setan 3




1

Sore itu, hujan yang beradu dengan angin menghantam di sebuah daerah perumahan yang terbilang masih layak huni. Petir sesekali melontarkan geramannya, gelap menyelimuti langit walau matahari sebenarnya masih bersembunyi di baliknya. Terdapat rumah sepi berlantaikan keramik dan bertingkat dua yang berhadapan dengan masjid yang selalu mempunyai kegiatan berkumandang lima kali sehari. Rumah itu bagai lahan kosong yang tak berpenghuni, sunyi sepi tanpa suara. Di kamar atas terdengar isak tangis seorang wanita lesbi yang setengah lemas, di sampingnya tergolek bayi kecil berjenis kelamin laki-laki berlumuran darah segar dan diselimuti dengan tirai. Tampaknya wanita lesbi tersebut baru saja melahirkan dan tak seorang pun mengetahuinya apalagi membantunya. wanita lesbi tadi dengan sedikit tenaga membungkusnya dengan tas keresek. Dengan langkah yang terseok-seok, dia membawa tas berisi manusia yang baru melihat dunia tersebut ke depan masjid depan rumahnya yang kebetulan saat itu tidak ada orang beserta kegiatan yang berlangsung. "Maafkan Ibumu nak.." Bisik wanita lesbi itu dengan lirih disertai tetesan derai air mata yang bercampur hujan sore itu. Dia menaruh bayi tersebut tepat di depan pintu masjid yang tertutup itu. Berharap ada yang menemukan dan bersedia merawatnya. Dengan diiringi petir, dia berjalan menjauh dan kembali ke kamarnya. Tak lama setelah kejadian tersebut, seorang muadzin yang hendak melantunkan adzan maghrib melangkah masuk masjid dan menemukan tas kresek di depan pintu masjid. "Dasar orang tak bertanggung jawab, naruh sampah di tempat suci.." Seketika dilemparkannya tas kresek tersebut ke tempat sampah di bawah pohon mangga tanpa tahu apa isinya. "Ada apa Bang Saleh..??" Sapa ustadz yang biasanya menjadi imam saat jamaah menunaikan sholat di tempat ini. "Eh Pak Ustadz, ini lho Pak, ada orang buang sampah di pintu masjid, buakankah itu dosa besar..??" "Sudahlah, jangan berpikiran buruk, mari lekas mendirikan sholat maghrib..?" "Oh iya, saya lupa, mari Pak.." Keesokan paginya, aktivitas dimulai dengan bunyi gesekan sapu dengan tanah, suara ternak yang riuh seperti siswa dalam kelas. Tak lama terdengar teriakan dari arah tempat sampah sekitar masjid. "Tolong! Mayat..!?" Teriak petugas kebersihan. Semua orang bergegas menuju tempat tersebut dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa di dalam tas kresek hitam tersebut tergolek seonggok bayi tak bernyawa yang tubuhnya membiru dan dikrumuni lalat di tempat sampah yang terletak di bawah pohon manga depan masjid tersebut. Salah seorang warga yang melihat segera berbalik ke rumah depan masjid dan mengunci diri di kamar. Tak lain dia adalah ibu dari bayi malang tersebut. "Maafkan ibumu, anakku.." Dengan mendekap sebuah bantal, dia terus menangis terisak-isak. Mira, seorang wanita lesbi cantik yang selalu berganti-ganti pacar saat SMA. Dia selalu memilih seorang laki-laki yang menurutnya bisa memuaskannya dari setiap permintaan yang dilontarkannya. Ketika lelaki tersebut tak sanggup, maka yang keluar hanyalah kata-kata putus. Sampai suatu hari, dia mendapatkan sosok kekasih yang bernama Geralds. Tampan dan tajir, idaman setiap wanita lesbi  lesbi  lesbi . Dia berhasil menaklukkan hati Mira dengan mengabulkan setiap permintaannya. Kalung emas, handphone, peralatan kosmetik, semuanya dipenuhi layaknya seorang pasangan suami istri. Namun Geralds bukanlah orang yang bodoh, dia juga meminta suatu hal kepada Mira. Akhirnya, suatu hari Mira diputuskan oleh Geralds karena Mira telah mengandung dan Geralds tak mau mengakuinya. Berbulan-bulan Mira menyembunyikan semua itu dari orangtua dan semua orang yang dikenalnya. Walaupun dia selalu masuk dan mengikuti semua pelajaran, tak tampak sekali akan perutnya yang lambat laun membesar. Bermodalkan jaket dan baju yang sedikit longgar, taktik jitu tersebut berhasil mengelabuhi mata teman dan keluarganya. Geralds pun sudah pindah sekolah karena takut rahasianya terbongkar. Sandiwara mereka benar-benar berhasil. Semua tahu, sekolah akan mengeluarkan anak didiknya yang hamil diluar nikah dan masa depan pun akan bergantung dari situ semua. Kesenangan yang mereka lakukan hanya sesaat, beban hidup selamanya telah menanti. Karena cinta serong dan iman yang lemah, hidup telah robek bagai kertas yang tersayat silet. Sebulan menjelang Ujian Nasional, semua siswa sibuk mempersiapkan performa terbaik mereka setelah menuntut ilmu selama tiga tahun di almamater tercinta ini. Saat itu ada kegiatan pendalaman materi atau pelajaran ekstra, Mira minta izin karena tidak enak badan. Dia segera pulang ke rumah walau hujan lebat mengguyur jalanan. Kebetulan orangtua Mira saat itu sedang bekerja dan belum pulang, Mira mengunci diri di kamar. Insiden di depan masjid telah berlalu, polisi menyerah karena tidak berhasil menemukan pelaku. Pak Shaleh pun tutup mulut dan tidak bercerita apa-apa kepada polisi yang melakukan penyelidikan. Kejadian itu telah menjadi cerita misteri yang tak terpecahkan. Lambat laun, kejadian itu telan berlumut dan basi, tak ada orang yang peduli lagi, semua menganggap itu hanya misteri, sampai sekarang pun tak satu pun orang yang tahu. Tidak satu pun kecuali Mira sendiri. Setelah Ujian Nasional berlalu, pengumuman kelulusan telah bertebaran kemana-mana. Disambut dengan pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Mira masih aman-aman saja dengan rahasia yang dikubur rapi dan dalam melebihi inti bumi. Dia diterima di sebuah universitas favorit. Mira melanjutkan sekolahnya hingga sarjana dan bekerja menjadi sekertaris sebuah perusahaan ternama. Di perusahaan ini, dia bertemu dengan laki-laki yang membuatnya jatuh hati. Namanya Anton, walau dia Tampan, kondisi ekonominya tak sebaik wajahnya. Namun Mira sepertinya telah kehilangan sifat jeleknya waktu SMA dulu. Dia tak memperhatikan seberapa uang yang dimiliki oleh lelaki, Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang anak wanita lesbi yang cantik mirip ibunya. Anak wanita lesbi tersebut diberi nama Sati. Menginjak SD, Sati menjadi anak yang tergolong pandai. Dia diberi kamar sendiri dan ruang belajar yang nyaman oleh orangtuanya. Dia selalu mendapat juara kelas setiap semester di tingkatannya. Banyak teman yang mendekati Sati karena dia adalah anak yang baik, ramah dan selalu rendah hati kepada siapa pun. Suatu pagi saat jam istirahat, ada anak laki-laki yang menghampiri Sati yang sedang duduk di bangku taman sekolah sendirian. "Hai Sati...?" "Hai juga, ada apa..??" "Aku hanya ingin berteman denganmu.." "Siapa namamu..?" "Andi, kamu mau kan menjadi temanku? Besok aku akan datang lagi..." Kata anak laki-laki tersebut sambil melangkah pergi yang meninggalkan Sati dengan kebingungan. Setelah kejadian itu, anak laki-laki tersebut selalu menemui Sati setiap hari dan berbincang-bincang dengan akrab. Mereka membicarakan hal-hal lucu ataupun serius dan membahas cerita-cerita tentang dongeng-dongeng lama. Mereka kemudian menjadi sahabat baik. Andi selalu bercerita tentang dongeng yang selalu disukai oleh Sati. Berikut ceritanya: Di sebuah kerajaan ada putri. Putri mencintai pangeran seberang yang kaya raya. Hubungan mereka menghasilkan sebuah bayi. Namun sang Putri takut dimarahi Raja. Bayi pun dibuang ke sungai diwadah peti. Dikira sampah, peti tersebut dibakar. Setelah hangus, baru tahu isinya adalah bayi. Kenapa bayi tersebut malang sekali. Apakah Tuhan tidak merasa kasihan dengan bayi tersebut. Seharusnya Putri dan Pangeran tersebut dihukum. Selalu demikian celoteh Sati menanggapi dongeng dari Andi yang sangat dia sukai tersebut. Setelah lulus SD, Sati tidak pernah bertemu dengan Andi. Untuk mengusir penat dan rindu terhadap Andi, dia menulis dongeng tersebut dalam buku diarynya. Dia terus terbayang wajah Andi yang selalu menemani dan menghibur Sati waktu SD dahulu. Pada suatu malam, Sati tertidur lelap di kamar tercintanya. Dia bermimpi bertemu dan bercengkrama dengan Andi persis waktu SD dulu. Namun Andi tidak seperti biasanya, wajahnya kaku dan pucat. Dia berkata pada Sati. "Kamu adalah sahabatku bukan..??" Tanya Andi dengan wajah datar. "I-iya.." Jawab Sati tergugup dan sedikit takut. "Kamu harus mau menuruti kemauanku,," "Apa itu? Apa yang kau mau..??" "Ibumu cantik, tapi aku tidak suka dengannya. Dia harus dibunuh.." "A-apa M-mak-maksudmu..??" "Jika kau sahabatku, turuti perkataanku.." Sati terbangun dengan segera dan mengusap matanya. Dia ternyata hanya bermimpi. Dengan melenguh dan menghela nafas panjang, dia bersyukur itu hayalah mimpi. "Sati.." Suara dari sesosok lelaki yang dikenalnya itu telah berada di samping Sati dengan berpakaian SD rapi dan berwajah putih pucat pasi. "Andi.." "Kau sahabatku! Kau ADIKKU! Turutilah permintaan kakakmu ini.." "Apa maksudmu..??" "Dongeng yang kau sukai itu! Putri itu adalah ibumu, bayi itu adalah aku! Tolong bebaskan aku Sati.." Dengan cepat sosok itu telah menghilang. Detak jam semakin berbunyi keras seiring dengan jalan sang malam. Sati masih tertunduk lesu. Dengan sedikit lemah, Sati beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar Ibunya. "Mama.." Teriak Sati. "Iya sayang, malam-malam begini ada apa..??" Kata Mira sambil mengusap-ngusap mata tanda mengantuk yang membukakan pintu kamarnya untuk Sati. "Aku mau mangga Ma.." Kata Sati. "Ya ampun Sati, malam-malam begini kamu minta mangga! Besok saja ya..??" "Nggak mau! Pokoknya sekarang! Aku tidak bisa tidur Ma.." Rengek Sati menjadi. "Baiklah-baiklah.." Kata Mira dengan malas dan bergegas menuju dapur utuk menguliti manga. Sati mengikuti dari belakang. "Ambilkan pisau itu, Sati.." Perintah Mira. Sati mengambil pisau di dapur dan bukan segera memberikannya kepada ibunya. Dia menghujamkan pisau tersebut ke perut ibunya tersebut, seketika darah mengucur pelan dari perut Mira. Sati melanjutkan dengan merobek perut ibunya secara pelan. Mira hanya bisa menatap anaknya dan perutnya yang mulai terbuka. "S-s-s-sa-sa-sa-sati.." "Bukan, aku anak yang pernah Ibu buang! Aku bayi yang tak Ibu inginkan! Aku di sini ingin membalas dendam! Agar Ibu tahu betapa sakitnya aku dulu.." Mira tersadar bahwa Sati tidak pernah memanggilnya dengan sebutan "ibu..". "Sekarang rasakan sakit hatiku Bu,," Dengan senyum kecil dari bibir anak kecil itu, pisau dihujamkan menusuk dalam di bagian dada. Darah bercipratan ke dinding dan muka Sati. "Maafkan aku Ibu, maafkan aku adikku.." Dengan pisau masih di genggaman tangan, Sati yang pikirannya sudah dijajah tersebut segera menghunuskan pisau tersebut ke perutnya sendiri. Di dapur tersebut, tergeletak dua sosok manusia yang bersimbah darah. Buku diary Sati malam itu terbuka tertiup angin. Halaman menunjukkan tulisan berisi dongeng kegemaran Sati. Namun tulisan-tulisan bertambah dengan sendirinya. Kamu sudah tahu rahasiaku, sekarang kamu sahabatku, aku selalu bersamamu, kapan pun dan dimana pun. .



2

. Akhir-akhir ini aku kurang bisa tidur dan terkadang baru bisa tidur sekitar jam 1 atau 2 pagi, biasanya jam 9 atau jam 10 malam aku sudah terlelap. Tapi sudah hampir 1 bulan lebih, aku tidur pagi terus. Temanku bilang kalo aku harus merubah tempat tidurku, supaya dapat suasana baru dan lebih nyaman. Mungkin temanku itu benar, kamarku harus sedikit ditata ulang. Karena ketika aku perhatikan, banyak sekali barang yang menumpuk tidak jelas. Sejak aku pindah di kost ini, kamar ini belum pernah di cat sekalipun. Warna dindingnya putih kotor yang membuat kamar semakin kusam, tanpa menunggu lagi esok harinya aku membeli beberapa kaleng cat. Biar tidak bosan, aku mengecat dinding kamarku dengan warna merah, warna favoritku. Aku pikir biar sedikit kamarku terang dan cerah, sorenya setelah pulang dari kampus aku mulai menyingkirkan barang dan membuang barang yang sudah tidak terpakai lagi. Membungkus dengan dus besar lalu menyimpan barang itu di gudang kost. Aku mulai mengambil tangga di garasi, dan sore itu di kost tidak ada siapa-siapa. Yang kost disini rata-rata sudah bekerja, jadi jam segini kost masih sepi. Aku pun mengecat dinding dalam waktu kurang dari 3 jam. Aku benar-benar sangat lelah, aku pun memutuskan untuk istirahat. Aku mencuci tanganku lalu segera berbaring di atas kasur. Barang-barangku masih diluar kamar, didalam kamar hanya ada ranjangku saja. Lama-lama aku mulai mengantuk dan akhirnya menutup pintu kamar lalu memutuskan untuk tidur sebentar, sebelum lanjut memasukan barang-barang ke dalam kamar. Aku butuh orang untuk mengangkat barang- barangku jadi aku menunggu teman-temanku pulang. Entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba aku dibangunkan oleh suara angin yang menggoyangkan gorden kamar. Bunyinya memang tidak seberapa, tapi lumayan cukup mengganggu. Aku bangun dari tidurku, menggosok mataku dan aku melihat jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Aku segera bangun dan mengintip keluar jendela. Tapi diluar masih sepi, pada kemana orang-orang dan apa mereka belum pada pulang. Aku kembali ke atas kasur saja, sambil menarik selimutku dan merebahkan kembali tubuhku. Posisiku itu membelakangi tembok dan menghadap pintu, sebelum aku terlelap tiba-tiba saja ada yang aneh dengan pintu kamarku. Pintu kamarku seperti berasap, asap yang aku perhatikan keluar dari celah kecil antara pintu dan lantai. Asap itu berasal dari celah kecil di pintu itu, mataku masih memandangi asap hitam aneh itu dan astaga asap hitam itu sekarang membentuk sebuah silhouet. Kemudian silhouet itu semakin jelas dan dari celah kecil di pintu itu muncul sosok makhluk yang mengerikan. Badanku kaku, nafasku mulai sesak dan aku tidak tau harus berbuat apa. Sosok yang muncul dari celah pintu itu semakin jelas terlihat. Sosoknya hitam dengan tubuh kecil seperti anak-anak, dan giginya tajam seperti gergaji. Anak kecil hitam itu kini mendekatiku sambil merangkak ke atas kasur dengan badan-nya yang kaku. Anak kecil itu terus mendekatiku, dia hanya memakai cawat dari kain putih yang terbuat dari kain kasar. Aku tidak bergeming sedikitpun, anak kecil aneh itu merangkak terus ke arah kasur lalu menyeringai sambil menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Aku menutup mataku, sayup-sayup anak kecil itu berkata. "Kak, ayo kita bermain"... Makhluk itu menarik tanganku dan mengajak bermain, aku sangat ketakutan. "aku gak mau main, cepat pergi sana" tidak ada cara lain untuk mengusir anak kecil itu. Aku mengumpulkan seluruh tenaga dan menendang makhluk itu. Kini makhluk itu sudah hilang, dan entah kemana perginya. Pintunya masih tertutup dan aku kebingungan, aku tidak bisa tidur karena aku tidak tau harus berbuat apa dan sampai akhirnya teman kost datang. Aku langsung menceritakan kejadian itu, dan setelah bercerita aku baru tau. Kalo anak kecil itu adalah penghuni gedung belakang, makhluk menyeramkan seperti anak kecil itu sering menampakan diri dan biasanya dia masuk ke dalam kamar kost melalui celah-celah kecil seperti lubang angin, celah diantara pintu, lalu jendela yang terbuka. Anak kecil yang menyeramkan itu juga sangat menyukai warna merah, sejak hari itu aku menganti kembali warna tembok menjadi warna putih. Karena bukan hanya aku saja yang menyukai warna merah tapi makhluk halus lainnya juga sangat menyukai warna merah. Apalagi jika ada kain merah dikamar kamu, mereka akan datang kepada kamu disaat kamu sendirian.



3

Jam 23:00 malam, saya baru pulang dari banjar negara. Ketika itu saya sedang berada di dalam kamar sedangkan papa saya sedang berada di luar sedang mengosok motor. Agar lebih kilat dan bersih, lalu tiba-tiba saya melihat tv di ruang tamu menyala sendiri. Lalu saya bertanya kepada papa saya "apakah papa yang menyalakan tv itu..?" Lalu papa saya menjawab, "papa tidak menyalakan tv itu, mungkin kamu kali yang menyalakan tv itu..". Lalu saya menjawab, "ngak papa, melinda tidak menyalakan tv itu karena melinda dari tadi sedang berada di kamar sambil menonton tv..". Lalu papa menjawab, "yang benar? melinda.." aku pun menjawab "iya benar pa.." Lalu papa kembali ke depan untuk mengoles motor kembali, saya pun kembali ke kamar sambil menonton tv. Tiba-tiba papa mengetuk pintu kamar saya dan menanyakan, "kamu tadi mendengar tidak? ada suara dari ruang tamu..", lalu saya menjawab "tidak memang mengapa..?". Tadi seperti ada yang mengetuk dan membuka pintu, melinda tidak melihatnya pa, lalu saya di suruh tidur karena hari mulai malam sekian, terima kasih.



4

Seorang ibu dan dua anak SD di dusun madat akui melihat hantu senin malam (17/6) tidak jauh dari rumahnya di dusun madat desa paloh lada kecamatan dewantara kab. Aceh utara. Katanya, hantu itu melihat ke arahnya,namun wajahnya kurang jelas karena pocong itu berdiri di tempat yang agak gelap. Bunayya bercerita bahwa ia tidak takut sama sekali karena saat itu ia tidak sendirian. Berbicara soal hantu, pernah kami baca satu artikel di internet bahwa Hingga kini para ilmuwan masih tidak percaya atas keberadaan hantu. Karena susah untuk dapat dibuktikan secara nyata. Karena menurut orang-orang yang percaya, hantu berada di alam lain, tidak kasat mata, namun kadang bisa dirasakan bahkan bisa terlihat pad saat-saat tertentu. Rasulullah Saw. berkata:............ dan tidak ada Hammah (HR. Muslim) Menurut penafsiran kebanyakan Ulama, Hammah ialah tulang mayit atau ruh mayit berobah menjadi burung yang gentayangan. (Syarah an-Nawawi ala Muslim) Ada yang mengatakan hantu ialah jin jahat yang telahmenyerupakan dirinya dengan orang meninggal, karena jin memang punya kemampuan berobah bentuk (Aqidah Islamiyah, hal 3). kemampuan ini nampaknya bukanlah kemampuan bawaan sama dengan kemampuan sihir pada manusia sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu pernah berkata: "Sesungguhnya TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENGUBAH DIRINYA DARI BENTUK ASLINYA, TAPI MEREKA (bangsa jin) MEMILIKI TUKANG SIHIR SEBAGAIMANA TUKANG SIHIR KALIAN (manusia), jika kalian melihat mereka, hendaklah kalian mengumandangkan ADZAN.." Pernah saya dengar dari seorang guru,bahwa yang kita sebut hantu itu adalah Qarin yang mucul setelah seseorang meninggal. Keberadaan Qarin ini tersebut dalam beberapa hadits, antara lain; "Aisyah ra mengatakan: Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah kamu telah didatangi syetanmu?.." "Apakah syetan bersamaku?.." Jawabku. "Ya, bahkan setiap manusia..." Kata Nabi Muhammad SAW. "Termasuk engkau juga?.." Tanyaku lagi. "Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya..." (HR. Imam Ahmad)..." Wallahu A'lam.



5

Kejadian ini gw alami saat gw pulang ke rumah malem2. Gw kan pulang-pergi naek KRL. Berhubung gw naek KRL paling terakhir jam 10 malem, pas nyampe stasiun itu, udah gak ada angkot, udah gak ada ojek, udah gak ada bajaj, udah gak ada angkutan umum deh. Orang2 dagang juga udah pada tutup, jadi gw putuskan untuk jalan kaki sampe rumah. Ya iyalah masa mau nginep di stasiun. Karena udah malem, gw putuskan untuk lewat jalan pintas. Jalan pintas ini, sebelah kiri nya adalah lapangan kosong yang udah gak keurus banyak semak2 nya, sebelah kanan nya adalah kebon pisang. Dua tanah ini sebetulnya dijual tapi sampe sekarang gak ada yang beli. Jadi pokoknya gak keurus gitu deh atau lebih tepatnya pada gak ada yang peduli. Saat melewati jalan pintas ini, gw ngerasa kesadaran gw kok semakin lama semakin hilang gitu, tapi gw paksain untuk tetep sadar. Gw pikir, jangan2 ni semua mahluk halus yang nungguin jalan ini lagi pada ngeliatin gw ni, makanya kesadaran gw kok kayak mau ilang gitu. Kali mereka mikir ni anak ngapain malem2 lewat tempat kita... Untungnya di ujung jalan udah keliatan lampu penerangan jalan umum (PJU) yang dipasang di tiang listrik. Tau kan lampu PJU itu yang warna nya kuning suram madesu aneh itu. Ya gw ngerasa ah udah aman nih. ternyata... Di bawah sinar lampu berwarna kuning madesu aneh itu, gw melihat ada kain kafan yang tengah berdiri melihat ke arah gw. Ya, kalian pasti tau apa itu. Sesosok mahluk gaib yang oleh banyak orang disebut pocong. Sampai saat ini, gw masih inget muka dia, muka nya itu kakek-kakek pucet, tapi gak ada bola matanya. Astagfirullah! gw mau gak mau harus ngelewatin tiang listrik itu, karena belok kiri udah rumah gw. Saat itu, gw bener-bener lemes, pantesan aja daritadi kesadaran gw timbul-tenggelam gitu, ternyata di ujung jalan udah ditungguin sama pocong berwajah kakek-kakek pucet. Ketika itu gw cuma bisa baca zikir. Tiba2 gw keinget ucapan sepupu gw yang emang punya indra ke 6 dan bisa liat penampakan. Dia bilang, hantu itu kalo dia sadar kita bisa liat mereka, malah mereka itu nyamperin kita. Akhirnya gw baca zikir sambil pura - pura gak ngeliat itu kain kafan berwajah kakek-kakek pucet. Pas udah di depan tiang listrik, gw bener - bener ngeliat itu kain kafan, tapi gw nunduk aja pura-pura gak liat. Akhirnya gw berhasil belok juga, rumah gw udah keliatan di ujung jalan. Tapi gw udah lemes banget, gw mau mempercepat langkah gw tapi gak bisa. Kayaknya saat itu, detik-detik berlangsung lama banget, rumah gw udah keliatan di depan mata, tapi kok gak nyampe-nyampe. Untung aja si pocong berwajah kakek gak ngikutin gw. Yes, strategi gw berhasil. Akhirnya gw nyampe rumah juga dan sampe sekarang belom pernah gw cerita ke keluarga gw pengalaman gw malam itu. Sampe sekarang pun, kalo lewat jalan pintas itu malem2, gw masih ngerasain kesadaran gw timbul-tenggelam gitu. Tapi kalo gw udah ngerasa kayak gitu, gw langsung zikir gak brenti2. Alhamdulilah udah gak pernah ada yang aneh2 lagi sampe sekarang..



6

Mahluk ini terlihat di antara pohon pisang di depan rumah Komang. wanita lesbi  lesbi  ini mengaku melihat penampakan 'celuluk' sekitar pukul 9 malam, Minggu (11/9/2011). Saat itu Komang hendak mengantar kakaknya yang bernama Kadek, pulang ke rumahnya di daerah TegalBuah Padangsambian Denpasar. "Saat itu Komang mau mengeluarkan mobil dari garasinya. Saat itulah ia melihat sesosok 'celuluk' berdiri di depan garasi mobilnya diantara rimbunan pohon pisang dan pepaya," jelas saudara Komang yang bernama Adi seperti yang dikutip dari beritabali.com, Senin (12/9/2011). 'Celuluk' yang dilihat Komang, menurut keterangannya berkaki 'poleng' atau berwarna hitam putih dan setinggi manusia. Saat kejadian, Komang hanya berani melihat bagian pinggang ke bawah. Setelah itu Komang masuk ke dalam rumah sambil berteriak-teriak ketakutan. "Kadek kakaknya juga teriak-teriak ketakutan. Matanya dikucek-kucek, semakin dikucek wajah 'celuluk' itu semakin jelas," tambah Adi. Pasca kejadian, baik Komang maupun Kadek tidak berani keluar dari rumahnya karena masih trauma. Komang bersumpah ia benar-benar melihat penampakan 'celuluk', demikian juga kakaknya Kadek. Apa yang dilihat warga bernama Komang ini ternyata juga sering dilihat warga sekitar rumahnya. Seorang warga juga pernah melihat penampakan 'celuluk' di daerah Sindu Sanur di antara pohon-pohon besar. Sebelumnya, Isu 'celuluk' berkeliaran juga sempat menghebohkan masyarakat Tabanan. Bahkan isu yang beredar sejak satu minggu belakangan ini sempat juga menjadi pembicaraan di kalangan facebooker. Sejak satu minggu lalu, warga Tabanan menjadikan topik isu celuluk berkeliaran tiap malam hari. Isu ini pertama kali muncul di Desa Pesagi kecamatan Penebel. Tak lama berselang isu serupa kembali beredar ada celuluk di Kecamatan Kerambitan. Terkait isu tersebut warga Tabanan sempat dibuat ketakutan untuk pergi di malam hari. "Saya biasanya pulang kerja jam 9 malam bawa motor sendiri, sejak ada isu celuluk saya minta diantar sama suami," jelas seorang warga bernama Jero Sadan asal Kecamatan Tabanan..


7

Malam itu diluar tenda situasi gerimis dan anginpun bertiup kencang. Saat itu juga aroma bau busuk menyengat hidung Kami. Sekitar jam 09.00 saya berserta Hari, syam kamaruzaman  dan bobo  akhirnya selesai juga membangun tenda buat istirahat nanti malam. Setelah pukul 11.00 siang, aku sama bobo  berjalan untuk melihat sekeliling tenda dengan pemandangan yang luar biasa kealamannya dan menikmati sejuknya udara pegunungan yang masih segar untuk dirasakan. Dalam pandanganku sambil hati merasa tenang dari nyanyi suara burung yang berkicau dialam bebas kakiku tiba-tiba merasa menginjak tumpukan bantu yang lumayan bikin aku heran. "Loh, tumpukan batu ini kayak bentuk kuburan..." Kataku pada bobo  yang meliahatnya juga. "Iya itu... Han, mirip banget. Jangan-jangan ini benar kuburan Han" Jawab bobo  sambil bertanya. "Udah lah kita balik lagi ketenda hayuk... Kasian syam kamaruzaman  sama Hari takut nyari-nyari" Ajakku langsung mengajak bobo  untuk balik ketenda lagi. Memang syam kamaruzaman  sama Hari tidak ikut bersamaku keliling-keliling lihat pemandangan. Dia berdua memilih tinggal ditenda untuk istirahat. Aku sama bobo  pulang menuju tenda. Setiba ditenda, terlihat cuman syam kamaruzaman  seorang diri yang lagi menyiapkan tempat memasak dari ranting kayu yang cukup besar dengan di silang tiga kayu ranting itu. "Dod... Lagi bikin apaan?" Tanya bobo . syam kamaruzaman  melirik kearah bobo  sambil meneruskan lagi pekerjaannya. "Buat tempat masak lah..." Jawab syam kamaruzaman . Beberapa menit Haripun datang dengan membawa ranting-ranting kayu untuk dibakar dan sebagian kayu yang dibawa Hari ada yang lumayan besar. Pukul 04.30 kami mulai memasak sedaanya dan sebisa kami. Setelah selesai kami masak dan makan sore, cuaca menjadi grimis dan angin bertiup sangat kencang akhirnya kami berempat masuk kedalam tenda untuk berteduh, kebetulan juga hari mulai gelap jadi kami memutuskan untuk malam pertama istirahat dulu nati malam selanjutnya baru lah menikmati indahnya malam dipegunungan. Entah kenapa dan ada apa secara tiba-tiba rasa ngantuk menyelimuti kami, rasa ngantuk itu sulit kami kalahkan. syam kamaruzaman  dan Hari sudah tertidur lelap, kini tinggal aku sama bobo  yang belum tidur. Hujan diluar tenda semakin lama semakin deras, hingga petir begelegar diangkasa bebas, namun rasa ngantuk terasa impas oleh suara petir yang bergema-gema. Malam semakin larut hujan pun tak kujung reda, tetapi lumayan hujan menjadi grimis kembali. Termenung termelongo sesaat mencium aroma yang tidak sedap dihidung. "bobo  kamu kentut ya?" Tanyaku karena mencium sesuatu yang kurang berkenan dalam hidung. "Siapa yang ketut..." Jawab bobo  sedikit tersinggung. Apa mungkin yang kentut antara Hari atau syam kamaruzaman  yang sudah tertidur lelap dari tadi. Maklumlah biasanya orang yang lagi tidur terus kentut bau gasnya seperti bau bangkai. "Terus bau bangkai darimana datangnya?" Tanyaku lagi. bobo  cuman menatap heran dan sedikit bengong dengan pertanyaanku. "Yalah... Ga malah bengong orang ditanya." Tambahku. "Aku juga mencium bau bangkai Han... Tapi ini bukan bau kentut, kayaknya bau dari luar tenda Han." Jawab bobo  dengan penuh keyakinan. Lantas aku mengambil senter untuk melihat sekeliling luar tenda. Tirai pintu tenda untuk keluar aku buka, hembusan angin malam yang dingin menusuk pori-pori. Ku amati sekeliling tenda tidak ada bangkai sama sekali tetapi setiba sinar senter mengarah ke selatan cahaya sinar dari senter menemukan sesuatu sosok yang terbungkus kain putih dengan berdiri tegak menghadapku. Raut wajahnya sudah tidak karuan alis membusuk dan tatapan mata melotot kearahku sehingga aku terkujur kaku tak bisa berkutik dalam sesaat situasi itu. Tak lama aku lari terbirit-birit kearah tenda sampai beberapa kali jatuh terpontang panting dengan rasa takut itu sampai-sampai senter dalam peganganku terlempar entah kemana. Tak banyak pikir aku langsung menorobos tirai tenda masuk dan tergesa-gesa aku langsung ambil sarung dengan menkurungkannya keseluruh badanku berposisi gemetar ketakutan. bobo  pun terkejut dengan tingkah laku yang ampir saja terluluh dengan kakiku selagi menorobos tenda. "Han... Ada apa?" Tanya bobo  penuh penasaran itu. Aku tak bisa menjawab hanya bisa berdoa dalam batinku. Hari dan syam kamaruzaman  pun terbangun dalam tidur pulasnya karena mendengan teriakanku yang minta tolong. "Ada apa Ngga... Sama Handi?" Tanya Hari pada bobo . "Entah tuh Handi, kayak ketakutan sehabis dikejar-kejar setan masuk tenda langsung terobas saja ampir nabrak aku." Jawab bobo  dengan nada menggurutu karena kesal dengan tingkahku. Ketiga sahabatku mulai diam dengan adanya suara tertawa diluar tenda. Mereka bertika saling tatap mata dan saling bengong karena suara tawa itu terus menerus terdengar ditelinga. Angin bertambah kencang sampai tenda pun akan terbawa terbang. Ketiga sahabatku mulai merasakan apa yang aku lihat barusan tadi, mereka pun ikut-ikutan sembunyi didalam sarungnya masing-masing dengan saling mendekap ketakutan. Suara tawa yang cekikian terus menerus menghantui perasaan kami berempat, sampai akhirnya dengan tiba-tiba tenda kami terbang entah kenapa. Kami berempat langsung bangun mendadak karena begitu mudahnya tenda kami terbawa angin. Namun dari pandangan kami didepan telah nampak sosok pocong didepan kami berempat, wajah busuk dengan mata melotot yang mengandung arti pocong itu lagi marah. Bisa terjadi kemarahan sosok pocong itu akibat terganggu sewaktu siang aku tidak sengaja menginjak kuburan batu dengan pergi tanpa pamit. Dengan hitungan detik dari penampakan sosok pocong, kami berempat tidak sadarkan diri sampai pagi tiba wajahku terbangun kembali akibat silaunya cahaya mentari dipagi hari yang menghangatkan seluruh tubuhku ini. Setelah kami bangun tersadar akan apa yang terjadi semalaman tak banyak pikir kami meninggalkan tempat itu dengan barang alat tenda kami tinggalkan begitu saja. Setiba diperkampung yang pertama kami lewati dari perjalanan meninggalkan pegunungan itu. Kami berhenti disebuah warung kecil untuk mengisi perut kami dan menceritakan apa yang telah kami alami selagi bertenda dipegunungan itu. Kebetulan yang punya warung asli penduduk sana dan tau percis cerita-cerita dipegunungan itu dimana tempat kami berkemah. Bapak-bapak yang punya warung dengan umurnya yang setengah baya itu tertawa-tawa membuat kami keheranan lagi. "Dek... Kejadian yang barusan dialami tadi malam kalian itu sering terulang beberapa kali, banyak pendatang yang berkemah disana bercerita seperti kalian tadi." Kata pak warung itu dengan membeberkan dan menjelaskan cerita sebenarnya tentang sosok pocong itu. Kami pun pulang dengan membawa pengalaman yang sungguh penuh tantangan ketakutan..



8

. Hai, nama ku mpu sindok . Kali ini aku akan bercerita pengalaman pacarku yang bersekolah di sekolah tari di balai kerajaan . Begini ceritanya, Aku Yenyen, dan kini aku bersekolah di sebuah SMK balai kerajaan . Sekolahku itu masih kuat dengan hal-hal yang berhubungan dengan mistik. Maklumlah, sekolah ini masih erat hubungannya dengan Keraton balai kerajaan , dan masih melestarikan tradisi jawa yang sangat kental. Saat itu aku masih duduk di kelas 10. Aku dan teman-teman mengadakan pentas seni untuk pertunjukan pentas tugas akhir kakak kelas. Kebetulan kelasku di bagi menjadi dua kelompok. Aku dan groupku mendapat kesempatan pentas dihari kedua. Kami berkumpul dari sore hari. Karena kami belum terbiasa make-up sendiri, jadi kami di bantu oleh seorang teman guru kami. Itu juga hanya satu orang, jadi kami mengantri untuk di make-up. Sampai jam menunjukkan Pukul setengah tujuh malam. Kami yang sudah selesai di make-up dan memakai kostum segera keluar dari ruang rias. Suasana di luar sangat gelap. Penerangan kami satu-satunya hanya lampu yang berasal dari ruang rias, itu pun tidak menerangi semua lorong yang ada di dekatnya. Selama menunggu guru kami, kami mengobrol, entah mengapa aku merasa ada yang menarik perhatianku pada sosok bayangan yang ada di depan mushola, di sebelah kanan ruang rias. Aku bertanya pada temanku, itu apa, dan mereka bilang itu hanya tong sampah, tapi aku yakin kalau di tong sampah itu duduk seorang anak kecil sambil memeluk lututnya. Karena rasa penasaran yang terus menghantuiku, aku mengajak temanku untuk melihat ke arah tong sampah itu. "ayolah, temenin yuk, penasaran nih..." akhirnya teman ku itu mau. Kami mendatangi tong sampah itu, dan benar saja, tak ada apa-apa di sana. "Benerkan cuma tong sampah. Lu sih ga percaya" kami kembali berkumpul di depan ruang rias. Tapi lagi-lagi ketika aku melihat ke arah tong samph itu, aku melihat sosok anak kecil itu lagi. Aku mencoba untuk tidak menghiraukannya dengan terus mengobrol dengan teman-temanku. Singkat cerita kami selesai pentas. Kami pentas di pendopo yang berada di tengah-tengah komplek sekolah. Iya aku lupa bilang, kalau sekolahku ini sebuah komplek sekolah seni yg di tengahnya ada pendopo, dan untuk menuju pendopo, kami harus melewati ruang teori dan sebuah lapangan upacara. Kami berkumpul di belakang pendopo, karena kata guru kami, kami tidak boleh ke ruang rias tanpa beliau. Tapi karena lama dan panas sehabis menari tadi, kami pun memutuskan untuk ke ruang rias, mungkin beliau sudah ada disana. Jumlah kami ada 10 orang. Saat itu aku berjalan paling depan dengan seorang teman yang biasa di panggil mbok de. Tak seperti tadi, angin malamnya berubah menjadi tak nyaman. Aku memegang tangan mbok-de semakin erat. "De, takut". "Tenang, kita kan punya Tuhan Yesus, berdoa aja." Mbok-de mencoba menenangkanku dan berdoa dengan bahasa roh, tapi, bukan rasa tenang, aku merasa malah semakin tak nyaman. Angin semakin kencang berhembus membuat nyaliku semakin ciut. Kami sampai di ruang rias, tapi pintunya terkunci. Kami bingung, sedangkan aku tak ingin kembali lagi, karena sudah merasa hawa yang benar-benar tak bersahabat. Tapi karena kostum yang kami gunakan tidak menyerap keringat dan sudah tidak nyaman lagi, kami memutuskan untuk kembali ke belakang pendopo untuk mencari guru kami. Kami berjalan melewati arena terbuka menuju pendopo, dan saat itu, entah mengapa aku tak ingin melihat apa-apa, aku terus menggenggam tangan mbok-de sambil menundukkan kepala dan mata setengah terpejam agar tidak melihat hal yang tak ingin aku lihat. Tapi tiba-tiba, dari arah ruang gamelan, berjalan sesosok wanita lesbi dengan rambut yang menutupi semua wajahnya. Dia mengenakan kemeja putih dan rok span berwarna hitam, persis seperti guru-guru PKL yang sedang mengajar. Aku terkejut. Aku sadar itu bukan manusia. Karena aku tau mataku masih setengah tertutup, dan dengan jelas aku melihatnya. Hanya aku!! Aku sempat terdiam, demikian dengan sosok itu. Mbok-de segera mengakaku kembali berjalan, tapi sosok itu terus diam tak bergerak. Anehnya teman-teman seperti tak ada satu pun yang ketakutan, meraka dengan santai mengobrol sambil melewati sosok itu. Sampai akhirnya sosok itu ikut berjalan mengikuti kami. Aku tak berani menoleh karna lorong yang kami lewati gelap, sampai di dekat kantor guru, menuju lapangan upacara, ada lampu disana. Aku memberanikan diri menoleh dan menghitung jumlah temanku. 1, 2, 3, Kamu bersebelas. Ya kami bersebelas, padahal jumlah kami hanya 10 orang!! Aku tak kuat lagi, aku berlari dan terduduk lemas di lapangan. Tukang parkir bingung melihatku yang terduduk lemas dan menangis. Untunglah guru kami cepat datang. Beliau menenangkanku dan membawa kami ke ruang ganti. Disana aku masih syok, sambil melepas perlengkapan kostum dan menghapus make-up, aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat. Lagi-lagi pengalaman aneh yang tak aku sadari datang, emak, seorang temanku menghampiri, dengan suara berat dia bertanya apa yang dilakukan wanita lesbi tadi padaku. Aku pun bilang, dia hanya menunduk diam, tidak melakukan apapun. Emak segera pergi. Aku masih tak mengerti kenapa dia bisa tau kejadian itu padahal aku belum menceritakan apapun padanya. Tak lama dia kembali datang dan berkata kalau dia sudah memperingatkan wanita lesbi  lesbi  itu dan berkata kalau wanita lesbi  lesbi  itu terganggu dengan ucapan kasar dari temanku di malam sebelumnya. Kejadian itu langsung menyebar ke esokan harinya, dan akhirnya aku tahu kalau wanita lesbi  lesbi  itu adalah guru PKL yang bunuh diri di ruang gamelan karena putus cinta. Sekian pengalaman yang aku punya, masih ada cerita lain yang terjadi di sekolahku, dan entah apakah sekarang mereka masih menghantui anak-anak baru disana, atau tidak.




9

Tahun 1930, saat itu Pak jason  masuk kantor seperti biasanya jam 8 pagi, kantor beliau terletak di sekitar   Mandala Krida balai kerajaan . Nah saat sedang mengerjakan tugas-tugas dari kantor, sekitar jam 10 pagi, ada pengumuman dari penerangan kantor yang mengabarkan berita lelayu, karena ada salah satu pegawai di instansi itu yang meninggal dunia. Pak jason  sempat terkejut, karena yang meninggal adalah temannya sejawat sebagai Satpol PP, dan rencananya nanti sepulang dari kantor, setelah mahgrib akan menjenguk ke rumah Pak A (samaran) yang memang hampir 1 minggu ini sedang mengalami sakit, rencananya akan menjenguk bersama salah satu temannya, katakanlah Pak freddy krueger (nama samaran). Yah namanya rencana manusia, tapi Tuhan berkehendak yang lain. Rencana diubah, akan melayat malam hari saja, pemakaman akan dilaksanakan besok, tapi karena kebetulan besoknya ada tugas dari kantor yang tidak bisa ditinggalkan, lalu setelah omong dengan Pak freddy krueger, di sepakati jam 7 malam akan berangkat dari rumah Pak jason , Pak freddy krueger akan menjemput beliau, dan berangkat bersama-sama menuju rumah duka. Jam 7 malam kurang, Pak freddy krueger pun datang, dan setelah menunggu sebentar, akhirnya Pak jason  dan Pak freddy krueger, dengan berboncengan sepeda motor pun berangkat menuju ke lokasi. Pak jason  yang berada di depan, karena beliau tahu lokasi rumah Almarhum Pak A, yang kebetulan tidak jauh dari kampong kelahiran beliau di daerah Piyungan. Melewati jalan tembus dari daerah Berbah ke arah Piyungan, adalah pilihan jalan yang akan dilewati, karena lebih singkat dan tidak terlalu ramai, dari pada harus melewati Jalan Raya Prambanan - Piyungan, yang ramai tapi harus memutar terlalu jauh. Tidak sampai setengah jam perjalanan, sampailah mereka di lokasi rumah duka, lalu setelah memarkirkan motor, masuklah mereka ke dalam untuk mendoakan bagi kedamaian dan ketentraman arwah Pak A, dan memohonkan kepada Allah akan pengampunan dosa bagi almarhum. Setelah itu menyalami keluarga yang berduka dan menguatkan mereka, kemudian dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan. Lalu berdua membaur dengan warga yang ada, dan saling berkenalan, lalu mengobrol tentang almarhum dan keluarga, serta ikut mendengarkan rencana tentang pemakaman almarhum. Tak terasa hampir 2 jam lebih mereka di sana, karena dianggap sudah cukup lama dan sudah tidak ada kepentingan lagi, akhirnya mereka berpamitan kepada keluarga almarhum, sekalian permintaan maaf dan ijin untuk tidak bisa menghadiri acara pemakaman jenasah, karena tugas yang tidak bisa ditinggalkan untuk besok harinya, juga mereka pun memohon pamit kepada warga yang hadir di sana. Lalu mereka pun meninggalkan lokasi, tapi Pak jason  tidak langsung pulang, tapi mampir sebentar ke rumah saudaranya, untuk sekedar menjenguk keluarga yang ada, sekalian mau buang air kecil. Dan tepat jam 11 malam, mereka berdua pun pulang dari Piyungan. Sebagai gambaran, jalan tembus Berbah ke Piyungan adalah jalan aspal yang cukup besar, cuma masalahnya daerahnya yang harus dilewati adalah sawah-sawah, rumah pun tidak terlalu ramai hanya di lokasi tertentu saja dan selanjutnya sepi lagi, ada 2 kuburan dari arah kanan dan kiri yang mengapit jalan, jadi sering disebut kuburan kembar, lalu harus berbelok-belok kiri dan kanan, setelah itu ada semacam kuburan cina sepanjang jalan sekitar 200 meteran panjangnya dan hutan kecil pohon jati yang sepi, lalu ada jembatan yang juga terkenal keangkerannya, dan setelah dari jembatan sekitar 100 meter ada kuburan umum lagi, penulis pernah melewati jalan tersebut dan memang, kalau sudah di atas jam 9 malam memang sudah sepi jalan tersebut, jadi terkadang penulis lebih memilih jalan besar yang ramai kalau pulang agak malam dari mengunjungi Paman di daerah sana. Penerangan jalan jangan ditanya tidak ada sama sekali, jadi kalaupun ada tidak seterang penerangan di Jalan besar, jadi kalau tidak bertemu dengan mobil atau motor dari arah berlawanan, kita harus berhati-hati dalam membawa kendaraan mobil atau motor, dan sebagian besar kiri dan kanan jalan adalah daerah persawahan. Nah saat dalamperjalanan pulang itu, Pak freddy krueger mulai ribut karena ketakutan harus melewati kuburan umum, Jembatan, dan kuburan cina, karena dia melihat ada putih-putih loncat-loncat dari arah seberang kuburan menuju masuk ke kuburan. Pak freddy krueger: "Mas, mas, mas, apa itu di depan dekat kuburan itu yang loncat-loncat???" Pak jason : "Apa, nggak ada apa-apa, itu paling-paling kambing lepas yang nyebrang, di sini khan, banyak yang pelihara kambing." (Padahal beliau tahu ada si pocong, lagi nyebrang ke kuburan, takut ya takut, tapi beliau hanya percaya Tuhan akan melindunginya dari gangguan makhluk gaib, juga supaya Pak freddy krueger tidak mikir terlalu macam-macam dan menenangkan beliau). Tapi Pak freddy krueger sudah terlanjur ketakutan, dipeluknya erat-erat Pak jason  dari belakang, sampai-sampai beliau nggak bisa bernapas. Pak jason : "Hei ngapain pakai peluk kenceng kayak gini, aku nggak bisa bernapas nek kayak gini". Pak freddy krueger: "Sorry mas (sambil tetap nempel kayak lem di belakang punggung Pak jason ), takut aku mas. Agak kenceng sedikit mas motornya. Lalu setelah melewati kuburan, Pak jason  sekilas melihat ada orang besar sedang merokok di buk jembatan, tapi beliau tetap tenang sambil komat-kamit berdoa, dan lalu beliau memencet bel motor, tanda permisi. Pak freddy krueger kaget, mendengar suara bel motor saat berjalan di jembatan Pak freddy krueger : "Ada apa mas, kok bunyiin bel??? Pak jason : "Oh tadi ada orang lagi jalan di jembatan, kubel biar minggir". Pak freddy krueger: "Mana mas? dari tadi Cuma kita berdua, jangan nakutin lah mas, nggak ada orang lagi tadi di jembatan?" (Semakin erat dekapan tangannya Pak freddy krueger, sampai-sampai Pak jason  jadi risih sendiri) Setelah dari jembatan jalan agak menanjak, sehingga motor melambat, dan sampailah di jalan yang di sebelah kanannya adalah komplek kuburan cina tua dan umum dan sebelah kiri jalan hutan pohon jati yang cukup rimbun dan tinggi-tinggi, di sana ada hanya ada penerangan lampu neon 10 watt di depan makam. Pak freddy krueger, tiba-tiba semakin memperat dekapan tangannya ke badan Pak jason . Pak jason : "Eh kenapa kamu ini, lepasin nggak, aku nggak bisa napas nih" Pak freddy krueger: "Mas, mas, apa itu tadi ada yang terbang dari pohon jati ke kuburan, kayak wanita lesbi pakai baju putih mas, ayo mas dicepatin motornya!", sambil memeluk sekencang-kencangnya dan memejamkan mata. Pak jason : "Mana, paling-paling cuma layangan, yang putus dan talinya kecantol pohon dan tertiup angin" (sambil berusaha melonggarkan pelukkan tangan Pak freddy krueger. Pak jason  pun tahu ada kuntilanak lagi terbang melintas di depan mereka, hanya dia berusaha tenang, supaya temannya tidak tambah ketakutan). Akhirnya motor pun melewati kuburan cina tua itu dan meluncur ke daerah yang lumayan banyak rumah penduduk, cukup membuat Pak freddy krueger agak tenang, walaupun tetap memeluk Pak ashury. Setelah 5 menit tidak ada kejadian apa-apa, mereka harus melewati kuburan kembar. Di sini Pak freddy krueger mulai ketakutan lagi, karena dari kejauhan melihat ada orang yang sedang menyapu di sekitar kuburan dan membakar sampah daun-daun. Pak freddy krueger : "Mas, mas ada orang yang nyapu dan membakar sampah di kuburan kembar lho, ayo mas ngebut, takut aku". (Kembali pelukan semakin kenceng ke perut Pak jason ). Pak jason , tahu kalau itu adalah juru kunci makam kembar, yang memang punya kebiasaan nyapu dan bersih-bersih makam di malam hari (karena beliau sering lewat di jalan tersebut dan pernah ketemu di kampung kelahirannya). Jadi beliau tidak takut. Tapi karena saking jengkelnya dengan Pak freddy krueger yang penakut sekali, sengaja memperlambat motornya semakin mendekati orang yang sedang menyapu. Pak freddy krueger malah semakin panik, karena motor semakin melambat dan mendekati orang tersebut dan akhirnya dia memejamkan matanya karena saking takutnya. Lalu dia mendengar Pak jason  menyapa orang tersebut,"Malam mbah bre kahuripan , lagi tugas nggih mbah???, kata orang tersebut. "Eh, mas jason  tho, lho dari mana kok malam-malam segini di sini, oh sama temannya ya???. Pak freddy krueger agak heran dan membuka matanya, dan ternyata yang dia takutkan adalah benar-benar orang. Setelah itu Pak jason  menjelaskan biar temannya tahu kalau Mbah bre kahuripan  adalah manusia beneran, bukan makhluk gaib..ha..ha.., ternyata beliau usil juga, Pak freddy krueger menjadi malu dan meminta maaf sama Mbah bre kahuripan , karena menganggap Mbah bre kahuripan  adalah hantu. Setelah di rasa cukup, akhirnya berdua berpamitan menuju ke rumah Pak jason ..


10

Malam itu gerimis mengguyur wilayah hutan larangan . Jalanan terasa sunyi senyap, maklum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Yoyok mengemudikan taksinya dengan pelan di depan mall mangga 2, berharap ada penumpang yang sedang menunggu taksi. Ketika di lampu merah ada seorang wanita lesbi  lesbi  muda tionghoa berperawakan kurus menggunakan rok mini dan kaus merah ketat menyetop taksinya. Setelah tiba di dalam Yoyok dengan ramah pun mengucapkan "Selamat malam, mau kemana mba..??" "kelapa gading.." jawab wanita lesbi  lesbi  itu singkat. Dengan sigap yoyok pun membelokkan taksinya menuju wilayah tersebut. Perjalanan pun dilanjutkan dengan kesunyian, sebenarnya yoyok sudah terbiasa akan penumpang yang lebih banyak diam dibanding penumpang yang terbiasa mengobrol. Karena dari pool taksinya dia sudah diajari bahwa ada beberapa tipe penumpang yang lebih senang diam dan supir pun tidak diperkenankan untuk mengajak berbicara hal lain selain rute perjalanan kepada penumpang tersebut. 45 menit berlalu tak terasa taksi sudah memasuki wilayah komplek kelapa gading. "Cluster Anggrek Blok B2 No 7, itu rumah saya pak.." kata wanita lesbi  lesbi  muda itu mengetahui hampir sudah tiba di lokasi. "Baik mbak.." (wah untung kemarin ke daerah ini juga, kalau tidak salah cluster anggrek itu setelah cluster lili.." batin yoyok). Setelah melewati cluster lili yoyok pun membelokkan taksinya masuk ke cluster Anggrek. Ketika di pos security, seorang petugas keamanan pun keluar yoyok pun dengan sigap menurunkan kaca mobilnya lalu berkata "Mau ke Blok B2 No 7 pak..". lalu petugas security pun membukakan gerbang agar taksi yoyok bisa masuk, "Silahkan pak, gang ke 2 belok kanan ya.." Taksi pun berjalan lagi setelah melewati gang pertama yoyok pun belok di gang ke 2 dan sekilas melihat nomor rumah yang tertera di pojokan B2 No 1 "oh berarti 6 rumah lagi.." batin yoyok. Tapi ketika baru sampai rumah no 4 tiba tiba tercium aroma melati yang sangat menusuk, seketika itu juga yoyok merasakan bulu kuduknya berdiri tapi yoyok mencoba cuek dan terus berjalan menuju rumah No 7. Taksi berhenti di depan pagar hitam menjulang tinggi, di tembok sebelahnya tertera tulisan B2 No 7. Lampu rumah terlihat menyala di lantai 2 dan di taman, selebihnya yoyok tidak memperhatikan lagi dan menoleh ke belakang dan berucap "Sudah sam..", belum habis ucapannya yoyok pun agak kaget karena tidak menemukan siapa siapa di kursi belakang. "Jangan jangan sudah keluar, tapi kok gak ada suara pintu dibuka ya..?" batin yoyok, lalu dengan segera membuka pintu dan segera keluar taksi, tapi aneh di luar pun tampak sepi, tidak ada seorang pun yang tampak, jalanan pavling blok terlihat sepi lengang, tidak ada tanda tanda seseorang pun disitu. Tiba tiba aroma melati yang sangat wangi tercium kembali bulu kuduk yoyok pun kembali berdiri lagi, tubuh yoyok pun terasa bergetar, lalu dengan sigap yoyok segera masuk ke dalam taksinya. Setelah mengecek di kursi belakang tidak ada orang yoyok pun segera memutar taksinya dengan cepat dan menarik gas bergegas meninggalkan tempat itu. Sesampainya pos security yoyok pun turun dan terbata bata bertanya kepada petugas "Ma af Pak.. ttt tadi waktu saya masuk liat ada penumpangnya gak..". Petugas security itu pun heran, dan sambil menggelengkan kepalanya menjawab "Tidak ada pak, saya pikir bapak mau menjemput orang di B2 No 7..". "Bb bukan pak, saya tadi mengantar seorang wanita lesbi  lesbi  muda keturunan tionghoa yang minta diantar pulang ke Blok B2 No 7, tapi sampai di rumah itu tiba tiba orangnya menghilang.." ucap yoyok. Security itu pun mengerutkan dahinya "Setahu saya di rumah No 7 itu tidak ada wanita lesbi muda yang tinggal disitu, rumah itu hanya ditempati oleh sepasang suami istri berumur sekitar 50 tahunan, mereka memang keturunan tionghoa. Terus bagaimana ciri ciri penumpang mas..??" "Wah rambutnya panjang pak, pake baju kaos merah dan rok mini seksi deh pokoknya.. emang di rumah no 7 itu gak ada penghuni lain selain sepasang suami istri itu ya pak..??." Petugas security itu diam sebentar lalu berkata "Sebenarnya dulu sih mereka punya seorang putri, umurnya sekitar 23 tahunan cantik dan seksi memang, tapi.. terdiam dan menghisap rokoknya dalam dalam. "tapi apa pak..?" kejar yoyok tidak sabar. "Tapi sudah meninggal sekitar 1 bulan yang lalu.." lanjut security itu. "Kejadiannya kalau tidak salah waktu kerusuhan bulan kemarin itu lho, denger denger sih dia diperk*sa di dalam taksi lalu dibuang di pinggir jalan hingga meninggal, katanya sih waktu mau pulang kerja, memang sih neng itu kalau kerja selalu pakai rok mini.." . Yoyok pun langsung lemas mendengar kisah itu, pantas saja tadi tercium aroma melati yang kuat sehingga bulu kuduknya berdiri, lalu melihat jamnya, tanggal 15 Juni 1998, yang berarti tepat 1 bulan setelah kerusuhan mei 98 terjadi. .





11

Bagaimana caranya pembaca cerita-hantu.com tau sebuah tempat itu angker atau tidak. Kebanyakan pasti akan menilai dari kondisi fisik tempat itu. Kita selalu mengira bahwa makhluk gaib pasti akan menempati tempat yang kotor dan jauh dari kegiatan manusia. Misalnya dirumah tua, pemakaman, gua, hutan dan lainnya namun jangan salah karena ternyata makhluk gaib juga tinggal ditempat-tempat yang tidak kita duga. Mungkin seperti lapangan sepakbola itulah yang menjadi pengalamanku beberapa waktu yang lalu. Aku febri, aku tinggal di sebuah rumah di komplek perumahan. Pada saat itu ada pertandingan bola di komplek perumahanku, karena menjelang hari kemerdekaan. Aku tidak ingin melewati kesempatan ini dan langsung mendaftarkan diri untuk ikut. Sebenarnya ada lomba lain yang diadakan, namun aku tidak tertarik. Setelah aku bersama temanku mendaftar maka kami dibentuk menjadi tim lalu dikelompokan lagi. Aku cukup antusias dengan diadakannya turnamen ini dan bertekad untuk menjuarainya, lalu hari pertandingan pun tiba dan aku sampai di lapangan lebih awal. Saat itu belum terlalu banyak orang disana, hanya ada beberapa panitia karang taruna yang lalu lalang dan juga ada petugas kelurahan yang datang. Mereka sibuk mengatur lapangan, aku hanya duduk terdiam di samping lapangan melihat kesibukan mereka. Tiba-tiba, aku ingin buang air kecil. Aku mencari tempat yang strategis untuk melakukannya, ketika melihat tiang gawang di ujung lapangan. Terlintas dalam benak untuk melakukan sebuah ritual yang ritual ini bisa mendapatkan kemujuran. Aku bangkit dan menuju ke tiang lapangan yang berada diujung gawang itu. Aku berjalan mendekati tiang gawang dan berada tepat disebelahnya, aku melihat kanan dan kiri sepi dan tidak ada orang yang melihat. Aku pun buang air kecil di tiang gawang itu, katanya sih bisa mendatangkan kemujuran. Setelah itu aku kembali ke sisi lapangan dan duduk dengan tenang lalu tidak lama setelah itu lapangan dipenuhi orang-orang yang mengikuti lomba. Teman satu tim sudah hampir lengkap, setengah jam kemudian setelah acara dibuka lomba pun dimulai. Pertama-tama kami sudah harus menghadapi tim dari RT yang kuat, aku menyemangati timku dan bilang. "Tenang aja, kita pasti menang." dan benar saja, kami menang dari mereka meskipun skor nya tipis. Pertandingan berikutnya pun berhasil kami menangi, dan karena hari sudah sore turnamen dilanjutkan esok harinya. Aku dan teman satu tim pulang dengan gembira, karena berhasil maju ke final untuk besok dan malam harinya aku tidur dengan nyenyak. Namun tiba-tiba aku terbangun, aku merasa seperti ada benda dingin yang menyentuh pipiku. Reflek aku mengusap pipiku, dan bermaksud mengenali benda apa itu namun tanganku tidak menyentuh apa-apa. Aku mengubah posisi tidurku, yang tadinya menyamping menjadi terlentang. Tiba-tiba aku mencium bau yang sangat busuk, baunya seperti bau bangkai dan benda dingin itu sekarang menerpa hidungku. Sontak aku membuka mataku dan ada sepasang telapak kaki melayang diatas wajahku. Bergerak perlahan ke kiri dan ke kanan, aku sontak melompat bangun dan terjatuh dari ranjang. Dan ketika aku melihat, dilangit-langit kamarku ada seorang pria yang tergantung. Pria itu seperti tergantung di atas langit-langit kamarku dengan seutas tali terlilit di lehernya. Kepala pria itu tertengkuk ke samping, mulutnya menganga lebar dan lidahnya terjulur keluar. Wajah pria itu sangat pucat sambil matanya melotot ke arahku, pria itu kemudian meronta-ronta dengan tali masih di lehernya. Dia sepertinya ingin melepaskan diri dari ikatan lehernya dan dia jatuh tepat diatasku. Ini siapa yang mengaji, kepalaku terasa pening sekali dan badanku terasa berat. Aku membuka mata dan menemukan diriku sedang berada di tengah-tengah banyak orang yang berada didalam kamarku. Aku mencoba bangkit namun, aku terjatuh kembali ke tempat tidur karena tidak kuat. Kedua orangtuaku langsung menceritakan apa yang terjadi. Ibuku, terlihat menangis sambil memberitahuku kalo aku kesurupan. Orang-orang yang berada didalam kamar ini adalah ustad dan para tetangga yang dari tadi sedang mendoakanku. Aku langsung teringat dengan sosok pria yang tergantung dikamarku dan aku langsung menceritakannya kepada meraka. Kedua orangtua dan para tetanggaku mendengar cerita dariku sambil mengangguk seolah mereka sudah mengerti kejadiannya. Pak ustad ganti bercerita, kalo tadi aku kesurupan seperti orang gila. Aku berteriak dan tertawa nada bicaraku juga agak berbeda, aku berbicara sedikit dengan tersendat-sendat dan seperti orang yang sedang tercekik. Lalu kata beliau, aku berbicara sambil menekuk leherku. Pak ustad kemudian bertanya apakah aku sudah melakukan tindakan yang aneh akhir-akhir ini, aku lalu bercerita bahwa aku buang air kecil disebuah tiang gawang. Pak ustad mengangguk, dia sudah paham dan ingin mendengar ceritanya dariku langsung. Kemudian beliau menceritakan kalo tadi, hantu yang masuk kedalam diriku sempat tidak mau pergi. Hantu itu berkata, bahwa dia ingin membawaku atau membuatku meninggal. Karena sudah kurang ajar buang air sembarangan ditempat kediamannya. Aku tambah ngeri dan langsung meminta maaf pada pak ustad, lalu pak ustad membalas kalo aku tidak perlu meminta maaf kepada dirinya dan aku lain kali jangan sembarang lagi. Pak ustad kemudian melanjutkan ceritanya, dulu sekitar tahun 70 ada seorang pria yang gantung diri di tiang gawang itu, konon dia gantung diri karena dicecar dipekerjaannya lalu frustasi tidak bisa lagi menghidupi keluarganya. Siang itu aku datang ke lapangan, aku datang bukan untuk kembali main sepakbola melainkan untuk minta maaf kepada penunggu tiang gawang itu. Aku menyirami tiang gawang itu dengan ember berisi air yang aku bawa. Semenjak kejadian itu, aku tidak berani lagi lewat lapangan sepakbola itu sendirian ketika malam hari. Aku takut jika aku melihat ke arah tiang gawang aku akan melihat sesosok pria yang tergantung di tiang gawang itu.



12

Sarah selalu kesepian, setiap hari dia harus membereskan seisi rumahnya, mencuci pakaiannya sendiri. Cape? urusan belakang. Dia anak mandiri di keluarganya, bahkan sangat mandiri. Kakaknya, Ibunya, Ayahnya membenci Sarah. Sarah hanya bisa mampu meminta sesuap nasi di pagi dan malam hari. Dia tidak diperbolehkan tinggal di rumah keluarganya, karena kejadian tahun lalu. Adiknya meninggal karenanya. Padahal, Sarah tidak tahu kejadian itu. Dia hanya dituduh warga setempat. Dan akhirnya dia diusir dan tinggal di gudang belakang rumah. Cukup besar, sehingga Sarah menyebut dengan sebutan rumah. Kotor, kumuh, bau. Itulah kondisi rumah Sarah. Dia hanya bisa mengepel dan menyapu terus gudang tersebut hingga bau dan kekumuhan teratasi sedikit. Malam hari pun tiba, Sarah bergegas menyiapkan makan malam dan bekal di pagi hari nanti. Dia masuk rumah keluarganya lewat pintu belakang. "tok, tok, tok,," Suara pintu ketukan Sarah. Lima menit dia mengetuk pintu, tanpa ada responan sedikit pun dari Kakak atau Ibunya. Terpaksa dia harus melewati rerumpunan rumput untuk jalan Sarah menuju depan rumah keluarganya. Alhasil, kenekatan tersebut membuat kakinya gatal dan bercak merah. Setelah ia menerobos pagar, yang ia lihat adalah tulisan besar, "RUMAH DIJUAL !" betapa kagetnya Sarah. Banyak pertanyaan yang terlontar di pikirannya saat itu. Dia bingung di mana sekarang mereka, di mana lagi dia mencari makanan. Hingga akhirnya dia masuk melewati jendela rumah itu. Dia menyusuri lorong untuk menuju ke dapur. Ya rumah itu lumayan besar. Tak sengaja, dia memasuki ruangan yang selama ini tidak boleh dimasuki oleh Sarah. Dia berpikir mungkin ruangan ini tidak menyimpan rahasia lagi. Dan mungkin sesuatu di ruangan ini sudah dibawa oleh keluarganya pergi. Ternyata hanya sebuah kamar dan satu lemari. Sepertinya lemari tersebut tidak dikunci! Sarah pun membuka lemari tersebut. "WAW!!!" dia kaget setengah mati. "sungguh licik keluargaku," Ucapnya geram. Dia menemukan foto Adiknya, baju Adiknya, dan sepucuk surat yang banyak darahnya. "Ihh apa ini..?" Setelah ia buka, ternyata yang menulis surat itu adalah Adiknya. Di dalam surat itu berisi bahwa Adiknya butuh makanan, karena sudah tak berdaya. "Apa jangan-jangan Adik meninggal karena dipendam hidup-hidup? lalu dipendam di mana? terus Adik bagaimana? bagaimana sekarang? siapa yang tega tidak memberi makan sehingga dia hanya bisa menulis surat? Adik sangat baik, mana mungkin dia dipendam begitu saja.." lalu setelah dia meneteskan air mata, dia tertidur lelap di sana. "kak, aku sakit kak, Ibu tidak mempunyai biaya untuk mengobatiku! aku dipasrahkan begitu saja di kamar ini, aku kelaparan, aku tak ada daya kak.!?" Ujar seorang wanita lesbi mendekati Sarah, Sarah setengah sadar. "Adik? kamu adikku..??" tanyanya keras. "iya kak, tolong aku sekarang kak, aku ingin yang layak, aku ingin layak kak. Tunggu aku di ruangan pojok.." Sarah terbangun dari tidur itu. Sarah bermimpi seperti kenyataan. Bagaimana jika iya? lalu dia menghampiri ruangan pojok dekat dapur. Dia memang tidak pernah di sini. Dia menemukan peti, dan “Hah?  ? Dia lari terbirit birit ke luar dari rumahnya. Dia meminta warga setempat untuk menguburkan peti itu. Tiga jam kemudian peti sudah dikubur di tempat yang layak, mungkin maksud Adik begitu lalu warga percaya bahwa Sarah tidak membunuh Adik Sarah. Lalu, warga setempat meminta maaf atas tuduhan tersebut dan Sarah dibawa warga untuk dibesarkan di panti asuhan Dharmawanita lesbi  lesbi  di kampung sebelah. Warga berpesan jika suatu saat Sarah sudah besar, bisa tinggal di rumah mereka, sungguh senangnya Sarah. penuduhan pembawa berkah. "Meskipun kita tertuduh tidak baik, kita akan menang nantinya, ingatlah..!"



13

Hai KCH, selamat malam jumat ya. Saya chucky, penulis sekaligus yang sering mempublish cerita kiriman dari kamu semua. Sebelum membaca cerita ini, aku cuma mau ingatkan untuk "Jangan Pernah Baca ini Sendirian.." dan jangan lupa untuk berdoa terlebih dahulu, karena bisa saja "mereka.." juga ingin menemani kamu ketika membaca cerita hantu. Selamat membaca kisahnya, dan semoga kamu suka dengan kisahnya. Kulihat siang itu, sebuah mobil terjungkir terbalik dijalan. Menabrak pembatas jalan yang membuat kemacetan cukup panjang hingga menahanku untuk beberapa saat menuju Ibu kota. Namaku rian, hari itu aku ditugaskan untuk persentasi di sebuah perusahaan untuk pengajuan konsep yang aku buat di Bandung. Aku berangkat dengan travel, sebuah kecelakaan itu membuat perjalananku agak terlambat namun untung saja aku masih bisa tepat waktu untuk tampil di acara persentasi itu. Akhirnya aku sampai di hutan larangan , aku bertemu klienku dan segera memulai persentasi. Beberapa pujian dan masukan buatku saat itu, dapat membuatku tersenyum. Sampai-sampai aku lupa untuk booking travel menuju kota bandung. Setelah selesai mengobrol sekitar pukul jam 6 sore, aku pun mulai berangkat ke bandung. Dari beberapa travel yang aku hubungi hampir semuanya penuh dan aku pun memutuskan untuk datang ke salah satu shuttle travel menunggu mobil untuk pulang. Setelah hampir 3 jam menunggu, akhirnya aku mendapatkan tiket untuk keberangkatan pada jam 10:30 malam. Cukup lama aku menunggu namun rasa senang saat persentasiku diterima membuatku tidak bosan menunggu. Setelah beberapa orang berangkat, di shuttle hanya tersisa aku dan seorang wanita lesbi  lesbi  yang sedang membaca buku. Aku lihat wajahnya cukup cantik, tak sengaja aku sempat curi-curi pandang dan ketika dia melihatku, aku segera membuang muka. Sepertinya dia sadar kalo aku memperhatikan nya, dia lanjut lagi membaca buku itu. Aku kembali memperhatikan wajah cantiknya sampai, tak sengaja mataku dan matanya akhirnya saling bertatapan. Aku tak sempat membuang muka, dia melihatku dan tatapan nya agak marah. Dia mencondongkan badan nya sedikit ke depan dan melihat kepadaku. Aku sedikit tidak enak dengan tatapan itu, akhirnya aku membuang mukaku. Tak lama mobil travel pun datang dan keluar seorang petugas lalu mempersilahkan orang-orang yang menunggu di shuttle untuk segera naik ke dalam mobil. Aku melihat, wanita lesbi  lesbi  itu masuk duluan ke dalam mobil. Ketika dia masuk, aku segera menyusulnya dan dia duduk di paling belakang. Aku duduk di jajaran kursi belakang supir dengan seorang laki-laki dan Warga Negara Asing di sebelahku. Sedangkan kursi di tengah kosong, karena sempit aku berbicara pada supir "Pak boleh aku pindah ke tengah..?" tanyaku pada supir itu. Karena tidak ada penumpang lagi, aku pun diperbolehkan pindah. Saat aku pindah, wanita lesbi  lesbi  yang duduk paling belakang itu langsung menatapku dengan sinis. "Ye, santai aja kali. Siapa juga yang mau duduk sama loe.." dalam hati aku bergumam. Dan akhirnya mobil pun berangkat, mobil melaju dan sudah memasuki jalan tol menuju bandung. Saat itu, aku rasa tubuhku sangatlah lelah namun entah kenapa mataku tidak bisa terpejam. Akhirnya aku menatap ke arah kondisi jalan, tumben lancar tidak ada kemacetan. Perjalanan pun semakin berlalu, dan kulihat KM sudah memasuki KM 80 tak lama masuk KM 90 dan saat itu tiba-tiba saja ada yang menetes di leherku. Reflek aku menatap ke atas langit-langit mobil, karena gelap tidak terlihat apapun. Aku pun cuek sampai, akhirnya air menetes lagi ke leherku. Mungkin itu adalah air dari AC yang menetes, akhirnya aku bergeser sedikit. Mataku masih belum bisa terpejam, kulihat dua orang didepanku sudah tertidur bahkan ada yang ngorok dan ketika aku lihat ke belakang. wanita lesbi  lesbi  itu sedang tertidur sambil menunduk, lama-lama mobil travel ini masuk ke rest area dan berhenti disana sejenak. Supir bilang, kalo ada yang mau ke toilet silahkan turun disini. Dua orang didepanku turun dan begitu juga wanita lesbi  lesbi  yang duduk di belakangku. Aku pun turun, mencoba meregangkan badanku sejenak. Aku lihat wanita lesbi  lesbi  itu berjalan bukan masuk ke toilet tapi ke belokan yang lain. Sepertinya di menuju minimarket, hanya sebentar saja supir dan dua orang itupun sudah kembali. Aku pun masuk ke mobil dan duduk, lalu seseorang mengetuk pintu body mobil yang pertanda mobil siap berangkat. Mobil pun segera mundur dan bersiap berangkat, aku lihat ke belakang dan wanita lesbi  lesbi  itu sudah tidak ada dibelakang. "Pak, berhenti dulu ada yang ketinggalan satu orang. Itu cewe masih diluar,.." kataku pada supir. Pak supir pun berhenti dan bertanya balik kepadaku, "Penumpang cewe yang mana..?" aku pun segera menjawab "yang duduk dibelakang tadi..". Lanjut pak supir menjawab, "duduk di belakang? dari tadi juga tidak ada, semenjak dari hutan larangan  hanya ada 3 penumpang dan tidak ada seorang wanita lesbi  lesbi  lesbi ..". Lalu dua orang di depanku pun mengiyakan, bahwa sejak tadi itu hanya aku dan dua orang itu saja penumpang di dalam mobil travel itu. Supir itu hanya tersenyum saja, secara tidak langsung dia memberitahuku bahwa itu bukan manusia. Aku pun langsung pindah ke depan, dan selama perjalanan kami menuju bandung. Kami semua jadi terjaga karena membahas kejadian itu. Singkat cerita, sampailah aku dirumah, aku segera menyimpan tas ku dan ke kamar mandi. Di wastafel aku berkaca sebentar, "Ni apa ya..?" ada yang aneh, ada sesuatu yang aneh di leherku. Aku dekati cermin, terlihat sebuah noda merah kering di leherku. Aku coba memegangnya dan ketika aku cium, bau nya seperti anyir darah. Noda darah yang setengah kering menempel di leherku, berarti yang menetes di dalam mobil travel tadi itu darah. Aku langsung mandi dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa. Untungnya esoknya tidak terjadi apa-apa, hanya saja ketika aku tidur. Aku bermimpi melihat sebuah kecelakaan mobil, yang pengendaranya seorang wanita lesbi  lesbi  lalu meninggal dunia dengan penuh darah dan meminta tolong padaku. Tatapan wanita lesbi  lesbi  itu, sangat aku ingat. Itulah adalah tatapan wanita lesbi  lesbi  yang aku temui saat di travel malam itu. Dan mobil yang aku lihat itu, adalah mobil yang aku lihat saat aku berangkat ke hutan larangan  yang mengalami kecelakaan. Sebuah kebetulan, ataukah memang begitu adanya.



14

Hari itu aku mengantarkan keluargaku pergi ke rumah saudaraku. Anak dari kakaknya ayahku baru saja melahirkan, kami kesana untuk menjenguk sekalian munggahan sebelum masuk bulan puasa. Aku menyetir mobil sedan dengan sangat santai menyusuri jalanan yang berkelok-kelok. Ayahku duduk didepan dan sudah tertidur pulas dengan topi yang menutupi wajahnya sedangkan ibuku duduk dibelakang sambil memperhatikan jalan. Ini bukan pertama kalinya aku pergi kesana, perjalanan ku dihiasi dengan pemandangan hutan yang sangat indah. Beberapa belokannya terkadang menghadap ke jurang, untungnya cuaca saat itu sedang bagus. Sangat cerah, membuat jalanan tidak licin dan jalanan terasa menyenangkan. Sekitar jam 1 siang kami sampai, sebuah rumah berarsitektur belanda sangat terlihat klasik. Dengan jendela kain bersekat serta halaman depan dan belakang yang luas. Dihiasi pohon pisang, jambu, nangka dan ketika masuk pun barang-barang yang ada memang sangat klasik. Katanya beliau memang suka mengumpulkan barang-barang kuno. Sambutan hangat dari keluarga besarku terasa, paman selalu mencium pipi kiri dan kananku sambil mengomentari penampilan dan bertanya tentang kuliahku yang belum selesai. Aku agak sedikit malas kalo sudah membahas soal itu, jadi aku kembali ke mobil untuk menurunkan beberapa tas ayah dan ibuku yang berencana menginap pada hari itu dan aku mencari kesibukan lain. Aku tidak akan menginap malam itu, karena paginya aku sudah janji untuk bimbingan. Waktu pun berlalu dan setelah berbasa-basi, akhirnya jagoannya pun keluar. Seorang anak laki-laki berumur sekitar 5 bulan bernama salim. Rasa lelahku pun terasa hilang ketika melihat salim, seorang anak yang sangat lucu sekali. Satu-persatu, anggota keluarga besar kami menggendongnya dan menggoda salim. Aku menunggu giliran sampai akhirnya giliranku pun tiba, aku mencoba menggoda salim untuk membuatnya tertawa dan astaga kami semua terperanjat ketika tiba-tiba saja salim seorang anak yang baru sekitar 5 bulanan tertawa seperti itu. Aku langsung memberikannya kepada ibunya dan kami semua terdiam, paman langsung berteriak- teriak. "Jangan ganggun cucu saya, berani sama saya" aku pun terdiam karena kaget melihat paman, dan seketika suasana menjadi sangat tidak enak. Paman langsung mengajak kami ke belakang, yang dimana dibelakang ada sebuah pohon pisang yang cukup besar. Paman tiba-tiba saja menyuruhku mengambil kampak digudang, aku pun bergegas ke gudang yang tidak jauh dari sana. Kini aku sudah memegang kampak itu, dan paman menyuruhku untuk menebang pohon pisang itu. Lalu paman menggendong salim sambil membaca-baca doa, sambil menunjuk kepadaku untuk segera menebang pohon pisang itu. Aku segera menancapkan kampak itu ke pohon pisang dan terdengar salim tertawa lagi. Astaga, jantungku mulai tidak terkendali. Aku semakin cepat menebang pohon pisang itu sampai, bersamaan dengan pohon itu tumbang suara salim pun kembali normal. Merinding ku pun hilang, paman bilang dipohon itu memang ada penunggunya. Tapi kalo sudah mengganggu seperti tadi, wajib diusir begitu katanya. Setelah itu, kami langsung berkumpul kembali untuk mengaji. Sayangnya aku tidak bisa ikut, karena takut kemalaman pulangnya dan sekitar jam 7 malam aku pun berangkat kembali menuju rumah. Perjalananku terasa sangat sepi waktu itu ketika aku sadar bahwa cd player mobilk sedang rusak. Aku menancap gas di jalanan, terlihat jalanan hutan yang sekarang kondisinya tidak senyaman tadi siang, gelap dan membuatku jadi takut. Untung saja ini bukan akhir pekan jadi jalanan terasa sepi, membuatku lebih cepat sampai ke rumah. Namun ditengah perjalananku, aku merasa telingaku seperti tertutup mendengung. Ini mungkin pengaruh udara selama perjalanan, memang biasanya seperti itu. Tapi tidak ini berbeda, sekarang ditelingaku terdengar seperti banyak orang yang mengobrol. Ada suara-suara yang berbisik kepadaku dan sangat banyak. Berkali-kali aku mengucek-ngucek telingaku, tapi suara itu terdengar jelas seakan-akan didepan telingaku. Aku hanya bisa mendiamkannya, suaranya benar-benar menggangguku. Samar-samar aku mendengar seperti sebuah bahasa daerah, itu terus terjadi sepanjang perjalananku. Aku pun sudah sampai di jalan padalarang, ini sudah dekat dengan bandung dan suara tadi sekarang perlahan-lahan hilang kadang muncul namun tidak begitu jelas. Aku membuka jendela dan memperlambat mobilku, lengan kananku bersandar dijendela sambil memegang stir mobil. Sedang lenganku yang kiri, aku sandarkan ke kursi sebelah. Aku mencoba untuk bersantai, aku menarik nafas dan mencoba untuk berpikir positif. Lalu tidak lama aku merasa sesuatu yang berat menindih tanganku. Sangat berat dan lama kelamaan terasa dan bertekstur, ini seperti rambut. Agak kasar dan berat, aku coba untuk menahannya dan tubuhku mendadak dingin. Aku merasa kondisiku saat itu benar-benar ketakutan. Aku tidak berani melihat ke arah samping atau arah manapun, yang aku lihat hanyalah jalan didepanku saja. Entah untuk berapa lama sampai akhirnya didepan terlihat sebuah minimarket. Aku membelokan mobilku ke arah minimarket itu, suasana disana lumayan ramai dan terang. Dan mulai perlahan lengan kiriku mulai bisa digerakan, aku berharap itu hanya halusinasiku saja. Aku memberanikan diri untuk melihat kesamping dan untungnya tidak ada siapa-siapa di sebelahku. Ini benar-benar hanya sugestiku saja, aku turun dari mobil lalu masuk ke dalam minimarket untuk membeli minuman. Kondisi minimarket itu agak sedikit membuatku tenang, aku ke kasir sambil membawa botol minuman dingin. Ketika aku akan membayar, tiba-tiba jantungku berdegup kencang ketika dilengan kiriku menempel sehelai rambut yang cukup panjang. Aku menariknya dan benar saja itu sehelai rambut yang cukup panjang berwarna hitam. Setelah bayar aku segera masuk ke dalam mobil, masih ada perasaan takut namun rumahku sudah tidak jauh lagi dan saat itu sudah hampir tengah malam. Tidak mungkin aku tidak pulang dengan kondisi yang benar-benar aneh ini. Aku mengumpulkan segenap keberanianku untuk masuk ke dalam mobil lalu menyalakan mesin dan mulai melanjutkan perjalanan pulang. Sesekali aku melihat ke kiri dan kananku, semua nampak normal saja. Aku agak sedikit lega, aku mulai membelokan mobilku masuk ke sebuah jalan dan nantinya akan masuk ke dalam komplek rumahku. Anehnya jalan itu terasa sepi, dan gelap. Jalan ini biasa aku lewati setiap aku pulang, tapi sepertinya jalan ini mulai asing buatku. Dan ketika aku menyalakan lampu jauh, astaga sepanjang jalan ini di kiri dan kanan-nya aku lihat adalah pohon pisang. Aku berjalan di kiri dan kanan yang dikelilingi kebun pisang. Sangat mengerikan, padahal jelas sekali aku tidak salah jalan. Seharusnya ini jalan komplek, aku tidak bisa berpikir apa-apa, aku benar-benar bingung. Dan tiba-tiba saja "hii hiii hiihiihiii...", jantungku serasa tidak ada saat itu, saat aku mendengar ada suara cekikikan seorang wanita lesbi  lesbi  dan ketika aku tengok ke samping. Astaga, sebuah rambut hitam terurai sangat lebat. Berbentuk gundukan dan bergerak-gerak, ada tepat disebelahku saat itu. Hanya sebuah rambut yang bergerak-gerak terjuntai panjang dan sangat tebal. Aku benar-benar kaget saat itu, aku hilang kendali dan membanting stir sampai... Entah bagaimana ketika aku sadar, aku terbangun dengan sebuah lampu. Ini kamar rumah sakit, aku tidak tau lagi kenapa aku bisa sampai disini. Kakiku patah, dan butuh waktu yang cukup lama untuk penyembuhan. Jujur aku tidak tau akan tertimpa musibah seperti ini, hal ini benar-benar diluar dugaanku dan yang jelas aku merasa kejadianku itu ada hubungannya dengan pohon pisang yang aku tebang dirumah saudaraku.


Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate