Tampilkan postingan dengan label setan 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label setan 4. Tampilkan semua postingan

setan 4

1

Cerita ini terjadi ketika aku masih padepokan  di SMA, saat itu aku dan teman sekelasku di undang untuk datang ke acara syukuran ulang tahun teman sekelas kami yang namanya tribuanatunggadewi. tribuanatunggadewi ingin sekali hari specialnya ini dirayakan di padepokan . Kedengarannya memang aneh, kenapa tidak diadakan dirumah atau cafe seperti pada umumnya. Namun saat itu, ratna tidak memiliki alasan khusus dan dia hanya bilang kalo dia ingin perayaan ulang tahunnya berbeda kali ini. Malam itu aku datang ke padepokan , tentunya dengan hadiah yang telah aku persiapkan untuk ratna. Ruangan aula untuk tempat acara sudah ditata dengan indah, sekitar jam 7 malam acarapun dimulai. Acara berakhir sekitar jam 10 malam, ada yang langsung pulang karena hari sudah larut dan ada juga yang bersenda-gurau di area padepokan , salah satunya adalah aku. Entah kenapa aku merasa masih ingin bermain dan berkumpul bersama teman yang lain. Padahal tadi saat acara masih berlangsung, ibuku mengirim sms untuk cepat pulang. Saking asyiknya bersenda-gurau, aku sampai lupa bahwa malam makin larut. Jam dinding di aula menunjukan pukul 11:30 malam. Aku kaget dan berusaha mencari hape di tas, namun ternyata saat itu baterai di hape sudah habis. Mana aku lupa bawa charge hape, kalo gini gimana cara aku kabari orangtua untuk minta dijemput. Saat itu salah satu temanku bertanya kapan aku akan pulang, karena sebentar lagi mereka akan pamit. Lalu aku menjelaskan keadaanku dengan hape yang mati, mereka lalu menawariku untuk menumpang dengan mereka. Tapi aku pun meminta mereka menunggu sebentar untuk pergi ke toilet. Saat itu, lorong menuju toilet sudah gelap karena lampu sudah dimatikan. Aku sempat was-was tapi untungnya toilet masih belum sempat dikunci dan lampunya masih menyala walaupun remang-remang. Dengan langkah terburu-buru aku masuk toilet karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Belum lama aku berada di toilet, aku dikagetkan oleh sebuah bunyi seperti benda jatuh di sekitar toilet. Aku memanggil ke arah bunyi yang tadi terdengar, siapa tau itu teman gadis lesbi  lesbi ku yang masuk ke toilet juga. Tapi tidak ada balasan, aku mengerenyitkan dahi dan berusaha tetap tenang. Siapa tau itu hanya benda yang jatuh karena angin. Lalu tak lama kemudian, ada bunyi air dari arah wastafel dan aku yakin kalo itu adalah kran air yang menyala. Karena kaget, aku pun memanggil lagi ke arah kran air "Hei, halo siapa disitu ya? jawab dong, ini gue sinta" namun lagi-lagi tidak ada jawaban. Karena rasa penasaran yang bercampur was-was, aku pun segera bersih-bersih lalu membuka pintu toilet dan aku tidak menemukan siapapun diluar kecuali satu kucing kecil yang berada di bawah wastafel. Aku pun mendekati kucing itu dan berusaha menggapai tubuhnya yang mungil. Saat aku memegang kucing itu, aku lihat matanya seperti sedang ketakutan. Nafasnya terasa tersengal-sengal, kucing itu menghentakan tubuhnya dan melompat dari pangkuanku. Lalu lari terbirit-birit keluar dari toilet, aku tidak mengerti dan tiba-tiba aku teringat dengan suara air kran tadi yang sempat menyala mendadak. Aku memeriksa kran itu, terlihat kran itu dalam keadaan posisi menyala lalu siapa yang buka kran air ini. Aku pun hendak mematikan kran air, tapi astaga sepertinya aku sekilas melihat sebuah bayangan dan aku memeriksa lagi apa yang aku lihat dan benar. Dibalik pintu toilet, disana ada bayangan hitam. Perasaan tadi aku hanya sendirian, rasa penasaranku berubah menjadi takut. Aku tidak berani mendekati pintu toilet itu dan segera keluar. Tapi saat aku melangkahkan kaki menuju keluar toilet, aku seperti mendengar sebuah suara dan suara itu berasal dari sebuah toilet yang tadi aku pakai. Aku mendengar dengan jelas suara yang sayup seperti memelas seperti meminta tolong. Jantungku langsung mendadak berhenti berdetak, lututku mulai gemetar. Aku mencoba menarik nafas dan berusaha memanggil, "siapa ya disitu?" tapi tidak ada jawaban dan suara itu tiba-tiba menghilang. Dengan rasa penasaran bercampur takut, aku berusaha menenangkan diriku. Aku berusaha, melihat sosok suara yang memanggilku barusan namun karena lampu lantai bawah telah padam. Aku hanya bisa melihat sebuah bayangan samar-samar, sosok itu perawakannya seperti manusia dan postur tubuhnya mirip lelaki. Dia berdiri di atas closet sambil membelakangiku, aku memanggilnya sekali lagi. Kini dia mulai membalikan badannya dengan wajah tertunduk, astaga dia bukan manusia. Sosok itu sangat hitam, berbulu dan matanya sangat merah menyala. Aku tidak tau makhluk apa yang sedang berdiri didepanku ini dan aku pun tidak bisa mengeluarkan suara untuk berteriak. Aku seperti tercekik rasanya, aku hanya bisa berdoa dalam hati. Air mata mulai menetes di pipiku dan aku tetap masih tidak bisa teriak. Akhirnya aku mendapatkan kekuatan untuk berjalan keluar dari kamar mandi. Aku pun berlari secepatnya menuju ke ruang aula, sesampainya di aula teman-temanku sudah menunggu. Mereka bertanya kenapa aku sangat lama sekali, tapi aku seakan tidak bisa berkata apa-apa hanya terdiam terpaku. Lalu merekapun mengantarku pulang, cerita itu sengaja aku simpan dan aku hanya menceritakannya kepada beberapa teman dekat. Sampai sekarang, mereka tidak tau kalo saat itu aku melihat hantu di toilet. Namun aku sempat mencari-cari informasi tentang keberadaannya, aku pernah mendengar salah satu guruku bercerita. Bahwa dulu katanya sebelum digunakan sebagai toilet, ditempat itu ada seseorang yang tewas karena dibunuh.


2

Malam ini aku tidur lebih awal, tidak seperti biasanya aku akan tidur setelah film yang ku tunggu selesai, alasan aku tidur lebih awal sebenarnya aku tidak ingin disuruh Ibu pergi wara-wiri ke warung dan itu sangat melelahkan, setelah ku belajar ku coba buku PAI karena esok adalah hari terakhir dimana aku ujian akhir semester 1, namaku Almira Fathra Ghyanti aku tinggal di rumah yang sederhana dan cukup sekali untuk keluargaku, namun rumah itu sering terselip hal-hal mistis yang hanya ku rasakan sendiri. Tengah malam sekitar jam 12 malam aku terbangun aku mendengar suara seperti kentongan tapi mengalun seperti lagu aku ketakutan aku pun berpikir bagaimana aku bisa menghilangkan rasa takut ini, aku berpikir dan terus berpikir sama seperti kentongan itu suaranya semakin dekat dan semakin dekat. Aku semakin takut dan aku pun berdoa berdoa dan berdoa hingga aku tenang dan doaku pun terhenti. Namun suara itu muncul lagi semakin keras, keras, dan keras, memang terdengar karena aku tidur di lantai 2. Aku tidur sendiri karena aku hanya mempunyai 1 adik yang masih berumur 3 tahun sehingga adikku masih tidur dengan orangtuaku, aku mulai berdoa kembali agar aku mendapatkan ketenangan. Suara itu lenyap perlahan namun… Tanganku mulai dingin dan sekujur tubuhku muali dingin. Ku pakai selimutku yang awalnya tak ku pakai aku merasakan ada yang aneh di tubuhku awalnya bibirku diam tapi rasanya bibirku seperti nyengir. Aku tak tinggal diam aku coba raba bibirku tapi diam dan kakiku ditekuk tapi ku rasakan kakiku lurus begitu saja. Ku coba gerakan kakiku tapi kakiku bengkok. Aku semakin takut aku ambil al-quran yang ku punya di kamar kira-kira ada 2 al-quran. Aku peluk keduanya namun aku tidak merasakan aku memeluk alquran padahal aku memegang erat alquran milikku. Namun seiring waktu berjalan rasa itu telah hilang dan aku pun tenang. Lalu aku pun kembali tidur tak lupa aku membaca doa sebelum tidur, al-fatihah, an-nas, dan al falaq dan aku pun tidur dengan nyenyak. Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya melebihi batas kemampuan.





3

Aku sendiri di dunia ini, sendiri bukan berarti tidak ada orang di sekitarku, jiwakulah yang sendiri, sendiri dalam kerumunan banyak insan. Temanku hanyalah kesepian, dan hidupku adalah kehampaan. Semuanya berawal ketika terbangunnya aku di sebuah dunia hitam pekat nan gelap, aku tak dapat merasakan apapun di dunia itu. Aku merasa seperti mati, karena ‘dia’ saat ini sedang mengambil alih tubuhku. Dia adalah aku, aku adalah dia, jiwa kami sama, tetapi kepribadian kami bertolak belakang, dia yang lebih sering muncul ke permukaan. Aku hanya bisa termangu di dunia kegelapan tanpa batas ini, aku sama sekali tak menemukan secercah cahaya. "Jane, bangun! ini sudah pagi..!" Seru Ibuku dari lantai dasar. "Tunggu, Ibu.. Sebentar lagii.. 5 menit.." Jawabku asal seraya menarik selimutku kembali. Hari pertamaku padepokan  memang membuat massa tubuhku terasa berkali-kali lebih berat dari biasanya, akibatnya aku kesulitan bangkit dari kendaraan pengantar mimpi. Pintu diketuk, aku kembali terlelap dalam tidurku. Suara Ibu pasti akan naik beberapa oktaf lagi. "Jan..?" Ucapan Ibuku terpotong karena sudah melihat aku terbangun, tidak.. itu bukan aku, melainkan dia. "Ibu? ada apa? aku sudah bangun kok.. hari ini adalah hari pertama masuk padepokan ! aku sangat bersemangat..!?" Ucap dia dengan senyuman lebar di bibirnya. Oh sial.. kenapa dia selalu melakukan sesuatu yang bertolak belakang denganku? Aku kini yang berada kembali dalam kegelapan, kesadaranku yang sirna kini kembali menyatu seolah semuanya terlewat begitu saja. "Ibu.. aku akan mandi.." Aku mengucapkannya seraya melompat masuk ke dalam kamar mandi. "Perilakumu aneh, hari ini.." Komentar Ibu datar. Ibu, tak bisakah engkau melihat perbedaanya? Dia itu bukan aku! Bahkan dia sama sekali tidak mirip denganku, kenapa Ibu tidak bisa membandingkannya? Ibu kembali ke lantai dasar, dengan raut wajah khawatir sekaligus heran. Aku menghabiskan roti selaiku dengan lahap karena aku kelaparan semenjak malam, semalam aku tertidur larut karena mengerjakan tugas yang rasanya sungguh berat ku lakukan, tapi entah kenapa tugas itu tiba-tiba selesai, aku tak sadar aku mengerjakannya dengan cepat, mungkin itu adalah "dia.." Tak terasa sarapan itu berlalu dengan cepatnya, aku menyalami tangan Ibuku, dan Ayahku, sedangkan Kakakku dia sedang bekerja di sebuah kedai roti. Aku menaiki angkutan umum dan sampai di padepokan  baruku, padepokan  ini tidak buruk juga, bangunannya tertata rapi, tamannya terawat dan asri, dan ada sebuah pohon besar terletak di tengah taman itu, aneh sekali ada pohon sebesar itu ada di taman kecil. Aku tak menghiraukannya dan kembali berjalan. Kakiku melangkah naik menuju lantai dua dan menyusuri koridor menuju kelas baruku, aku mengetuk pintu kelas baruku. Seorang gadis lesbi paruh baya membukakan pintu dan tersenyum menatapku. "Kamu, anak baru itu ya? silahkan masuk.." Tanyanya seraya mempersilahkanku masuk. Tanpa menjawab aku masuk ke dalam kelas dan memperkenalkan diri. "Namaku adalah Jane Stargate, senang berkenalan dengan kalian.." Perkenalan singkat itu tidak mempengaruhi suasana kelas yang tetap hening, perkenalan yang buruk. "Silahkan duduk saja, nak.." Ucap gadis lesbi itu yang tidak lain adalah guru di kelas ini. "ehehe.. b-baiklah bu.. maaf karena tiba-tiba mengenalkan diri tiba-tiba seperti itu.." Ucapku gugup, aku berjalan menuju kursi kosong dan duduk di kursi kedua. Aku memeriksa tasku, betapa malangnya diriku, aku tidak membawa alat tulis sama sekali! Dasar Bodoh! Tiba-tiba, seorang anak laki-laki menyodorkan sebuah pulpen dari depan. "Hey, namaku Mikael, ini aku pinjamkan pulpen untukmu.." Ucap anak yang bernama Mikael itu. Aku menerimanya dengan senang hati, dan tersenyum kepadanya. "Terima kasih.." Ucapan terima kasih terlontar dari mulutku. Aku malu menerima bantuan dari orang yang baru ku kenal hari ini. Aku melewati pelajaran demi pelajaran dengan malas, saat bel istirahat berdering, aku memejamkan mataku dan perlahan terjun ke dunia mimpi. Sungguh damai, di kegelapan mencekam ini. Hening, tanpa ada apapun, tiba-tiba aku melihat setitik cahaya, dan perlahan cahaya itu membesar. Terlihat dua sosok sedang menantiku dari cahaya tersebut, itu adalah Kakakku Elbereth dan satunya adalah, Mikael. Kami bermain dengan akrab layaknya sahabat yang baru bertemu lagi setelah sekian tahun berpisah, momentum itu terasa sangat nyata, indah sekali. Pertama kalinya dalam hidupku aku dapat merasakan kehangatan dari orang-orang yang menyayangiku. Perlahan aku kembali tersadar, itu bukan mimpi kan? aku yakin itu bukan mimpi, kejadian itu bisa diingat olehku sepenuhnya, aku mengingat seluruh kejadian indah itu. Tapi, kini apa yang terjadi padaku? aku ada di sebuah ruangan putih, hanya ada satu meja, kursi. Aku memakai jaket putih pengikat dan didudukkan di sebuah kursi. Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah, yang aku alami tadi adalah kejadian di dunia kegelapan itu? Seorang lelaki yang terlihat seperti dokter memasuki ruangan yang ku tempati, dia mengambil kursi dan duduk di hadapanku. "Apa yang terjadi pak? kenapa aku ada di sini..??" Tanyaku pada pria tersebut. "Namaku adalah Clef, aku dokter yang ditanggungjawabkan untuk merawatmu, kenapa kamu ada di sini karena.. Dokter Clef bercerita apa yang menyebabkan aku berada di sini." Dia membacakan puisi di depan kelas dengan sangat indahnya, dia sangat percaya diri, berbeda denganku yang penakut dan pemalu, ini perbedaan yang benar-benar jauh berbeda, layaknya hitam dan putih. Wajah datarnya memikat hati banyak pria di kelasku. Dengan percaya diri, dia kembali ke tempat duduknya dan Mikael menawarinya sebuah tos. "Hey! kau sangat hebat, tos.." Seru Mikael. "Aku tidak mau.." Tolakan pedas terlontar dari mulutnya. Mikael tampak kecewa dengan tolakannya. "Yah, sayang sekali.. sifatmu tiba-tiba berubah, ada apa..?" Tanya Mikael penasaran. "Tidak, tidak ada apa-apa.." Jawabnya dengan nada datar, dia benar-benar berbeda. "Kamu benar-benar berbeda dari sebelum bel istirahat.." Sahut Mikael. "Memangnya kenapa..??" Tanyanya. "Aku hanya heran saja.." Jawab Mikael singkat. "Kamu tidak berhak untuk heran.." Ucapannya semakin aneh. Dia perlahan meraih pena yang Mikael pinjamkan kepadaku lalu menusukkan ujung penanya ke mata Mikael. Mikael menjerit kesakitan karena retina matanya ****** ********* oleh ujung pena berlumur tinta. Mikael mengerang-erang, murid-murid berhamburan ke luar kelas dan histeris karena apa yang dilakukannya pada Mikael. Guru bahasa Indonesia berusaha menghentikannya, tapi dia meraih gunting dan ******* kerongkongan sang guru dengan brutal. Mikael tersungkur, kehabisan darah. Dia **************** ujung penanya ke kedua mata Mikael. Saat itulah Elbereth datang, dia hendak membawakanku bekal yang aku tinggalkan. Dia berlari menuju Elbereth dan *********** telinga kanan Kakakku. Oh, gadis lesbi  itu, membunuh Kakakku. Elbereth tak sanggup melawan, Dia ************ satu persatu jari tangan dan kaki Elbereth, aku tak sanggup membayangkannya lagi, dan.. Dia Adalah Aku! Oh sial, air mata terus mengaliri kedua pelupuk mataku. Aku tak sanggup menahan embun di mataku, Dr. Clef menghentikan ceritanya, aku menangis sejadi-jadinya, teman baruku yang bahkan baru ku kenal beberapa jam lalu, guru yang telah mengajar murid, Elbereth.. Kakakku satu-satunya, dibunuh olehnya. Si Alter Ego sialan yang menggaungi tubuhku selama ini. Aku tak sanggup menahan derita ini, hukuman yang dijatuhkan kepadaku adalah hukuman mati. Dia yang berbuat tapi aku yang harus memanggul hukuman ini, bahkan aku tidak sadar dengan kejadian itu. Seharusnya aku tidak dihukum bukan? Seharusnya aku dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena bukan aku yang melakukannya, melainkan dia. Aku dihukumi tembak hingga mati, peluru demi peluru menembus jaringan tubuhku. Secara perlahan dan rasa sakit yang teramat sakit, aku mati. Dunia memang tidak adil bukan?




4

Namaku chucky biasa orang orang memanggilku chucky. Pada suatu hari aku, Yanto, Susi, Yanti, dan teman-temanku yang berjumlah 12 orang melakukan adu nyali saat tengah malam yaitu, "Perburuan Di Tengah Malam.." kami memulai kegiatan ini baru pertama kalinya kami berencana akan berburu sambil mengganggu setan di markasnya yaitu sebuah rumah di tengah hutan, kami pun menyiapkan senapan kami masing-masing. "oke kita bagi kelompok menjadi enam, masing-masing kelompok beranggotakan dua orang dan membawa satu Ht..?" kata Yanto sang ketua kelompok. (*ht: alat komunikasi yang biasa dipakai oleh satpam dan polisi.) Kemudian kami pun mengadakan undian, (Emang jajanan pake undian) akhirnya aku satu tim bersama Yanto. Oke pertama kami menuju tempat yang dituju Yanto memberi aba-aba untuk menembak rumah tersebut supaya hantunya ke luar, "semuanya bersedia, bidik, tembak.." kemudian suara tembakan muncul tak lama kemudian hantu pun muncul kami sesegera mungkin lari. "Ferr, cepat lari sini Ferr.." ucap Yanto sambil menunjuk sebuah sumur kami pun masuk ke sumur itu Yanto masuk duluan, saat Yanto sampai di bawah, aku masih setengah pejalanan tiba-tiba di dasar sumur muncul anak kecil tanpa kepala yang membuat kami takut setengah mati. "Ferr, cepat naik hantunya di bawah cepat-cepat naik.." katanya sambil nyogok pantatku pake bambu runcing. Setelah sampai di atas kami pun lari ke sebuah kuburan cina aku pun sembunyi di belakang batu nisan dan tiba-tiba muncul sebuah muka mengenaskan dari balik nisan tersebut dan tepat di depan wajahku dan aku pingsan seketika setelah sadar aku telah ada di sebuah lapangan bola. "yan, kok aku ada di sini..??" tanyaku sambil ngucek mata. "kita aman di sini oya coba hubungi yang lain pake ht kamu.." "Oke.." kemudian aku mencoba menghubungi teman teman yang lain. "satu memanggil dua satu memanggil dua kalau dengar jawab ganti.." namun tidak ada jawaban sama sekali. "gak ada jawaban yan.." "coba yang lain.." "satu memanggil lima satu memanggil lima kalau dengar jawab ganti..?" lagi-lagi tidak ada jawaban sama sekali. Kami pun memutuskan membunyikan kembang api ke udara tanda misi selesai namun di luar dugaan korek kami pun mati. "duh gimana ni yan.." "Mmm.. kalau nggak gini gimana kalau kita berdoa dan hidupin kembang apinya lagi.." "iya.." kami pun berdoa dan menghidupkan kembang apinya lagi. Kami semua pun pergi ke luar hutan setelah semua berkumpul dan sudah lengkap kami pun pulang ke rumah masing-masing tapi pemilik rumah tua itu masih menjadi misteri. .



5

Aku adalah mahasiswa Psikologi di salah satu Universitas di Taman Sari. Sambil kuliah aku mencari uang tambahan dengan berjualan makanan disekitar kampus. Awalnya hanya modal kecil-kecilan sampai ternyata usaha ku itu laku keras. Sekarang aku bisa membuka kedai sendiri, yang tidak jauh dari kampusku. Malam itu kedaiku ramai dikunjungi oleh mahasiswa yang mencari hiburan malam. Sampai akhirnya aku harus menutup kedaiku agak larut, sekitar jam 11 malam. Namun karena banyak orang yang berkunjung malam itu, membuatku sedikit lama di kedai untuk mencuci piring di dapur sampai-sampai aku lupa menutup kedai. Dan pintu kedai masih kubiarkan terbuka, Kedaiku itu terdiri dari dua lantai kebawah, karena posisinya dekat ke sungai maka lantai yang dibawah aku jadikan dapur umum. Dan lantai diatas sebagai restoran nya yang menghadap langsung ke jalan taman sari bawah hampir menuju arah wastu kencana. Di depan kedaiku terdapat jalan kecil yang dipagari blok tempat orang untuk berjalan. Serta sebuah pohon tinggi besar yang kalo siang membuat kedaiku terlihat sejuk. Namun ternyata itu juga yang menjadi perhatian mahluk lain yang ada disekitar jalan taman sari. Setelah aku selesai mencuci piring, aku tidak langsung menutup kedai. Aku duduk di mesin kasir dan menghitung pendapatanku hari itu. Sebenarnya aku tidak sendirian dalam mengelola bisnis ini, aku dibantu sahabatku iwan. Tapi malam itu iwan terpaksa pulang duluan, karena keluarganya mengadakan syukuran dirumahnya. Akhirnya sisa aku sendiri, dan ketika aku sedang menghitung uang entah kenapa aku merasakan sesuatu yang tidak enak hati. Sesekali aku menatap ke arah jalan besar didepan kedaiku, sudah sangat sepi. Semakin malam aku merasa semakin was-was. Aku bangun dari kursi kasir dan segera membereskan kursi-kursi yang tertata diluar. Tiba-tiba saja aku mendengar suara orang seperti masuk kedalam kedaiku. Suaranya sangat halus, reflek aku melihat ke sekitar. Tapi tidak ada siapa-siapa, mungkin itu hanya halusinasiku saja. Aku mulai memasukan meja dan kursi lalu, kejadian aneh itu terulang lagi. "Permisi,"... Sampai terengar bunyi gaduh dari dalam dapur, yang berada dilantai bawah. Aku segera mendekati tangga menuju bawah, aku intip tapi tidak ada yang berubah sampai, "Mas, permisi.. masih buka?"... Seorang gadis lesbi  lesbi  muda berdiri didepanku, Perempuan itu cukup cantik. Berpakaian putih pendek seperti baju tidur, aku melihatnya dan melemparkan senyum. Aku bilang kalo sebenarnya kedai ini akan tutup tapi karena kasihan padanya, mungkin dia lapar. Aku pun mempersilahkan dia duduk, aku membawakan menu makan untuknya tapi belum sampai menu itu ketangannya. Wanita itu langsung menolaknya, tanpa basa basi dan hanya menggerakan tangan. Aku pun bertanya lagi apa yang akan dia pesan dan gadis lesbi itu hanya menjawab, "Nasi,"... Aku pun terheran, mau pesan nasi aja. Kembali gadis lesbi itu tidak menjawab, sekarang malah terlihat semakin menunduk seakan tidak mau memperlihatkan wajahnya kepadaku. Lantas aku bertanya, mau pesan nasi nya sama apa. Telor atau, 'gadis lesbi itu menganguk sangat pelan' dan menjawab. "Apa aja,"... Aku mengerutkan kening, dan menuju ke dapur untuk mempersiapkan pesanannya. 'Jam segini, ada gadis lesbi  lesbi  pesan nasi aja' ujarku dalam hati. Aku pikir itu hanya orang gila, tapi aku perlu untuk membuktikannya. Setelah beberapa menit, hidangan makanan pun selesai lalu kembali ke atas dan melihat gadis lesbi  lesbi  itu masih terduduk disana. Aku pun memberikannya kepada gadis lesbi  lesbi  itu, sepiring nasi dan juga telur. Ketika aku tinggalkan dia memakan makanan itu, astaga gadis lesbi  lesbi  itu memakan nasi dan telurnya itu dengan sangat lahap namun tanpa menggunakan sendok atau garpu. Perempuan itu memakan telurnya menggunakan tangan dan menggenggam nasinya langsung kedalam mulutnya. Aku duduk di meja kasir sambil memperhatikan gadis lesbi  lesbi  itu, tidak lama makanan pun habis. Kemudian dia berdiri, langsung melangkah keluar. Aku spontan berdiri, maksudku dia belum bayar makanan yang dia pesan dan aku coba menghentikannya. "Neng, maaf belum bayar nasi sama telurnya." ucapku, namun gadis lesbi  lesbi  itu seakan tidak mendengarku. Dia berjalan tenang mengarah keluar lalu dia melihat kiri dan kanan jalan. "Yach pergi dah tuh gadis lesbi  lesbi , bisa rugi kalo seperti ini," sambil berucap kesal. Lalu aku pun membiarkan dia pergi, dan segera membereskan piring bekas makan gadis lesbi  lesbi  itu lalu menutup kedai. Sesekali aku melirik, gadis lesbi  lesbi  itu masih berdiri didepan kedai. Aku segera menutup kedaiku dan membiarkan sebuah celah kecil agar aku bisa mengintip dari sela-sela roling door itu karena aku penasaran siapa gadis lesbi  lesbi  itu. Ketika aku mengintip gadis lesbi  lesbi  itu masih berdiri dan perlahan dia mulai bergerak menuju sebuah pohon didepannya. Tangannya memegang kulit pohon itu dan mulai merabanya, dan kali ini gadis lesbi  lesbi  itu mulai memeluk pohon yang cukup besar itu. Sambil kedua tangannya seakan meraba sesuatu, dan gadis lesbi  lesbi  itu terlihat semakin memberikan tenaga dikedua tangannya lalu. Astaga, gadis lesbi  lesbi  itu mulai memanjat pohon didepan kedaiku itu. Kedua tangannya mulai memanjat ke atas pohon itu. Merangkak dan terus merangkak, menaiki pohon itu. Belum sampai puncak, gadis lesbi  lesbi  itu kini berpindah ke sebuah dahan yang cukup keras. Kini gadis lesbi  lesbi  itu terduduk di dahan itu dan aku bisa melihat kaki nya yang terjulur kebawah, dia menggoyangkan kakinya dan aku mulai mendengar suara cekikikannya. Perempuan itu terus cekikikan sambil mengangkat kakinya maju mundur seperti orang yang lagi di atas ayunan. Aku diam terpaku, badanku tidak bisa digerakan. Tiba-tiba dia mengarahkan pandangannya kepadaku, Seakan dia tau kalo aku sedang mengintipnya dan pelan-pelan gadis lesbi itu mulai berdiri di atas dahan pohon dengan wajah tersenyum sambil tertawa cekikikan. Dan gadis lesbi itu meloncat dari pohon lalu menghilang, aku mengumpulkan semua tenaga dan langsung berlari ke dapur. Aku duduk jongkok dibawah tangga, aku takut setengah mati lalu aku coba membaca doa yang aku bisa. Aku terus membaca doa sambil menenangkan diriku, aku mulai mengatur nafasku. Kini aku masih terdiam dibawah tangga sampai. "hihihi,"... Terdengar suara yang cukup mengganggu, aku memejamkan mataku. Aku tidak berani melihat asal dari suara itu. Suaranya semakin jelas terdengar mendekatiku, semakin mendekatiku. Ada sebuah tangan dingin yang memegang pipi ku, tangan itu kini mulai mengelus-elus pundak dan kini aku merasakan sebuah hawa dingin tepat berada didepan wajahku. Aku sudah tidak tahan lagi dan ingin segera keluar dari kedai. Aku memberanikan diri membuka mataku dan sesosok wajah muncul dari arah sela-sela tangga tepat didepan wajahku. Dengan senyum menyeringai kepadaku, tangannya terus memegang pipiku sambil terus tertawa cekikikan. hingga aku akhirnya tidak sadarkan diri. Singkat cerita esok harinya, aku bertemu dengan iwan. Aku menceritakan kepadanya tentang kejadian semalam. Iwan hanya tersenyum dan berkata, bahwa dia juga pernah melihatnya dan konon menurut iwan, gadis lesbi  lesbi  itu adalah penunggu yang berada didepan kampus. Aku tidak bisa menjawab apa apa dan iwan bilang, gadis lesbi  lesbi  itu sering mengunjungi dia ketika jaga sendiri. Mungkin karena itu, beberapa warung jajanan di jalan ini tidak pernah buka sampai larut malam karena gadis lesbi  lesbi  itu sering muncul dan gadis lesbi  lesbi  itu bukanlah manusia melainkan sosok mahluk halus penunggu taman depan kampus itu. .



6

Tanggal 18 Januari 2014, aku mengikuti PERSAMI (Perkemahan Sabtu Minggu) di padepokan , yaitu di SMP N 26 Batam. "Kakak.. sudah beres semua, kalau sudah beres segera berangkat, nanti telat.." seru mamaku disertai desakan. "Sudah ma.. hah! sekarang sudah jam 14.50.." jawabku sambil kaget. Aku pun segera berangkat, sesampai di padepokan  ternyata aku telat, semua sudah pada APEL Pembukaan. Aku berlari dengan cepat. "Eh.. si Wapimru (Wakil Pimpinan Regu) datang telat, selalu aja telat.." keluh dan ejek si Lisa. "Huss! Diam.." ucap kakak senior tiba-tiba. Aku memang anak yang lambat, tapi gak seterusnya aku lambat ya! kalau di kelas aku anak yang imut dan alay, karena pipiku yang tembam makanya mereka bilang aku imut. Setelah selesai APEL kami segera menuju ke kelas yang ditentukan. "Win.. kita di kelas 9C, dekat kamar mandi lagi.." tiba-tiba Aldila mengagetkanku. "Apa?! Gak salah tu Al.. kan serem banget.." "Entahlah.." Regu kami segera membereskan barang kami, oh ya aku lupa memberitahukan kalian, nama reguku adalah Seruni. Sekarang jarum jam menunjukkan pukul 17.00, kami sekarang mengadakan main game dan lomba. Ada yang Semaphore, Morse, P3K, dan lomba memasak. Sebenarnya materiku adalah Morse, tapi karena yang di reguku hanya aku yang menguasai semua materi, terpaksa aku yang ikut Semaphore, tapi gimana Morsenya? Kawan-kawanku tetap saja ngotot, sudahlah mau gimana lagi?! Sekarang sudah Maghrib, kami yang beragama Islam segera menunaikan kewajiban yaitu Sholat, aku bersama Helni segera mengambil wudhu di kamar mandi, karena menunggu giliran mataku melirik-lirik ke pohon nangka di belakang kamar mandi. "Win.. mau nyolong nangka ya..??" ucap Helni yang sangat mengagetkanku. "Eng.. eng.. gak kok.." jawabku terbata-bata. Helni pun segera menarik aku ke dalam kamar mandi, tapi aku masih penasaran siapa yang duduk di pohon nangka itu, cewek atau cowok ya? Yang jadi masalah itu, itu beneran hantu yang sering keliaran di SMP N 26 atau ada anak cowok yang ngerjain aku. Soalnya di belakang kamar mandi cewek itu adalah kamar mandi cowok, udahalah gak usah dipikirin. Setelah selesai wudhu, kami pun sholat, setelah selesai sholat kami mau turun ke bawah, tapi tiba-tiba bu Yuli menghentikan kami semua. "jangan ada yang turun dulu, ibu mau bicara sebentar saja sekitar 20 menit.." ucap bu Yuli. WHAT! 20 menit, itu kelamaan. "begini anak-anak semua, terutama kelas 7. padepokan  ini akan benar jika kalian melakukan yang benar, tetapi padepokan  ini akan salah jika kalian salah, saat seperti ini adalah saat yang tidak tepat, tahun-tahun sebelumnya saat ada persami, banyak yang kesurupan. Jadi yang ibu harap, kalian ke mana-mana jangan sendirian.." ucap Bu Yuli panjang lebar. Kayaknya seru nih, aku penasaran banget. padepokan ku memang lumayan angker, tahun 2013 yaitu ada tragedi siswa kelas 9 meninggal di rumahnya karena kesurupan di padepokan , tapi aku bertanya pada guruku itu hanyalah mitos, tetapi bagi kakak kelasku itu tragedi yang nyata. Tibalah waktunya malam. Kami pun tidur. Sekitar jam 4 malam aku bangun, bersiap-siap untuk menunaikan sholat subuh. Sebelum sholat subuh aku mengambil wudhu, kembali mataku penasaran sama seseorang berbaju hitam yang duduk di pohon nangka itu, itu pasti hantu cewek, gak mungkin cowok rambutnya panjang pakai baju warna hitam, serem pokoknya!. Setelah wudhu kami sholat, setelah selesai sholat ketika mau turun ke bawah, mataku menuju ke kelas 7F, seperti ada suara yang nangis, tapi kutanyakan sama kakak kelas, mereka bilang itu hanya ilustrasiku saja, tapi aku nggak bohong, tapi apa benar itu hanya ilustrasi saja?. Sesampai di bawah kami semua segera baris, dan senam. Selesai senam kami pun Hiking, kami dikasih soal tentang Tanda Jejak. Satu jam kemudian kami sampai di padepokan . Kami segera ganti baju pramuka untuk melaksanakan Apel Penutupan. Jam 10 tepat kami pulang, aku pun pulang bersama Dewi, Mutia, Novita, Febri, Shofi dan Suci. .



7

Hari ini adalah hari terakhir bagi anggota Pramuka SMP Negeri 29 untuk berlatih sebelum besok berangkat kemah di Candika. Semua perlengkapan yang diperlukan sudah siap dalam tas kami masing-masing. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 yang berarti latihan hari ini telah usai, seperti biasa sebelum pulang kami berkumpul dan mendapatkan pengarahan dari Kakak Pembina kami yaitu Kak chucky, Kak Gustab dan Kak Hendra. "Latihan hari ini selesai. Besok kumpul di padepokan  paling lambat pukul 06.00 dan jangan sampai ada barang dan alat yang tertinggal. Semua mengerti..??" kata Kak chucky. "Siap mengerti.." jawab kami serentak. "Baiklah setelah ini langsung pulang kerumah masing-masing. Balik kanan bubar jalan..." Kata Kak chucky Setelah sampai di rumah aku memeriksa kembali semua perlengkapan untuk besok setelah itu aku segera tidur karena sudah malam. Keesokkan harinya, pukul 06.00 pagi kami sudah berkumpul di padepokan  seperti perintah Kakak Pembina kami kemarin sebelum berangkat kami dibariskan terlebih dahulu lalu setelah diberikan pengarahan semua anggota berangkat menggunakan mobil yang telah tersedia tetapi aku dan dandi dipanggil oleh Kak chucky untuk mengambil tenda dan pasak di Sanggar. "Danti, Dandi cepat ke sini sebentar.." panggil Kak Hendra. "Ya, ada apa kak..?" jawabku. "Tolong ambilkan tenda dan pasak di dalam sanggar.." "Siap kak.." ucap kami berdua. Aku dan andi pun langsung ke sanggar untuk mengambilnya setelah itu kami langsung memberikannya kepada Kak chucky dan berangkat ke lokasi perkemahan. "Ini tenda dan pasaknya kak.." kata Dandi. "Terima kasih, ayo cepat kalian naik ke mobil nanti kalian bisa tertinggal.." kata Kak Hendra. "Baik, kak.." jawab kami. Di perjalanan Yolan, Anggie, matsuhita , Kak Venny dan Kak tanikurabasa terus bernyanyi sambil tertawa dan membuat kami semua ikut bernyanyi bersama. Tidak terasa kami sudah sampai di lokasi perkemahan lalu kami turun dari mobil sambil bergotong-royong menurunkan semua perlengkapan yang kami bawa. "Kak Venny, tolong bawa tali ini.." ucap supernova . "Ya, dik.." jawab kak Venny. "Anggie, matsuhita  tolong bantu aku membawa stuk ini.." kataku. "Oke dan.." jawab mereka. Setelah semua perlengkapan diturunkan dari mobil, kami bersama-sama masuk ke lokasi perkemahan dan mencari lokasi untuk mendirikan tenda. Dari sini semua ketakutan itu mulai muncul. Awalnya kami memilih lokasi yang letaknya di depan tetapi karena di depannya ada tempat sampah yang besar dan semua anggota tidak tahan dengan bau sampah akhirnya kami mendirikan tenda tepat di seberang lokasi tenda milik regu putra. Saat sedang mendirikan tenda, tiba-tiba salah satu dari kami yaitu Kak tanikurabasa menangis. Kami pun kaget dan bingung namun kami mencoba untuk bertanya padanya. "Kak, Kak tanikurabasa kenapa menangis..?" tanya Anggie. "Tadi di sana ada cewek pakai baju putih.. hik.. hik.. hik.." jawab Kak tanikurabasa. "Gak ada siapa-siapa tan di sana. Mungkin kamu salah lihat saja.." ucap kak Wulan. "Tapi, dia masih ada di sana.. hik.. hik.. hik..." masih menangis. Salah satu dari kakak penegak kami yaitu Kak Agus mengajak Kak tanikurabasa menjauh dari lokasi tenda dan menenangkan Kak tanikurabasa. Setelah tenda selesai didirikan dan Kak tanikurabasa sudah mulai tenang kami pun berkumpul dan berbincang dalam tenda tetapi Kak tanikurabasa tetap tidak mau kalau pintu tenda bagian belakang dibuka padahal kami semua sudah merasa kegerahan. "Jangan dibuka pintu belakangnya, aku gak mau masuk kalau dibuka pintu belakangnya..." ucap Kak tanikurabasa. "Tapi kak panas..." Jawab supernova . "Sudah ikuti saja, jangan dibuka dulu pintu belakangnnya.." Kata Kak Agus. "Baik, Kak Agus.." Jawab supernova . Lama-kelamaan Kak tanikurabasa sudah mau kalau pintu tenda bagian belakang dibuka dan kami bercanda dengan serunya namun saat pandangan Kak tanikurabasa kembali tertuju ke arah sana, Kak Agus langsung bertanya. "Dik, cewek itu pakai baju apa? lagi ngapain tuh cewek..?" Tanya Kak Agus. "Putih kak, dari tadi dia ngelihat ke sini terus kak.." Jawab Kak tanikurabasa. "Gak usah dilihat itu cewek.." Jelas Kak Agus. Kak Gustab menyuruh aku dan Anggie untuk membeli garam yang akan ditaburkan di sekitar tenda agar terhindar dari binatang melata. "Gik, tolong beli garam di depan?�? pinta Kak Gustab. "Baik, kak.." jawab Anggie. "Dan, temani aku beli garam yuk..?" kata Anggie. "ok, gik.." jawabku. Kami berdua langsung ke warung di depan lokasi perkemahan setelah mendapatkan garam kami langsung kembali ke tenda dan menaburnya di sekitar tenda dengan teman-teman yang lain. Sekitar pukul 03.30, masing-masing 10 orang dari regu putri dan putra mengikuti upacara pemindahan batu pertama namun belum lama gladi resik 3 orang temanku kembali ke tenda karena sakit namun saat mulai upacara lama-kelamaan 6 orang lagi izin ke toilet, dan pulang ke tenda sebentar dan tidak kembali lagi ke lapangan upacara. Tinggal aku sendirian sampai aku menangis dan akhirnya ikut barisan SMP negeri 24, upacara itu berlangsung selama 3 jam. Malam harinya, kami menentukan tempat tidur kami tetapi tidak ada yang mau tidur di bagian ujung dekat pintu belakang akhirnya aku yang memutuskan untuk tidur di ujung sekali. Lalu saat sedang makan kami mendapat berita duka dari matsuhita . Kakak sepupunya menelepon kalau tantenya matsuhita  meninggal dunia. Suasana menjadi sunyi dan penuh air mata. Kring.. Kring.. Kring, telepon berbunyi. "Halo, assalamualaikum, ada apa kak? serius kak Tante meninggal jangan bercanda, soalnya Risa lagi kemah sekarang kak! sekarang jenazah Tante ada di mana kak? di Rs. Benteng, ya sudah Risa ke sana sekarang kak. hik.. hik.. hik.," Jawab matsuhita  sambil menangis. "sabar ris" ucap kami. Saat matsuhita  diantar pulang oleh Kak chucky tiba-tiba Kak Venny dan Anggie ikut menangis yang kami pikir mungkin mereka ikut berduka atas meninggalnya Tante yang sangat matsuhita  sayangi itu. Saat malam api unggun, tidak ada hal yang menakutkan namun sangat disayangkan baru pukul 11.00 malam tetapi acara api unggun harus dihentikan karena turun hujan deras. Saat kembali ke tenda ternyata banjir jadi pihak panitia menyuruh untuk tidur di Aula dan Mess. "Kak, bagaimana ini tendanya banjir..??" tanyaku. "Tadi pihak panitia sudah menyuruh agar pindah ke Aula dan Mess, jadi cepat kemasi barang yang kalian perlukan.." Jelas Kak chucky. "baik, kak.." Jawabku. Saat berada di Aula, Kak Agus tak seperti biasanya. Dia hanya diam dan wajahnya pun pucat pasi. Saat kami tanya dan menyuruhnya untuk makan Kak Agus hanya merespon dengan anggukan kepala saja. Ini seperti bukan Kak Agus yang biasanya karena Kak Agus itu orangnya ceria dan suka ngelawak. "Kak, makanlah dulu..??" ucapku. Kak Agus hanya diam. Lalu kami bertanya pada Kak chucky soal Kak Agus. "Kak chucky, Kak Agus itu kenapa..??" tanya supernova . "Sudahlah, dia itu lagi ngurus kalian.." Jawab Kak chucky. Aku juga bertanya dengan kak Venny kenapa tadi dia nangis waktu makan dan sewaktu matsuhita  pulang. "Kak Venny tadi kenapa nangis? sedih karena tantenya matsuhita  meninggal ya kak..??" tanya ku. "Iya dik, tapi tadi juga Kakak lihat ada bayangan cewek di sebelah Danti.." jawab kak Venny. "Serius kak?.." ucapku. "Serius, dik.." Ucap kak Venny. Anggota putri mendapatkan kamar di Mess dengan kakak-kakak dari SMA Negeri 11, satu kamar ditempati oleh 28 orang. Lagi-lagi ada yang melihatnya tetapi bukan kami melainkan dua anggota dari kakak SMA Negeri 11 yang pergi ke toilet. "tok.. tok.. tok.. tok.." "Kenapa kalian ini..??" tanya Kakak Pembina mereka. "Kak!! Kami tidak jadi ke toilet. Ada hantu cewek di sana kak." ucap mereka. "Kalian ini sudah SMA tetapi masih seperti anak kecil. Apa kalian tidak malu dengan adik-adik SMP..?" Kata kakak Pembina itu. Seperti biasa pukul 04.00 pagi aku sudah terbangun ku lihat semua orang masih tertidur karena semuanya mengobrol sampai pukul 03.00. Tak lama Kak tanikurabasa juga bangun ternyata dia tidak tidur semalam. Padahal yang bisa melihat hal-hal aneh sudah diperintahkan untuk tidur duluan dan ku lihat semalam Kak tanikurabasa sudah tidur. Aku terkejut saat dia bercerita kepadaku tentang semalam. "Kak tanikurabasa sudah bangun.." tanyaku. "Sudah dik. Oh ya, semalam dia ke sini dik.." Ucap Kak tanikurabasa. "Dia siapa kak..??" tanyaku. "Cewek yang kemarin itu.." Jelas Kak tanikurabasa. "Serius kak! ngapain itu cewek ke sini kak? Bukannya kak sudah tidur ya semalam..??" tanyaku. "Dia cuma ngelihat aja sepertinya ada yang dia cari, Kakak gak tidur semalam dan waktu dia datang Kakak tahu tetapi pura-pura tidur.." jawab Kak tanikurabasa. "Jam berapa kak? Apa waktu Kakak-Kakak SMA 11 sudah tidur..??" tanyaku. "Kakak gak lihat jam, yang pasti Kakak-Kakak SMA 11 masih ngobrol namun mereka gak ada yang tahu kalau semalam dia datang.." jelas Kak tanikurabasa. "Tapi, kenapa dia ganggu kita selama di sini,.??" tanyaku. "Itu karena dia marah tempat tinggalnya diganggu karena adanya perkemahan ini, lagi pula tadi siang waktu nabur garam, lemparan terakhir oleh Kak Agus dilemparkan tepat ke arah dia. Kemudian, saat Kak Agus bermain senter tembak sehabis api unggun tadi Kak Agus itu sengaja mengarahkan senter itu ke arahnya itu buat dia marah banget. Lalu saat di Aula Kak Agus diam dan wajahnya pucat itu karena dia diikuti oleh cewek itu dan cewek itu tepat berada di belakangnya.." Jelas Kak tanikurabasa. "Berarti itu memang salah kita kak, karena Kak Agus sudah mengusik ketenangannya.." tanyaku. "Ya, dik. Tidak perlu beritahu anggota lain ya? karena dia tidak mau diketahui orang banyak.." jawab Kak tanikurabasa. "Ya, kak..." ucapku. Tak terasa Sudah waktunya salat subuh, aku dan Kak tanikurabasa membangunkan semua anggota regu kami untuk salat subuh. Pagi hari, kami bersiap-siap pulang dan aku sangat mengingat detail sosok gadis lesbi yang diceritakan oleh Kak tanikurabasa tadi subuh. Setelah sarapan kami bermain-main dahulu dengan monyet yang ada di lokasi perkemahan. Pagi ini penuh dengan keceriaan. Lalu barulah kami pulang kembali ke SMP Negeri 29. .



8

Treeet… Treet, bunyi bel padepokan ku, waktunya pulang padepokan , semua murid keluar dengan berhamburan kemana mana, ada yang ke tepi jalan, ada yang nunggu dan masih banyak lagi, melainkan aku, aku melangkahkan kaki ku ke perpustakaan, sebab aku lupa mengembalikan buku pinjaman ku, karena aku meminjam labih dari seminggu. "aduhh, pintu ditutup lagi, kalo besok aku pasti kena marah, gimana kalo aku manjat aja kan di belakang perpus ada jendela terbuka, asyik aku gak kena marah.." kata ku sambil beranjak pergi ke belakang perpustakaan Tiba tiba ada sosok cowok yang memnggil ku di belakang "wooy, ngapain lo di sana, mau maling ya..?" tanya rehan teman sekelasku "kagak kok cuma mau ngembaliin buku�? kataku sambil lega "apaa, jam segini mau ke perpustakaan, lo kagak tau kejadian yang dulu�? kata rehan membuatku merinding "emang kejadian apaan?�? kataku sambil mengelus rambutku "dulu ada kakak kelas kita pernah dibunuh sama penghuni di sana, katanya sih penghuninya itu setan, hiiih lo emang berani�? kata rehan membuat bulu kudukku naik "bener lo.." kata ku curiga "bener lah ngapain juga aku bohong sama kamu, ya udah aku pulang ya, nanti kelamaan di sini, aku takut" kata rehan langsung pergi meninggalkanku Aku pun seorang di sana, sepertinya hanya aku yang ada di padepokan an itu, melainkan di belakang perpustakaan itu, bulu kudukku makin menaik, tapi kalau tidak sekarang buku itu dikembalikan nanti aku kena marah, Aku akan memberanikan diri untuk masuk ke dalam, akhirnya aku manjat.. "lo harus berani angel, harus bisa�? kataku sambil masuk ke dalam Setelah sampai di dalam, tiba tiba jendelannya tertutup sendiri, "bruuk..", aku sangat kaget, aku mencoba membukanya tapi tidak berhasil, aku kiranya aku memecahkan kaca jendela itu memakai buku pinjamanku, dan aku sempat bisa keluar tapi aku terjatuh lagi, "tolong tolong, pak petugas tolong aku.." kata ku teriak sambil menangis Tiba tiba ada sosok penamakan orang yang membawa seikat kantong plastik berwarna merah, ku kira itu adalah tulang manusia, aku segera pergi dan memanjat untuk bisa pergi dari sana, dan aku kiranya jendela itu pun bisa terbuka dan penampakan itu juga sudah menghilang, aku lalu loncat turun, dan langsung mengambil buku dan lari sekencang kencangnya meninggalkan perpustakaan itu, Kesokan harinya. "angel.. Angel, bangun nak udah pagi.." kata ibuku membangunkanku "iya bu," kataku sambil bangun dan segera mandi. Sehabis aku mandi dan langsung memakai pakaian..Aku langsung beranjak pergi ke padepokan , sesampai di padepokan , aku langsung lari menuju kelas dan langsung duduk ke bangku ku… "pagi angel, ada info baru gak..?" tanya sahabatku syari "tentunya ada, pokoknya mengerikan dan menakutkan.." kataku menjawab "emang ada kejadian apa.." tanya syari "nanti aja pas waktunya istirahat.." kata ku "baiklah" kata syari senyu Tiba tiba rehan dateng membawa kantong plastik berwarna merah.. Aku mengingat seketika penampakan itu membawa sekatong tulang manusia "rehan, lo bawa apa..?" tanyaku heran "ini makanan kesukaan ku, sate.." kata rehan lalu duduk di bangakunya "yaelah gue kira tulang" kataku keceplosan "apaaa, tulang..?" kata rehan dan syari bebarengan "maaf aku lagi melamun, maaf.." kata ku berbohong Tiba tiba ada beberapa murid yang dibawa ke uks, sempet waktu itu tidak ada yang ngajar, aku dan temen temen pergi ke uks melihat situasinya, sesampai di uks, aku bertanya kepada kakak yang ada di sana.. "kakak, ini temennya kenapa kak..?" tanyaku curiga "ini katanya dia ngelihat penampakan hantu di perpustakaan, dan dia langsung pingsan dan kepalanya berhamburan darah, untung aja dia selamat, kalau enggak dia bisa mati dijadiin tumbal�? kata kakak kelas "tumbaal.." kata aku, rehan, syari bebarengan "tumbal untuk apa kak..?" kataku "bisa aja untuk dia hidup kembali atau bisa jadi untuk dimakan sama tu setan.." kata kakak kelas itu dan langsung pergi ke kelas "kasian banget ya kakak nya.." kata teman teman ku Aku dan temen ku langsung pergi ke kelas dan duduk sambil melamun, "apa bener, perpustakaan itu minta tumbal.." tanyaku dalam hati Treeet.. Treeet.. Treeet, bunyi bel istirahat, semua murid keluar kelas, ada yang kejar kejaran, lompat lompat, sedankan kita bertiga bercerita, "kalian gak tau, kemarin pas aku ke perpus, aku ngeliat kejadian aneh dan menyeramkan, pas itu aku ngelihat penampakan hantu yang membawa kantong plastik berwarna merah, dan aku yakin pasti dalamnya tulang manusia, dan Aku waktu itu sempet nangis tersesak sesak, soalnya hantunya serem aku aja baru pernah ngeliat hantu.." kataku sambil menutupkan mata "masa sih..?" kata syari "jelas aja kakak kelas kita pingsan dan langsung di bawa ke uks, ternyata perpustakaannya itu keramat.." kata rehan "suut, lo jangan ngomong sembarangan, nanti di digentayangin tau.." kata ku "maaf, maaf, gak sengaja.." kata rehan "truus lo nggak jadi ngembaliin buku itu..?" tanya syari "ya gak jadi lah orang udah gugup gitu mana sempet ngembaliin.." kata ku "ya udah kalo gitu ke kelas yuk." kata rehan "yuk.." kata syari "ya udah yuk.." kata ku Saat pulang padepokan  di rumah.. "ibu, di padepokan  angel ngeliat setan lo bu.." kataku "ya udah kalo ngomongin setan itu masalahnya sama bapak mu jangan sama ibu.." kata ibuku "yaah ibu, orang beneran" kata ku langsung pergi ke kamar Saat di kamar.. "huuh, masa sih perpustakaannya keramat, nanti aja, tanya bapak.." kata ku langsung ganti baju Setibanya bapak di rumah, "pak, aku punya berita baru" kata ku "berita apa..?" tanya bapak ku "kemarin angel ngeliat setan lo pak, dan setan itu hampir bunuh kakak kelas angel, angel jadi takut pak�? kata ku "emang kamu ngelihatnya di mana..?" kata bapakku bertanya "di perpustakaan.." kata ku "jelaslah kamu dicari, bapak pas padepokan  di sana juga sempet kaya kamu, setau bapak, dulu perpustakaannya sebenernya gak ada yang bangun, dan dulu murid murid dan guru guru kaget melihat peristiwa itu, ada di padepokan  itu, dan di perpustakaan itu banyak orang yang terbunuh, jadi bapak sarankan jangan pernah coba coba masuk ke tempat itu, karena perpustakaan itu peminta tumbal tumbal manusia, supaya penghuni disana bisa makan sepuasnya.." kata bapakku menceritakan "ternyata gitu asal mula perpustakaan itu, jelas banyak kejadian aneh.." kata ku Esok harinya di padepokan  aku menceritakan semua yang sebenarnya yang terjadi dengan perpustakaan kita, "ternyata perpustakaan itu peminta tumbal" kataku "apaa, ternyata bener yang diceritakan sama kakak kelas itu" kata syari "aku jadi takut.." kata rehan "mending kita jelasin dengan benar ke bu kepala padepokan  agar perpustakaannya dibangun ulang aja, supaya tidak banyak korban yang terbunuh di sana.." kata ku "bener juga.." kata rehan "ya udah buruan ke ruang kepala padepokan " kata syari Setiba di ruang kepala padepokan , aku dan temen ku menceritakan semua apa penyebab murid murid meninggal atau terluka luka, aku menceritakan panjang lebar ke bu kepala padepokan , dan sejak itu perpustakaan itu dibangun ulang supaya tidak ada korban tumbal lagi, selesai perpustakaannya dibangun, murid murud serta guru guru sangat gembira karena tidak ada kejadian aneh lagi di padepokan  itu, dan semestinya guru guru tetap waspada terhadap murid murid nya. Tamat .





9

Malam berganti pagi, seperti biasa ibu mengajakku untuk bersih bersih rumah. Setelah itu aku pun segera mandi dan sarapan. Aku pun masuk padepokan  jam setengah 7 pagi. Sesampainya aku disana, aku melihat ada seorang anak kelas 1 yang sepertinya belum pernah aku jumpai, entah mengapa kepalanya selalu menunduk. "de? Ade namanya siapa..?" kataku. "nama saya nia.." kata anak itu. "looh? Kamu murid baru ya? Habis, aku sudah tahu semua nama anak kelas 1 selain kamu.." kataku lagi. Tetapi, pas aku tanya begitu, dia langsung berlari ke arah ruang kelas yang telah dikosongkan kemarin, aku pun tidak segan segan untuk mengejarnya, tapi saat aku lihat ke dalam kelas kosong tersebut, anak kelas 1 itu sudah tidak ada. Aku pun segera berlari ke kelas karena takut, aku takut anak itu bukan manusia melainkan setan atau jin yang menggangguku. Aku pun berlari lebih cepat agar tidak ketinggalan baris berbaris. Setelah aku baris berbaris, aku pun masuk ke kelas. "eh.. Aurell, kok wajahmu tiba tiba pucat..?" kata olivia. "gak kok.." kataku singkat. Padahal aku ingin sekali menceritakan apa yang terjadi tadi. Pagi pun menjelang siang, istirahat pun dimulai, aku penasaran dengan kelas kosong itu, jadi aku pun tergoda untuk masuk ke dalam kelas kosong itu lagi, aku juga mengajak temanku olivia untuk menemaniku di kelas kosong itu, tiba tiba wussss ada bayangan hitam masuk ke dalam mulutku, aku pun tidak dapat mengingat apa apa, aku berteriak, "aku nia, aku sudah mati ahahahahaha.." kataku mengelegar. Temanku olivia pun memanggil teman teman yang lainnya, antara lain tanaya, syahra, rifan, salman, riza, kamila, kalisa, sekar, dzaki dan zahra. Riza dan syahra mengikat tanganku dengan tali rafia, olivia membaca ayat ayat kursi, salman dan kalisa membaca surat surat pendek, rifan melakukan pengusiran, rifan memang ahlinya dalam mengurus hal seperti ini. Yang lainnya menahan tangan, kaki dan memborgol tali rafia tersebut "aku merasa ada di dunia yang berbeda, semuanya berwarna putih.. Tak ada jalan keluar.." kataku lagi, setelah berjam jam berlari, aku pun mmenemukan jalan pintasnya, wuuuusss.. Bayangan hitam itu pun keluar dari mulutku, rifan pun menangkapnya dan membakarnya. Hari pun berlalu.. Aku pun segera pulang ke rumah, tapi hal ini belum diselesaikan.. Ternyata aku baru tahu bahwa nia itu sahabatku di dunia lain.. .



10

Kukuruyukkk Suara ayam membangunkan tidurku. Sebenarnya itu bukan suara ayam sungguhan, melainkan suara alarmku. Kubuka jendela, kutatap langit biru berselimutkan awan putih yang lembut, kuhirup dalam-dalam udara segar, pelan-pelan semilir angin meniup rambutku dan korden jendela kamar yang terletak di lantai 2 ini. Ini hari pertama aku berada di villa milik ayahku. Sepertinya, aku akan menghabiskan liburan kelulusan SMAku di sini. Aku di sini bersama Ayah, Ibu dan adikku. Kurasa di sini aku akan tenang karena aku bebas dari polusi udara dan keramaian kota. Ya! Tentu saja di sini aku juga tidak bertemu dengan kakakku Noni yang cerewet dan selalu sok tahu soal cinta karena dia sibuk kuliah. Dia selalu menasehatiku soal cinta karena memang aku sering salah memilih dalam cinta dan akhirnya patah hati. "Rayya.. Sarapan dulu.." Panggil ibuku dari lantai bawah "Iya ibu sebentar ya.." jawabku sambil bercermin merapikan rambutku dan membersihkan wajahku. Aku segera membuka pintu kamar dan menuruni tangga. Kami pun makan bersama. Selesai makan aku kembali ke kamar untuk mengambil dan memakai jaket. "Yah, Bu. Rayya boleh jalan-jalan di sekitar sini kan..?" izinku pada ayah dan ibu "Iya boleh...." "Tapi hati-hati ya.." kata ayah dan ibu bersamaan "Aldo boleh ikut nggak, kak..?" sahut adikku "Nggak boleh ya, dik. Kapan-kapan aja ikutnya hehehehe.." kataku sambil meringis Aku pun keluar dari villa yang menghadap ke arah utara ini. Jalan di villa ini belum diaspal dan masih banyak batu kecil bertebaran di jalan. Tapi di sini sangat sejuk karena banyak pepohonan. Sebelumnya aku belum pernah jalan-jalan di sekitar sini. Jadi, aku sedikit bingung. "Hmm.. Jalan ke arah barat apa timur ya..?" tanyaku dalam hati "Timur aja deh kalau barat malah menuju jalan raya.." jawabku sendiri Pelan-pelan aku berjalan ke arah timur. Kulihat kanan kiri sepanjang jalan kawasan villa ini. Sepi.. Sangat sepi, yang ada hanya mobil yang parkir di depan beberapa villa. Mungkin pemilik villanya sibuk di dalam rumah. Aku terus berjalan menyusuri kawasan ini. Akhirnya, aku berhenti karena aku sudah berada di villa yang terletak di paling ujung. "Hei!.." Aku menoleh terkejut karena ada yang menepuk pundak kananku dan memanggilku, seketika leherku merinding. "Ka.. kamu siapa..?" tanyaku gugup "Kenalin aku Reihan, panggil aja Rei. Kamu pasti lagi liburan di sini ya? Namamu siapa..?" jawabnya "I, iya. Aku Rayya. Kamu tinggil di villa sini..?" tanyaku lagi "Iya. Itu villaku.." ucapnya sambil menunjuk villa bercat putih yang terdapat mobil merah di depannya yang terletak di selatan jalan. Aku hanya mengangguk dan membulatkan mulutku membentuk huruf O. "Jalan-jalan bareng yuk..?" ajaknya "Hmm boleh. Ke mana..?" tanyaku "Ke situ lurus aja terus, di sana ada taman sama danau kok.." jawabnya sambil menunjuk jalan setapak di sebelah villa paling ujung. Aku dan Rei langsung berjalan bersama, mengobrol, dan bercanda. Tapi entah mengapa aku masih merasa merinding, mungkin karena udara di sini memang dingin. Benar saja, di sini ada taman dan danau. Rei memetik salah satu bunga dan meletakkannya di atas telinga kananku. "Aaaa Rei kamu kok romantis sih berasa di negeri dongeng nih jadinya.." candaku "Hehehe biasa aja kok.." ucap Rei sambil tersenyum Aku mengorek saku celanaku untuk mengambil handphoneku. Ternyata, handphoneku tidak kubawa. "Cari apa sih..?" tanya Rei penasaran "Handphone Rei. Aku pengen foto-foto di sini pemandangannya indah banget sih. Sayangnya handphoneku ketinggalan.." jawabku dengan muka kecewa "Ya udah gak apa-apa kali, besok kan masih bisa ke sini. Besok kita jalan-jalan ke sini lagi deh.." "Beneran Rei?..?" "Iya bener Rayya.." Karena hampir 30 menit aku berjalan-jalan, aku memutuskan untuk kembali ke villa. Ketika sampai di jalan depan villa Rei, Rei berjalan meninggalkanku dan tersenyum padaku. Sesampainya di villa, aku langsung masuk kamar, aku mengambil buku diary kecil yang selalu aku bawa ke mana-mana di tasku. Aku menulis curahan hatiku tentang pagi hari ini bersama Rei Isinya "Dear diary.. Hari ini sangat indah. Aku benar-benar menemukan sosok yg berbeda. Entah mengapa walaupun baru sekali aku bertemu Rei aku merasa sangat nyaman dengannya. Dia sosok yang baik dan polos. Aku berharap bisa mengenalnya lebih dekat.." Aku baru teringat. Ternyata bunga yang diberikan Rei di telingaku belum aku ambil. Aku pun mengambil bunga itu dan meletakkannya di atas kertas diary yang bertuliskan curahan hatiku hari ini. Aku merebahkan badanku di kasur dan memeluk buku diaryku sambil tersenyum menatap langit-langit kamarku, aku mengingat kembali wajah dan senyum Rei. Ohh.. Benar-benar tampan seperti pangeran. Hari berikutnya. Setelah bangun tidur aku langsung mandi, supaya aku bisa jalan-jalan lebih lama. Aku keluar dari villa, alangkah terkejutnya aku melihat Rei sudah berada di depan villaku. "Rei kamu kok tau villaku sih..?" "Tau dong. Hebat kan..?" "Iya hebat banget deh.." "Handphonenya nggak ketinggalan lagi kan..?" "Enggak dong Rei.." Aku langsung berjalan bersama Rei, kami saling berbagi tentang cerita kami masing-masing. Dia benar-benar membuatku sangat nyaman. Sampai di taman, aku dan Rei berfoto-foto ria, sekitar 20 foto yang aku dapatkan bersama Rei. Di taman, aku dan Rei juga bercanda dan berkejar-kejaran. Tiba-tiba saja Rei menyuruhku untuk memajamkan mata, aku penasaran apa yang akan dilakukan Rei, ketika Rei menyuruhku untuk membuka mataku ternyata ia memasangkan kalung yang terbuat dari rangkaian bunga di leherku. Aku tidak tahu dari mana Rei mendapatkan kalung itu, yang pasti aku sangat senang dengan pemberian Rei. Setelah itu, aku berfoto dengan memakai kalung rangkaian bunga yang diberi Rei itu. "Rayya ke situ yuk!.." ajak Rei sambil menunjuk tepi danau "Ayo ayo.." sahutku sambil mengangguk-angguk Di tepi danau, Rei duduk di sebelah kananku. Rei melempar batu kecil ke danau dan terdiam tidak mengucapkan sepatah kata pun di sini. Tanpa sengaja, tangan kananku menyentuh tangan kiri Rei. "Rei tanganmu kok dingin banget? Kamu sakit ya..?" tanyaku cemas "Mmm.. enggak kok.." jawabnya sambil tersenyum Sesekali aku menengok jam di handphoneku, tanpa kusadari ternyata sudah 1 jam lebih aku meninggalkan villa. Aku memutuskan untuk pulang, tetapi Rei tidak ingin pulang dan masih ingin di tepi danau. Rei mengajakku untuk berjalan-jalan lagi nanti sore, aku menyetujui ajakan Rei. Di perjalanan pulang aku baru tersadar kalung rangkaian bunga yang dipakaikan Rei tidak ada, mungkin saja putus di jalan. Sampai di villa, aku duduk di ruang tamu villaku ini. Aku membuka galeri foto handphoneku, kulihat foto-fotoku bersama Rei, itu membuatku tersenyum-senyum sendiri. Ada pose yang paling kusukai saat foto bersama Rei, yaitu pose saat Rei mengacak-acak rambutku, aku pun menjadikan foto itu sebagai wallpaper handphone. "Hayoo senyum-senyum sendiri!.." canda ibuku yang tiba-tiba duduk di sampingku "Ciye kak Rayya lagi jatuh cinta ya..?" sahut adikku "Ih ibu sama aldo apaan sih.." ucapku dengan tersipu malu "Jujur dong kak. Kan kakak orangnya tukang jatuh cinta tuh.." ejek adikku "Aldo apaan sih anak SD aja sok tahu banget.." ujarku sambil mencubit gemas pipi adikku "Ngomong sama ibu dong Rayya jatuh cinta sama siapa.." kata ibuku dengan tersenyum "Enggak bu, Rayya enggak lagi jatuh cinta kok. Ini lhooo Rayya baca cerita temen Rayya di sms lucu banget jadinya Rayya senyum-senyum sendiri deh.." jelasku dengan terpaksa berbohong Seiring berjalannya waktu, sore pun tiba. Aku bergegas merapikan penampilanku dan keluar dari villa. Lagi lagi, Rei sudah berada di depan villaku. Aku jadi heran dengannya mengapa dia selalu datang tepat waktu, dia bilang dia tidak ingin membuatku menunggu. Langit terlihat mendung dan dipenuhi awan hitam. Sepertinya, sebentar lagi hujan akan turun. Rei pun mengajakku ke villanya. Saat aku masuk ke ruang tamu villanya, kutatap sekeliling ruang tamu yang sangat rapi dan bersih itu. Aku mendekati meja kecil yang berada di sudut ruang tamu itu dan mengambil salah satu foto 4 orang memakai batik yang bingkainya paling besar di meja itu. "Rei ini foto siapa aja..?" "Itu foto keluargaku. Itu ayah, ibu, aku dan kakakku. Oh iya aku bikinin minum dulu ya.." "Oke Rei.." Saat Rei di dapur, aku sendirian di ruang tamu, entah mengapa aku menggigil kedinginan di sini. Beberapa saat kemudian, Rei datang dengan membawa 2 gelas teh hangat, dia pun memberikan 1 gelasnya untukku. "Rei rumahmu kok dingin banget ya.." kataku sambil melipat tanganku karena kedinginan "Tuh ACnya aja nyala.." ujarnya sambil menunjuk AC yang berada di dinding atasku "Oh iya.." sahutku singkat Dalam hati aku bergumam, ketika tadi aku masuk villa ini tidak ada AC yang kulihat di ruang tamu ini. Tapi mungkin memang aku kurang teliti atau tidak sadar jika ada AC. Aku pun meminum teh yang diberi oleh Rei. "Rei, kamu udah kuliah atau masih padepokan  sih..?" "Aku udah kuliah baru semester 3, jurusannya ilmu komputer di Universitas X. Kalo kamu..?" "Aku baru aja lulus SMA nih rencananya mau ngelanjutin di Universitas Y jurusannya ilmu gizi. Jadi harusnya aku panggil kamu Kak Rei dong..?" "Wah bagus dong semoga diterima ya. Ah enggak, panggil Rei aja gak apa-apa kali.." "Iya deh Kak Rei, eh maksudnya Rei. Ini kok kayaknya nggak jadi hujan ya aku pulang dulu ya..?" "Mau aku anter Rayya..?" "Enggak usah makasih hehe.." "Ciye Rayya kok sekarang hobi banget jalan-jalan ya.." kata ayah yang sedang membaca koran di teras villa "Kan biar sehat yah.." sahutku dengan tersenyum lebar dan duduk mendekati ayah "Kok senyumnya seneng banget gitu ada apa sih..?" tanya ayahku "Emm.. ehh.. kan abis jalan-jalan jadinya seger terus jadinya seneng deh. Yah, aku masuk dulu ya.." jawabku dengan alasan sedikit tidak nyambung dan langsung masuk ke dalam villa. Aku menghampiri adikku yang sedang menonton tv dan mengemil keripik singkong. Aku ikut mengemil singkong yang dibawa adikku. Belum selesai aku menguyah makanan, kata-kata adikku sangat mengejutkanku. "Kak Noni mau ke sini loh, Kak.." "Apa Do? Tolong ulangi sekali lagi.." "Kak Noni mau ke sini, tapi nggak tau kapan Kak.." Aku batuk tersendak. Rasanya aku kejatuhan bulan dan disambar petir mendengar kata-kata itu. Jika Kak Noni ke sini pasti dia cerewet dan sok tahu, aku tidak dibolehkan ini itu ini itu. Malam pun tiba. Kulihat jam di kamarku menunjukkan pukul 20:00. Aku mengambil buku diaryku dan membuka satu per satu lembarannya. Ketika aku membuka sampai pada lembaran curahan hatiku saat bersama Rei, semerbak wangi bunga menyengat di hidungku, seketika korden jendela tertiup angin yang cukup kencang. Walaupun bunga yang diberikan Rei kemarin sudah hampir layu, entah mengapa wanginya masih begitu menyengat. Aku kembali menulis curahan hatiku Isinya "Dear diary.. Jika kuingat sosok Rei, terasa begitu bahagia hati ini. Dia sudah berhasil menyelip di ruang kecil hatiku dan menjadi sosok baru yang berhasil mewarnai kehidupanku. Terlalu cepatkah jika aku menyebut ini cinta? Tapi.. kenapa ya dia tidak meminta nomer handphoneku..?" Selesai menulis, aku menyimpan buku diaryku di bawah bantalku. Aku membaringkan tubuhku untuk segera tidur. Sebelum tidur aku mengambil handphoneku, membuka galeri fotoku dan melihat kembali fotoku bersama Rei saat di taman. Perlahan aku mulai terlelap tidur. Baru saja aku terlelap tidur, aku terbangun karena aku memimpikan Rei. Aku bermimpi aku dan Rei berada di ruangan putih yang sangat luas, awalnya Rei menggenggam tanganku dan mengucapkan terimakasih padaku karena aku sudah menemani dirinya, perlahan Rei melepaskan genggaman tangannya mulai menjauh dan menghilang. Aku pun mencoba untuk tidur kembali. Kring.. Kring.. Kring Kini jam bekerku membangunkanku, bukan alarm handphoneku lagi. Kubuka korden jendela kamarku, tampak di luar rintik hujan menetes. Sebenarnya aku ingin jalan-jalan pagi ini, namun aku mengurungkan niatku untuk berjalan-jalan karena hujan. Sesekali aku menengok ke bawah dari jendela, aku melihat Rei berada di bawah sana. Aku tak percaya, aku pun mengucek mataku, kulihat lagi di bawah sudah tidak ada Rei. Mungkin tadi hanya imajinasiku saja. 1 jam kemudian, hujan mulai reda. Aku berpamitan pada ayah dan ibuku untuk berjalan-jalan. Aku pun keluar dari villa ini. "Rei mana ya? Tumben nggak ada.." gumamku dalam hati sambil menengok kanan kiri halaman villa Aku mulai berjalan pelan meninggalkan villa dengan sedikit kecewa karena tidak ada Rei yang biasanya menungguku. Tiba-tiba "Hayoo nyariin aku ya.." Rei menepuk pundakku dari belakang "Ih bikin kaget aja deh kamu. Iya nih.." kataku dengan sedikit kesal "Jangan marah maaf deh maaf.." ucap Rei merasa bersalah "Oh iya ke danau yuk..?" lanjut Rei "Boleh boleh.." jawabku mengangguk-angguk Sampai di danau, kami duduk di tepi danau sambil memainkan kaki di air. Terjadi obrolan antara kami "Rei kamu di villa ini sama siapa sih..?" "Sendirian.." "Nggak takut? Ortumu ke mana..?" "Enggak dong kan udah gede. Ahh apa.. mm.. ortuku sibuk kerja.." "Gitu.. ngomong-ngomong aku kok gak pernah liat kamu pegang handphone ya.." "Handphoneku rusak.." "Rei??? Kok mukamu pucet gitu sih..?" "Iya nih tapi aku nggak apa-apa kok.." "Oh iya Rei. Tadi malem aku mimpi kamu bilang makasih dan ninggalin aku. Aku jadi takut nih Rei.." "Ahh aku nggak akan ninggalin kamu kok, Ray. Kamu nggak berdoa kali sebelum tidur jadinya mimpi buruk gitu.." "Hehe iya bener banget Rei aku lupa berdoa.." Kuhabiskan waktuku di danau untuk berfoto-foto bersama Rei, hingga akhirnya aku memutuskan untuk pulang. "Inget ya Rayya, yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Yang jauh bukan berarti tidak bisa menyatu.." kata Rei dengan tersenyum dan memegang pundakku "Maksudnya..?" tanyaku kebingungan "Entahlah kamu bakal tau sendiri.." sahutnya singkat dan melepaskan tangannya dari pundakku Saat aku pulang dari danau aku melewati villa Rei. Aku berhenti sejenak dan tersenyum melihat villa itu. Sesampainya di teras villaku, kulihat adikku sedang asik membaca komik. Aku pun menghampirinya. "Aldo, kok sepi? Ayah ibu ke mana..?" Tanyaku pada adikku "Ayah jemput kak Noni, kak. Kalo ibu lagi masak di dapur.." jawabnya dengan tetap melihat komik "What??? Kak Noni??? Tidaaaak!.." teriakku sambil berkali-kali menepuk jidatku "Rayya.. Aldo.. Makan dulu ayo. Udah ibu masakin nasi goreng nih.." panggil ibu dari dalam villa, aku dan adikku pun bergegas menghampiri ibu. "Rayya, 3 hari ini kamu kok rajin jalan-jalan ada apa sih? Padahal biasanya kamu males jalan loh.." kata ibu sambil mengambilkan nasi ke piring adikku "Kan mumpung di sini bu. Kalo di kota kan nggak bisa jalan-jalan.." sahutku dengan terpaksa berbohong lagi Sebenarnya aku tidak ingin bohong pada ibuku. Tapi aku takut jika aku bilang aku berjalan-jalan bersama Rei aku akan dimarahi karena Rei belum dikenal keluargaku. Langit semakin lama semakin larut. Malam pun tiba. Aku tertidur. Saat aku bangun aku langsung bangkit dari tempat tidur karena terkejut di lantai kamarku banyak ransel berceceran. Tiba-tiba saja ada yang membuka pintu kamarku. "Halooo Rayyap kayu cewek kok bangunnya siang.. Aku kangen banget sama kamu. Ih lama nggak ketemu kamu tetep aja bau yaa.." Kak Noni memelukku erat-erat "Ih Kak Noni apaan sih baru dateng main rusuh aja.." ucapku dengan mata yang belum bisa sepenuhnya terbuka karena masih ngantuk "Kan aku kangen sama kamu. Ciye naksir cowok namanya Rei ya..?" Kata kak Noni sambil mengeluarkan buku diary dari sakunya "Ssttt.. Nanti ibu denger. Ngambil buku diaryku dari mana..?" Ujarku dengan mata yang seketika terbelalak dan tanganku langsung menutup mulut Kak Noni "Dari situ.." kak Noni melepaskan tanganku dan menunjuk arah bantal "Kamu hati-hati ya kalo jatuh cinta. Ntar galau lagi, curhat lagi, nangis lagi, pura-pura janji nggak mau jatuh cinta lagi.." lanjut kak Noni mengejekku "Denger ya Kak Noniku cantik tersayang, Si Rei itu orangnya beda dari yang lain.. istimewa banget deh!.." ucapku dengan nada dibuat-buat "Gaya amat kamu. Liat aja ntar!! Biasanya kalo lagi jatuh cinta kamu puji-puji tuh cowok, kalo udah patah hati kamu jelek-jelekin deh tuh cowok.." ledek Kak Noni "Ah laper ngomong sama kamu Kak, makan dulu ah.." aku berdiri dari tempat tidur dan meninggalkan Kak Noni. Di ruang makan, berbagai makanan dihidangkan di sana. Kami berlima berkumpul dan makan bersama. Di tengah-tengah keheningan kami sibuk mengunyah makanan tiba-tiba Kak Noni memecah keheningan "Yah, bu.. Rayya su.. su.. su..ka sssss.. sam..ma...." kata Kak Noni sambil menatap ayah dan ibu "Ya!! Rayya suka banget sama masakan ibu loh, apalagi ayam bakar ini hmmm enak banget.." ucapku memutus kata-kata Kak Noni sambil tersenyum dan di bawah meja kakiku menginjak kaki Kak Noni Ayah dan Ibu hanya keheranan melihat kelakuanku dan Kak Noni. Tililililittt Terdengar suara handphoneku yang kutinggal di kamar, aku pun bergegas menghabiskan di piringku yang tinggal sedikit dan menuju ke kamar. Di layarnya tampak ada panggilan masuk namun nomernya diprivasi, kuangkat telpon itu. "Halooo siapa ini..?" "Rayya ini aku Rei.." "Handphonemu bukannya rusak? Terus kamu dapet nomerku dari mana? Rei aku kangen sama kamu. Pagi ini kita nggak jalan-jalan ya.." "Iya. Jarak itu bukan jadi penghalang kan..?" "Maksudmu apa Rei..?" "Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Pertemuan boleh berakhir dengan perpisahan, tapi cinta ini biarlah menjadi seperti bumi yang tiada ujungnya. Di dunia tidak ada yang abadi.." Tut tut tut tuttt Seketika telepon terputus. Karena merasa jengkel, aku melemparkan handphoneku ke kasur. "Ehm ditelpon si Rei ya? Hati-hati loh cowok itu banyak yang cuma gombal sana sini doang.." kata Kak Noni yang tiba-tiba masuk ke kamarku "Tapi Rei enggak kayak gitu kok. Dia ganteng, baik, romantis juga.." sahutku sambil tersenyum dan mengambil kembali handphoneku yang kulempar di kasur "Nih.. Aku liatin fo...." belum selesai aku meneruskan kata-kataku aku terkejut, sangat terkejut. Sebenarnya aku ingin melihatkan fotoku bersama Rei yang kujadikan wallpaper pada Kak Noni. Namun di wallpaper handphoneku aku hanya foto sendirian. Pose ketika rambutku diacak-acak oleh Rei, kini menjadi foto diriku sendiri yang seakan-akan rambutku hanya berantakan tertiup angin. Aku langsung membuka galeri fotoku bersama Rei saat di taman, tapi sama saja, aku terlihat foto sendirian. Saat aku foto memakai kalung rangkaian bunga, kalung bunganya pun tidak ada. Aku pun menutup mulutku rapat-rapat, perlahan air mataku menetes, aku tidak ingin tangisanku meledak di villa ini. "Rayya? Kamu nggak apa-apa kan..?" ujar Kak Noni dengan mata berkaca-kaca menatapku "Kak, Rei kak.. Kemarin aku foto-foto sama Rei selama 3 hari jalan-jalan bareng dia. Tapi, kenapa sekarang fotonya jadi aku sendirian..?" kataku sambil menangis "Ya udah gini aja. Gimana kalo kita sekarang ke villa Rei..?" ajak Kak Noni "Iya kak.." jawabku sambil mengusap air mataku dengan tanganku Sampai di depan villa Rei, ini lebih membuatku terkejut. Tidak ada lagi villa bercat putih yang di depannya terdapat mobil merah. Yang ada hanya sisa-sisa villa bercat putih yang hangus karena terbakar. "Rayya, kamu yakin ini villa Rei..?" tanya Kak Noni dengan nada lembut "Iya kak yakin.." jawabku menangis tersedu-tersedu Aku menghampiri villa itu, berdiri di antara sisa-sisa villa yang hangus itu. Di depanku, ada foto yang seperti pertama kali aku lihat di villa Rei, foto keluarga Rei. Hanya saja kaca bingkainya sedikit berdebu. Seketika aku terduduk lemas sambil mengusap kaca foto itu. "Rei.. Kamu di mana? Kamu sebenernya siapa? Kenapa kamu misterius? Kenapa kamu pergi gitu aja? Kenapa kamu tega? Kamu pernah bilang gak bakal ninggalin aku. Aku sayang kamu Rei, aku ngerasa nyaman kalo sama kamu. Aku kangen kamu..." tangisanku meledak dan air mataku menetes membasahi foto itu "Udah udah jangan nangis Rayya, kita pulang yuk kita bahas di rumah.." Kak Noni memelukku dan menarik tanganku agar aku berdiri Di villa, aku bercerita pada Ayah dan Ibu tentang ceritaku dari awal bertemu Rei hingga Rei tiba-tiba menghilang. Memang banyak kejanggalan saat aku bersama Rei. Mulai dari dia yang selalu tiba-tiba muncul, tangannya yang dingin, AC aneh, dan lain lain. Aku teringat Rei pernah bilang padaku bahwa dia kuliah ilmu komputer di Universitas X. "Ayah. Reihan itu kuliah jurusan ilmu komputer di Universitas X.." kataku pada Ayah "Ya udah sekarang kita ke sana aja. Kita cari kepastiannya.." sahut Ibu "Ibu serius..?" tanya Kak Noni "Iya ibu serius.." jawab ibu Kami pun segera bersiap-siap menuju Universitas X. Ayah juga menyuruh kami untuk mengemasi barang-barang dan meninggalkan villa ini untuk kembali ke kota agar aku tidak semakin berlarut dalam kesedihan. Sampai di Universitas X, Ayah bertanya pada pegawai yang bertugas mengolah data mahasiswa. "Mbak. Apa ada mahasiswa di jurusan ilmu komputer yang bernama Reihan..?" tanya ayahku "Sebentar ya pak, saya carikan dulu.." jawab pegawai itu sambil mengetik dan memandang monitor komputer "Ada pak. Tapi mohon maaf, dia sudah meninggal.." lanjut pegawai itu "Meninggalnya karena apa ya mbak? Tanggal berapa..?" sambungku "Menurut data sepertinya karena villanya mengalami kebakaran, anggota keluarganya meninggal semua. Tanggal sekian sekian sekian.." sahut pegawai itu "Oh ya sudah terimakasih.." kami pun meninggalkan Universitas X Sepanjang perjalanan, di mobil aku hanya melamun dan sedikit demi sedikit meneteskan air mata karena mengingat Rei. Dan jika kuhitung mundur tanggal hari ini hingga tanggal Rei meninggal, ternyata 40 hari. Sekarang aku jadi paham, aku takkan melupakan Rei dan kenanganku bersamanya. Rei, kau ada walaupun tak nyata. .



11

Hai namaku Renata. kejadian ini aku alami pas liburan. Waktu itu aku masih SD, Jadi gini, aku diajak saudara buat nginap di rumah om. Om ku tinggal di sebuah perumahan di kota B. Aku dan saudara berangkat hampir magrib. Pas nyampe rumah om, aku di suruh makan. Abis makan aku disuruh nyuci piring di dapur. Rumah om itu paling belakang dan dibelakang rumah itu kebon dan yang paling seram dekat kebon ada TPU. Jadi suasana nya itu sepi. Nah pas aku lagi nyuci piring ada suara burung, gak tau namanya. Kata ibu, kalo ada suara kayak gitu berarti ada setan. Aku gak terlalu mikirin itu suara. Selesai nyuci, saudaraku ngajakin bikin agar-agar. Dan bikinnya itu jadi 2 piring. Eh gak taunya aku disuruh ngabisin. Karena kekenyangan, akhirnya aku tertidur. Pas pukul 22.00 (soalnya lihat jam) aku ke bangun karena berisik ternyata ada tamu. saudaraku nyamperin lalu dia bilang "eh tadi gua liat ada orang duduk disamping lu, tapi gak tau itu siapa.." waktu itu aku lagi ngantuk berat jadi gak mikirin hal itu dan aku tidur lagi. Nah sekitar jam 1.00 an aku ke bangun lagi. Suasananya sepi sekali. Aku dengar ada yang mukul pagar pake batu, suaranya kencang lagi. Siapa coba tengah malam gini iseng mukul pager? Terus aku bangunin saudaraku yang lagi tidur di sebelahku. Sebenarnya pake bahasa jawa tapi aku translate biar pada ngerti: Saudara : "napa lo bangunin gue.." Aku : "gue takut tadi ada orang mukul-mukul pagar..." Saudara : "beneran? Tadi waktu gue mau tidur, ada orang mukul pagar juga.." Aku : "iseng banget tuh orang..." Gak berapa lama ada suara orang buka pintu dapur. Jadi ruang tamu sama dapur itu di pisahin sama pintu dan jendela dan pintu itu selalu ditutup kalo malam. Aku mikir itu mungkin om ato tante. Tapi kalo mereka harusnya ada suara pintu kamar sebelah ke buka. Kemudian ada suara gemericik air dari shower. Aku sama saudaraku ketakutan setengah mati. Tiba-tiba ada suara cekikikan dan suara orang nangis dari balik jendela sebelah. Aku takut sekali. Dan saudaraku nakut nakutin terus dia tidur. Aku masih gak bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksain tidur. Pas paginya aku bangun keringetan. Dan aku lari ke luar rumah dan menemukan kain warna putih kotor dibawah jendela kamar. Beberapa hari kemudian aku cerita ke ibu, ternyata perumahan itu dibangun di atas bekas sungai lahar yang menghanyutkan banyak orang. Katanya, pas bikin fondasi, banyak tulang yang ditemukan.



12

Pada suatu musim panas empat sahabat pergi ke pantai. Mereka adalah dua pria dan dua wanita. Hyde dan Karen adalah sepasang kekasih, dan Sofia adalah kekasih dari Taku. Keempat sahabat ini sudah mengenal satu sama lain sejak lama sekali dan tinggal di blok apartemen yang sama. Taku, Sofia, dan Karen berangkat dalam satu mobil. Hyde menunggangi motornya dan berkendara sendiri. Ketika tiba saatnya untuk pulang ke rumah, Taku berkata, "Apakah sebaiknya kita melakukan balapan dan melihat siapa yang sampai ke rumah lebih dulu?" Hyde setuju, dan motornya dan mobil Taku mulai membalap. Mobil itu lebih dulu tiba. Taku dan Sofia kegirangan mereka telah menang. Tapi Karen, yang merupakan kekasih Hyde, tidak terlalu senang. Dia tahu bahwa Hyde merupakan pengendara yang cekatan, dan yakin bahwa dia akan memenangkan balapan ini. Tapi apa yang terjadi, Hyde masih tidak menampakkan batang hidungnya. Dia tidak pernah kembali ke rumah hari itu. Esok paginya Taku dan Sofia pergi ke kamar Karen untuk mengabarkan berita menyedihkan. "Well... Saya sungguh tidak tahu bagaimana mengatakan ini." Taku memulai, "Saya mendapatkan sebuah telepon dari polisi pagi-pagi sekali yang memberitahukan bahwa Hyde telah mengalami kecelakaan. Dia memacu motornya ketika dia menabrak sebuah tiang pembatas rel kereta… Dia meninggal seketika." Ini adalah kabar buruk bagi bagi Karen, yang sungguh mencintai kekasihnya, tapi Taku dan Sofia memiliki sebuah kabar lagi yang lebih mengejutkan. "Saya mengatakan tadi bahwa kami mendapat telepon dari polisi. Tapi sekarang, jangan marah dulu segera setelah panggilan itu kami mendapat seorang yang mengunjungi kami." "Seorang pengunjung?" "Ya. Dan ketika saya menanyakan siapa itu, tamu itu menjawab." Taku berhenti disana. Karen bisa melihat pasangan itu kini gemetaran, Taku membuka mulutnya lagi. "Orang itu berkata bahwa dia adalah Hyde." Karen tidak yakin apa yang barusan dia dengar itu benar. Dia hanya memandangi kedua sahabatnya itu tidak percaya. "Kami pikir itu seperti lelucon yang buruk, dan saya baru saja hendak membuka pintu untuk menyadarkan orang itu. Tapi kemudian saya menyadarinya, bagaimana orang itu bisa tahu apa yang terjadi pada Hyde, ketika kami yang pertama menerima kabar itu? Tak seorang pun mungkin melakukan itu. Saya pikir begitu, dan kemudian saya merasa benar-benar ketakutan. Saya tidak membuka pintu itu. Untungnya, setelah menunggu beberapa menit dia akhirnya pergi" Sofia dan Taku memperingati Karen untuk tidak membuka pintu ketika kejadian yang sama terjadi padanya. Mereka yakin bahwa orang itu adalah arwah Hyde yang datang kepada mereka, dan karena kecelakaan itu terjadi begitu tiba-tiba Hyde mungkin tak menyadari kematiannya. Jika Karen membuka pintu, kata mereka, dia mungkin akan berusaha menarikmu bersamanya menuju ke dunia lain. Setelah Taku dan Sofia meninggalkannya, Karen menghabiskan sisa harinya dengan menangis sendirian dalam kamarnya, mengenang setiap saat-saat indah yang dia bagi bersama dengan Hyde. Lalu malam akhirnya tiba. Karen terbangun oleh ketukan keras pintunya. "Itu dia!" Karen berusaha tetap tenang dan mengacuhkan ketukan itu, tapi itu tidak mau berhenti. "Hey!" suara Hyde. "Ini aku! Buka!" Karen pergi ke sudut kamarnya dan menutup kedua telinganya. Namun setelah beberapa saat, dengan semua kenangan manis yang masih segar di ingatannya, dia tidak dapat menahan dirinya lagi. "Kumohon! Buka pintunya! Ini aku!" ketukan itu makin keras dan keras. Karen berjalan mendekati pintunya perlahan-lahan. Dari balik tirainya, dia bisa melihat garis bayangan Hyde. Dia berdiri disana tepat di hadapannya, hanya pintu yang memisahkan mereka. Karen hampir saja membukanya, namun dia ingat peringatan kedua sahabatnya. Hyde sudah mati. Dia harus mengerti hal ini. Gemetar dan berurai airmata, dia menyahut dengan suara beratnya, "Hyd, kumohon kamu sudah mati" Ketukan itu makin bertambah keras. Karen pikir bahwa setidaknya dia bisa membantunya mengetahui kenyataan yang sebenarnya dan meninggalkan dunia ini dengan tenang. Mengerahkan seluruh keberaniannya, dia akhirnya mendorong pintu itu terbuka. "Hyd, kamu sudah mati!" "Tidak! Kamu yang mati!" Saat itu, Karen kehilangan kesadarannya. Ketika kemudian dia membuka kembali matanya, dia menemukan dirinya tengah terbaring diatas ranjang rumah sakit. Dengan takjubnya, Hyde, yang dia kira telah mati, sedang berdiri di sampingnya. Dia menangis terharu. Karen tidak tahu apa yang terjadi. Hyde mulai menjelaskan, "Setelah saya melakukan balapan itu dan tiba di rumah, saya menunggu kalian bertiga tapi kalian tidak pernah kembali" dia mengatakan itu dengan terisak-isak. "jadi saya melaju kembali menyusuri jalan yang tadi kutempuh, dan menemukan mobilmu, tertabrak dan hancur berkeping-keping Taku dan Sofia, yang berada di kursi depan, tewas karena itu. Kamu keluar dengan beberapa luka-luka, tapi entah bagaimana kamu sudah kehilangan kesadaran saat itu." Seketika semua ingatan dan kenyataan mulai melintas di pikirannya, ketika itu pula Karen mulai mengerti apa yang terjadi dan kemudian mengeluarkan keringat dingin, wajahnya pucat. Dia menyadari bahwa Taku dan Sofia, yang tewas seketika, telah masuk ke dalam pikirannya dan, melalui mimpinya, berusaha memancingnya keluar dari dunia ini. Jika Karen melakukan apa yang mereka minta dan tidak membuka pintu itu, dia mungkin juga akan mati di dunia nyata. .



13

Namaku mongol , usia ku 15 tahun. Aku masih duduk di bangku SMP, tentunya. Aku yatim piatu. Aku tinggal bersama guru musikku di padepokan . Namanya Masada. Aku tidak ingin tinggal di kos-kosan bersama Urotsuki, Sabitsuki, atau Chie, sahabat-sahabatku. Mereka terlalu ramai di kos-kosan. Aku berpadepokan  di "RPG Gakuen.." padepokan  swasta biasa. Aku bisa ditemukan di kelas 8-F. Teman-temanku kebanyakan gadis lesbi  lesbi , sedikit laki-laki. "Oi, Maddy, pinjem PR Fisika mu, dong.." kata Urotsuki, mendekati ku dengan cengirannya. “Uro, mau sampai kapan kamu pinjam PR ku terus? Kerjakan sendiri kan bisa! Kurasa PR ini gampang kok.. bantahku sebal. Urotsuki hanya bisa tertawa mendengarnya. "Oh ya, Maddy! Kamu dengar berita 4 minggu yang lalu? Katanya ada seorang guru dan beberapa murid tewas kecelakaan di depan padepokan . Katanya ditabrak bus padepokan  lain. Pantas saja dinding padepokan  menjadi agak bolong gara-gara itu.." cerita Sabitsuki. "Iya, ya.. mereka juga sudah dikubur.. Banyak orang tua menangis karena anak-anaknya tewas.." tambah Chie. "Hmm, ya.. Apa apa..?" "Kurasa kamu mengenali beberapa dari mereka di Koran.." ucap Sabitsuki, menyerahkanku sebuah Koran. Aku mengambil Koran itu dari tangan Sabitsuki dan membaca bagian yang diberi stabilo pink oleh nya. Mataku terbelalak melihat nama-nama di Koran itu. Seccom Masada (33) Poniko Uboa (15) Monoe Mono (15) Monoko Mono (15) " aku merasa bulu kudukku berdiri membaca 4 nama itu. Masada dan 3 sahabatku yang lainnya TEWAS!! Tapi, rasanya aneh. Kenapa tidak ada yang mengabari bahwa Masada, Monoe, Monoko, atau Poniko tewas kecelakaan. Kan bisa lewat telepon atau SMS. Tiba-tiba saja HP berbunyi. Ada SMS masuk. Aku menekan tombol "buka pesan.." dan membaca apa isi smsnya. Maddy, nanti aku, Monoe & Monoko mau ke pantai Ikutan yuuk ! Mr. Masada jg lhooo :D Klo ikutan, jgn lp bawa baju renang, kay Bye~ ! -Poniko Uboa- Apa ?!! Poniko yang SMS aku ?! Tapi, Poniko kan tewas! Tunggu, pasti aku masih dibawah alam sadar. Aku mencoba meng SMS dia kembali. Mungkin Poniko masih selamat, tapi, yah, tidak meng SMS aku bahwa dia selamat dari maut. Niko, kamu kok, selamat dari maut? Aku dengar dari teman-teman, kalian tewas! Ya, kalian tewas! Aneh juga kamu nggak SMS aku selama 4 minggu! Yah, mungkin kamu pikir aku nih gila, tapi, yah, di Koran ada namamu. -mongol  Uehara- Tiba-tiba Poniko membalas SMS ku. Aku tahu kalau dia mengirim SMS, pasti cepat. Kalau lama, mungkin dia masih ada urusan penting. 4 Minggu yang lalu? Oh ya, aku ingat kalau aku dan si kembar Mono naik mobilnya Mr. Masada! Mr. Masada memutar lagunya Taylor Swift terbaru! Aku tidak peduli apa judul lagunya, tapi lagu itu asyik! Haahaa ! Di Koran ada namaku? Waduh, iya ya? Aku ga tahu lho! Sumpeh! Kayaknya aku hanya ingat ada bus yang menabrak mobilnya Mr. Masada yang kami tumpangi. Kepalaku terbentur kaca mobil sangat keras hingga pendarahan fatal. Luka berat di setiap tubuhku. Aku tidak tahu nasib Mr. Masada, Monoe dan Monoko, tapi yang penting, aku tidak tahu. Bhahahaaa ! -Poniko Uboa- "Poniko kena luka fatal, luka serius, yang bisa mengakibatkan kematian dalam jangka pendek.. Tapi, kenapa dia masih bisa SMS aku.." gumamku dalam hati. "Aneeeh.." komentar Chie. "Rasanya Poniko masih punya harapan untuk hidup.." tambah Urotsuki. "Tapi, dia punya waktu 4 minggu untuk memberitahuku! Kalau dia masih benar-benar hidup 4 minggu yang lalu, dia mengabariku! Poniko selalu update apa yang terjadi! Macet lah, kecelakaan lah, berita hot lah, yang penting, apa yang terbaru, dia pasti cerita ke aku! Poniko bukan orang yang suka menahan cerita dan imajinasinya! Meskipun dalam keadaan sakit atau sibuk, dia pasti SMS aku! Tidak pernah absen sehari.." belaku, meremas HP Samsung ku dengan erat. "Iya, iya, tapi-" tiba-tiba Sabitsuki memotong perkataannya, lalu dia menghela napas. " kuduga, dia adalah arwah penasaran.." Lanjut Sabitsuki dengan serius. Aku melonjak kaget mendengarnya. "Hantu.." "Yap, sejenisnya.. Kamu bilang sendiri, Poniko bukan orang yang suka menahan cerita dan imajinasinya! Meskipun dalam keadaan sakit atau sibuk, dia pasti SMS aku! Tidak pernah absen sehari..". Mungkin dalam 4 minggu, dia sudah SMS kamu 30 kali menurut perkiraanku. Tidak mungkin Poniko sangat sibuk hingga tidak SMS kamu selama itu.." Jelas Sabitsuki. Aku mengangguk mengerti. Sabitsuki benar. Masa 4 minggu dia tidak SMS aku satu pun. Rasanya aneh kalau Poniko berhenti SMS aku. Kalau aja dia ganti nomor telepon, pasti salah satu dari si kembar Mono akan memberitahuku lewat twitter atau facebook. Lagi-lagi HP ku berbunyi. Ada SMS lagi ternyata. Dari Poniko juga. Aku heran, aku belum membalas SMSnya, lho. Maddy, aku tahu kamu pasti kaget kenapa 4 minggu aku tidak SMS kamu, bukan? Maaf ya, aku tidak bisa bilang kalau kami tewas. Mustahil, kan? SMS tadi itu hanya untuk supaya kamu senang, berpikir bahwa kami masih hidup. Kurasa aku anggap ini SMS terakhir buat mu. Maaf ya aku nggak bisa cerita banyak lagi, ga ada temen SMS lagi. See you p.s: jangan sedih, nanti aku ikutan sedih -Poniko Uboa- Meledaklah tangisanku membaca Poniko benar-benar tewas. Rasanya dadaku sesak sekali. Jadi, aku tidak akan bertemu Poniko maupun teman-teman masa kecilku lagi, untuk selamanya. Maddy, jangan nangis… baru saja ku bilang, huh!!! -Poniko Uboa "Maaf, Poniko, tapi, aku hanya saja.. merasa kesepian.." jawabku dalam hati. Chie dan Urotsuki mengelus-elus punggungku, berusaha menenangkanku. "Bukannya ada Chie, Sabitsuki, Urotsuki, Hiroshi, Viola, Ellen, Kazuki, Akari, David, Rin, dan lain-lain? Mereka akan menjadi penggantiku.. Kamu tidak perlu sedih, mongol . Kamu rasakan aja kalau aku selalu ada di sisimu.." Pikir saja aku ada di sebelahmu! - Poniko Uboa "Poniko.." aku terisak membaca SMS itu dari Poniko, sahabatku sendiri. "Ada apa, Mado?�? tiba-tiba aku mendengar suara Poniko yang lembut. Aku mencari pusat suara itu, dan aku menemukan sosok Poniko sedang menulis sesuatu di papan tulis, lalu dia menghilang begitu saja. "Sampai Jumpa, mongol  Uehara. Dari Poniko Uboa.." "Sampai jumpa juga.. Poniko Ubo.. Terima kasih.." End .



14

Namaku Cindi. Aku padepokan  di SMP Negeri 8 Bandung. Dan kenalkan dua sahabatku, Rani dan Salsa. Kami berteman dari kelas satu SD, yaitu SD Negeri ciparai. Memang SD-ku berada sangat jauh dengan tempat tinggalku yang sekarang. Sebenarnya kami bertiga memiliki banyak cerita yang buat bulukuduk kalian berdiri, tapi kali ini aku kasih satu dari sekian banyak pengalaman kami. Ini dia ceritanya. "Cindi.. Cindi.. Cindi bangun nak, ada temanmu tuh di bawah.." suara Mamah membangunkan tidurku. "iya mah...." jawabku. "itu Rani dan Salsa sudah menunggumu dari tadi.." lanjut Mamah. "hah.. Rani, Salsa, ada apa dia ke sini..?" Mereka menungguku di ruang tamu dengan pakaian yang rapi. "ada apa kalian ke sini..?" tanyaku pada mereka. "astaga.. kau lupa cin..?" "lupa apa..?" "sekarang kan kita mau memecahkan misteri di gua dekat danau itu...." "hah.. emangnya sekarang..?" "aduh.. udah cepat cin, cepan mandi kita pecahkan misterinya sekarang!!.." Itulah isi dialog kami di kamar tidurku. Mereka ku bawa ke kamar tidurku untuk mengobrol agar Mamahku tak tahu isi obrolan kami. Setelah siap semua kami pergi. Dengan sedikit berbohong pada Mama kami bergegas menuju tujuan utama kami. Setelah sampai di sana kita langsung masuk ke dalam gua yang dimaksud. "aduuuh.. cin guanya angker banget. Aku jadi takut.." gerutu Rani yang agak penakut. "udan ran ayo masuk!.." perintahku pada Rani yang penakut. "oke ran, kalau kamu mau masuk bareng kami aku bakal beliin es krim kesukaan kamu. Gimana..?" ajak Salsa dengan lembut. Setelah menyusun rencana kami langsung masuk dan mencari semua hal tentang ini semua. Saat di tengah gua kami bertemu dengan seorang wanita. "mbak, mbak ngapain di sini? Sendiri lagi.." tanya Salsa. Tapi, bukannya menjawab gadis lesbi itu menunjukkan wajahnya yang pucat dan berlumuran darah. Spontan kami teriak, "Aaaaaa... Ha..ha..hantuuuu...." terik kami bertiga. "jangan takut! Aku hanya ingin meminta bantuan pada kalian.." ucap gadis lesbi tersebut. "kau siapa..?" tanya Salsa. "aku Sania aku korban pembunuhan.." jawabnya panjang lebar. "oh.. Jadi kamu Sania. Dan apa yang harus aku bantu..?" tanya kami bertiga. "kalian harus menemukan jasadku yang mungkin sudah menjadi tulang belulang. Dan melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Kalian harus menyalesaikan tugas ini sebelum hari jumat tengah malam!.." pintanya pada kami. "memang kronologis kejadiannya seperti apa..?" tanyaku padanya. "waktu itu aku habis pulang dari kampus dan kebetulan aku kuliah malam, tapi saat aku pulang tak ada jalan lain selain lewar taman kota yang banyak ditinggali preman-preman. Tanpa ku sadari ada dua preman yang membuntutiku dan seketika ia menodongkan pisau ke hadapanku. Ia tak segan-segan membunuhku jika aku tak memberika dompetku pada mereka. Sedangkan dompetku tertinggal di kantin kampus mereka tak percaya dan langsung membunuhku. Dan jasad ku dikubur di taman kota itu makanya taman itu menjadi angker..." ceritanya panjang lebar pada kami. "kalau begitu kami bersedia membantu.." jawab Salsa. Karena hari sudah hampir malam kami teruskan misi ini besok. Dan kebetulan besok libur. Sesampai di rumah aku langsung mandi salat magrib, tadarusan di masjid, dan dilanjutkan salat isya berjamaah di masjid. Sampai di rumah aku langsung berbaring di sofa dan minta izin agar aku tidur di sofa. Kalau kalian bertanya kenapa aku ingin tidur di sofa aku masih membayangkan kejadian itu jika terjadi kepadaku. Pasti aku takan kuat menahan itu semua. Tak terasa hari sudah pagi dan aku segera bersiap untuk melanjutkan misi yang tertunda itu. Setelah kami mencari berjam jam lamanya akhirnya misi ini ditunda kembali karena langit sudah gelap. Hari berganti kembali dan kami berharap hari ini tidak ada halangan untuk membantu gadis lesbi itu -Sania. Setelah lama kami mencari dan akhirnya jasad Sania dapat ditemukan. Setelah itu kami langsung menuju kantor polisi dan langsung menceritakan semuanya. "akhirnya misi ini selesai juga.." kata Salsa. "tapi sa, satu misi lagi belum selesai.." ucap Rani. "apaan lagi sih ran..?" "es krim mana..?" jawab Rani. Spontan kami tertawa. Tapi, di tengah tertawa kami melihat gadis lesbi itu lagi. Ya Sania, tapi dia menampakkan dirinya dengan wajah yang bercahaya dengan disertai senyum manis. "lihat Sania sangat cantik ya..?" seruku pada Salsa. "iya. Andai dia masih ada pasti dia cantik banget.." jawab Salsa. "dah Sania. Kami percaya pasti kamu akan bahagia di sana.." ujar Rani. Setelah misteri itu dipecahkan taman dan gua yang sangat angker kini berubah menjadi tempat rekreasi yang banyak dikunjungi. The End



Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate