyak
direktur yang selama masa jabatan mereka
satu kali atau lebih menghadiri sidang Heren
Zeventien; yang pasti, sejumlah direktur menghadiri
sidang itu dengan teratur. Maka sebanyakbanyaknya pergantian anggota, namun terbentuk
kesinambungan.13
Pengaruh Kamer Amsterdam atas pimpinan
pusat sungguh besar. Persiapan sidang-sidang
Heren Zeventien selalu mereka tangani dengan
sungguh-sungguh dan mereka mengikuti
jalannya sidang dengan penuh perhatian. Dalam
pembicaraan agenda persidangan Heren Zeventien,
para direktur Amsterdam sudah menyusun
usul-usul terinci berkenaan dengan masalahmasalah penting, seperti pelengkapan kapalkapal atau pesan barang-barang dari Asia, yang
kemudian dititipkan kepada anggota perwakilan
Amsterdam dalam sidang Heren Zeventien. Jika
selama jalannya persidangan direktur-direktur
dari kamer lain melontarkan kritik terhadap
pandangan-pandangan Amsterdam, delegasi
Amsterdam berembuk dengan rekan-rekan mereka
di Amsterdam. Tentu saja sulit untuk menempuh
siasat ini bila rapat bersidang di Middelburg
(Zeeland); dalam hal ini mereka terpaksa meminta
pendapat sejabatnya di Amsterdam secara tulisan.
Terakhir, kesinambungan dalam kepemimpinan
ditingkatkan juga oleh kegiatan para pengacara
VOC. Mereka ini – ada pengacara pertama
dan pengacara yang kedua – bertindak sebagai
sekretaris direksi, sehingga ia adalah satu-satunya
pejabat tinggi tetap yang memiliki fungsi dalam
generaal bestuur (badan pengurus umum). Pengacara
mendampingi kamer yang menjadi ketua sidang
dalam menyusun agenda sidang Heren Zeventien dan
ia menghadiri baik sidang-sidang Heren Zeventien
maupun pertemuan-pertemuan komisi-komisi
badan tersebut. Di samping itu, ia juga bertugas
di Kamer Amsterdam. Pengacara Kompeni yang
paling terkenal ialah Pieter van Dam, yang
memegang jabatan itu selama lima puluh tahun
lebih (1652-1706). Sekitar tahun 1700 ia menulis
karya penting, yaitu Beschryvinge van de Oostindische
Compagnie (Deskripsi VOC).
Kepengurusan dan pengelolaan dalam
Kamer-kamer
Selaku pengurus kamer masing-masing, para
direktur harus melaksanakan keputusan-keputusan
yang telah diambil oleh Heren Zeventien. Tidak
lama sesudah pembentukan VOC, kamer-kamer
mendapat fasilitas yang diperlukan untuk tugas
itu. Di semua kota tempat kamer berkedudukan
berdirilah Oost-Indisch Huis (Wisma Hindia Timur),
yang menjadi tempat para direktur bersidang
dan yang berfungsi sebagai tempat kerja para
penata buku, kasir, dan juru tulis. Tidak jarang
juga Wisma tersebut bahkan dijadikan gudang,
tempat menyimpan barang-barang. Selain itu,
kamer-kamer memiliki gudang-gudang dan gedung
lainnya untuk membangun dan memperlengkapi
kapal-kapal, seperti galangan kapal, bengkel layar,
bengkel tali, bengkel tukang besi, dan rumah jagal,
apotik, serta pelbagai sarana lain.14 Organisasi
intern kamer-kamer berbeda-beda. Besarnya Kamer
Zeeland empat kali lipat besarnya kamer-kamer
kecil; besarnya Kamer Amsterdam bahkan delapan
kali. Maka organisasi kedua kamer besar ini tidak
dapat tidak bersifat lain.
Di Amsterdam, para direktur biasanya
berkumpul seminggu dua kali, yaitu pada hari
Senen dan hari Kamis. Pada masa persidangan
Heren Zeventien atau saat terjadi peristiwa lain yang
mendesak, disisipkan rapat-rapat luar biasa (extraordinaris). Akan tetapi, banyak urusan diselesaikan
dalam komisi-komisi. Mula-mula para direktur
mengikuti kebiasaan yang telah bertumbuh pada
masa pra-kompeni: setiap kali ada kapal yang
harus diperlengkapi mereka membentuk komisi
tersendiri. Direktur-direktur ditunjuk untuk
selama satu musim atau satu tahun duduk dalam
komisi pembangunan kapal, pengadaan bekal,
amunisi, pembukuan, atau penjualan barang.
Sekitar pertengahan abad ke-17 terbentuk empat
komisi tetap, yang dalam abad ke-18 dinamakan
‘departemen’. Saat diangkat seorang direktur ia
langsung ditempatkan dalam salah satu komisi,
dan biasanya mereka tetap duduk dalam komisi
itu selama masa jabatannya.15
Medan kegiatan komisi-komisi ini mencakup
pelbagai bagian administratip dan unit
perusahaan. Pembagian tugas adalah sebagai
berikut:
1. Commissie voor de rekenkamer (Komisi untuk
Badan Pengawas Keuangan) bertugas
mengawasi kepala pembukuan, liquidatiekantoor,
soldijkantoor, dan klerkenkantoor. Kepala
pembukuan menyusun buku kas induk dan
jurnal (buku untuk mencatat transaksi) kamernya dan membukukan penyerahan saham serta
pembayaran dividen-dividen. Liquidatiekantoor
membuat pembukuan transaksi-transaksi
dengan para pedagang. Soldijkantoor
bertanggung jawab atas administrasi personel
dan bertugas menyimpan buku-buku
pembayaran gaji awak kapal. Klerkenkantoor
merupakan sekretariat.
2. Commissie van de ontvang (acap kali bersama
dengan rekenkamer) harus melakukan
pengawasan terhadap sang kasir. Komisi ini
bertugas juga melakukan pembelian perak
dan emas yang hendak dikirim ke Asia. Kasir
bersama asisten-asistennya bekerja dalam
ontvangkamer (‘ruang penerimaan’).
3. Para heeren van ’t pakhuis (tuan-tuan gudang),
atau, menurut nama lebih anggun yang
dipakai di kemudian hari, departement van de
commercie (departemen perdagangan) mengawasi
para penata buku di kantor pergudangan.
Di sana orang mencatat barang yang dibeli,
bagiannya yang dikirim ke Asia, barang masuk
dari Asia, dan harga penjualan yang diraih di
lelang-lelang. Di samping itu, para direktur
yang duduk dalam komisi ini mengemban
tugas lain lagi: mereka harus memeriksa para
pendeta yang ingin dikirim ke Asia.4. Commissie van de equipage bertugas mengawasi
segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembangunan dan pelengkapan kapal-kapal.
Direktur-direktur ini mengawasi galangan
kapal; mereka hadir saat kapal-kapal berangkat
dari labuhan lepas Texel atau tiba di sana;
dan mereka harus merekrut awak kapel serta
serdadu baru.
Di Kamer Zeeland para direktur membentuk tiga
komisi, yaitu komisi thesaurie (perbendaharaan)
comissie koopmanschappen (perdagangan), dan
komisi equipage (pelengkapan kapal).16 Dalam
Kamer itu juga seorang direktur baru segera diberi
kedudukan dalam salah satu komisi. Akan tetapi,
ternyata orang paling suka masuk komisi equipage
dan komisi koopmanschappen, sebab kedudukan itu
membuka peluang lebih besar untuk memberikan
tempat kerja kepada sanak-saudara atau handaitaulan. Oleh sebab itu, sering terjadi pertukaran
tempat. Bilamana terjadi lowongan dalam
equipage maka acap kali seorang anggota komisi
perbendaharaan berpindah ke sana, sedangkan
direktur yang baru diangkat ditempatkan dalam
komisi tersebut pertama. Pembagian administratif
di Zeeland sama seperti di Amsterdam. Hanya
saja, dibandingkan dengan Amsterdam, jumlah
pegawai di kantor-kantor Zeeland jauh kurang. Di
Zeeland pun terdapat seorang kepala pembukuan,
kantor kasir, kantor perdagangan, dan soldijkantoor.
Selain itu, sama seperti di Amsterdam ada penata
buku dan juru tulis (klerken) di gelanggang kapal.
Kantor yang bernama buitenkantoor adalah kantor
pergudangan.
Organisasi VOC di Asia
Dalam oktroi tahun 1602, organisasi VOC di
negeri Belanda digambarkan dengan jelas dan
rinci. Sebaliknya, pasal-pasal mengenai struktur
kepemerintahan di Asia samar-samar saja. Oktroi
(piagam) tersebut memberi VOC wewenang
luas di seberang laut, tegasnya di wilayah yang
terbentang dari Tanjung Harapan sampai Selat
Magelan Kompeni boleh membangun bentengbenteng, mengerahkan serdadu, mengikat
perjanjian dengan raja-raja, dan mengangkat
hakim-hakim. Namun, wewenang ini tidak
digambarkan dengan lebih rinci; agaknya pada
masa itu orang belum menyadari besarnya
perluasan kekuasaan VOC dalam tahun-tahun
mendatang.
Armada-armada kapal pertama yang
diluncurkan oleh VOC sesudah tahun 1602
membawa persenjataan yang jauh lebih berat
daripada yang dimiliki oleh kapal-kapal prakompeni yang telah berangkat sebelumnya.
Tujuannya bukan untuk merebut wilayah tertentu
di Asia, melainkan untuk menyerang orang
Portugis dan menimbulkan kerusakan sebesarbesarnya di jajahan mereka. Mula-mula Kompeni
mengikuti kebiasaan yang berlaku sebelum tahun
1602. Laksamana armada yang keluar memiliki
kuasa tertinggi di Asia dan kepadanya semua
pegawai Kompeni harus patuh, apakah mereka
sedang berada di kapal-kapalnya atau di salah satu
kantor dagang. Tetapi sesudah beberapa tahun
ternyata praktek ini membawa dampak negatif.
Lebih baik mengikuti pola yang dipakai di jajahan
Portugis, yaitu adanya penguasa pusat di satu
tempat yang tetap.
Pada tahun 1609 direksi VOC memutuskan
untuk menyerahkan kekuasaan sentral di
Asia kepada seorang gubernur jenderal, yang
akan didampingi oleh dewan penasihat yang
bernama Raad van Indië.
17 Setelah berlangsung
pertempuran hebat, pada 1619 didirikanlah
Batavia di tempat pelabuhan orang Jawa yang
bernama Jakatra. Kota Batavia menjadi residensi
Hogere Regering (sebutan gubernur jenderal bersama
Raad van Indië), dan merupakan pusat administratif
dan titik temu berbagai jalur pelayaran Kompeni.
Surat-menyurat Hoge Regering dengan kantorkantor cabang VOC di Asia, yang jumlahnya
besar sekali, dilakukan oleh para anggota Raad
van Indië. Pembagian tugas ini menentukan pula
susunan Generale missive (surat kiriman umum),
yakni laporan Hoge Regering kepada Heren Zeventien
mengenai keadaan Kompeni di Asia. Tiap-tiap
anggota Raad itu menulis bagian tertentu missive
tersebut, lalu keseluruhannya diajukan kepada
sidang paripurna Raad van Indië untuk disahkan
dan ditandatangani. Hoge Regering menyusun juga
generale eis van Indië (permintaan umum dari Asia),
yaitu taksiran dana, barang, kapal dan tenaga
yang dibutuhkan untuk perusahaan di seberang
laut. Dalam sidah Heren Zeventien daftar ini menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan berkaitan
dengan hal-hal itu. Dalam generale eis tercantum
pesanan dari kantor masing-masing, tetapi Hoge
Regering berwenang memangkas atau menambah
pesanan itu berdasarkan pertimbangannya
sendiri. Hanya kantor-kantor di Sri Lanka selama
beberapa tahun dalam abad ke-17 diperbolehkan
mengajukan eis tersendiri kepada Heren Zeventien.
Sebaliknya, Hoge Regering di Batavia harus
meneruskan pesanan dari direksi di tanah air
kepada kantor-kantor di Asia.
Besarnya kantor-kantor VOC di Asia dan
bobot ekonomis serta kedudukan politisnya
sangat berbeda-beda. Dalam generale instructie
(instruksi umum) yang pada tahun 1650 dikirim
kepada gubernur jenderal dan anggota Raad van
Indië, direksi VOC menyatakan perdagangan di
semua kantor dapat dibagikan atas tiga golongan, yang mencerminkan kedudukan politis masingmasing.18
1. Kegiatan dagang yang dimiliki Kompeni karena
telah direbutnya daerah yang bersangkutan
dengan kekuatan militer, umpamanya
Kepulauan Banda dan Taiwan.
2. Kegiatan dagang yang dilakukan berdasarkan
perjanjian-perjanjian eksklusif, seperti dengan
Sultan Ternate dan dengan masyarakat
Amboina (Pulau Ambon dan daerah
sekitarnya).
3. Kegiatan dagang yang dilakukan setelah
tercapai kesepakatan dengan raja-raja atau
bangsa-bangsa Asia berdasarkan asas berdiri
sama tinggi duduk sama rendah.
Sebelumnya, yaitu pada tahun 1620, seorang
gubernur jenderal yang baru pulang dari Asia
ke tanah air telah melakukan pula pembagian
atas tiga golongan yang serupa. Akan tetapi,
pembedaannya bersifat agak artifisial. Perjanjianperjanjian eksklusif sering dipaksakan kepada
penduduk yang bersangkutan dengan pemakaian
kekerasan. Misalnya, pulau-pulau di Maluku yang
resminya mengikat perjanjian eksklusif, mestinya
kita anggap sebagai daerah yang direbut oleh
Kompeni.
Pentingnya dan kedudukan kantor-kantor
tampak juga dalam pangkat dan gaji kepalanya
masing-masing. Di cabang-cabang besar, yang
sebenarnya merupakan daerah jajahan VOC,
kepala itu memakai gelar ‘gubernur’. Sekitar
tahun 1685 golongan ini mencakup Ambon,
Banda, ‘Maluku’ (Ternate), Koromandel (pantai
timur India), Sri Lanka, dan Malaka. Satu abad
kemudian Tanjung Harapan, pantai timurlaut
Pulau Jawa, dan Makasar juga mempunyai
seorang gubernur. Di samping itu ada sejumlah
kantor lain, yang penting dari sudut ekonomi,
seperti Benggala, Surat, dan Persia; kepala kantorkantor ini disebut ‘direktur’ (pada masa Kompeni
pangkat ‘direktur’ selalu berkaitan dengan kegiatan
perdagangan). Kantor-kantor di Malabar (pantai
barat India) dan di pantai barat Sumatra (Padang)
dikepalai seorang commandeur (komendur). Cirebon,
Banjarmasin, dan Palembang dipimpin oleh
seorang resident (residen); kantor di Jepang dan di
Pulau Timor oleh seorang opperhoofd (kepala besar).
Semua penguasa tersebut tidak menjadi pimpinan
tunggal; sama seperti gubernur jenderal di Batavia
mereka menduduki tempat pertama dalam sebuah
dewan. Keputusan-keputusan penting hanya dapat
mereka ambil in rade, artinya bersama dengan
dewan itu. Dalam dewan-dewan tersebut pun
berlaku pembagian tugas. Orang kedua, atau
secunde, sering berpangkat opperkoopman (saudagar
besar) dan memegang urusan dagang. Selain dia,
raad harus beranggotakan seorang komandan
militer, kepala pembukuan, dan fiscaal (yang
bertugas mengusut kasus penipuan dan perbuatan
pidana). Dalam praktek, formasi raad berbedabeda.
Batavia sebagai pusat administratif
Semua kantor VOC di Asia (dan yang di Tanjung
Harapan) tunduk pada Hoge Regering di Batavia.
Selain itu, Batavia menjadi pelabuhan yang paling
penting; di sana sebagian besar (selama sebagian
abad ke-17 bahkan semua) kapal yang masuk dari
Eropa membuang sauh dan dari sana pula kapalkapal itu berangkat lagi. Maka komunikasi direksi
di negeri Belanda dengan kantor-kantor yang
tersebar jauh itu untuk sebagian besar berjalan
lewat Hoge Regering dan aparat administratifnya.
Akan tetapi, ada beberapa kekecualian.
Kantor VOC di Gamron (Persia), sekali-sekali
juga yang di India, melakukan surat-menyurat
dengan direksi di tanah air lewat jalan darat,
artinya melalui Timur Tengah. Di samping itu,
setelah VOC mendirikan pemukiman di Tanjung
Harapan terus berlangsung surat-menyurat
langsung para penguasa setempat dengan Heren
Zeventien. Akhirnya, bilamana VOC memasukkan
pelabuhan-pelabuhan selain Batavia dalam jalur
pelayaran Eropa-Asia maka kantor-kantor yang
bersangkutan dan direksi di negeri Belanda
berkirim-kiriman surat-surat dan laporan-laporan
secara langsung.19
Di mata Hoge Regering, izin berlayar ke Eropa
dengan tidak singgah di pelabuhan Batavia
menggerogoti kedudukannya sendiri. Mereka
berpendapat pula, penciptaan perhubungan
langsung itu menyebabkan Batavia tidak dapat
lagi memainkan peranannya sebagai titik temu
berbagai jalur pelayaran dengan semestinya. Oleh
sebab itu, para penguasa di Batavia sungguhsungguh puas ketika direksi VOC, pada tahun
1636, menghentikan pelayaran langsung ke pantai
Koromandel, Surat, dan Gamron, yang telah
dimulai sebelum kota Batavia didirikan. Akan
tetapi, tiga puluh tahun kemudian gubernur
jenderal dan Raad van Indië terpaksa menerima
peningkatan status Sri Lanka menjadi pangkalan
kedua, di samping Batavia, bagi kapal-kapal yang
masuk dari Eropa atau berangkat ke sana. Heren
Zeventien mengizinkan perhubungan langsung Sri
Lanka-negeri Belanda agar VOC dapat memenuhi
kebutuhan akan merica di pasaran Eropa, yang
sedang bertumbuh dengan pesat. Kini merica
dari Malabar, yang bagaimanapun dibawa lebih
dahulu ke Sri Lanka, dapat diangkut ke negeri
Belanda dengan lebih cepat. Di samping itu,
dengan cara ini kayu manis dari Sri Lanka sendiri
tidak usah lagi dipindahkan di Batavia ke kapal yang akan membawanya ke Eropa, sehingga lebih
cepat sampai dan mutunya lebih terjamin.
Tidak lama setelah Sri Lanka mendapat
perhubungan langsung dengan negeri Belanda
timbullah persaingan sengit antara gubernur pulau
tersebut, Rijklof van Goens, dengan Hoge Regering.
Menurut Van Goens, sebaiknya Sri Lanka,
tegasnya kota Galle, yang menjadi tempat kapalkapal VOC berangkat ke tanah air, dijadikan titik
temu kapal-kapal yang hendak berlayar bersamasama ke Eropa. Berkat upayanya, sekali-sekali
armada yang berangkat dari Sri Lanka membawa
muatan lebih kaya dibandingkan kapal-kapal
dari Batavia. Lalu direksi VOC membuka pula
jalur pelayaran langsung dari pantai Koromandel
dan dari Benggala. Tetapi, jalur ini tidak sukses,
mungkin karena Batavia tidak mendukung
kebijakan ini atau bahkan menyabotnya.
Bagaimanapun, sedikit demi sedikit Hoge Regering
berhasil memperoleh kembali kedudukannya
yang semula. Sekitar tahun 1700, selain Batavia
hanya Galle yang masih mempunyai perhubungan
langung dengan tanah air.
Pergeseran pola perdagangan dalam abad
ke-18 menyebabkan perubahan lain lagi dalam
lalu lintas pelayaran. Selama kurun waktu 1700-
1730 secara berkala berangkatlah kapal-kapal
(yang dijuluki ‘kapal-kapal kopi’) dari Moka di
pantai Laut Merah menuju negeri Belanda, lewat
Galle. Ada juga perkembangan lain, yang lebih
penting lagi: pada tahun 1728, setelah bentrokan
sengit Heren Zeventien dengan Hoge Regering, tercipta
perhubungan langsung antara negeri Belanda
dan Kanton (Guangzhou). Sampai tahun 1733
Kamer Amsterdam dan Kamer Zeeland mengirim
tiga belas kapal ke Kanton, tetapi tidak satu pun
yang mencapai pelabuhan di Cina Selatan itu.
Maka pengiriman kapal ke sana dipercayakan
lagi kepada Batavia, dengan pengertian bahwa
di antara dua atau tiga kapal yang setiap tahun
berlayar dari Batavia ke Cina hanya satu yang
akan kembali ke pelabuhan asal; yang lain
akan mengangkut muatannya berupa teh dan
perselen langsung ke tanah air, lewat Selat
Sunda. Akhirnya, pada tahun 1756, bersamaan
dengan pembentukan Chinase commissie (Komisi
Cina), lalu lintas kapal ke Cina diurus di negeri
Belanda sendiri; pelayaran langsung ke sana tetap
dipertahankan.
Sesudah Galle dan Kanton, dalam abad ke-
18 kantor VOC di Benggala, Hooghly, menjadi
pelabuhan yang ketiga yang mempunyai
perhubungan langsung dengan tanah air. Mulai
1734 setiap tahun dua (sejak 1742: empat)
kapal berlayar dari Benggala ke negeri Belanda.
Selain itu, sejak tahun 1750 setiap tahun Kamer
Amsterdam mengirim satu kapal langsung ke
Hooghly. Mulai tahun 1770 Koromandel juga
termasuk jaringan pelayaran ini.
Meski demikian, adanya perhubungan langsung
dan surat-menyurat pimpinan di negeri Belanda
dengan kantor-kantor di Asia pada hakikatnya
tidak mengganggu posisi Batavia sebagai kantor
pusat VOC di Asia. Batavia tetap menjadi pusat
administrasi dan pembukuan. Lagi pula, direksi
di tanah air tetap menerima salinan-salinan suratmenyurat antara Hoge Regering di Batavia dengan
semua kantor yang tunduk padanya, termasuk
yang dengan Sri Lanka, Kanton, dan Benggala.
Akhir VOC
Lama sekali VOC seperti hidup segan, mati tidak
hendak. Dalam bulan Desember 1780 pecah
perang antara negeri Belanda dengan Inggris.
Akibatnya, Kompeni mengalami krisis keuangan
yang begitu genting, sehingga semua kamer di
daerah Holland terpaksa meminta penangguhan
pembayaran. Hanya Kamer Zeeland yang masih
bertahan; kamer ini memang berhutang besar
kepada Kamer Amsterdam, tetapi pinjamannya dari
pihak ketiga tidak seberapa. Permohonan Kamer di
Holland dikabulkan, tetapi dengan demikian VOC
serta merta kehilangan kredibilitasnya. Perusahaan
besar itu tidak dapat lagi bertahan tanpa bantuan
dari luar. Bantuan itu datang dari pemerintah
Belanda, yang menjamin pembayaran pelunasan
hutang lama dan bunga hutang yang baru. Hanya
dengan cara itu direksi VOC dapat meneruskan
perusahaan.
Ketergantungan dari pemerintah ini
menyebabkan direksi diperkuat dengan
menambahkan Vijfde Departement (lihat di atas).
Di samping itu, pada tahun 1790 diangkat
Staatscommissie (Komisi Negara), yang bertugas
melakukan supervisi politik. Komisi ini
beranggotakan empat orang dari Holland dan
dua dari Zeeland, yang ditunjuk oleh Staten
(pemerintah) daerah masing-masing. Sesudah
masuknya tentara Perancis dan tumbangnya
rezim lama (1795), keempat anggota dari Holland
diganti oleh tokoh-tokoh pemerintahan yang
termasuk partai patriot; beberapa bulan kemudian
diangkat enam orang patriot lagi. Dengen
demikian direksi telah ditempatkan di bawah
pengampuan. Bagi mereka tinggal menunggu
saat mereka akan diberhentikan. Sebab, komisi
tersebut mengusulkan agar direksi lama diganti
oleh Comité tot de zaken van de Oost-Indische handel en
bezittingen (Komite untuk Urusan Perdagangan dan
Jajahan di Hindia Timur). Usul ini diterima oleh
pemerintah Belanda dan pada tanggal 1 Maret
1796 para direktur lama meletakkan jabatannya.
Kendati demikian, pada saat itu juga oktroi
lama VOC diperpanjang, mula-mula sampai akhir
tahun 1798, kemudian sampai 31 Desember 1800.
Jadi, VOC tetap berdiri. Namun, kegiatan kamernya dikurangi sampai tingkat minimum. Sejumlah
pegawai diberhentikan dan bengkel-bengkel
dibongkar. Pada 1803 tiga kamer dibubarkan, yakni
Delft, Hoorn, dan Enkhuizen. Di Rotterdam dan
Middelburg tinggal kantor penjualan. Oktroi tidak
diperpanjang lagi. Dengan demikian perusahaan
tidak mempunyai dasar hukum lagi. Selama tidak
ada peraturan baru, Komite tersebut di atas
dan badan yang menggantikannya, yaitu Raad
der Aziatische bezittingen en etablissementen (Dewan
Urusan Jajahan dan Kantor-kantor di Asia,
dilantik tanggal 15 Mei 1800) berpedoman pada
peraturan-peraturan yang berlaku pada masa orde
lama.
Di Asia, dampak perubahan-perubahan yang
sedang diadakan dalam pimpinan VOC bahkan
lebih kecil lagi. Pada tahun 1793 dikirim dua
commisarissen-generaal (komisaris umum), yaitu S.C.
Nederburgh dan S. Frijkenius. Pengutusan mereka
bertujuan menghentikan kemerosotan perusahaan.
Akan tetapi, dua tahun kemudian Belanda terseret
ke dalam perang yang sedang berlangsung antara
Perancis dengan Inggris. Orang Inggris merebut
bagian terbesar kantor-kantor VOC. Orang
Belanda masih bertahan di Pulau Jawa dan
bendera Belanda tetap berkibar juga di Kanton
dan di Desima (Nagasaki, Jepang). Perang itu
berdampak besar terhadap perdagangan dan lalu
lintas kapal antara Eropa dan Jawa, yang tidak
mungkin berjalan terus seperti biasa. Perubahan
institusional yang besar di Batavia dan di Pulau
Jawa harus menunggu kedatangan Gubernur
Jenderal H.W. Daendels (1807-1810), yang
menyelenggarakan reorganisasi besar-besaran.
Akan tetapi, perubahan radikal terhadap tradisi
baru terjadi ketika Pula Jawa beralih ke tangan
orang-orang Inggris (1811).20