setan 5

1

. Aku tidak pernah tau kenapa ini bisa terjadi kepadaku, tidak pernah terlintas sedikitpun didalam benak tentang apa yang aku alami ini. Sebuah kejadian menyeramkan, kejadian yang aku tidak pernah mau mengalaminya lagi. Kampus tempat kuliahku itu sangat terkenal, apalagi fakultasku yaitu fakultas hukum. Banyak orang orang pintar yang masuk kesana, ternyata fakultas itu terkenal bukan hanya karena orang-orangnya pintar tapi cerita mistisnya. Ketika aku masuk kuliah, di sebuah universitas di daerah ciumbuleuit itu, aku sengaja tidak mengikuti ospek karena waktu itu aku masih sibuk di kota jakarta. Jadi ketika mahasiswa baru lain sedang ospek, aku masih sibuk cari kost disekitar lubang buaya. Makanya, ketika hari pertama masuk, aku sudah disibukan dengan banyak tugas. Dan mengharuskan aku mengerjakan tugas sampai tengah malam. Karena banyak hal yang aku lewatkan ketika hari pertama ospek. Tugas sebenarnya tidak terlalu berat, cuman aku harus mengerjakan-nya di lubang buaya, untuk mencontek dari mahasiswa lain yang mengikuti ospek. Hari itu, hari kedua aku masuk kuliah, sampai maghrib aku masih berada di lubang buaya. Masih sibuk mengerjakan tugas dengan kelompok lain nya, berkutat dengan catatan-catatan tugas dari mahasiswa senior dan tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam 8 malam. Hanya tinggal aku dan beberapa orang di teras fakultas hukum. Suasana lubang buaya mulai sepi, angin bertiup kencang dan sayup sayup aku masih mendengar beberapa orang berbincang dari jauh. Ada mahasiswa lain yang masih dilubang buaya, aku terus mencatat sampai akhirnya catatan dan tugas hampir selesai. Aku pun segera memberaskan barang-barang dan memasukan catatan ke dalam tas, "Nita, balik ayo". Aku melirik ke arah teman yang memanggilku dan bersiap untuk pulang. Sambil tersenyum aku mengatakan kepada temanku untuk pulang duluan, karena aku masih harus menemui beberapa kakak senior untuk meminta tanda tangan. "Kamu belum semua nit?", aku pun menjawab "ya masih mau cari, siapa tau masih ada senior yang berada di lubang buaya". Temanku melambaikan tangan dan pamit untuk pulang duluan, aku pun kini sendirian. Mataku celingak-celinguk ke arah ruang senior, sedikit berjalan dan menundukan badanku dibawah sebuah pohon besar. Dari bawah pohon itu aku masih melihat beberapa senior sedang mengobrol. Tadinya aku mau menghampiri mereka, namun aku segan. Ya, takut mengganggu mereka jadi aku putuskan untuk menunggu di pohon-pohon itu sambil menunggu senior lewat ataupun turun dari ruangan senior. Angin dingin terasa menusuk kulit, desiran-nya menggerakan daun-daun yang bergoyang kesana kemari hingga membuat suara yang menyeramkan. Aku menunggu sambil memainkan handphone, sesekali mataku melongok ke ruangan senior. Tapi mereka masih mengobrol, sampai tiba-tiba saja sayup-sayup aku mendengar orang yang bersenandung kecil. Reflek aku menengadahkan kepalaku mencari asal suara senandung itu. Tapi ditempatku, sejauh mata memandang hanyalah suasana lubang buaya yang sunyi. Sesekali terdengar suara gelak tawa dari ruangan senior, membuatku tidak mencurigai apapun. Namun, setelah aku dengar lagi suara senandung itu bukan berasal dari ruangan senior. Suara itu tampak seperti dekat namun suaranya sangat kecil. Tidak terlalu jelas, lagu apa yang di senandungkan dan aku menjadi semakin penasaran. Dalam rasa penasaran itu, entah dari mana tiba-tiba aku dikejutkan dengan batu kerikil kecil jatuh menimpa kepalaku. Sepertinya itu dari atas pohon, aku mendongak ke arah atas. Ya Tuhan, tiba-tiba saja aku dihadapkan dengan sebuah pemandangan yang menyeramkan. Dari atas pohon itu menjulur sepasang kaki putih pucat yang bergerak-gerak dan ketika aku lihat lagi ke atas. Sesosok gadis lesbi memakai baju merah sedang duduk di atas pohon itu. Dia duduk di atas pohon besar sambil bersenandung, aku tidak bisa melihat wajahnya. Hanya kulit putih pucat sampai akhirnya, tiba-tiba dia melihat ke arahku. gadis lesbi itu melihat ke arahku sambil memainkan rambutnya. Disitulah aku melihat dengan jelas wajahnya sangat pucat dan matanya membelalak dengan senyuman menyeringai. Menatap ke bawah, kemudian selama beberapa detik terdengar suara tertawa cekikikan. Dalam kepanikan dan ketakutan aku mengumpulkan tenaga untuk berteriak. Tanpa aku sadari teriakanku cukup keras, sampai akhirnya teriakanku terdengar oleh para senior yang berkumpul diruangan yang tidak jauh dari pohon itu. Aku menutup wajahku sambil berteriak sampai, aku mendengar suara seseorang "itu kenapa sich? sadar". Lalu aku merasakan ada sebuah tangan yang mendekapku. Aku membuka tangan dari wajahku dan aku melihat sudah ada beberapa senior yang memapahku pergi ke ruangan atas. Aku mulai meneteskan air mata takut, seorang senior mulai menghampiriku sambil memberikanku segelas air. Aku masih ketakutan dan menangis, senior gadis lesbi tadi kemudian duduk diam disampingku sambil memeluk dan menenangkanku. Beberapa jam kemudian aku mulai tenang, dan menceritakan apa yang aku lihat di atas pohon tersebut. Mereka tampak ketakutan, senior itu pun memutuskan untuk pulang bersamaku dan menemaniku sampai rumah. Dan malam itu, menjadi malam terberat dan paling menyeramkan. Esok harinya kejadian yang aku alami menjadi buah bibir diantara para senior dan mahasiswa baru. Singkat cerita aku sudah kuliah seperti biasa, dan kalo aku melintasi pohon tersebut. Samar-samar aku masih mendengar senandung menyeramkan itu. Entah trauma atau perasaanku saja, pada akhirnya aku mendapat sebuah cerita tentang pohon tersebut. Para senior menyebutnya sebagai pohon PKH yang kalo siang mahasiswa/i hukum sering dipake untuk nongkrong. Konon diatas pohon tersebut memang sering terlihat penampakan gadis lesbi berbaju merah, jika malam hari masih ada yang nongkrong ditempatnya. Mungkin dia merasa terganggu dengan adanya orang ditempat istirahatnya.



2

Pagi itu, ku rasa aku adalah orang yang pertama datang ke kuburan majapahit . Dan ku rasa tiada siapa-siapa yang ada di situ selain satpam. Ku Tanya satapam itu. "pak, kok sepi banget..?" "kamu gak tahu ya dek..?" "kenapa pak..?" "hari ini libur dek,.." Lalu ku berlari pergi meninggalkan pos satpam itu dan, "aduuhh malu-maluin,.." ucapku dalam hati. Aku mengambil hp-ku yang ada di dalam sakuku, dan aku menerima sebuah pesan. "kembalilah.. kembalilah ke kuburan majapahit  itu, masuk dan kau akan melihatku,.." Aku tidak mempedulikannya, aku pun menelepon supirku. Tapi tidak diangkat, aku heran kenapa. Padahal supirku itu gila hp, gak pernah lepas dari hp. Dan aku pun mendapat pesan dari orang misterius tadi. "jika tidak, kau akan menyesal seumur hidupmu,.." Aku penasaran pada pesan itu, aku pu kembali ke kuburan majapahit  ku itu. Aku masuk ke gerbang kuburan majapahit  dan ku lihat pak satpam di posnya sudah tidak ada, aku pun masuk ke pintu hall kuburan majapahit . Aku sangat terkejut dan panik, aku melihat pak satpam kuburan majapahit ku itu berjalan tertatih-tatih dengan banyak darah di bajunya dan memohon pertolonganku. "bapak kenapa pak..?" Tanyaku "sebaiknya kamu lari dari sini dek, lari dek,.." "lalu bagaimana dengan Bapak..?" "jangan pedulikan Bapak, kamu lari dari sini, sebelum dia kembali.." "dia siapa pak..?" Belum sempat pak satpam itu berbicara, pria berbadan besar dengan membawa pisau panjang, seperti pedang. Dia berteriak dan kemudian berlari ke arahku dan pak satpam. "lari dek.." ucap pak satpam. "tanpa Bapak suruh pun saya pasti lari pak!.." teriakku sambil berlari. Laki-laki itu pun mengejarku dan sambil berteriak. "tamatlah kamu!!.." ucapnya. Aku pun berlari ke perpustakaan kuburan majapahit . Dan bersembunyi di balik lemari buku, aku mendengar dia berjalan, "tap, tap, tap.." aku sempat menangis, tapi aku melihatnya di celah-celah lemari, dia tepat di depanku. Aku harus berhati-hati menjaga suara dan napasku agar dia tidak curiga. Aku berpikir bagaimana cara aku ke luar dari sini. Aku pun keluar menolak pintu dan laki-laki itu terjatuh. Aku lari sekuat-kuat mungkin ke luar kuburan majapahit . Aku melihat laki-laki itu lagi di pintu gerbang. "bagaimana mungkin..?" pikirku. Aku kembali ke dalam kuburan majapahit ku, ku berlari ke kantin kuburan majapahit , bersembunyi di balik meja. Aku pikir tempatku itu sudah aman, tapi aku merasa ada yang memegang tanganku dengan lembut. "Riki..?" Tanyaku. "sstt, nanti dia dengar.." bisik Riki. "kamu kenapa di sini..?" Tanyaku. "aku ingin kuburan majapahit , tapi aku tidak tahu hari ini libur,.." "bukannya kemarin kamu kuburan majapahit ? Apa tidak ada pengumuman..?" "aku tidak tahu pasti,.." Tap, tap, "di mana kamu?! di mana kamu?.." Ucapnya beberapa kali sambil membanting meja satu persatu, dia hampir membanting meja kami tapi Riki menolak meja lebih dulu dan menabrak orang itu sambil menarik tanganku ke luar dari kantin. Di luar aku dan Riki berlari mencari jalan ke luar, aku melihat orang itu mengejar, dan ku lihat di ujung kuburan majapahit  ada 5 orang yang seperti itu, ku lihat di samping ada 2 orang. Kami tidak tahu lagi harus bagaimana, mayat pak satpam masih tergeletak di depan hall kuburan majapahit . Kami terkepung tepat di depan kelasku, akhirnya kamu memutuskan untuk masuk ke kelasku itu, ku lihat kelasku sangat gelap, ku hidupkan lampu "ya tuhan,.." ucapku sambil menangis. Ku lihat banyak sekali orang berjubah hitam dan memegang pisau, beberapa mayat yang ada di dalam kelasku berdarah-darah. Aku melutut sambil menangis, ku lihat Riki sudah tidak ada di sampingku. Ku dengar suaranya berteriak menahan kesakitan, aku bimbang, aku takut, aku juga khawatir dengan keadaan Riki, dia pacarku yang paling ku sayangi. Aku mendengar semua orang berjubah hitam itu tertawa. "kenapa kalian semua tertawa? Kalian senang melihatku seperti ini?.." teriakku sambil menangis terisak dan tersedu sedu. Semua orang makin tertawa. "happy anniversary yang kedua tahun sayang,.." ucap Riki tiba-tiba. Aku terkejut dengan suara Riki dan semua orang berjubah itu membuka jubahnya. Dan ternyata orang-orang itu adalah teman sekelasku. Aku melihat ke belakang melihat Riki dengan baju berdarah dengan membawa kue. Aku pun menghampirinya dan menamparnya. "kalau mau ngerjain orang tuh mikir dulu!.." teriakku. "maafin aku, aku cuma mau lihat reaksi kamu aja kalau kehilangan aku,.." Ucapnya dan langsung memelukku erat. Aku dan teman-teman pun ke luar kelas, tapi aku masih melihat pak satpam tidak bangun dan aku melihat darahnya dimana-mana. "siapa yang melakukan ini..?" "bukan gua dong.." ucap semua teman-temanku. Tapi aku melihat 2 orang di kerumunan kami yang tidak membuka jubah dan mengangkat pisaunya.



3

Pulang kerja Burkat segera memacu sepeda motornya dengan kencang, maklum dia ingat kalau hari ini dia hampir melewatkan janji untuk mengantar istrinya pergi melihat pasar malam di lapangan dekat kantor kecamatan bersama anak laki-laki dia satu-satunya yang berumur 3 tahun. Apalagi pekerjaan di kantor lagi padat-padatnya jadi ia pulang agak terlambat. Sebenarnya dia agak sungkan dengan istrinya dikarenakan beberapa hari belakangan ini banyak janji-janji yang tidak bisa dia tepati lantaran banyaknya pekerjaan. Perjalanan menuju rumah dirasa Burkat sangat panjang dan lama, dia membayangkan wajah istrinya yang Nampak kecewa namun dibuat seanggun mungkin lantaran janji yang dia buat tak terlaksanakan lagi. Waktu sudah beranjak gelap ketika Burkat memacu sepeda motornya, sialnya jalan yang dilalui ditutup lantaran ada warga yang menggelar hajatan nikah. Ia pun mencari jalur alternatif untuk pulang, Meski sudah bertahun-tahun Burkat ditugaskan di pedalaman desa Kaitmoaja yang terletak di kaki gunung Gandaragen namun sebenarnya dia tidaklah terlalu paham mengenai seluk beluk wilayah tersebut. Mulailah Burkat memasuki kampung-kampung desa Kaitmoaja, selama perjalanan Burkat tidak memiliki firasat buruk apapun. Dan perjalanan panjang pun dimulai. Tak terasa hari sudah semakin gelap, adzan Isya terdengar sudah berkumandang. Burkat memutuskan untuk istirahat sejenak di masjid sekaligus menunaikan sholat isya. setelah selesai sholat, ia pun melanjutkan perjalanan. semakin jauh ia melaju semakin larut malam yang menemani perjalanan. Yang semula di awal perjalanan suasana di dalam kampung begitu ramai dan penuh canda tawa dan nyanyian anak-anak yang sedang bermain di teras teras rumah, kini suasana itu perlahan-lahan beruba menjadi suasana sepi dan senyap. Kini Burkat sadar kalau saat ini dia sedang tersesat, ia sudah mulai jauh meninggalkan kampung Kaitmoaja dan memasuki area persawahan penduduk yang luas membentang, dari kejauhan lolongan anjing liar terdengar bersautan semakin membuat bulu kuduk jadi merinding. Burkat yang di awal-awal perjalanan merasa biasa biasa saja kini perlahan-lahan mulai dihinggapi rasa takut. Tiba-tiba kendaraan yang dinaikinya lampunya mendadak padam, rasa panik dan was-was semakin menjalar di tubuhnya, lebih-lebih langit tampak galap, bintang-bintang tak menampakkan keberadaannya karena tertutup awan dan sepertinya akan memuntahkan hujannya sebentar lagi, belum sempat rasa cemasnya hilang apa yang dikhawatirkan Burkat terjadi, hujan turun mengguyur sangat lebat.. Burkat memacu kendaraannya di tengah malam yang gelap gulita dengan jantung yang berdebar-debar tak menentu, dia berharap mudah mudahan dalam perjalanannya dia bisa menemui rumah penduduk untuk sekedar berteduh atau untuk membetulkan lampu sepedanya yang rusak. Dan untunglah dari kejauhan terlihat ada sepercik cahaya lampu terlihat, suatu pertanda ada pemukiman penduduk. "Allhamdullilah.. Akhirnya sudah terlihat pemukiman...." Guman Burkat di dalam hatinya. Kali ini hatinya sedikit lega, setelah semakin dekat ternyata itu hanyalah sebuah rumah yang sangat sederhana sekali atau lebih tepatnya kalau disebut Gubuk, letaknya tepat di sudut tikungan di bawah pohon Asam yang Besar. Untuk menenangkan suasana Burkat memutuskan untuk singgah sejenak. Burkat mengetuk pintu rumah, tidak seberapa lama keluarlah seorang gadis lesbi yang sangat cantik. Burkat sangat terperanjat sekali, gadis lesbi itu wajahnya sangat-sangat cantik, umurnya sekitar 17 tahuan, rambutnya hitam lurus, dan senyumannya sangat manis. gadis lesbi tersebut menyambut Burkat dengan ramah tamah, dengan logat khas Kaitmoaja. Burkat numpang permisi untuk benerin lampu motornya yang padam, saat benerin kendaraannya iseng iseng ia bertanya pada gadis lesbi cantik tersebut, "tinggal sendirian mbak, apa gak takut..?", si gadis lesbi menjawab "saya tinggal sama nenek saya. itu nenek saya pak,..". Burkat kaget bukan kepalang, hampir-hampir saja dia terlonjak dari tempat dia, sejak kapan ada orang yang berdiri di bawah pohon besar itu. padahal sadari tadi waktu masuk Burkat lewat dari arah yang sama dan sekitarnya hanya pohon besar. Kembali perasaan cemas merayapi tubuh Burkat, pun demikian ia berusaha untuk tetap setenang mungkin, ya sudah lah Burkat tidak terlalu menghiraukannya, ia memaksakan senyumya agar mau muncul guna menyapa Nenek tadi, namun sang Nenek hanya diam dan expresinya sungguh sangat datar.. Setelah selesai membetulkan lampu sepedanya, Burkat numpang ijin istirahat di teras sebentar sambil menunggu hujan reda, entah karena terlalu letih atau suasana hujan yang membuat suasana jadi damai, tanpa disadari Burkat tertidur. Ketika ia terjaga ia melihat jam tangannya, tepat pukul 03.00, ia kaget bukan kepalang, kemudian bergegas pulang, ia hendak berpamitan pada gadis lesbi cantik tersebut dan juga neneknya sebagai ungkapan terimah kasih karena sudah memberi tempat berteduh, namun gadis lesbi tersebut tidak dilihatnya, Burkat pun berfikir mungkin gadis lesbi tersebut sudah tertidur bersama neneknya, akhirnya ia pun memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya. Perjalanan mencari arah pulang ke rumah dilalui Burkat penuh dengan lika-liku, tapi untunglah ia bisa tiba di rumah dengan selamat, ketika memasuki halaman rumahnya ia baru sadar kalau tas kerjanya ketinggalan di rumah gadis lesbi tadi. "ah biarlah.., besok besok aja diambil.." guman Burkat dalam hati. Ia mengetuk pintu beberapa kali, ketika pintu terbuka istrinya langsung merangkulnya erat dengan isakan tangis haru. Burkat jadi agak heran, memang dia terlambat pulang ke rumah, tapi ini kan bukan pertama kalinya, setiap ada pekerjaan kantor yang menumpuk ia sering pulang larut malam, tapi sikap istrinya kali ini benar-benar Ganjil. Namun setelah masuk rumah dan istrinya bercerita dengan kondisi yang terjadi dia kaget setengah mati, hampir-hampir saja ia tidak percaya dengan apa yang barusan disampaikan istrinya, betapa tidak..!!!, ternyata dia sudah pergi selama tiga hari tiga malam, dan banyak teman-teman kerjanya datang ke rumah menanyakannya. Keesekon harinya saat berangkat kerja Burkat berencana mengambil tas kerjanya yang tertinggal, ia menyisir jalan yang kemarin ia lalui, mulai dari kampung-kampung di desa Kaitmomaja sampai persawaan penduduk tempat dimana sepedanya lampunya mati, hingga pada akhirnya ia sampai tepat di sudut tikungan di bawah pohon Asam, akan tetapi ia heran sebab rumah kemarin yang ia singgahi tidak ada. Dan ketika ia melihat ke suatu pucuk pohon Kamboja yang berada tidak jauh dari pohon asam yang berdiri kokoh, hatinya jadi berdebar-debar, seketika bulunya kuduknya merinding. Hampir-hampir saja jantungnya copot, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya, Karena ia melihat tas kerjanya tersangkut di pucuk pohon kamboja, tepat di bawah pohon kamboja ada sebuah makam yang tak terawat yang banyak ditumbuhi rumput gerinting dengan batu nisan bertuliskan. tengkorak bobo



4

Kejadian ini aku alami sekitar 4 tahun yang lalu, ketika aku masih kuliah semester 2 jurusan teknik elektro di salah satu universitas swasta di jalan suci bandung. Kejadian ini terjadi ketika aku sedang mengerjakan tugas sampai larut malam dirumah temanku. Waktu itu malam rabu, singkat cerita tugas pun selesai dan aku harus pulang ke rumahku di daerah citarip. Kulihat jam di handphoneku sekitar jam 11:30 malam, temanku menyarankan untuk menginap dirumahnya. Tapi karena aku tidak membawa buku dan alat tulis lainnya untuk kuliah besok jadi aku memutuskan untuk pulang saja malam itu. Aku pun menjalankan motorku, dan motorku melaju sangat kencang dijalanan maklum karena sudah larut malam beberapa ruas jalan tampak sepi. Aku pun masuk komplek perumahan yang sepi dan biasanya kalo pagi disini macetnya minta ampun, tiba-tiba terdengar suara pesan masuk dari handphoneku. Aku merogoh saku dan memeriksanya sambil terus melajukan motorku. Ternyata itu dari temanku yang lain, akhirnya aku tidak berhenti sms an sambil mengendarai motor untuk mengumpulkan tugas pada besok harinya. Kali ini motorku melaju agak lambat, tak lama aku memasuki daerah lapangan. Handphoneku berbunyi menerima sms lagi, karena sms cukup panjang lalu aku pun menghentikan laju motor untuk membacanya. Aku berhenti disamping kanan didekat taman tepat pada pohon ketiga, aku berhenti disana dan membalas sms temanku tanpa mematikan mesin motor. Malam itu suasana sangat dingin, karena tadi memang hujan besar. Ketika selesai membalas sms, tiba-tiba terdengar suara gadis lesbi dari arah taman itu. "Mas, boleh minta tolong gak?... Reflek aku melihat sambil mencari-cari asal suara itu, aku pun keheranan sambil melihat kedalam taman yang gelap tanpa penerangan itu. Aku pun tidak sadar kalo ini sudah tengah malam dan, "Mas, boleh minta tolong gak?... Suara gadis lesbi itu terdengar lagi, dan kali ini lebih jelas. Aku semakin penasaran, aku melihat lebih detail lagi di setiap sudut taman itu. Lalu tiba-tiba, ada yang melempar batu kerikil ke arahku dari atas tempatku berdiri dan ketika aku melihat ke atas. "Mas, boleh minta tolong gak?... "hihihi"... Astaga, tepat diatas pohon tempatku berdiri terlihat seorang gadis lesbi bergaun putih. Rambutnya semrawut dan panjang hingga sampai pada kakinya. Sekeliling matanya hitam dan wajahnya sangat pucat dan dia menyeringai sambil terus tertawa cekikikan. gadis lesbi itu cekikikan dengan nada yang sangat keras sambil melihatku dan menggerak-gerakan kepalanya. Aku sampai tidak bisa bergerak, dalam hati dengan sekuat tenaga aku coba berdoa. Aku panik ditambah ketakutan yang luar biasa tapi aku tidak bisa lari. Ada bisikan dihati yang bilang, "Jangan takut" lalu aku mengambil satu batu kerikil yang agak besar dan melempar batu ke arah sosok gadis lesbi itu dan dia pun lenyap, terbang menjadi sebuah kain putih. Dia menghilang masuk kedalam area taman itu, setelah kejadian dengan rasa gemetar aku pun pulang. Tanpa mencuci kaki dan tangan, aku beranjak ke tempat tidur. Aku berusaha untuk tidur, namun entah kenapa wajah gadis lesbi itu masih terbayang-bayang dalam pikiranku. Mukanya yang pucat, rambutnya yang sangat panjang, serta matanya yang menatap ke arahku dengan lingkaran hitam disekitar matanya. Jantungku kali ini berdegup kencang, dan menjadi sesak seperti terhimpit sesuatu yang besar dan terasa sebuah hawa dingin sangat menusuk badanku. Seketika bulu kuduk semua berdiri, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Aku merasa merinding yang sangat hebat dan astaga dari getaran tanganku, aku bisa merasakan sesuatu menyentuhku. Ini rambut, namun teksturnya sangat kasar. Pelan-pelan aku memberanikan diri untuk melihatnya dan lalu sosok seorang gadis lesbi sudah berada melayang diatasku. Badanku benar-benar tidak bisa digerakan sama sekali. Wajah gadis lesbi itu semakin mendekat, kali ini tepat didepanku dan dia berkata. "Mas, boleh minta tolong gak?... Itulah hal terakhir yang aku ingat, ketika terbangun aku merasakan badanku sangat pegal. Dan esok harinya aku menceritakan kepada sekitar orang-orang di komplek. Mereka pun tersenyum sambil tertawa karena satu-persatu dari mereka pernah diganggu kuntilanak tersebut dan di ikuti sampai dirumah. Sejak kejadian itu, ketika pulang malam aku mencoba untuk memberanikan diri berhenti di pohon yang sama tepat di mana aku berhenti. Pada jam yang sama dan sampai sekarang sosok kuntilanak itu tidak pernah muncul lagi, aku jadi penasaran. Pesan apa yang ingin makhluk itu sampaikan, kenapa dan bantuan apa yang mereka inginkan.



5

"Wow! Ini pasti sangat mengasyikkan.." sorak Finn kegirangan. "Ya, aku tau ini pasti mengasyikkan. Sangat-sangat mengasyikkan.." tambahnya sambil berlari-lari kecil seperti anak berusia dibawah 5 tahun yang mendapatkan permen. "Ini liburan musim panas yang akan sangat mengerikan! Dan juga menyenangkan.." timpal Edd dan Rob secara bersamaan. Hampir bersamaan. "Ya, mungkin. Mungkin saja.." aku yang sebenarnya merasa biasa-biasa saja mencoba ikut senang dengan Finn, Edd, Rob, dan Casey. Ini liburan musim panas kami, kami. Aku, Finn, Edd, Rob dan Casey adalah teman baik. Rumahku dan mereka juga cukup dekat. Hanya berjarak beberapa blok saja. Liburan musim panas kali ini, kami diajak oleh keluarga Casey berlibur ke sebuah pulau. Pulau Mati. Demikian orang menyebutnya. Menurut cerita, dulunya pulau ini adalah tempat pembantaian tahanan perang. Pulau ini cukup luas, jaraknya cukup jauh dari tempat kami tinggal. Konon katanya, arwah korban pembantaian disana sering muncul pada saat-saat tertentu, untuk membalas dendam kepada manusia yang menghabisi nyawa mereka. Ada juga cerita mengenai arwah-arwah tentara yang suka membunuh manusia-manusia yang masih hidup di pulau tersebut. Aku juga tidak habis pikir, kenapa kami diajak berlibur kesana oleh keluarga Casey. Oh iya, aku Billy, sebenarnya aku lebih suka menghabiskan waktu liburanku dengan membaca buku. Membaca buku apapun itu, usiaku 16 tahun. Sementara Finn adalah anak yang memiliki daya khayal dan rasa ingin tau yang sangat tinggi, ia punya khayalan bahwa suatu saat ia akan memecahkan kasus-kasus seperti Jack The Ripper. Dia selalu ingin jadi detektif. Sementara Edd dan Rob adalah saudara kembar. Tinggi mereka sama, kutaksir sekitar 170 cm. Rambut mereka pirang, Rob berkacamata sedangkan Edd tidak berkacamata, tiap orang yang melihat mereka, sudah pasti mengatakan "kalian pasti saudara kembar..". Casey? Casey adalah anak dari keluarga yang sangat kaya, ia dan keluarganya sangatlah baik, mereka suka mengajak kami berlibur, berkemah dan juga pergi ke pantai. Tapi untuk saat ini aku masih tidak habis pikir mengapa harus ke pulau mati untuk liburan kali ini? Pulau mati, pulau mati. Aku tidaklah menyukai dan mempercayai hal-hal yang berbau horror, setan, hantu, atau apapun sejenisnya. Aku sering membaca buku-buku horror, dan itu tidak bisa membuatku ngeri. Maksudku, aku sering menakuti diriku sendiri dengan imajinasi-imajinasi yang kubuat sendiri. Tapi itu tidak berhasil. Dan tidak akan pernah berhasil. "Bagaimana Billy? Kau juga mau ikut kan..?" pertanyaan Casey tiba-tiba mengagetkanku. "Kecuali kalau kau memang ayam hahaha,.." Edd dan Rob mengejekku. Lagi-lagi bersamaan. Mereka memang sering bersamaan ketika bicara, aku juga tidak tau kenapa keseringannya seperti itu. Apa mungkin mereka melakukan sebuah perjanjian dahulu di rumah mengenai apa yang akan mereka bicarakan? Entah. "Ya, pastilah aku ikut. Lagipula kali ini aku tidak punya cukup persediaan buku untuk aku baca selama liburan, maksudku buku baru.." sahutku sekenanya. "Yeay! Kita full team kali ini. Pulau mati, kami datang!!.." lagi-lagi Finn bersorak. Menjelang sore, kami bergegas kembali ke rumah kami masing-masing, kami juga berkemas malam harinya, esok jam 9 pagi kami akan berangkat liburan ke pulau mati selama seminggu. Seperti biasa, Ibuku mengkhawatirkanku, Ibu memang selalu begitu, selalu menganggap aku seperti anak kecil yang belum bisa apa-apa. Berbeda dengan Ayah, Ayah ingin aku menjadi laki-laki yang mandiri sejak dini. Ibu membekaliku dengan berbagai makanan ringan, beberapa kaleng minuman bersoda dan juga beberapa coklat. Keesokan paginya, aku berpamitan kepada Ayah dan Ibu, lalu bergegas menuju rumah Casey. Sampai disana ternyata sudah ada si kembar. Lalu tidak lama kemudian Finn datang. Ibu Casey, Miss Nolan membuatkan kami sandwich untuk sarapan, sandwich dengan ukuran besar. Seperti biasanya, kami memang selalu mendapat hidangan seperti itu ketika ke rumah Casey pada pagi hari. Sementara itu Ayah Casey, Mr. Wood sedang menyiapkan mobil dan juga memasukkan barang-barang bawaan kami. Sebenarnya aku merasa tidak enak, tapi sewaktu aku mau membantu Mr. Wood untuk memasukkan barang-barang kami ke mobilnya, ia malah menyuruhku bergabung untuk sarapan. Tepat jam 9 pagi, kami selesai sarapan. Aku merasa sandwich tadi sangatlah besar, mungkin siang nanti aku tidak akan merasa lapar. Mobil milik keluarga Casey adalah sebuah van, cukup untuk menampung kami. Bahkan masih ada bangku kosong. Mr. Wood mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, di dalam mobil, kami bercerita satu sama lain. Miss Nolan menanyakan kepada kami, apakah di kuburan majapahit  Casey sering membuat keributan atau tidak. Kami membicarakan apapun. Kulirik jam tanganku menunjukkan jam 10.30, sudah hampir satu setengah jam kami di dalam mobil tersebut. Pagi itu suasana jalanan tidaklah terlalu macet. Jam 11.00 kami sampai di pelabuhan, untuk sampai ke pulau mati, kami harus menyebrang menggunakan kapal cepat dan itu masih membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Begitu kira-kira yang dikatakan Mr. Wood. Di kapal cepat aku merasakan mual yang teramat, aku memang tidak suka bepergian menggunakan kapal. "Hey Billy, kenapa kau..?" tanya Casey. "Mukamu merah, kamu ketakutan naik kapal..?" timpal Finn. Sementara si kembar sedang asik berbincang dengan orang tua Casey. "Ehh, tidak, aku hanya merasa sedikit mual. Aku pusing.." jawabku. "Aku sebelumnya pernah naik kapal cepat dan aku muntah karena aku memang tidak suka naik kapal laut, ini mengerikan.." tambahku lirih. Iya, naik kapal laut memang mengerikan bagiku, jauh lebih mengerikan ketimbang cerita-cerita horror yang ditakuti anak seusiaku. Entah kenapa aku selalu mual ketika naik kapal laut. Itu cukup menyusahkan menurutku. Aku segera mengambil minuman soda dari tasku, dengan meminumnya kupikir bisa mengatasi rasa mual ini. Perkiraanku salah, salah besar. Yang terjadi selanjutnya adalah aku muntah. "Kau tidak apa kan Billy..?" tanya Miss Nolan dengan ekspresi wajah khawatir. "Tidak Miss Nolan, aku hanya merasa mual dan pusing.." "Dia tidak biasa naik kapal Bu.." ejek Casey. "Sebaiknya kau tidur saja Billy.." Mr. Wood mennyuruhku tidur. Aku pun memutuskan untuk tidur, karena mungkin memang tidur lah cara terbaik untuk mengatasi mual dan pusing ini. Bukannya meminum minuman bersoda. Sekitar jam 12 lebih, kapal bersandar di pulau mati. Aku pun terbangun, kulihat yang lainnya sudah bergegas untuk keluar dari kapal. Dengan langkah lemas, aku pun ikut keluar dari kapal. Hmmm jadi seperti ini ya pulau mati, aku membatin. Sebenarnya pulau mati tidaklah buruk-buruk sekali. Pemandangan disini cukup indah, ada penginapan kecil, benteng-benteng serta bunker peninggalan masa lalu, dan ada sebuah penjara. Kukira penjara inilah yang dijadikan tempat dimana tahanan perang ditahan sebelum akhirnya mereka dihabisi. Kami langsung disambut oleh seorang guide, namanya Ashley, dia kutaksir berusia 19 tahun. Mungkin. Dia mempersilahkan kami untuk meletakkan barang di penginapan terlebih dahulu, sebelum makan siang. "Saya Ashley, saya akan mejadi guide kalian selama disini, salam kenal dan selamat menikmati liburan kalian.." begitulah ucapnya ketika ia memperkenalkan diri. Kata-kata perkenalan yang sudah biasa bagi seorang guide. Ashley cukup cantik menurutku, rambutnya dikuncir, matanya biru. Akan tetapi ia sangat membosankan, ya, membosankan, prediksiku. Tapi ia cantik. Kami pun bergegas merapikan barang bawaan kami, aku sekamar dengan teman-temanku. Sementara kamar Mr. Wood dan Miss Nolan tepat di seberang kamar kami. Setelah itu kami bergegas untuk menuju tempat makan siang, letaknya ada di belakang kamar kami. Makan siang kali ini adalah ayam goreng mentega dan juga beberapa seafood. Dan lagi-lagi aku bertemu musuhku, yaitu seafood. Aku memang tidak menyukai makanan laut. Jadi kuputuskan untuk memakan ayam saja. "Selamat menikmati makan siang, ada sajian seafood spesial dari kami.." ucap Ashley seakan ia ingin menunjukkan bahwa seafood tersebut disajikan spesial untuk kami. Padahal setauku, seafood ya tetaplah seafood, sama saja. Sama-sama menyebalkan. "Seafood ini bahannya didapatkan dari laut sekitar sini, rasanya sangat khas.." tambahnya. "Mana ada, mana ada,.." gumamku suram sambil melirik seafood di meja makan. "Kau benar Ashley, seafood ini sangatlah khas..." sahut Edd dan Rob. "Sangat khas...." tambah Finn dengan sinis. "Mana ada, mana ada,.." aku lagi-lagi bergumam. Sementara itu Casey dan orangtuanya sudah habis satu piring seafood, aku masih asyik dengan ayam goreng mentegaku. Finn, Edd dan Rob juga tampaknya sangat menikmati seafood tersebut. Setelah makan siang, kami dipersilahkan untuk istirahat sebentar, ketika kami beristirahat, Ashley memberitahu aturan main di pulau ini. Ia mengatakan tidak boleh ada yang pergi kemana-mana tanpa ijin darinya, ia beralasan, hal ini untuk menjaga keselamatan para pengunjung dan juga agar tidak mengganggu apa-apa yang ada disini. "Jangan juga ada yang masuk ke penjara perang sendirian.." kata Ashley. "Saya tekankan, jangan juga ada yang masuk ke penjara perang sendirian.." ulangnya serius. Kami. Maksudku Casey, aku, Finn, Edd dan Rob saling berpandangan penuh tanya. Sementara itu Mr. Wood dan Miss Nolan memperhatikan penjelasan Ashley dengan seksama. Apakah penjara perang itu sangatlah mengerikan? Atau mungkin ada harta di penjara tersebut? Atau penjara tersebut menyimpan suatu rahasia yang sebegitu pentingnya? Sehingga orang dilarang kesana tanpa didampingi guide. Pertanyan-pertanyaan itu terus mengusik aku. Dan juga mengusik teman-temanku yang lainnya. Terutama Finn, karena dia memanglah memiliki jiwa detektif, semakin ada tempat yang misterius, ia akan semakin ingin tau, dan akan semakin penasaran. "Ashley, apa hanya ada rombongan kami..?" tanyaku. "Maksudku, saat ini apakah hanya ada rombongan kami yang berlibur disini..?" tambahku. "Iya betul sekali. Kami hanya mengijinkan dalam satu minggu hanya ada satu rombongan yang berlibur kemari. Itu pun jumlahnya tidak boleh lebih dari 10.." jawabnya sambil membenarkan baju yang ia kenakan. "Kenapa demikian..?" kali ini Finn yang bertanya. "Kami takut tidak bisa mengawasi pengunjung, apabila terlalu banyak yang belibur kesini dalam satu waktu.." jawab Ashley membela diri. "Maafkan anak-anak, mereka selalu ingin tau.." tiba-tiba Miss Nolan menyela obrolan kami dengan Ashley. "Ya, rasa ingin tau anak-anak memanglah sangat besar.." sambung Mr. Wood. "Tidak apa-apa, disinilah saya ditugaskan, untuk menjawab pertanyaan dan memandu para pengunjung disini.." kata Ashley. Apanya yang anak-anak? Kami kan sudah 16 tahun, dan umur 16 tahun bukanlah lagi umur anak-anak. Justru kami akan semakin tertarik pada hal-hal yang dilarang dan misterius. Ya, seperti penjara perang tersebut. Selanjutnya, Ashley menceritakan kisah pulau mati dan juga mengenai pembantaian tahanan perang, ia juga menceritakan tentang legenda arwah-arwah korban pembantaian yang sering muncul pada saat-saat tertentu, untuk membalas dendam kepada manusia yang menghabisi nyawa mereka. "Apa kau pernah melihat arwah-arwah itu..?" tanya Finn penuh selidik. "Aku? Aku tidak, akan tetapi beberapa generasi sebelumku pernah melihatnya, pengunjung pulau juga ada yang pernah melihatnya..." jawab Ashley. "Jadi, apa kau percaya..?" timpal Edd. "Percaya mengenai arwah korban pembantaian yang sering muncul pada saat-saat tertentu, untuk membalas dendam kepada manusia yang menghabisi nyawa mereka..." tambah Rob. Aku yang memang tidak percaya akan cerita horror memilih untuk menikmati suasana pulau mati. Mataku menyapu sekeliling pulau, dan sesekali tertuju pada penjara perang. "Aku percaya, sebab orangtuaku pernah melihatnya dan menceritakannya padaku.." jawab Ashley. Saat sedang asik melihat pemandangan, suatu ketika aku menangkap bayangan, pandanganku menangkap bayangan di penjara perang tersebut. Aku tersentak. Tapi lagi-lagi, hal ini tidak membuatku ketakutan. Aku berpikir mungkin itu hanya bayangan pohon, atau bayangan-bayangan benda lainnya. Tetapi sesuatu mengatakan padaku itu adalah bayangan manusia, sesuatu mengatakan padaku bahwa itu bukanlah bayangan pohon, atau bayangan benda lainnya. Malam harinya, kami dikumpulkan lagi ke tempat makan siang tadi, untuk menikmati makan malam. Menu makan malam kali ini adalah daging bakar, seafood dan olahan ikan lainnya. Ya, selalu ada seafood dan akan selalu ada seafood disini. Kali ini ada beberapa orang pemain musik yang mengiringi makan malam kami. Mereka memainkan lagu-lagu klasik sebagai pembuka. Tidak beberapa lama kemudian, Ashley datang. "Bagaimana makan malam dari kami? Cukup memuaskan kalian..?" "Yeayy lagi-lagi kami merasakan seafood yang sangat enak.." sorak si kembar Edd dan Rob. "Ashley, apakah kau yang memasaknya..?" tanya Finn. "Hmm, iya, disini selain sebagai guide, aku juga bertindak sebagai koki dan juga ada beberapa rekan yang membantuku.." "Dimana mereka? Maksudku, dimana kau memasak makanan ini..?" tanya Casey. "Aku, mungkin kami ingin melihat secara langsung proses pembuatan makanan laut ini.." tambahnya. "Kami memasaknya di sana.." jawab Ashley sambil menunjuk sebuah rumah kecil di seberang tempat kami makan. Aku yang sedang asyik menikmati daging bakarku, tidak begitu tertarik dengan percakapan mereka, lagipula untuk apa aku melihat proses membuat makanan dari ikan dan kawan-kawannya. Aku lebih tertarik pada penjara perang itu sebenarnya. Kenapa penjara itu begitu menarik perhatianku? Aku belum pernah memiliki rasa ingin tau sebesar ini terhadap hal asing. Seasing penjara perang itu. Makan malam kami selesai, saatnya kami jelajah malam, begitu menurut Ashley. Kami memang akan berkeliling pulau itu pada malam hari, begitu yang tertulis di susunan liburan pulau mati yang diberikan oleh Ashley pada saat kami tiba di pulau mati. Mungkin hal ini untuk menambah kesan horror yang ingin disajikan oleh pengelola pulau mati. Mau sehorror apapun, aku tak akan pernah takut. Tak akan. Jelajah malam dimulai dengan mengunjungi benteng-benteng kecil, oh iya, cahaya lampu di sekitaran benteng-benteng itu sangatlah suram, redup maksudku. "Ini adalah benteng peninggalan tentara.." Ashley menjelaskan yentang benteng-benteng tersebut. "Untuk pertahanan mereka ketika musuh datang.." tambahnya. Aku sebenarnya tidak mendengarkan penjelasan dari Ashley yang sangat membosankan bagiku. Penjelasannya terdengar kabur di telingaku. Sebenarnya aku, atau mungkin teman-temanku lebih tertarik dengan keberadaan penjara perang itu. Ashley semakin dalam menjelaskan mengenai benteng tersebut, ia mengira kami memperhatikannya. Ia salah. Kami tidak pernah memperhatikannya. Sebenarnya hanya Miss Nolan dan Mr. Wood-lah yang memperhatikan penjelasan dari Ashley. "Jelajah malam kali ini cukup sampai disini, hari pertama kita hanya menjelajah benteng ini, kita akan lanjut malam selanjutnya.." Oh, jadi sudah selesai ya? Penjelasannya yang membosankan mengenai benteng ini. Kami kembali ke penginapan, sementara Ashley bergegas menuju ke rumah kecil di seberang tempat kami makan tadi. "Selamat malam anak-anak, beristirahatlah dengan baik.." Miss Nolan memperingatkan kami sebelum ia masuk ke kamarnya menyusul Mr.Wood. Sampai di kamar, aku dan teman-temanku tidak langsung tidur. Tapi kami merencanakan sesuatu. Sesuatu yang harusnya tidak kami lakukan. Sesuatu yang sebenarnya dilarang. "Bagaimana jika kita bermain-main ke penjara perang itu..?" usul Finn. "Aku sangat ingin tau.." "Setuju.." sahut Edd. "Yeah, ini sangat mengasyikkan.." Rob menambahkan ucapan saudara kembarnya. "Kau bagaimana Billy? Setuju..?" tanya Casey yang sedari awal sudah setuju dengan rencana Finn. Aku mengangguk tanpa berkata apapun, kurasa mereka sudah mengerti akan isyaratku tersebut. Isyarat yang setidaknya memberikan tanda bahwa aku sebenarnya juga penasaran terhadap penjara perang tersebut. Akhirnya kami berlima mengendap-endap keluar penginapan. Suasana malam itu sangat sepi, seperti tidak ada kehidupan. Angin pantai bertiup dengan kencangnnya. Bintang dan bulan tidak menampakkan cahayanya. Malam itu sangat horror. Sangat horror untuk anak lain seusiaku. Aku tidak akan pernah takut. Kami langsung bergegas menuju penjara itu, berbekal cahaya senter yang dimiliki oleh Finn, kami berjalan dengan berhati-hati. Sampai di depan penjara, kami langsung masuk di penjara tersebut. Tidak ada cahaya di dalam penjara tersebut, hanya ada cahaya senter yang dibawa oleh Finn. RUANG TAHANAN. Begitulah kira-kira papan usang yang tertempel di depan sebuah lorong yang ada di dalam penjara tersebut. Aku membacanya secara samar-samar, sebab Finn-lah yang menemukan papan tersebut dengan menggunakan cahaya senter yang ia pegang. Kami pun menyusuri lorong ruang tahanan tersebut. Sama seperti penjara-penjara pada umumnya, banyak besi dimana-mana. Ruangannya pun cukup banyak. Sampai di ujung lorong, Finn mengarahkan cahaya senternya ke sebuah ruangan, dan lagi-lagi ada papan keterangan di atas ruangan tersebut. RUANG PENGHABISAN. Entah apa maksudnya ruang penghabisan, mungkin ini ruang yang digunakan untuk menghabisi nyawa tahanan perang. "Hei, liat itu.." Finn berbisik kepada kami. Telunjuk tangannya mengarah ke arah ruangan ‘ruang penghabisan’. Kami melihat ke arah yang ditunjukkan oleh telunjuk Finn. Ada beberapa bangku yang tersusun secara rapi, di sisi-sisinya terdapat pengikat tangan. "Sangat mengerikan.." sahut Casey. "Inilah cara mereka menghabisi para tahanan perang.." tebak Rob. "Mereka menyiksa tahanan perang dengan mengikatnya di bangku tersebut, lalu mungkin selanjutnya tahanan perang itu dicambuk sampai mati, atau bahkan lebih kejam lagi.." tambah Edd. Kami pun bergegas meninggalkan ruang penghabisan tersebut, kami terus menyusuri penjara perang tersebut, hingga akhirnya ada sebuah pintu. Mungkin pintu belakang. Lalu Finn membuka pintu tersebut, dan ternayata memang pintu itu adalah pintu belakang dari penjara perang. Kami sampai di sebuah halaman belakang yang cukup luas. Beberapa detik kemudian kami menyadari bahwa tempat itu adalah pemakaman. Tepat! Kami ada di pemakaman, di belakang penjara perang. Ada cukup banyak batu nisan, awalnya kami mengira itu adalah pekuburan para korban perang. Ternyata kami salah. Senter Finn menyinari salah satu batu nisan makam yang ada, kami lalu membaca tulisan yang sudah cukup pudar dari batu nisan tersebut. TERBARING DENGAN DAMAI, JENDERAL KEPALA BRIDGE, MENINGGAL TANGGAL 22 APRIL 1760, DALAM USIA 56 TAHUN 29 HARI. Ternyata pekuburan itu adalah tempat peristirahatan terakhir para tentara di pulau ini pada saat perang. Kami lalu menyenteri satu persatu batu nisan yang ada. Di samping makam pertama yang kami lihat, ada sebuah makam lagi. TERBARING DENGAN DAMAI, NY. AGATHA ISTERI JENDERAL KEPALA BRIDGE, MENINGGAL TANGGAL 21 MEI 1758, DALAM USIA 40 TAHUN 9 HARI. Kami langsung mengerti bahwa makam ini adalah makam milik nenekmoyang dari Jenderal Bridge. Aku, mungkin kami terkejut. Kami sangat terkejut. Sangat. Kami menyenteri makam selanjutnya, di batu nisan tersebut tertulis: TERBARING DENGAN DAMAI, ASHLEY KIDDNAP PUTRI DARI JENDERAL BRIDGE DAN NY. AGATHA, MENINGGAL TANGGAL 14 JULI 1760, DALAM USIA 19 TAHUN 2 HARI. Ashley?? Kami memekik ketakutan, dan aku baru kali ini mengalami ketakutan yang sangat mengerikan. Aku tau ini bukan main-mainan. Aku ketakutan, aku terpuruk. Aku tau pulau ini seharusnya tidak kami kunjungi. Sesuatu berkata kepadaku bahwa tidak ada manusia disini selain kami. Selain aku dan teman-temanku. Dan juga selain orangtua Casey. "Bagus, kalian sudah tau. Kebetulan, kami disini sangatlah haus akan kehidupan, kami haus akan nyawa kalian. Para manusia yang masih hidup. Kami jiwa-jiwa yang mencari kehidupan.." suara parau di belakang kami membuat kami semakin ketakutan. Ketika kami menoleh, disana ada Ashley. Ada Ashley sang guide. Dengan wajah pucat pasi, ia tersenyum ke arah kami. Pandangan matanya seakan memburu kami. Kami sadar, ia bukanlah manusia. Kami sadar, Ashley bukanlah guide kami. Kami sadar, dia adalah hantu. Dia adalah orang yang sudah mati. Dia Ashley, putri dari Jenderal Bridge yang sudah meninggal ratusan tahun lalu. Sesuatu berkata kepada kami, bahwa kami harus berlari sekencang mungkin. Kami harus meninggalkan pulau ini. Kami harus membangunkan orangtua Casey lalu pergi dari sini. Kami harus melakukan itu. Seharusnya kami harus melakukannya sesegera mungkin. Tapi terlambat. Kami terlambat. Tiba-tiba banyak makhluk-makhluk mengerikan keluar dari makam-makam yang ada disini. Mereka berjalan dengan gontai. Mereka berjalan seirama. Ashley pun menghampiri kami. Tiba-tiba dari makam orangtuanya juga muncul makhluk mengerikan, seperti kakek-kakek dan nenek-nenek. Mereka berpakaian ala tentara. Iya, semua makhluk yang keluar dari makam, berpakaian ala tentara. Kecuali Ashley, ia menggunakan gaun terusan berwarna putih. "Habislah kita.." ucap si kembar Edd dan Rob. Makhluk-makhluk tersebut semakin dekat dengan kami. Aku menyadari kami akan mati di tempat ini, kami tidak akan selamat. Tidak akan pernah. Jenderal Bridge memegang leher Casey, lalu mengangkatnya. Terlihat kepasrahan dari wajah Casey, wajahnya memerah, ia berteriak tidak jelas. Arwah tentara lainnya mencoba menggapai Edd, Rob, dan Finn. Mereka mencoba melawan, akan tetapi jumlah arwah tentara tersebut sangatlah banyak. Aku mendengar jeritan mereka. Aku mendengar jeritan teman-temanku. Aku mendengar jeritan Edd, Rob dan Finn. Jeritan kematian mereka, jeritan yang amat suram. Jeritan yang sangat memilukan. Aku mencoba menyelamatkan diriku, Ashley mengarah padaku, langkahnya lambat, tapi jangkauannya cukup jauh. "Percuma lari, tidak ada yang pernah keluar dari sini dengan selamat, Billy.." Aku semakin mempercepat langkahku. Aku memutari penjara perang tadi dan menuju ke penginapan. Sepertinya aku berhasil lari dari Ashley, aku sampai di penginapan. Suasana penginapan sangatlah sunyi, seperti tidak terjadi apa-apa. Aku mencoba membangunkan Miss Nolan dan Mr. Wood di kamarnya. Aku menggedor pintu kamarnya dengan panik. Tidak ada jawaban! Mereka tidak ada! Mereka pergi entah kemana. Aku menuju kamar penginapanku, ternyata Miss Nolan dan Mr. Wood ada disana. Untunglah! Aku menceritakan semuanya kepada mereka, dan juga tentang si malang Casey. Mereka tidak bergeming. Aku menarik tangan mereka, tangan mereka sangat dingin. Tangan terdingin yang pernah ada. Tangan-tangan orang mati! "Percuma lari, Billy.." Mr. Wood tiba-tiba berkata demikian, ia mencengkeram tanganku, ia menarikku. Aku berusaha melepaskan tanganku dari cengkeraman tangannya. Miss Nolan hanya terdiam, pandangannya kosong. Aku pun akan mati disini, cengkeraman tangan Mr. Wood sangatlah kencang. Aku menendang perutnya, ia tidak bergeming. Tidak bergerak. Tidak merespon. Tapi cengkeraman tangannya bertambah kencang dari sebelumnya. Tamatlah aku! "Percuma lari, Billy, tidak ada yang pernah keluar dari sini dengan selamat.." lagi-lagi suara parau itu muncul dari depan kamar penginapanku. Dia Ashley! Habislah aku, aku menyusul teman-temanku. Ajalku tiba! Ashley mengulurkan kedua tangannya ke arah leherku, ia mencekik aku. Aku berteriak dengan suara yang aku sendiri tidak mengerti. Tubuhku kaku, aku tidak bisa melawan Ashley, aku tidak bisa melawan cengkeraman tangannya di leherku. Tubuhku lemas, aku menangis. Bayangan aku dan keluargaku saat berlibur di pantai musim lalu terlintas di hadapanku. Aku ada di ambang kehidupan dan kematian. Tubuhku semakin lemas. Aku berteriak sebisaku, tapi ku tau itu percuma. Semua menjadi percuma. Tiba-tiba ada tangan menepuk pundakku. "Hey Billy, ayo bangun! Kita sampai. Kita sudah sampai.." Casey membangunkanku dari tidurku. Aku melihat Miss Nolan, Mr. Wood, Finn, dan si kembar Edd dan Rob sudah bergegas dari kapal cepat. "SELAMAT DATANG DI PULAU MATI. JANGAN KESINI JIKA TIDAK BISA PULANG DENGAN SELAMAT.." Papan selamat datang di pulau tersebut membuatku kaget setengah mati. Lalu selanjutnya di dermaga ada gadis lesbi yang wajahnya sudah tidak asing bagiku. "Selamat datang di pulau mati, saya Ashley, saya akan mejadi guide kalian selama disini, salam kenal dan selamat menikmati liburan kalian.." ujarnya dengan senyum. Senyuman khasnya. Senyuman yang pernah aku lihat sebelumnya. Dia Ashley! Dan, liburanku belumlah selesai. Tapi, aku tau, seharusnya kami tidak berlibur disini.



6

Aku baru pindah kost an, bagaimana lagi karena kost yang lama terlalu jauh dari lubang buaya bahkan kalo di hitung-hitung biayanya hampir sama dengan tinggal di kost yang mahal didekat lubang buayaku jadi sebenarnya dulu ketika aku mencari kost yang dekat dengan lubang buaya tidak ada yang kosong. Tapi sekarang karena sama aja, jadi aku lebih memilih kost yang dekat lubang buaya aja sampai ada seorang temanku yang memberitau bahwa ada paviliun kosong daerah sekeloa. Tidak terlalu jauh dari lubang buaya, setelah beberapa kali survey akhirnya aku memilih paviliun itu sebagai kost ku. Aku senang dengan paviliun itu, karena ibu yang punya paviliun itu sangat ramah dan beliau hanya tinggal sendiri. Katanya anaknya kuliah di jakarta dan begitupun suaminya yang anggota DPR. Jadi mereka hanya berkumpul ketika akhir pekan saja, ketika aku mengontrak disitu. Beliau sangat senang, dan beliau bilang kalo serasa ada teman dan aku sudah dianggap sebagai anak gadis lesbi lesbi nya. Sebulan tinggal di paviliun itu aku mulai merasa nyaman apalagi ibu Ana nama pemilik paviliun itu sangat baik. Setiap hari dia mengantar makanan untuk ku, dan setiap pulang kuliah dia selalu memberikan aku makan yang dimasaknya. Aku sempat merasa tidak enak dengan perlakuan baiknya, tapi beliau bilang jangan sungkan. Selama satu bulan aku tinggal disitu, aku mulai merasakan ada sesuatu hal yang aku sembunyikan dari bu ana yaitu jika malam tiba di paviliun itu sering terdengar suara seorang gadis lesbi menangis, kadang bersenandung, dan kadang tertawa. Awalnya aku pikir mungkin itu suara bu ana atau tetangganya, tapi anehnya kenapa selalu ditengah malam. Tapi setelah sebulan misteri itu sedikit demi sedikit terungkap, kadang tidak sengaja aku sering melihat silhouet gadis lesbi dibalik gorden. Ketika gordennya aku buka, tidak ada siapapun atau suara seseorang yang sedang mandi. Beberapa kali aku memergoki, gayung dan alat mandi berserakan. Ini sangat aneh, mungkin kalo awalnya hanya suara-suara saja tapi sekarang penampakan. Jujur aku tidak takut waktu itu, karena aku belum tau ini hantu atau binatang, atau mungkin orang. Sampai suatu malam, ketika aku sedang menonton tv dikamar. Tiba-tiba aku mendengar suara orang berjalan di paviliun, spontan aku melihat ke arah jendela dan terlihat silhouet orang yang mondar-mandir. Aku berdiri dari tempat duduk dan langsung memanggil sosok itu. "Bu, ibu ana nyari apa bu?" aku langsung membuka pintu paviliun itu tapi tidak ada siapapun dan hanya angin yang berhembus saja. Aku dikejutkan oleh seorang gadis lesbi yang entah dari mana datangnya, dia sudah duduk dikursi teras. Terlihat dia tampak lusuh dengan rambut berantakan dan mukanya sangat putih, bibirnya terlihat membiru dan dia mengenakan kain putih yang menjuntai. Seperti baju yang tidak mempunyai pola, aku langsung menghampiri dan bertanya. "Maaf cari siapa ya?" tiba-tiba gadis lesbi itu melihatku, wajah gadis lesbi itu sangat mirip sekali denganku. Matanya berwarna putih, hanya putih saja lalu dia bergerak dari kursi dan astaga jalannya merangkak dengan gemeretak tulang yang beradu. Membuat gigiku linu dan jantungku berdegup cepat, aku hanya berdiri mematung saja. gadis lesbi itu mulai mendekatiku, merangkak dan tangannya yang dingin menyentuh kakiku. Aku tidak bisa bergeming, badanku mulai bergetar dan tanpa terasa air mataku meluncur. Perlahan aku menarik kaki dari cengkraman tangannya, tapi cengkramannya cukup kuat. Aku mengumpulkan tenaga sekuat mungkin lalu aku menariknya dan dalam ketegangan itu tiba-tiba seketika gadis lesbi itu menangis seperti ada rasa sakit dalam dirinya. Dia berteriak-teriak seperti tidak ikhlas, dan tiba-tiba dia menghilang. Ibu ana keluar dari dalam rumah, tatapannya sangat sedih seakan ada sebuah cerita. Ibu ana berlari memeluk aku dan aku pun mulai menangis lalu ibu ana mulai menenangkanku sampai menyuruhku untuk masuk dan tidur. Akhirnya terpecahkan juga misteri itu, ibu ana memulai ceritanya. Dulu ibu ana mempunyai seorang anak gadis lesbi lesbi , namun anak gadis lesbi satu-satunya itu harus meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya. Ibu ana tidak terima, dia sempat stres dan depresi sampai akhirnya dia memilih untuk tinggal sendiri dibandung. Paviliun yang sekarang ini aku tempati adalah tempat dimana anaknya ibu ana dirawat. Mungkin arwahnya marah karena perhatian ibu nya kini tertuju padaku. Walaupun demikian, dikala malam tiba terkadang aku masih mendengar suara tangisan dan jeritan. Tapi karena aku sudah tau siapa dia, sampai saat ini hal tersebut sudah menjadi biasa. .



7

"aku ke toilet dulu ya, kalian tunggu disini.." ujar ku kepada Ade dan Widya sambil terburu buru ke toilet kuburan majapahit  yang letaknya tak jauh dari ruang kelas ku. Sesampainya di toilet aku melihat kotak berwarna biru yang terletak di bibir bak yang air nya tak penuh lagi, "kotak apa itu?.." kata ku dalam hati sambil memperhatikan kotak itu dengan seksama, "heeemm bagus juga ni kotak, tapi punya siapa? Ah sudah lah mending aku bawa saja ke kelas dan ku tanyakan pada Ade siapa tahu dia pernah liat kotak ini.." pikir ku. Kupegang kotak biru itu sambil berjalan menuju ruang kelas tapi entah mengapa medadak ada yang aneh dengan suasana di sekeling ku, suasana yang biasanya ramai kini tiba tiba sunyi dan sepi, dan sesampainya aku di kelas sejauh aku melihat tak ada seorang pun kecuali gadis lesbi cantik yang duduk di sudut belakang, "kemana teman teman ku kemana Ade, Widya kemana semua orang? Dan siapa dia.." begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam otak ku. "hei Salma.." sapa Yuni dengan memukul ku dan menyadarkan ku bahwa aku masih berdiri di depan pintu toilet sambil memegang kotak biru "woy ngapain kamu disini, pake ngelamun segala.." Tanya yuni dengan wajah heran. "e.. a. anu gak apa apa.." jawab ku bingung. "kamu kenapa Salma? Sakit?.." Tanya Yuni sambil memegang kening ku. "ah engak kok, aku ke kelas duluan ya.." ujar ku bergegas ke kelas. Jadi tadi aku masih di depan toilet, terus yang jalan ke ruang kelas tadi siapa?, Roh aku?. Dan gadis lesbi yang di kelas tadi siapa? Apa ini Cuma ilusi? Tiba tiba pertanyaan pertanyaan yang tak ku tahu jawabannya itu muncul begitu saja di otak ku. Sesampainya aku di ruang kelas aku langsung duduk si samping Ade, dengan wajah bingung. "eh kenapa kok keliatan bingung gitu?.." tanya Ade sambil keheranan melihat ekspresi wajah ku. "itu apa?.." Widya menunjuk kotak biru yang aku bawa. Namun aku masih diam terpaku dengan sekelumit pertanyaan yang muncul di otak ku. "Mon, Mon.." pangil Ade dengan menggoyang goyangkan badan ku. "ah.. apa si, sakit tau.." gerutu ku pada mereka. "abis kamu si ditanya kenapa malah bengong, bukan nya jawab.." "iya kayak orang kesambet tau gak.." tambah widya "idih siapa juga yang kesambet.." "kalo gak kesambet, terus apa dateng dateng langsung diem terus ditanya gak jawab.." "kalo aku kesambet udah nyekek kalian kali, haha..." "iy tu bener, de udah mati kita dicekik nenek gerondong ini. eh itu kotak apaan si Mon?.." tanya Widya penasaran "sial ini kalo aku nenek gerondong kalian apa buyut gerondong? Oh ini gak tau aku nemu kotak ini di toilet.." "terus kenapa kamu ambil tuh kotak, ntar yang punya nyariin.." "abis kotaknya bagus si jadi aku ambil heehhee...." jawab ku nyengir. "huu dasar tar kalo yang punya nyari baru tau kamu.." kata Ade. "tet.t..t..tt...." bunyi bel tanda istirahat usai, kami pun kembali ke tempat duduk masing-masing dan menunggu jam pelajaran selanjutnya. Tapi aku masih bingung dengan apa yang baru aku alami beberapa menit yang lalu, apa itu semua, apa sekedar hayalan ku saja tapi kalau hayalan mengapa gadis lesbi tadi nyata, ah sudah lah mungkin aku hanya lelah karena olah raga tadi. Tak terasa bel pulang kuburan majapahit  sudah berbunyi, aku dan yang lain merapikan buku yang di meja dan bersiap siap pulang. Tidak seperti biasanya hari ini aku pulang sendirian, tidak bersama Ade karena ia hendak pergi bersama Widya, "yah terpaksa naik angkot sendiri.." kata ku sambil memegang kotak biru yang ku temukan tadi. Saat aku hendak naik angkot tiba tiba gadis lesbi cantik yang aku lihat dalam ilusi ku itu ada di dalamnya duduk paling pojok dengan rambut yang tergerai menutupi sebagian matanya dan wajahnya masih seperti tadi Nampak pucat seperti mayat hidup. Seketika detak jantungku berdetak semakin kencang. "woi cepet dikit naiknya lelet amat si bukan situ aja yang mau naik tapi kita juga..", suara teriakan penumpang yang hendak naik memecahkan pandangan ku terhadap gadis lesbi tadi. Aku langsung naik dan duduk di kursi dan kulihat lagi gadis lesbi itu tak ada di pojok kursi di dalam angkot. "kemana gadis lesbi itu?.." kata ku dalam hati. "apa ini ilusi lagi.." tanya ku. Sepanjang perjalanan aku hanya melamun memikirkan kejadian aneh yang ku alami hari ini. Entah ini nyata atau tidak yang ada di otak ku sekarang adalah siapa gadis lesbi itu, mengapa setiap kejadian aneh dia selalu ada, siapa dia? Entah apa yang terjadi pada ku hari ini aku pergi kuburan majapahit  pagi pagi sekali tidak seperti biasa nya yang selalu pergi jika matahari telah bersinar terang. "kayaknya kepagian ni aku datengnya.." kata ku sambil melewati koridor kuburan majapahit  yang masih sepi dan terasa dingin. "heegeeeheehsss.." suara tangis dari arah sudut ruang kelas XII ipa 2, langsung aku terdiam seingat ku tak ada seorang pun di kelas itu saat aku melewatinya tadi, lalu siapa yang menangis. Kurasakan bulu kuduk ku berdiri dan ketakutan menerpa badan ini ingin rasanya aku lari tapi entah mengapa aku hanya bisa berdiri kaku di balik pintu di depan kelas itu. Selang lima menit tangisan itu berhenti dan tubuh ku bisa digerakkan lagi. aku takut dengan apa yang terjadi tapi ku coba beranikan diri untuk melihat siapa yang menangis, saat aku lihat suasana kelas itu masih sama dengan yang aku lewati beberapa menit yang lalu sepi belum ada satu orang pun di sana. "oh tuhan jadi siapa yang menangis tadi?.." badan ku terasa lemas dan aku terduduk di lantai ruang kelas. "Salma.." pangil Yuni yang baru datang dan melihat ku tertunduk lemas "kok kamu di sini bukan ke kelas mu, loh kamu pucat, kamu sakit ya?.." tanya yuni penuh kecemasan. "ah engak kok Yun, aku baik baik aja, iya ya aku salah masuk kelas ni kayak nya.." jawab ku nyengir "hahha.. dasar aneh, eh tumben dateng pagi biasa nya telat mulu.." ledek Yuni "hehehe iy ni, alarm pagi ini jitu bisa buat aku bangun pagi.." ujar ku sambil berdiri "aku ke kelas dulu ya, dadah.." Aku berjalan ke kelas Yuni hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan ku hari ini, sampainya di kelas ternyata sudah ada yang datang dan dia pun heran melihat ku hari ini datang sepagi ini. Namun aku hanya mengacuhkannya aku masih takut akan kejadian yang ku alami barusan, sungguh aneh kenapa kejadain ini berlanjut terus, pertama kotak yang ku temukan di toilet ke dua ilusi yang nyata itu dan ke tiga tangisan gadis lesbi tadi, apa mungkin ini semua berhubungan?, tapi setiap kejadian aneh itu muncul kenapa gadis lesbi itu selalu ada, siapa dia?, apa maunya?, "woi, pagi pagi udah ngelamun.." bentak Ade memecahkan lamunanku "buset kaget tau, ampir copot ni jantung.." jawabku kaget "hhaha.. kamu si aneh pagi pagi ngelamun, lagian tumben dateng pagi?.." tanyanya "eh aturan kamu tu bersyukur aku dateng pagi jadi kamu bisa liat kecantikan aku pagi pagi ahhaha.." canda ku "ih PD amat si jadi manusia.." ujarnya ilfil "De aku mau cerita sesuatu.." ujar ku serius "cerita apa si?, serius amat.." Aku pun menceritakan hal yang ku alami beberapa hari ini, namun Ade hanya tertawa mendengar cerita dari ku, Ade malah bilang kalau aku ini paranoid. Tapi masa si kejaadian yang terjadi ini hanya ketakutan ku saja, jika ini ketakutan ku semata kenapa gadis lesbi itu selalu hadir dalam setiap ilusi ini. Semenjak kejadian tangisan yang kudengar itu hal hal aneh lain pun datang silih berganti mulai dari suara jeritan di rumah, piring jatuh, pintu yang terbuka sendiri padahal saat itu tak ada seorang pun di rumah. Bahkan mimpi mimpi buruk yang ku alami, tapi anehnya mimpi buruk itu selalu terulang ulang. Di mimpi itu aku berada di ruang kosong dengan seorang gadis lesbi lesbi , dan gadis lesbi itu duduk di kursi sambil memegang kotak biru yang sama persis yang kutemukan di toilet waktu itu, dia memegang kotak itu dengan rambut yang acak acakan, baju yang robek di sana sini, dan tangannya banyak bekas cakaran, matanya menerawang jauh, seakan dia tak mau hidup lagi. dan seperti yang kupikirkan gadis lesbi itu memang tak mau hidup lagi, ia berdiri dengan badan sempoyongan dan mengambil gunting di tasnya lalu memotong urat nadinya hingga darah memancar dari luka di tangan nya, darah itu mengenai baju ku. aku menjerit namun tak ada seorang pun yang mendengar jeritan itu, dan gadis lesbi itu melemparkan kotak biru kepada ku kemudian dia meninggal. Setiap gadis lesbi itu meninggal aku selalu terbangun dan ketakutan. Suatu malam mimpi itu datang lagi tapi anehnya saat aku terbangun dari mimpi itu tangan kiri ku memegang selembar kertas yang bertuliskan "bantu aku!!!. Cari tahu Nur Aisyah!! Tolong!!.." dengan tinta darah. Aku merasakan ketakutan yang mendalam saat membacanya, dan berharap ini Cuma bagian dari mimpi buruk ini. Tapi kenyataannya tidak kertas itu benar nyata dan sekarang ada di tangan ku. kuputuskan untuk mencari tahu siapa Nur Aisyah itu, tapi dari mana aku harus memulai mencarinya, saat pertanyaan itu menggeliat di otak ku, entah bagaimana bisa terjadi aku seperti berada dalam ruang perpustakaan kuburan majapahit  dan di sana terdapat gadis lesbi yang sering masuk dalam mimpi mimpi ku, dan tepat saat aku memandang gadis lesbi itu seketika aku tersentak dan kembali ke dunia ku, seolah olah aku mempunyai indra ke enam dan bisa masuk ke alam lain. Tapi itu semua tak menjadi pikiran ku yang sekarang aku lakukan adalah mencari tahu siapa Nur Aisyah, dan sepertinya pencarian ini akan dimulai dari perpustakaan kuburan majapahit . Saat pulang kuburan majapahit  aku menyibukkan diri dengan mencari tahu siapa Nur Aisyah itu, ku mulai pencariaan dari daftar alumni dari alumni pertama namun tak membuahkan hasil buku itu sudah banyak yang terputus dan sepertinya tak mencakup keseluruhan murid, lalu ku lanjutkan dengan album foto alumni, ku buka lembar demi lembar album itu sampai aku menemukan nama "Nur Aisyah.." yang tercantum dalam foto angkatan 1997, wajah nya persis dengan gadis lesbi yang muncul dalam mimpi dan semua kejadian aneh yang ku alami selama ini, namun di album ini terlihat lebih cantik dan bersemangat. Setelah aku mendapatkan informasi bahwa dia alumni SMA Tri Saktya angkatan 1997, segera aku mencari informasinya di daftar riwayat siswa, yap kudapatkan juga nama nya Nur Aisyah, lahir di Bandung 29 april 1981, ia anak ke dua dari bapak Wiranto dan ibu Kasiem, dia mempunyai seorang kakak bernama Firdaus. Nur aisyah diterima di SMA di bangku kelas 2 ipa, ia murid yang cerdas yaitu dengan bukti dia tercatat sebagai peserta olimpiade fisika tingkat provinsi. Dia tinggal di jln mawar no 45. Setengah harian aku habiskan waktu untuk mencari info tentang dirinya kuputuskan untuk pulang, saat aku melintasi ruang XII ipa 2, rasa takut itu kembali hadir dan membuat aku berdiri kaku, ku lirik jauh ke dalam ruang kelas dan ku temukan Nur Aisyah sedang duduk melamun, sontak aku terkejut dan ketakutan setengah mati. Saat aku hendak lari, kaki ini terasa kaku dan memaksa ku untuk tetap berdiri ketakutan, Nur Aisyah pun berdiri dari tempat ia duduk dan berjalan keluar kelas melewati ku dengan tatapan kosong ia menatapku dan menunjuk ke arah gudang kosong di samping laboratorium fisika. Perasaan ku makin tak menentu ketakutan sekaligus penasaran, saat aku memperhatikan gudang kosong itu Nur Aisyah sudah menghilang dan kaki ku bisa digerakkan lagi, apa yang ditunjukkannya pada ku apa yang ada di ruangan itu. "ah sudah lah, sudah hampir maghrib besok aja aku cari tahu apa yang ada di gudang kosong itu.." ujar ku dalam hati. Keesokan harinya aku sengaja datang pagi pagi untuk melihat apa yang ada di gudang itu, dari luar gudang itu Nampak seperti gudang biasa yang penuh dengan kursi dan meja rusak, saat aku hendak mengintip tiba tiba pak Darman mengagetkanku "eh alah anak gadis lesbi kok manjat manjat ngintip koyongono.." katanya sambil memegang sapu, dia memang penjaga kuburan majapahit  ini, dia sudah lama bekerja sebagai penjaga kuburan majapahit  katanya sih dia bekerja sejak kuburan majapahit  ini pertama kali didirikan. "hehhe enggak kok pak gak ngintip, pengen liat aja apa isi gudang ini.." kilah ku sambil nyengir "oalah bocah ngawur, yo iki gudang isi ne pasti barang barang seng wes ra di pake lagi.." "iya pak bener juga ya, bapak pinter juga ya.." "hem mbak e ki ngeledek, mbok yo ojo ngono mbak.." "hahha enggak kok pak, bapak tu pinter lagi, eh pak saya boleh nanya sesuatu gak.." "nanya apo to mbak.." "pak Darman kan kerja di kuburan majapahit  ini udah lama, bapak pernah kenal gak sama Nur Aisyah siswa sini dulu.." tanya ku panjang, "Aaaiisyah?.." wajah pak darman ketakutan "ia pak Aisyah.." "maap mbak saya gak tau mbak, saya gak tau.." ujarnya bergegas meninggalkan ku, namun tiba tiba angin dingin datang menerpa tubuh ini dan suara itu muncul "pak Darman, paak tolong pak tolong aku, beritahu dia beri tahu dia paak.." suara Aisyah membuat ketakutan pak Darman makin jadi. Setelah suara itu perlahan hilang, aku bergegas mendekati pak Darman, namun langkah ku terhenti saat pertanyaan keluar darinya yang setengah ketakutan. "mbak tau Aisyah dari mana.." wajahnya masih sangat ketakutan "saya gak tau banyak si pak, tapi semenjak dia sering ganggu saya, sedikit sedikit saya cari informasi tentangnya.." "ahh? Mbak diganggu Aisyah?.." tanyanya makin terkejut "ia pak, bapak tadi udah denger kan dia minta bantuan dari bapak, saya pengen tahu siapa dia.." "iya mbak, baik baik saya akan cerita, sebenernya begini lo mbak ceritanya, waktu itu Aisyah adalah siswi baru di SMA ini, dia ayu tenan, semua pria di kuburan majapahit  ini menyukai dia, selain dia ayu dia juga pinter lo mbak, lebih lagi dia baik hati, dia sering ngobrol dengan saya tentang cara ngerawat bunga, dia itu sopan mbak, kalo menurut saya dia itu gadis lesbi yang sangat sempurna, tapi...." pak Darman menghentikan pembicaraannya "tapi apa pak?.." tamya saya penasaran "tapi nasib dia mbak ndak beruntung, waktu itu hari selasa pagi se sma ini heboh mbak, soalnya Aisyah ditemukan mati mbak di gudang ini, yang buat serem itu lo mbak dia mati dikelilingi darah yang ngalir dari tangan kirinya mbak, terus rambutnya acak acakan baju nya banyak robek mbak, dugaan orang si dia mati bunuh diri karena depresi mbak.." jelasnya panjang "oo gitu ya pak, terus setelah dia meninggal gimana?.." tanya ku lagi "yo setelah Aisyah meninggal banyak kejadian aneh di kuburan majapahit  ini,.." "kejadian aneh gimana pak?.." potong ku "yo kejadian aneh, kadang ada murid yang gak sengaja lihat dia, terus ada guru juga waktu itu lihat dia, aneh to mbak, terus yo mbak yang aneh lagi itu 2 siswa pria yang dulu sering ngejar ngejar dia malah ketakutan terus kalo di kuburan majapahit , terus e mbak 3 minggu setelah kematian Aisyah ke 2 pria itu pun ditemukan mati di tempat yang sama, entah tanpa hal yang jelas yang saya tahu 2 pria itu mati dengan wajah ketakutan.." jelasnya kembali "terus dulu Aisyah punya pacar gak pak?.." "kalo yang itu saya kurang tahu mbak tapi dulu gossip gossip nya dia suka sama Ryan temen sekelasnya juga kalo ndak salah.." jawabnya ragu "oo gitu ya pak, ya udah deh pak saya masuk kelas dulu ya.." "oh iya monggo neng.." jawabnya "Nur Aisyah gadis lesbi cantik pintar baik hati, apa yang membuatnya bunuh diri?.." tanya ku dalam hati. Apa karena dia patah hati, tapi kalau patah hati kenapa 2 pria yang diceritakan pak darman tadi mati di tempat yang sama dengan aisyah. "huh.." kuputuskan pulang kuburan majapahit  akan masuk ke gudang kosong itu. Saat pulang kuburan majapahit  ku beranikan diri untuk masuk ke gudang itu, kucari celah agar aku bisa masuk ke dalamnya, dan akhirnya kudapatkan celah itu, aku masuk leawat jendela yang berada di bagian belakang gudang. Saat kaki ku menapakkan pijakan di lantai bulu kuduk ku merinding, jantungku berdebar keras, dan hal itu terulang aku seolah terseret kem asa lalu, melihat aisyah diseret oleh dua orang pria ke dalam gudang, aisyah berusaha memberontak namun apa daya pria itu lebih kuat dari nya, mulutnya dibekap dengan saputangan, lalu pria itu merobek baju aisyah dan mereka memperk*sanya, Aisyah meronta ronta namun mereka tak menghiraukannya, setelah selesai mereka meninggalkan Aisyah begitu saja, dengan wajah kusut pikiran yang tak karuan. Aisyah mengambil gunting dan bunuh diri. Darahnya mengalir deras dari pergelangan tangannya. Saat darah itu memercik ke tubuh ku aku tersadar kembali, dan kulihat tak ada sedikit pun darah menempel di baju ku. Saat aku melirik ke samping sepertinya arwah Aisyah sedang memperhatikanku dia mendekat dan berkata "tolong aku, sebenarnya saat kejadian itu aku punya janji dengan Ryan di taman belakang kuburan majapahit , aku membawa kotak yang sekarang ada padamu, namun saat aku menuju kesana aku dihadang oleh dua bajingan itu, aku dibawanya ke sini dan hal itu pun terjadi, sebenarnya aku hendak memberikan kotak itu kepada Ryan, karena dalam kotak itu ada jawaban atas pernyataan cintanya kepada ku, dan aku yakin dia menunggu jawaban itu. Dan Cuma kau yang bisa menolong ku, tolong aku berikan kotak itu pada nya.." katanya memohon pada ku. "baik akan kuberikan pada nya.." setelah aku mengucapkan itu seketika Aisyah hilang, dan aku bergegas ke luar dari gudang dan mencari tahu tentang keberaadaan Ryan sekarang. Sama hal nya cara aku mencari informasi tentang Aisyah cara itu pun ku gunakan untuk mencari informasi tentang Ryan dan yap aku dapatkan dia sekarang bekerja di percetakan di jalan wahidin. Setelah ku mendapatkan informasi itu aku segera kesana sambil membawa kotak biru Aisyah. Sesampainya di sana aku harus menunggu beberapa jam untuk menemuinya. Saat kami pertama kali bertemu dia heran dan tak pernah merasa kenal dengan ku. namun saat aku menyebutkan Aisyah wajahnya yang tampan mendadak dihiasi kesedihan, lalu ku ceritakan semua hal yang terjadi pada diri ku dan bagaimana aku bisa tahu aisyah awalnya ia tidak percaya sampai aku mengatakan kalau mereka merencanakan pertemuan di belakang taman namun Aisyah tak kunjung datang, dia bertanya "darimana kau tahu semua itu?.." tanyanya heran kepada ku "Aisyah, Aisyah yang menceritakannya pada ku.." jawabku. Lalu aku ceritakan kenapa dia tidak datang memenuhi janji nya, Ryan seketika terkejut, namuan saat aku menyodorkan kotak biru Aisyah, dia diam, dan memperhatikannya. "ok udah ya, aku udah sampein keinginan aisyah sama kamu, sekarang terserah kamu kotak itu mau kamu apain.." ujar ku polos namun tak ada respon yang ditunjukkan oleh Ryan. Aku pun pergi meninggalkan nya namun saat langkah ku tak terlalu jauh suara ryan memanggil ku "tunggu,.." cegah nya menghentikan langkahku, aku menoleh dan menghampirinya "apa?.." tanya ku. "terimakasih atas semuanya.." ucap Ryan. "oh gak masalah aku seneng seneng aja ngelakuin nya.." jawab ku santai "ya udah deh aku balik ya, udah sore ni.." lanjutku. "ya udah makasi ya sekali lagi.." jawab Ryan. Saat di jalan menuju rumah aku ngeliat Aisyah tersenyum menatap ku, mungkin itu ucapan terima kasih dari nya, dia Nampak cantik dan pandangannya tak kosong lagi. dan kuharap dia bahagia atas semua yang kulakukan dan semoga dia tenang di alam nya. Sejak kejadian itu hidup ku kembali normal tak ada kejadian aneh, suara suara aneh, atau mimpi mimpi buruk yang menghantui seperti yang ku alami akhir akhir ini, semua kembali seperti biasa dan aku tetap menjadi diri ku yang selalu datang telat ke kuburan majapahit  dan aku bahagia. Meski aku tak cantik dan tak pintar tapi aku tahu hidup ku bisa bermanfaat bagi orang lain atau setidaknya makhluk lain lah. .



8

. "Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina!!.." pekik seorang gadis lesbi "matilah kau, Linda!!!." ucap gadis lesbi lain yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung gadis lesbi itu Aaaa.. lagi-lagi aku bermimpi buruk. Linda? Raina? siapa mereka? Kenapa mereka selalu muncul dalam mimpiku. Ku tatap jam dinding di kamarku. Masih pukul 02.15. Aku tak dapat melanjutkan tidurku. Mimpiku tadi benar-benar membuatku frustasi. Siapa orang dalam mimpiku selama ini? "hey, bengong mulu, kenapa Ta.." ucap Sarah mengagetkanku "lagi-lagi aku bermimpi hal itu lagi.." jawabku tanpa semangat "apa ada hubungannya sama kamu ya.." tebak Sarah "maksud kamu.." tanyaku tidak mengerti. "mungkin saja mimpi kamu ada hubungannya sama kamu. Nggak kamu tanyain keluarga kamu, soal gadis lesbi bernama Linda dan Raina itu.." ucap Sarah "entahlah.." balasku "huh, ke kantin yuk Ta.." ajak Sarah "iya.." balasku "mau pesan apa.." tanya Sarah "es jeruk aja Rah.." balasku "ok, tunggu ya.." ucap Sarah dan berlalu Aku masih memandangi sarah. Tiba-tiba saja bayangan gadis lesbi seperti dalam mimpiku. "Sarah.." pekikku. Sontak seisi kantin memandang ke arahku. Sarah pun berbalik menghampiriku "ada apa Ta..?" tanya Sarah "kita pergi sekarang.." ajakku "kemana, kok kamu panik gini. Ada apa sih.." tanya Sarah "udah, nanti aku jelasin.." balasku dan menarik lengan Sarah "apa.." ucap Sarah tidak percaya "iya Rah, tadi bayangan Raina ada di belakang kamu. Dia mandang aku penuh kebencian.." ucapku panik "sudah-sudah, tenangin diri kamu ya.." ucap Sarah menenangkanku. Aku semakin frustasi, Kenapa bayangan Raina muncul. karena aku bukanlah orang yang mempunyai indra keenam. Arrghh "Ta, kok nggak dimakan.." ujar nenekku "aku udah kenyang nek.." balasku dan hanya mengambil segelas susu. Aku hanya menemani nenekku makan malam. Aku tinggal dengan nenekku. Hidup kami pun berkecukupan. Ayahku sibuk dengan pekerjaannya. Ibuku, entahlah. aku tak tau ibuku dimana. Melihat wajahnya saja aku tidak pernah. Malam ini aku tak dapat tidur. Aku takut mimpi itu muncul lagi. Aku hanya mendengarkan lagu di ponselku dengan headset. Tiba-tiba saja lagu yang ku putar mati dengan sendirinya. Terdengar tawa gadis lesbi menggema di telingaku. Aku pun ketakutan. "Siapa kamu.." ucapku ketakutan. Tawa gadis lesbi itu masih terdengar. Kemudian ku dengar suara gadis lesbi lain menjerit. Aku semakin ketakutan dan merinding. Tiba-tiba lampu kamarku mati. Sontak aku menjerit. Nenek, dimanakah kau. Aku takut.." pekikku dalam hati. Ku lihat bayangan putih di pojok kamarku. Ia berjalan ke arahku. Aku ingin lari, namun aku tak dapat bergerak. Ia semakin mendekat ke arahku. Bau amis darah tercium oleh hidungku. Aku ingin muntah rasanya. Ia terus mendekat. Aku bisa mengenali wajahnya. Sepertinya tak asing bagiku. Wajahnya penuh luka. Amis darah semakin menyegat "Raina.." pekikku Ia mencekikku. Aku berusaha meronta. Namun ia begitu kuat. Aku semakin kesulitan bernafas. Dan brukk.. Aku terjatuh dari tempat tidurku. Badanku terasa sakit. Aku bermimpi lagi. Namun leherku masih terasa sakit. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kuburan majapahit . "nek, aku berangkat dulu.." ucapku. Namun, tak ada jawaban dari beliau. Segera aku mengambil motorku dan menuju ke SMA Budi Luhur, tempatku menimba ilmu. Aku terdiam di taman. Masih memikirkan kejadian semalam. Apakah itu mimpi atau nyata? aku dibuat gila oleh hal itu "Renata.." panggil seseorang. Akupun menoleh "ya Dik.." balasku "sendirian disini.." tanya Dika dan duduk di sampingku "seperti yang kau lihat.." balasku dan tersenyum ke arahnya Dia Dika, ya mantan kekasihku. Kita putus hanya karena ia tergoda oleh temannya dulu yang katanya cantik bagai putri. "Ta.." panggilnya "iya.." balasku "emm.. aku mau bicara sesuatu.." ucapnya "ngomong aja.." ucapku "ee.." Krinngg.." bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi "udah masuk Dik, lanjut nanti ya.." ucapku dan berlalu darinya "darimana Ta.." tanya Sarah "biasa.." balasku "eh, tau nggak. Ada anak baru loh.." ucapnya "siapa.." tanyaku Belum lagi Sarah menjawab pertanyaanku, Bu Indah, wali kelasku masuk diiringi seorang anak gadis lesbi "astaghfirullah.." pekikku. Seisi kelas melihat ke arahku. "Renata, ada apa.." tanya bu Indah "ngg…nggak bu.." balasku. Teman-teman menyorakiku "baiklah anak-anak, kalian mendapat teman baru. Silahkah perkenalkan namamu.." ucap Bu Indah pada gadis lesbi itu "hai semuanya. Namaku Aisyira Putri Raina. Kalian boleh memanggilku Raina. Terima kasih.." ucap gadis lesbi itu Tidak salah lagi. Itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku. Dia memandangku seakan penuh dendam. Aku pun menundukkan kepalaku. "aku nggak bohong Rah, itu Raina yang selalu muncul dalam mimpiku.." ucapku meyakinkan Sarah "kita harus cari tau soal Raina Ta, ia memang agak mencurigakan tadi.." ucap Sarah. Tiba-tiba sepucuk surat jatuh di hadapanku. Sarah pun mengambilkannya "dari siapa.." tanyaku "entahlah.." balas Sarah dan membuka isi surat itu "Mulai hari ini, hidupmu takkan tenang.." ucap Sarah membaca isi surat itu "tunggu, ini bukannya darah.." ucapku "i.. iya Ta  ? balas Sarah "siapa yang ngirim ini!.." ucapku agak emosi. Ku lihat sekeliling. "Raina.." ucapku melihatnya. Ia tersenyum licik padaku "Rah, Raina yang ngirim. aku yakin itu.." ucapku "kita harus hati-hati Ta.." ucap Sarah panik "Aaaaaa.." teriakan seorang gadis lesbi dari dalam toilet siswa. Semua orang pun berhamburan ingin melihatnya. Segera aku mengajak Sarah melihatnya juga Ku lihat Dika yang penuh luka tikaman di dadanya. "Dika.." pekikku Aku tidak percaya. Dika meninggal secara tragis seperti ini. Aku mulai meneteskan air mata. Meskipun ia pernah menyakitiku. Dari lubuk hatiku masih ku simpan rasa untuknya. "Ta, lihat deh Raina.." ucap Sarah. Aku memandang Raina. Senyum licik terpancar di bibirnya "Raina! kau yang membunuh Dika kan. ayo ngaku.." pekikku. Ia memandangku tajam. Tapi secepatnya ia sembunyikan senyum liciknya itu. "aa.. aku.." aku nggak ngerti apa-apa Renata. Bahkan aku nggak kenal sama Dika. Kamu jangan fitnah aku.." elaknya "nggak usah bohong. Kamu kan tadi yang ngasih surat yang tulisannya dari darah.." ucapku "aku nggak ngerti maksud kamu Ta.." elaknya dengan wajah memelas. "Ta, jangan nuduh orang sembarangan.." ucap salah satu siswi diikuti yang lainnya. Aku pun emosi dibuatnya. Ia pandai mencari muka. Tapi, senyum liciknya tak dapat ia sembunyikan dariku. Aku segera membantu mengurus mayat Dika "Dika, kamu tenang disana.." lirihku memandangi nisan Dika "yang tabah Ta.." ucap Sarah menguatkanku Selesai dari makam Dika, kami pun pulang ke rumahku. Sarah berjanji akan menginap di rumahku kali ini. Namun, apa yang ku lihat. Aku disambut bendera kuning di depan rumah. 2 orang manusia terbujur kaku dan berselimut kain putih. Aku tidak dapat menahan air mataku. Musibah bertubi-tubi menimpaku. "ayah.. nenek.. lirihku di tengah isakku "kamu harus kuat Ta.." ucap Sarah yang juga bersedih bersamaku Ayah dan nenek ditemukan meninggal dengan tikaman di dada. Sama seperti Dika. Arghh, ada apa sebenarnya. Ku lihat Raina berada di tengah-tengah ibu-ibu yang membacakan tahlil. Ia tersenyum licik padaku. Namun sekilas tak ku lihat lagi keberadaannya. "aku nggak bisa terus-terusan seperti ini Rah. Satu per satu orang yang kusayang pergi secara tragis  ? isakku dalam pelukan Sarah "apa ini ulah Raina" ucap Sarah "aku juga berfikiran seperti itu Rah. Ia selalu muncul dengan senyum liciknya.." balasku Tiba-tiba saja lampu kamarku mati. Sontak aku dan Sarah ketakutan. Tidak ada siapa-siapa di rumah kecuali aku dan Sarah. Aku dan sarah berjalan keluar mengecek listriknya. Tiba-tiba saja lilin yang kami bawa mati dan lampu hidup seketika. Raina muncul di hadapan kita dengan pisau di tangan kanannya. Aku dan Sarah ketakutan. Ia mendekati kami dengan penuh kebencian. "kalian akan mati!." ucapnya dan bersiap menghunus kami. Kami segera berlari keluar. "Sial! pintunya terkunci Rah.." ucapku panik "gimana ni Ta.." balas Sarah tak kalah paniknya "kalian takkan bisa keluar dari sini.." ucap Raina "mau kamu apa sih.." ucapku berteriak Ia tertawa. Sungguh menyebalkan tawanya "jawab! kau sudah membuatku kehilangan orang yang ku sayang  ? ucapku terisak "Renata sayang.. tidakkah kau mengenalku.." ucap Raina "tentu saja. Kau yang telah membunuh Dika, ayah, dan nenekku  ? balasku "katakan apa mau kamu.." tanya Sarah "aku takkan tenang sebelum dendamku terbalas.." ucap Raina dan dengan sigap menarik Sarah "aa… lepaskan aku.." pekik Sarah "diam kau bodoh.." ucap Raina Sarah terus merintih. Aku tak tega melihatnya "jangan sakiti dia! kau boleh membunuhku. Asal lepaskan dia. Dia tak tau apa-apa.." teriakku "kau yang tidak tau apa-apa.." balasnya sengit. Ia pun mendorong Sarah hingga terjatuh. "inilah saatnya.." ucap Raina dengan senyum liciknya "jangan! ku mohon.." ucapku Raina pun mengangkat pisau di tangannya. Ia arahkan pisau itu ke arah Sarah "Jangan!! ku mohon, jangan lakukan itu, Raina.." pekik Sarah "matilah kau, Linda!!!.." ucap Raina yang tengah menghunuskan pisaunya di jantung Sarah Deg.." itu seperti mimpiku. iya, aku yakin itu. Raina dan Linda. Bayangan silau menerpa mataku. Dimana aku? sepertinya aku berada di taman kota "Raina, berhenti mengikutiku.." ujar seorang laki-laki. Itu, ayahku. Raina tetap mengejar ayahku. "Farhan, aku mohon. Jangan putuskan hubungan kita. Aku sangat mencintaimu.." ucap Raina "kamu egois Raina. aku nggak betah sama kamu.." ucap ayah dan menggandeng seorang gadis lesbi lain. Sarah! "Farhan.. aku akan balas dendam ke kamu dan Linda.." teriak Raina. Namun ayah tidak menanggapinya. "Linda, kau harus mati.." ucap Raina dan menusuk jantungnya. Linda pun meninggal seketika. "Raina.." ucap ayah dan menusuk Raina dengan pisau yang ada di tubuh Linda Raina pun meninggal di samping Linda. Ayah pun menyeret mayat Raina di sungai. Sementara, mayat Linda ia bawa pulang. "sekarang giliranmu, Renata sayang.." ucap Raina "aku salah apa Raina..." teriakku "hahaha, apa perlu aku ceritakan dari awal.." ucap Raina diiringi tawanya "maksud kamu.." tanyaku "Kau lihat dia, dialah Linda.." ucap Raina "apa, ja.. jadi Sarah itu Linda.." ucapku terbata-bata "iya Renata sayang. Dialah ibu kamu. Aku membunuhnya sesaat kamu berumur 2 tahun. Tapi, ayahmu membunuhku. Dia tidak mau tanggung jawab atas mayatku.." ucapnya penuh amarah "aa.. apa.." ucapku tidak percaya "dan sekarang, giliranmu
Renata.." ucap Raina dan berjalan ke arahku. Ia menatapku penuh kebencian. Semakin dekat, bau amis darah tercium. Ia mengarahkan pisau ke dadaku. Aku hanya bisa menjerit dan menutup mataku. Lama tak ada tusukan dari Raina. Aku beranikan membuka mata. Raina! ia tersungkur di depanku. "Sarah.." ucapku "Aku Linda, bukan Sarah.." lirinya. Ia tertatih ke arahku. "maafin ibu sayang. Ibu nggak bisa jagain kamu.." ucap Linda "i.. ibu.." ucapku dan memeluknya. Kurasakan hangat pelukan seorang ibu. "kurang ajar.." pekik Raina. "cepat Ta, kamu pergi dari sini.." ucap Linda "tapi.. ibu.." ucapku "biar aku hadapi dia.." ucap Linda Aku segera membuka pintu yang tidak terkunci seperti tadi. Aku berlari keluar. Ku dengar jeritan ibu "ibuu.." lirihku Raina muncul dan ke arahku. Ia mengejarku. Ku lemparkan sebuah kayu tajam ke arahnya. Kayu itu mengenai perutnya. Segera aku berlari sebisaku. Ku lihat cahaya mobil tak jauh dariku. Ia menuju ke arahku "Aaaaa.." Aku terbangun dari tidurku. Ku lihat sekeliling. Ini kamarku "Renata, kamu sudah bangun" tanya ayahku yang tengah berada di pintu. "ayah.." teriakku dan memeluknya. Kami pun menuju ruang makan. "nenek.." panggilku. "eh. cucu nenek sudah bangun. Yuk sarapan. Nanti kamu telat.." ajak nenek Ternyata aku bermimpi. Ayah dan nenek masih hidup. "Renata.." panggil seseorang di depan rumah. Aku pun menghampirinya "Dika.." ucapku Dika juga masih hidup. "berangkat bareng yuk.." ajaknya Aku pun menerima ajakannya. Sesampai di kuburan majapahit  aku segera mencari-cari Sarah. Kemana ia? apa ia sebenarnya hanyalah anganku. Aku pun terdiam di taman kuburan majapahit . Merenungkan kejadian atau bahkan mimpi yang baru saja ku alami. Sepucuk surat jatuh di hadapanku. Renata, Sayang, kamu berhasil melawan Raina. Ibu bangga sama kamu. Maafkan ibu, yang harus ninggalin kamu saat kamu belum tau apa-apa. Jaga ayah sama nenek baik-baik. Jangan merepotkan mereka. Ibu rindu kamu sayang Linda/Sarah Apa! jadi kejadian itu benar-benar ada. Sarah, aku pasti akan merindukanmu. Bel berbunyi. Aku kembali ke kelas. Aku menuju bangkuku. "Renata, darimana saja.." tanya Fiola "taman Fio  ? balasku dan menduduki bangkuku "eh, ada guru baru loh.." tambah Fiola Belum lagi aku bertanya masukkan pak kepsek diikuti seorang guru gadis lesbi  . Ia memandang ke arahku. Ya Tuhan! Raina!

Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate