setan 7

1

Namaku kipas , lengkapnya kipas  bre wijaya . Di rumah ini aku hanya tinggal bersama kakak laki-lakiku. Orangtuaku sudah meninggalkanku dan kakakku dua tahun yang lalu. Sebenarnya sejak awal aku sudah tidak suka dengan rumah pilihan kakakku ini. Saat memasuki pintu rumah ini pertama kali untuk melakukan pengecekan kondisi rumah, aku sudah merasakan hawa yang tidak enak, tapi apa boleh buat kakakku tetap ngotot ingin tinggal di rumah ini. Seringkali saat aku tanya apa alasan kakakku tinggal di rumah ini kakakku menjawabnya dengan asal. Misalnya dia berkata rumah ini unik, rumah ini kuno, dan lain-lain. Seringkali aku bertanya-tanya kenapa tempat seperti ini dibilang enak padahal setiap malam aku sering mendengar jeritan-jeritan dan bayangan-bayangan di rumah ini. Seringkali aku merasa takut oleh jeritan-jeritan dan bayangan yang berkelebat itu. Mungkin kakakku memang tidak pernah mengerti apa yang aku rasakan karena kakakku jarang berada di rumah, tetapi aku seperti merasa kakakku mengetahui sesuatu. Ketakutanku semakin menjadi-jadi saat aku baru pulang berguru  dan akan memasuki kamarku yang berada di lantai dua, saat itu hari sudah sore dan di dalam kamarku aku melihat sosok perempuan cantik yang sedang berdandan. Perempuan itu melihatku, aku ingin lari tetapi kakiku rasanya kaku sekali. Perempuan cantik itu berjalan ke arahku dan menembus tubuhku. Aku merasa sangat takut sekali. Belum lama setelah aku masuk ke dalam kamar hal lain mulai terjadi. Tiba-tiba aku mendengar seseorang memainkan piano dan banyak orang melantunkan lagu happy birthday. Aku berlari ke luar kamar dan aku kaget mendapati rumahku seperti ada pesta ulangtahun. "Arghhh.. teriakku karena merasa sangat takut dan aku segera lari menuju kamar. "Kakak pasti tau tentang ini, setiap aku tanya mengapa ia ingin disini kakak selalu menjawab dengan asal, tapi kali ini aku harus memaksa kakak untuk menjawabnya.." ujarku pada diriku sendiri. Akhir kenyataan tidak jauh beda dengan sebelum-sebelumnya. Perempuan cantik itu memasuki kamarku lagi tetapi kali ini ia bersama seorang laki-laki yang tampan. "Jangan menghancurkan pestaku.." ujar perempuan itu sambil menangis. "Jauhi cowok itu..!!" perintah laki-laki itu kemudian. "Tidak akan, dia pacarku sedangkan kamu hanya temanku, kamu sangat egois.." teriak perempuan itu. Laki-laki itu terlihat sangat marah lalu menusukkan pisau ke perempuan itu, namun yang terjadi bukan perempuan itu yang tertusuk melainkan adik dari perempuan itu. Tiba-tiba semua kejadian itu lenyap tak tersisa lagi. Aku shock melihat itu. Teringat saat adik dari perempuan cantik itu meninggal karena dibunuh. "kipas .. kipas , kamu dimana dek.." teriak kakakku dari lantai bawah. "Di atas, bentar-bentar kipas  turun" ujarku dengan nada tak bersemangat untuk melakukan aktivitas apapun. Sesampainya di bawah, aku segera bertanya kepada kakakku. "Kak, kasih tau kipas  donk apa yang kakak ketahui dari rumah ini.." tanyaku dengan wajah memelas. "Maksud kamu apa sih Va, kakak gak ngerti deh.." teriak kakakku. "Please kak, kipas  takut banget.." ujarku memelas lagi. "oke Va, karena Kakak sayang sama kamu, kakak mau menceritakannya.." ujar kakakku setelah aku berusaha memaksanya agar mau memberitahukan kepadaku. ~ FLASHBACK ON ~ Pagi itu Kakakku memasuki SMA Tunas Mulia dengan langkah bersemangat, tiba-tiba seorang perempuan cantik memeluknya dari belakang. "Dua hari lagi ulangtahunku ke 17, kamu dateng ya Do" ujar perempuan itu kepada kakakku. "Pasti donk Evelyn sayang, masa pacarku ultah aku gak dateng sih.." ujar kakakku lagi. Mereka berdua berangkulan menuju kelas. Dua hari adalah waktu yang cepat, pesta ulang tahun Evelyn diadakan di rumahnya sendiri bukan di gedung ataupun hotel. "Kakakkk.." seru adik Evelyn sambil memeluk Evelyn. "kenapa dek? Nanti kamu kakak kenalin sama pacar kakak ya.." ujar Evelyn sambil terus berdandan. Adik Evelyn pun berlari ke luar kamar. Acara dimulai pukul setengah lima sore. Evelyn sudah mulai menyalami tamu-tamu undangan. "Evelyn, happy birthday ya, ni kadonya" kata kakakku sambil memeluk Evelyn. "Makasih, Oya kenalin ini adikku namanya Ellene.." kata Evelyn kepada kakakku. "Hai Ellene, aku Aldo pacarnya Kakakmu.." kata kakakku kepada Ellene. Pesta berlangsung sangat meriah. Tetapi, di tengah-tengah pesta Ryan menarik Evelyn ke lantai atas karena cemburu melihat Evelyn bersama Kakakku terus. Di lantai atas pertengkaran terus terjadi sampai akhirnya menghasilkan korban yaitu adik Evelyn. Ryan sengaja mematikan lampu dan kemudian membunuh beberapa orang (termasuk Evelyn) di tempat pesta yang tak lain adalah rumah Evelyn. Akhirnya pesta yang meriah itu harus berakhir dengan noda-noda darah. ~ FLASHBACK OFF ~ "Berarti ini adalah tempat pesta itu kak..??" tanyaku bingung. "Iya, dan ini hari dimana pesta itu berlangsung.." kata kakakku. "Kak, apakah Kak Evelyn dan adiknya masih hidup..??" tanyaku untuk kedua kalinya. "Kakak tidak tau dek.." ujar kakakku sambil melangkah pergi. "Tunggu, kamu memang tidak tahu tapi aku tahu semua itu.." kata seseorang di belakangku. "Bianca, bukannya kamu.." kata-kata kakakku tertahan. "Ya, itu benar tapi aku, Evelyn, ellene dan lainnya masih banyak yang terkurung disini. Tolong lah.." kata seseorang yang bernama Bianca itu lalu menghilang. Malam itu aku tidak bisa tidur. Aku masih memikirkan tentang rumah yang aku tempati ini. Tiba-tiba suasana kamarku menjadi gelap gulita. Aku panik. Lampu menyala lagi dan di kamarku terdapat banyak bercak darah dan suara-suara jeritan mulai berkumandang. Aku lari meninggalkan kamarku dan mendapati kamar kakakku berantakan dengan bercak darah menghiasi dindingnya dan kakakku tergeletak disana. Kejadian itu terjadi terus menerus. Hingga akhirnya aku berbicara empat mata pada kakakku "Kak, terror ini gak akan berakhir kalau kita gak mencari penyebabnya.." Kakakku setuju dan mulai dari hari itu aku dan kakakku mencari informasi tentang rumah itu. Akhirnya setelah beberapa hari mencari, aku dan kakakku berhasil mengetahui dimana jasad teman-teman kakakku berada. Ada yang tertimbun di halaman belakang, ada yang tertimbun di ruang tengah, dan ada yang di halaman rumah. Kami berusaha mengguburkan jasad-jasad itu di pemakaman terdekat. Tetapi pada saat penguburan mereka pertumpahan darah memang sudah digariskan untuk terjadi lagi karena Ryan muncul kembali untuk membalas dendam kepada aku dan kakakku hingga akhirnya kakakku harus meninggalkanku untuk selamanya. Tamat. .



2

Namaku Guntur, aku baru saja lulus kuliah dan ternyata gelar tidak menjadikanku apa-apa. Lulusan gelar teknik sepertiku sekarang saja susah untuk mencari pekerjaan. Akhirnya aku mencoba melamar ke sebuah rumah makan. Rumah makan ini terbilang besar dan ramai bahkan hingga malam hari. Karena cukup jauh dari rumah aku pun disarankan oleh pemilik resto untuk ngekost, dan kost ku sekarang ada dibelakang resto ini. Karena masih baru jadi aku ditempatkan shift malam setiap harinya sambil mengurus dapur, cukup lelah namun ini sudah menjadi kewajibanku sebagai karyawan baru dan gaji nya pun lumayan jadinya aku semangat untuk bekerja. Bagian belakang resto ini adalah dapur, ada sebuah taman kecil dan satu pohon yang sangat besar. Aku tidak tau apa nama pohon itu, namun pohon itu terlihat sangat mengerikan bahkan setiap malam aku pulang di jalan gang menuju kost ku itu. Pohon itu terlihat sangat jelas, dan setiap aku pulang melewati jalan gang itu ketika malam hari tidak pernah ada yang lewat. Entah perasaanku saja atau memang aku benar, setiap kali melewati pohon itu aku jadi merasa tidak enak perasaan. Sesampainya di kost dan kamarku yang berada di lantai 2, ketika aku membuka jendela pun aku bisa melihat pohon itu. Namun aku tidak pernah berpikiran macam-macam, sampai suatu hari. Ketika aku akan membuang kuah sup ke belakang selokan yang ada di kost. Tidak sengaja aku tersandung sesuatu hingga akhirnya kuah tersebut tumpah di pohon besar itu. Karena terlanjur sudah terbuang aku kembali ke dapur, cucianku masih menumpuk saat itu. Aku lanjut mengerjakan pekerjaanku dan teman-temanku pamit untuk pulang duluan dan karena pekerjaanku belum selesai, terpaksa aku pulang agak larut. Ketika aku sedang mencuci piring, tiba-tiba saja aku mendengar suara. Suara tangisan seorang perempuan, aku terdiam sejenak melirik kiri dan kananku yang jelas-jelas tidak ada siapa-siapa. Aku buru-buru menyelesaikan pekerjaan dan setelah selesai aku langsung pulang. Karena perasaanku saat itu sudah mulai tidak nyaman dan ketika aku melewati gang itu, perasaan takut tiba-tiba muncul dan jantungku berdegup. Aku sadar sepertinya ada yang terus memperhatikanku dari arah pohon itu. Namun aku tidak berani melihatnya karena merasa takut, aku hanya berjalan menunduk menuju kost ku. Aku mempercepat langkahku sampai angin dingin tiba-tiba saja berhembus di pundak ketika aku melewati pohon itu lalu aku berlari ke kost. Sampailah aku di kost, aku mencoba bersikap seperti biasa karena suasana kost membuatku cukup nyaman. Namun karena sudah malam, semua teman-temanku di kost sudah pada tidur. Aku menuju kamar mandi, dan kamar mandi itu tertutup lalu aku coba membuka pintunya. Baru saja aku membuka sedikit, tiba-tiba "...?" aku tutup kembali pintu itu. Aku coba membukanya lagi, astaga suara wanita tertawa kecil terdengar tiap kali aku membuka dan menutup pintu. Karena penasaran akhirnya aku membuka lebar pintu dan tidak ada siapapun, aku pun lari kembali ke kamarku karena panik. Dan ketika aku masuk, dari pemandangan luar kamarku dan diluar jendela kamarku tepat diatas pohon. Aku melihat sosok wanita dengan rambut panjang yang menutupi badan dan hanya terlihat wajahnya saja. Aku tidak tau harus apa, aku pun berlari turun kebawah lalu mengetuk pintu kamar temanku dan malam itupun terjadi kehebohan di kost. Sampai akhirnya aku pun ditenangkan oleh bapak kost, setelah aku bercerita yang aku alami. Bapak kost pun akhirnya angkat bicara bahwa memang di pohon itu ada penghuninya, dulu pernah ada seorang wanita yang dijamahi lalu dibunuh oleh pacarnya sendiri dan juga teman-temannya. Keluarga dari pihak wanita itu tidak terima, dan katanya pacar dari wanita itupun dibunuh. Konon wanita itu dibunuh di pohon itu dan sosoknya masih ada sampai sekarang untuk membalas dendam pada teman-teman nya yang lain dan mungkin karena ulahku membuang kuah pada pohon itu akhirnya penunggu itupun marah dan menggangguku.



3

Assalamu'alaikum wr.wb. Hai kamu, iya kamu yang baca cerita ku ini, di belakang kamu siapa tuh. Tanpa basa basi kita langsung aja ke cerita Rumah Sakit Berhantu. Waktu itu aku, danu, riska. Dan bayu kami semua sangat sedih karna harus kehilangan sahabat namanya salsa, seorang perempuan yang misterius tapi menarik, dia meninggal terlindas truck pada saat mengendarai sepeda motor, kami sempat tak percaya bahwa dia telah pergi meninggalkan kami. Pada saat menguburkan jenazahnya aku bayu, danu dan riska ikut untuk mendoakannya di dalam sana. Setelah selesai semua orang sudah pergi kecuali kami. Jam menunjukkan pukul 5:15 sore hari sudah mulai gelap tapi kami masih disitu, waktu kami ingin pulang tiba tiba angin sangat kencang di tambah gerimis membuat kami terkejut dan tiba tiba petir menyambar pohon kelapa tepat di depan kami. Membuat aku bayu, danu dan riska pingsan, saat terbangun kami sudah ada di tempat yang tidak pernah kami kunjungi atau kami tidak tau di mana ini berada. Kami sangat bingung dan si riska menangis ingin pulang, aku hanya terdiam seperti di dunia mimpi yang sangat menakutkan. Kami terus berjalan hingga sampai pada suatu jalan raya. Namun di situ tidak ada nama kotanya, hari sudah malam tapi kami masih berjalan jalan mengikuti jalan raya ini hingga kami menemukan sebuah rumah sakit yang sangat besar dan penghuninya sangat ramai. Kami semua langsung kesana dan menyapa orang orang yang berada di rumah sakit megah itu. Tapi mereka tak menjawab malah melihat kami terus. Tiba tiba suster datang dan menyuruh kami masuk kedalam rumah sakit itu. Saya sangat senang karna bisa menginap di sini karna kamar nya sangat banyak sekali, tapi yang membuatku bingung adalah orang orang rumah sakit ini sepertinya mereka tak suka dengan kedatangan kami. Tapi aku cuek aja, jam menunjukkan pukul 11:45 aku mulai merasakan ada yang aneh di rumah sakit ini, aku langsung memanggil teman temanku dan mereka juga merasakan hal yang sama. Akhirnya kami diskusi ingin mencari tau ada apa dengan rumah sakit ini. Kami keluar dari kamar dan pergi menemui suster. Kami bertanya banyak hal mulai dari kenapa kami bisa sampai disini. Tapi suster itu hanya senyum. Tepat pada jam 12 malam, tiba tiba suasana menjadi aneh di tambah angin yang membuat bulu kuduk ku berdiri begitu juga dengan sahabatku. Kami merasa aneh. Tiba tiba seorang anak kecil datang dan mengatakan "Waktunya sudah tiba..", saya bingung dan suster itu ketawa cekikikan seperti kuntilanak. Dan benar saja dia berubah jadi kuntilanak kami semua lari menuju ke lantai bawah namun kami di hadang oleh 4 suster ngesot riska mulai menangis lagi dan aku mulai takut saat itu. Saat lari ke samping dan lagi lagi ada gerombolan mayat hidup, danu berkata kita akan mati di sini, sedangkan bayu hanya terdiam saja menyaksikan apa yang telah terjadi, sedangkan aku mulai tak takut lagi dan mengajak mereka untuk semangat dan mengatakan “kita akan segera pulang..". Kami mulai turun melewati tangga tangga itu dan ada pocong yang sedang berdiri, tapi kami lewat aja dan dia hanya menatap kami dengan matanya yang hitam. Saat hendak menuju pintu keluar lagi lagi ada yang menghadang kami yaitu mahkluk besar berkulit hitam. Aku menyuruh temanku membacakan ayat ayat al'quran. Dan dia pun menghilang saat keluar rumah sakit kami semua melihat kebelakang dan entah kenapa rumah sakit itu tiba tiba hilang dan hanya ada kuburan. Tapi ini kuburan tempat sahabat kami yang tadi, kami langsung pulang. Ada yang menangis dan ada yang diam saja. Sedangkan aku hanya bisa bersyukur, sampai di rumah kami langsung di tanya oleh bunda dari mana saja. Tapi aku tidak berani menjawab dan mengatakan habis main dari rumah bayu. Sekian dan terima kasih telah membaca cerita ku ini, wassalam.



4


Perkenalkan, namaku Eri. Ini cerita pertamaku di sini. Kisah yang aku tulis ini bedasarkan pengalaman dari Tanteku, tepatnya 3 tahun yang lalu. Rumah kami terletak di daerah Malang. Tanteku (sebut saja "Selvy")tinggal di rumah kosong yang terletak di sebelah rumahku. Rumah itu memang sudah lama tidak berpenghuni dan akhirnya dibeli oleh orang tuanya. Dia tinggal di Malang karena orang tuanya berpindah dari satu kota ke kota lain (dinas) dan dia memutuskan untuk menempati tempat itu. Daripada tinggal sendiri, maka aku disuruh oleh omaku untuk menemani tanteku untuk tidur malam di situ, karena di siang hari, ada pembantu yang menemani dia. Maklum, ibunya tante Selvy dan omaku bersaudara dan Tante Selvy sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Waktu itu tante Selvy masih kelas 3 SMA dan aku masih duduk di kelas 2 SMP. Suatu malam,sebelum tidur, tante Selvy ngomong ke aku. "Eri, nanti malam tante mau sholat tahajud, berhubung tante sudah mau Ujian Nasional, semoga tante diberi kemudahan dalam kelulusannya.." Akupun mengangguk. Sudah biasa sebenarnya, kalau sudah menghadapi Ujian Nasional, murid-murid kelas 3 berubah menjadi sangat alim dan 'tobat' (ini termasuk Tante Selvy, biasanya dia suka keluyuran ma teman daripada belajar di rumah). Setelah mematikan lampu, kami pun beranjak tidur. Tepat jam setengah 3 pagi, alarm Tante Selvy berbunyi. "Sudah mau sholat tahajjud dia," pikirku. Kamar tidur kami memiliki satu kamar mandi yang cukup luas. Tante Selvy pun segera mengambil wudhu dan menyiapkan alat sholat dan sajadahnya. yang aku heran, kenapa dia harus sholat tepat di depan pintu kamar mandi (kamar mandi terletak di belakangnya). Dan di depan Tante Selvy terdapat cermin antik berbentuk oval, ukurannya pun lumayan besar. Aku kembali melanjutkan tidurku, karena memang terlalu capek karena kegiatan di berguru . Tante Selvy pun mengucapkan niat sholat tahajudnya. Akan tetapi, mendadak terdengar suara gemuruh yang berasal dari dalam kamar mandi. Suaranya terdengar seperti botol-botol sabun mandi yang terjatuh. Karena dia berpikir bahwa itu ulah tikus, dia membuka pintu kamar mandi dan mengecek ulang. Ternyata tidak ada yang jatuh, semua barang ada pada posisi semula. Berpikir bahwa itu hanyalah sebuah halusinasi, Tante Selvy pun melanjutkan sholat Tahajjudnya. ketika dia hendak melakukan takbir,sekejap bulu kuduknya berdiri. Alangkah kagetnya ia ketika melihat bayangan orang besar bermata merah berdiri di belakangnya (bayangannya terpantul di cermin sehingga tanteku mampu melihatnya). Tante Selvy berusaha menghiraukannya dan dia melakukan sujud sambil ber-istighfar dalam hati. Ketika dia hendak berdiri lagi setelah sujud, dia dikejutkan kembali oleh kehadiran sepasang kaki tak berbadan, berjalan tepat di depan matanya. Air mata Tante Selvy mulai menetes karena dia sangat ketakutan. Ia segera menyelesaikan sholat tahajjudnya dan beranjak ke tempat tidur sambil melafadzkan surat-surat Al-Qur'an yang dia ketahui. Pagi harinya ketika aku terbangun, Tante Selvy menceritakan semua yang terjadi padanya semalam. Dia juga bercerita bahwa ketika dia hendak membangunkanku, ada bayangan orang besar yang berdiri tepat di sebelahku yang tertidur. Kemudian, di hari-hari berikutnya, kalau Tante Selvy sedang sholat tahajjud, aku pun bangun dan menemaninya untuk sholat. Sekarang, Tante Selvy sudah lulus dan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Akupun masih tinggal di Malang (sekarang duduk di kelas 2 SMA) dan masih teringat tentang Rumah Sebelah. Sampai saat ini, gangguan di Rumah Sebelah masih berlanjut meskipun sudah diadakan pembacaan doa. Aku berpendapat bahwa mereka sudah betah tinggal di sana dan tak mau diusir. Semoga keberadaan mereka tidak mengusik kami..


5

. Namaku Aji, aku ingin menceritakan pengalaman pribadiku malam ini. Aku pindah ke Bandung sudah cukup lama, dan sudah lama juga aku tinggal dirumah itu. Rumah yang nyaman untuk aku dan keluargaku dan juga buat penghuni yang lain. Aku sekeluarga berasal dari bali, saat itu setiba dibandung. Orangtuaku mencari rumah yang akan dijual, yang nantinya kami akan tinggali sekeluarga. Setelah mencari-cari akhirnya kami mendapatkan rumah tersebut. Yaitu sebuah rumah yang awalnya sekilas dilihat agak kurang terawat, dengan pohon jambu yang besar dan suasana yang cukup aneh. Namun, karena harganya cocok tidak lama kemudian rumah itu jadi dibeli oleh orantuaku dan rumah itu pun direnovasi. Selama masa renovasi, banyak kejadian aneh yang pernah terjadi dirumah ini awalnya dimulai ketika malam hari ketika mereka sedang tertidur. Katanya ada yang ditampar oleh makhluk halus yang para tukang itu bilang sosoknya itu kuntilanak. Namun ayahku acuh mendengarnya, sekitar 2 bulan rumah itu selesai di renovasi. Kami pun tinggal di tempat rumah baru itu. Rumah kami berlantai 2, lantai 2 nya dijadikan kos oleh ayahku tapi hari itu belum ada yang menempati mungkin karena baru 3 hari kami tinggal disana. Malam itu aku masih terjaga, aku melihat jam menunjukan 11 malam lebih. Aku duduk diruang tengah sambil menonton tv, saat itu kebetulan sedang pertandingan sepak bola. Aku memasang volume tv agak besar, begitu kulihat team yang main adalah team favoritku. Aku berteriak ketika team favoritku memasukan gol pada menit ke 35 pertandingan sepak bola dan tiba-tiba aku langsung terdiam. Aku langsung kecilkan volume televisi, terdengar suara seorang laki-laki. Aku melihat kanan dan kiri, namun tidak ada siapa-siapa. Dan ketika aku periksa, kakak dan orangtuaku terlelap dikamarnya lalu terdengar seperti ada seseorang yang sedang menyapu. Suara itu terdengar dari lantai 2 rumahku, terdengar juga suara langkah kaki seperti ada yang berjalan-jalan di lantai 2 rumahku ini. Bulu kuduk tiba-tiba saja merinding kala itu, aku langsung mematikan tv dan masuk kekamar untuk tidur. Malam itu tidurku cukup lelap hingga tidak sadar jam sudah menunjukan 10 siang. Ketika aku bangun suasana rumah sudah sepi, mungkin orangtuaku sudah pada keluar. Aku pun kedapur untuk mengambil air putih dan dari dapur ada pintu yang menuju ke halaman belakang. Disanalah ada tempat jemuran, ibuku nampaknya sudah mencuci tadi pagi. Terlihat banyak pakaian yang dijemur disana, aku pun kembali masuk ke ruang tengah untuk menonton tv. Dan tidak lama, aku segera memeriksa ke dapur dan aku lihat gelas yang tadi aku pakai minum kini sudah berantakan dilantai. Aneh, padahal aku menaruhnya di atas meja yang dimana posisinya pun tidak akan mungkin untuk jatuh ke lantai. Aku membungkuk untuk membereskannya dan entah dari mana tapi di sisi lain lantai ini aku melihat ada jejak kaki. Dan jejak kaki itu sangat kotor seperti habis menginjak lumpur dan jejak kaki itu berasal dari pintu belakang. Aku segera mengambil pel dan segera membereskan pecahan gelas dan jejak kaki itu hingga hari pun berlalu. Hingga malam aku sempat menceritakan kejadian-kejadian yang aku alami, namun ayahku menanggapinya biasa saja. Jam rumahku menunjukan jam 12 malam, aku masih belum bisa tidur. Aku keluar dari kamar menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Saat aku berada dikamar mandi, aku dikagetkan oleh suara langkah kaki berlari dari lantai 2. Aku coba melihat keluar dari kamar mandi, keadaan lantai 2 sangat gelap. Aku takutnya itu maling namun tiba-tiba terdengar sebuah suara tertawa wanita. "Siapa yach?" tanyaku hanya dijawab dengan sebuah tawa kecil. Suara itu terdengar dari lantai 2 rumahku, aku kembali masuk ke kamar mandi untuk menyiram dan ketika itu tiba-tiba saja entah kenapa perasaanku mulai tidak enak. Dan bulu kuduk mulai berdiri, aku merasakan merinding yang sangat hebat. Ketika aku lihat ke jendela kecil di atas kamar mandiku. Ada sesosok wajah seorang wanita, yang sedang menguntit melotot ke arahku. Aku langsung berlari menuju kamar dan ketika aku baru saja akan masuk kamarku. Sesosok wanita memakai baju merah dengan rambut panjang berdiri melayang diatas tempat tidurku. Tangannya terlihat membentang dan kulit yang sangat keriput serta kuku jari yang panjang. Wanita itu menggerakan jari, wajahnya hancur dan hanya bola matanya saja yang sangat jelas menatap ke arahku. Aku langsung berlari menuju kamar orangtuaku dan membangunkan mereka, disana aku mulai tenang. Waktu pun berlalu, aku makin terbiasa dengan keadaan rumah ini. Hanya sekali itu saja aku melihat wanita berbaju merah dan sampai saat ini aku masih tinggal di rumah ini. Kamar kos ini mulai banyak ditinggali, namun sayangnya tidak ada yang bertahan lama. Ada yang bilang melihat kuntilanak lalu ada yang bilang melihat penampakan kakek-kakek bahkan ada yang melihat hantu anak kecil yang sering bermain kelereng dilantai 2 rumahku ini. Tidak saja keluargaku, ternyata warga sekitar yang lewat pun sering diganggu. Bahkan mereka sempat bertanya, kenapa keluarga kami masih betah. Setelah bertanya ini itu, ternyata aku tau sejarah rumahku itu. Konon rumahku pernah dijadikan tempat spiritual dan juga pernah ada yang meninggal karena overdosis yang katanya seorang wanita belanda. Yang sering disebut-sebut sebagai kuntilanak penghuni rumah ini, sosok tersebut sering terlihat duduk didepan rumah dengan kaki yang diayun-ayunkan sampai sekarang.



6

Namaku Elis, aku seorang mahasiswi perguruan tinggi negri di Bandung. Bersenang-senang mungkin adalah hobiku, mendengarkan musik trend dan ke tempat hiburan untuk sekedar menggoyangkan badan bersama teman-teman sering aku lakukan tiap minggu. Tapi aku tidak menyangka, tidak semuanya itu menyenangkan sampailah pada hari itu. Temanku erin, mengajak aku untuk refreshing sekedar untuk melepas penat dengan tugas-tugas kampus. dia mengajak aku pergi ke jakarta karena ada live party di senayan. Setelah bersenang-senang sampai jam 2 dini hari, lalu kami pun pulang dengan mobil. Di mobil itu kami hanya bertiga, aku yang duduk paling belakang lalu erin yang menyetir mobil dan cindy yang duduk didepan. Mataku sudah berat tapi erin tidak mengijinkanku untuk tidur, saat itu erin pun sudah agak mengantuk dan dia ingin segera cepat sampai. Melihat jalanan arah ke bandung agak cukup padat. Untuk cepat sampai ke bandung, erik pun mengambil jalan pintas tidak lewat tol cipularang melainkan jalan biasa melewati daerah cianjur. Obrolan kecilpun terjadi selama perjalanan, membuat suasana dingin menjadi hangat sampai setelah cukup jauh berjalan lalu erik menghentikan mobilnya. Dia lalu turun dan menuju sebuah kios kecil. Aku tidak begitu hapal persis dimana kita berhenti, tidak lama erik pun kembali ke mobil. Saat aku tanya, ternyata erin menanyakan jalan menuju bandung dan ini adalah pertama kalinya erin melalui jalan pintas. Erin menebak-nebak jalan hingga mobilpun masuk ke sebuah jalan yang kiri dan kanan nya sangat gelap. Hampir tidak ada mobil lain yang melewati jalan itu, rasa kantuk tiba-tiba menghilang. Ketika kita semua sama-sama memperhatikan jalan, menerawang kiri kanan jalan siapa tau ada plat petunjuk jalan namun nihil tidak ada petunjuk sama sekali. Hanya jalanan yang sepi disertai pohon-pohon rindang. Aku pun berinisiatif membuka map di handphone. Aku membuat rute menuju bandung dan aku sedikit lega, ketika jalannya memang benar. Titik biru di map melaju seiring dengan mobil kami yang juga melaju. Di map tergambar jalanan yang lurus, "Lurus terus aja rin," ucapku dari arah belakang, sampai erin menghentikan kembali mobilnya karena didepan kami ada sebuah jalan yang bercabang. Ketika aku lihat ke map, jelas-jelas hanya ada satu jalan saja. Aku teliti lagi, jelas sekali hanya ada satu jalan lurus. Kami memperhatikan ke depan, tidak ada sama sekali mobil yang lewat dan di arah jalan sebelah kiri hanya terlihat jalanan gelap menuju hutan dan sebelah kanan ada beberapa lampu yang menyala, hingga entah dari mana tiba-tiba ada seorang wanita muda yang berjalan dari arah sebelah kiri mobil kami. Wanita itu pakai kebaya sambil membawa sebuah gebolan yang digendongan seperti seorang tukang jamu. Erin melajukan mobilnya perlahan, menyusul wanita itu dan erin pun membuka kaca lalu bertanya. "Teteh mau tanya kalo ke bandung itu lewat mana ya?" wanita itu tersenyum dan hanya menunjuk jalan ke sebelah kiri lalu wanita itu pun lanjut jalan ke sebelah kiri. Entah kenapa, aku merasa tidak yakin dan aku berkata pada erin. Kekanan aja ya rin, disana ramai ada rumah warga lalu erin pun sempat berdebat denganku sampai akhirnya setelah aku yakinkan, erin pun mengikuti saranku. Kami merasa lega ketika melihat rumah warga, bahkan ada supermarket dan ATM yang kami kenal. Mobilpun terus melaju, namun ternyata keramaian kota itu tidak lama. Beberapa saat saja, mobil kami telah sampai ke suasana gelap dan dipenuhi pohon-pohon rindang lalu jalan pun semakin mengecil. Kini hanya bisa satu mobil saja, erin bertanya meyakinkan lagi dan apa benar ini jalannya lalu aku pun ragu untuk menjawab. Aku lihat kembali ke maps di handphoneku, dan titik biru posisi kami tidak berubah. Tetap berada pada posisi terakhir saat kami tadi bertemu dengan dua cabang berjalan itu. Perasaanku bercampur aduk, aku lihat jam sudah hampir menunjukan pukul 3 pagi. Mau tidak mau mobil terus melaju, pelan sampai didepan kami melihat sebuah cahaya. Cahaya yang semakin lama semakin mendekat, sebuah truk besar berada dijalur kami. Spontan erin membanting stir ke sisi jalan dan mobil kami pun berhenti. Tiba-tiba saja cindy menunjuk sambil menepuk bahu erin menuju ke sebelah kiri luar mobil kami. Ketika aku lihat, astaga terlihat puluhan batu nisan yang tertanam. Ketika aku lihat, ternyata mobil kami terperosok ke arah kuburan cina. Erin terus menekan klakson agat truk itu cepat lewat. Kami semua panik, aku menyuruh erin agar cepat pergi karena disana aku sudah melihat banyak sekali orang-orang berdiri sambil memandangi kami dan perlahan-lahan berjalan tidak beraturan mendekati kami, arwah-arwah dikuburan itu sudah menampakan dirinya kepadaku dan aku hanya bisa menangis. Sampai, tiba-tiba saja sebuah wajah muncul dari bawah jok kursi mobil. Wajah wanita dengan bibir sobek dan menganga, aku hanya bisa menutup mulut. Lalu erin pun langsung menginjak gas mobil ketika truk itu sudah lewat dan kami secepat mungkin melaju mengikuti jalanan entah sampai kemana lalu cindy terus menenangkanku yang menangis. Hingga akhirnya terlihatlah sebuah plat petunjuk dengan tulisan cianjur. Lalu suasana pun mendadak ramai, kami segera berhenti disebuah supermarket. Kami istirahat sebentar sambil membeli minum, setelah cukup tenang kami pun duduk. Aku memeriksa kembali maps, dan titik biru itupun sudah berada diposisi kami sekarang yaitu cianjur. Aku coba perlebar peta itu dan ketika aku lihat, aku mengira-ngira jika tebakanku benar jika saja kami lewat jalan sebelah kiri maka kami akan berujung sampai ke pelabuhan ratu.



7

. Ismail Irawan, cowok berusia tujuh belas tahun yang suka nongkrong di stasiun itu, lagi-lagi melihat seorang gadis cantik berbaju putih di seberang rel kereta. Sambil menunggu kereta yang mengantarnya pulang, Isa (panggilan akrabnya) berusaha menemui gadis sebayanya itu untuk sekedar mengobrol demi menyingirkan rasa bosan. Namun sayangnya kereta melintas di hadapannya dan setelah itu, gadis itu sudah tidak ada di bangkunya. Sudah tujuh kali Isa melihat gadis itu. Ia tidak memperhatikan terlalu detail baju apa yang dikenakannya. Namun, setiap kali ia melihatnya, gadis itu selalu mengenakan rok terusan putih dengan bordiran mawar biru di bagian lehernya. Agak ganjil, sih. Tapi bagi Isa, gadis itu sangat cantik, kalem dan tampak sangat pemalu. Jika ia bukan pemalu, pastinya gadis itu tidak mungkin selalu menghilang (atau kabur) dari hadapan Isa. Terkadang Isa membayangkan gadis cantik itu adalah adiknya, atau pacarnya yang kalem tapi perhatian, atau mungkin istrinya kelak yang sangat setia dan mau mengerti segala kebutuhan dan pekerjaannya. Setiap hari ia tidak pernah tidak memikirkan gadis itu. Membayangkan kulitnya yang putih mulus, hidungnya yang kecil, matanya yang kalem dan rambutnya yang terurai hingga sepinggang, adalah rutinitas wajibnya. Meski hanya semenit dua menit sehari, bayang-bayang gadis itu tidak muncul ketika Isa memikirkannya saja. Wajah cantiknya yang sepucat bulan kesepian itu selalu ada di ingatan Isa seperti bulan yang selalu ada menemani langit malam. Hari itu seperti biasanya Isa menunggu kereta datang untuk mengantarnya pulang. Pikirannya kosong meskipun bayang-bayang gadis itu masih melintas di pikirannya. Ia betul-betul tidak memikirkan apa-apa. Lalu ketika gadis itu muncul di antara kerumunan orang yang telah menuruni kereta, Isa tersadar dari lamunannya. Mata mereka saling bertemu. Tatapan kaget Isa yang sedikit datar beradu dengan tatapan kosong gadis itu. Kali ini gadis itu tidak menghindar darinya. Ia hanya berdiri di tempatnya tanpa ekspresi. Isa juga demikian. Setelah sekian lama mereka saling berpandang-pandangan, Isa akhirnya menghampiri gadis itu. "Hei,." sapa Isa. "Gua sering ngeliat lu di sini tapi.. kita nggak pernah ketemu kayak gini. Lu naik kereta jurusan apa..?" Gadis itu menoleh rel tanpa kereta, memandang sekitar yang telah sepi, lalu kembali menatap Isa dengan tatapan sedih. "Nggak tau.." "Lho, lu tersesat? Rumah lu di mana..?" Gadis itu menggeleng. "Ya, ampun.. Uda gede, kok, nyasar? Kayak ade gua aja lu.. Uda kelas tiga SMP masih aja nyasar gara-gara salah angkot." "Aku beneran nggak tau kemana aku harus pergi. Aku masih nunggu seseorang, baru habis itu aku pergi.." "Hoo.." Janji ketemuan, ya.." Isa sedikit kecewa. "Pacar lu?" Tatapan kosong gadis itu membuat bulu kuduk Isa berdiri. "Aku juga nggak tau.." "O-oke.." Cewek aneh atau cewek autis, nih? Mereka kembali diam memandang rel kereta yang kosong. Suasana juga sangat sepi seperti sudah tengah malam. Para penjual minuman masih buka, tapi tidak ada yang membeli minuman. Tergerak oleh rasa haus, Isa membeli dua botol teh dingin untuknya dan gadis itu. "Makasih." "Sama-sama." "Tapi aku nggak haus" Nggak apa-apa kalau aku nggak minum.." Santai aja! Itu kan uda jadi minuman lu. Jadi terserah lu mau minum atau nggak. Nggak perlu nggak enak ke gua.  ? "Makasih." "Sama-sama." Mereka diam lagi. Setengah jam lebih berlalu dan tidak ada kereta yang melintas. Rel betul-betul kosong dan stasiun pun semakin sepi penumpang. Sangat ganjil. "Lu nggak pegel..?" tanya Isa. Gadis itu menggeleng. Yah.. Nggak bisa duduk, deh.. "Kamu pegel..?" tanya gadis itu. Isa garuk-garuk kepala. "Mau duduk..?" "Nggak, nggak.." Bentar lagi keretanya juga dateng, kok.." "Keretanya nggak akan dateng secepet yang kamu kira..." Isa tutup mulut. Ada yang nggak beres, nih.. "Mau duduk.." "Em.. Boleh, deh. Tapi lu duduk juga ya.." Mereka berdua duduk di bangku tunggu, hanya berdua, di stasiun kereta api yang mulai menciptakan suasana horror. Untungnya Isa adalah orang yang cuek bebek. Biarpun tsunami menghadang, yang penting stay cool dan berkepala dingin. Biarpun saat itu sangat ganjil, Isa tidak deg-degan dan berkeringat dingin. Pokoknya stay cool in front of the girl. "Boleh gua nanya nama lu..?" "Apa aku boleh mengenal nama kamu..?" "Boleh, dong! Tapi nama lu dulu ya.." Gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Nama aku dimulai dari huruf M. Nama kamu.." "M? Habis M ada huruf apa lagi..?" "Pokoknya inisialku M... Kita kan belum sama-sama kenal sebelumnya.." "Jadi, gua orang jahat nih? Gitu maksudnya.." "Orang yang belum dikenal kan belum tentu orang jahat.." "Trus? Kenapa lu nggak mau ngasih tau..?" Si cantik diam lagi. Karena ini adalah janjiku pada orang itu.. "Hei..?" Isa melambai-lambaikan telapak tangannya di depan mata si gadis, "Jangan bengong! Uda sepi, ketemu cewek pendiem, gelap lagi.. Berasa film horror aja. Udah gitu baju lu warnanya putih lagi! Hiih.." Tatapan kosong kembali diberikan. Isa melipat tangannya dan buang muka. "Tuh, kan.. Horror lagi deh.. Ya, udah kalau nggak mau ngasih tau. Gua juga nggak bakal ngasih tau nama asli gua. Panggil gua "Mail". Seperti "e-mail" yang menjadi jendela hati para insani yang jauh.." "Mail, ya.." "Yup.. Mau nama asli gua? Kasih tau nama asli lu dulu.." Gadis itu tersenyum. Isa bengong. Baru kali ini ia melihat gadis itu tersenyum. "Inisial kamu juga "M.." kayak aku. Kamu sengaja, ya...?" Mendadak Isa salting. Ia berdeham keras-keras, tersadar akan kebetulan yang mengungkap isi hatinya secara tidak sengaja. Nggak apa-apa, deh.. Yang penting bisa liat lu senyum. "Gitu, dong.. Jangan kasih gua mata horror terus. Bosen, tau! Haaah.. Nggak nyangka, ya, kita bisa ngobrol kayak gini. Setiap kali gua ngeliat lu, gua selalu mikir: ini penampakan atau bukan, ya? Habis lu di mata gua itu sesosok gadis tanpa ekspresi dan perasaan. Bukan berarti lu nggak punya hati ya..(aduh keceplosan) Lu tuh.. kayak.. cewek polos yang kehilangan arah. Tapi, lu di telinga gua.. kayak bulan.." "Bulan? Bulan, kan, nggak bisa bicara.." "Bulan itu bisu, ya kan? Nah makanya gua sebut lu itu bulan. Lu itu nggak pernah bicara, nggak pernah ngeluh, nggak pernah ngomel-ngomel nggak penting karena lu nggak bisa ngelakuin tugas lu. Apakah bulan pernah nanya kenapa dia harus menyinari bumi saat malam tiba? Apa pernah bulan itu, bicara? Kayak lu banget. Lu nggak pernah nanya kenapa lu harus pergi, kenapa lu harus nunggu "orang itu.." atau ke mana lu harus pergi. Lu selalu ngejalanin semuanya tanpa banyak tanya.." Senyuman itu mulai memudar. Wajahnya kini bersedih. Apa yang diucapkan Isa benar adanya. Keyakinannya tidak pernah goyah walaupun ia tidak tahu tujuan hidupnya. Kesetiaannya sungguh besar sehingga ia selalu setia menunggu walaupun ia tidak tahu siapa yang harus ditunggunya. Hatinya juga begitu polos, mengikuti segalanya sesuai instruksi seperti anak baik. "Kalau gitu, gua panggil "Moona" ya. Boleh..?" Wajahnya masih sedih meskipu senyuman kecil itu masih terpampang di wajahnya. "Makasih, ya. Tapi kamu nggak boleh terus-terusan mengingat nama itu..." "Lho, kenapa..?" "Karena kalau kamu mengingat nama aku atau wajah aku, aku nggak bakalan bisa pergi bareng "orang itu..". Kamu harus ngelupain aku setelah kamu nyampe rumah." "Moona, gua nggak ngerti. Hei, jelasin tentang "orang itu.." Dia itu siapanya lu..?" Moona menggeleng. Mereka diam lagi. Kini Isa menjadi iba dengannya. Moona seperti bulan yang tertekan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Moona? Tiba-tiba terdengar suara kereta dari kejauhan. Rupanya itu adalah kereta yang mengantarnya pulang. Begitu kereta itu berhenti di depannya, para penumpang yang jumlahnya sangat sedikit dari biasanya turun dari kereta dalam hening. Lagi-lagi yang ditimbulkan adalah suasana hening. Setelah kereta kosong, Isa bersiap untuk pergi. "Mail, lupain aku ya..?" Dahi Isa mengerut. Segera ia menggenggam erat tangan Moona yang sangat dingin seperti es. "Selamanya gua nggak bakalan ngerti siapa lu dan kenapa lu kayak gini. Tapi gua bukan orang yang cepet nyerah. Gua akan terus inget sama lu sampe gua ngerti apa yang sebenernya terjadi. Gua minta maaf. Gua nggak bisa ngelupain lu. Inget, Moona! Lu adalah bulan yang selalu bersinar di malam hari. Lu nggak akan pernah mati di ingatan gua karena lu.. selalu ada di hati gua, Moona.." Moona membelalak. Matanya berkaca-kaca. Isa melepas tangannya dan pergi menaiki kereta. Ketika pilr-pilar stasiun bergerak mundur, itulah saat yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal. Isa melambaikan tangannya sambil tersenyum penuh semangat, berusaha menghibur si bulan yang kesepian itu. Wajah Moona menghilang jauh di belakangnya. Isa kecewa karena ia harus berpisah dengannya lagi. Sementara itu Moona masih menatap kepergian Isa dengan mata berair. Ia menggenggam bekas genggaman tangan Isa yang hangat. Ia juga tidak ingin berpisah dengan Isa. "Maya..?" Moona menoleh. Di sampingnya berdiri seorang pria jangkung, bermantel putih panjang, berkemeja abu-abu gelap, dan mengenakan lencana emas berbentuk sabit bersayap. "Namamu Maya Safira, kan? Maaf aku terlambat.." "Nggak apa-apa. Penantianku selama satu tahun ini pada akhirnya nggak sia-sia. Makasih udah dateng.." "Maya, kau tidak melanggar peraturan, kan? Sebelum kau dijemput, kau tidak boleh bicara dengan manusia, mengenalnya, atau mengingatnya. Kau tidak akan bisa pergi jika kau masih memiliki ingatan di dunia ini. Kau mengerti..?" Moona nyaris menangis. Hatinya teriris. Ia harus melupakan seseorang yang baru ditemuinya setelah sekian lama terisolasi dari manusia. Ketika kereta bercahaya emas datang, pria itu menggandeng tangan Moona setelah Moona meletakkan botol teh dingin dari Isa. Air matanya ia tahan agar tidak menetes di bangku tunggu atau ia tidak akan bisa pergi dari dunia manusia. Pintu terbuka dan Moona melangkah masuk. Di ambang pintu, Moona berkata kepada pria itu: "Ketika kita meninggal, apakah kita harus terhapus dari ingatan yang ditinggalkan? Dengan begitu kita bisa pergi dengan tenang? Gimana dengan hati mereka? Apakah kita terhapus dari hati mereka? Apa Om bisa ngehancurin hati Om sendiri..?" Pria itu terdiam. Ia melirik botol teh dingin dan menyipitkan matanya. "Dia tidak tahu nama aslimu dan kau tidak tahu nama aslinya..?" Moona mengangguk. "Bagiku itu cukup. Ayo, berangkat.." Kereta pun berangkat meninggalkan stasiun, meninggalkan sisa-sisa kenangan, emosi dan getar-getar perasaan di antara mereka berdua. Moona tersenyum penuh kedamaian sambil mengulang perasaan cinta yang tumbuh di hatinya. Seperti yang dikatakan Isa bahwa ia akan selalu ada di hati Isa, Moona mengulang hal serupa. Kamu akan selalu ada di hatiku meski sekarang berbeda dimensi. Selama bulan masih bersinar di langit malam, aku selalu ada di hatimu.. TAMAT



8

Kenalin, aku Hasan dan soal mengemudi jarak jauh, aku memang masih pemula, dan kehilapan sederhana seperti membiarkan mobil kehabisan bensin adalah hal yang wajar bagiku. Pikiranku sangat kalut sepanjang sejam terakhir sebelum kehabisan bensin. Aku sudah berencana akan bermalam di Kota Cirebon, yang aku capai menjelang pukul delapan malam. Namun, di penginapan yang aku datangi itu, aku diberi tahu bahwa semua kamar sudah terisi. Beberapa penginapan lain disarankan, tetapi meskipun aku kunjungi satu per satu, setiap kali aku disapa dengan permintaan maaf yang sama. Di sebuah penginapan di pinggir kota, perempuan pemilik penginapan menyarankan agar aku mengemudi beberapa mil menuju penginapan tepi jalan milik seorang kerabatnya. Dia yakinkan padaku, penginapan itu pasti memiliki kamar kosong, karena letaknya terlalu jauh dari pusat Kota Cirebon. Dia memberiku petunjuk yang terperinci soal alamat penginapan yang dia maksudkan. Tapi aku keliru, sehingga aku kemudian tak berhasil menemukan jejak apa pun dari penginapan yang letaknya jauh dari pusat Kota Cirebon itu. Disebelah kiri jalan terlihat cahaya terakhir matahari terbenam. Cakrawala patah di sana-sini oleh sosok-sosok rumah warga di kejauhan di seberang sawah. Selain itu, tampaknya aku sudah meninggalkan semua tanda masyarakat. Saat itu aku sudah tak berharap lagi dapat menemukan penginapan dan sudah memutuskan untuk terus mengemudi sampai tiba di kota atau desa berikunya dan mencari tempat menginap di sana. Pada saat itulah, mesin mobil tergagap-gagap dan aku menyadari pertama kalinya bahwa aku kehabisan bensin. Ketika keluar mobil untuk melihat keadaan, aku mulai cemas dan gelisah, karena aku berdiri di sebuah jalan terjal yang dikelilingi oleh pemakaman. Maka, aku sedikit kecewa pada pemandangan yang menyapa mata. Hari sudah mulai gelap dan sungguh tidak menyenangkan berada di tempat pemakaman sepi itu. Hatiku menciut. Aku kembali lagi ke mobil dan duduk saja di dalam sampai berharap ada orang lain lewat. Untuk sekedar menghibur diri sendiri, aku pun mulai bersiul. Tapi siulanku tersangkut di tenggorokan ketika aku mendengar bunyi batuk dari arah belakang. Aku menoleh dan memekik ketika sepasang makhluk halus, seperti kuntilanak, duduk dikursi belakang. Sebelum aku melompat keluar dari mobil, salah satu makhluk itu menerjangku sambil berkata, "Siulanmu membuat kami merasa terganggu". Aku menjerit. Dengan mengerahkan segenap tenaga, aku mengayunkan tangan ke wajah makhluk itu. Tapi itu sia-sia, makhluk itu masih menahan tubuhku. Kemudian aku teringat ilmu-ilmu yang aku dapat sewaktu aku menimba ilmu di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur`an). Ketahuilah bahwa zikir yang paling utama adalah kalimat "Laa ilaaha illallah". Aku pun mulai membaca "Laa ilaaha illallah" berulang-ulang. Dan alhamdulillah, kedua makhluk halus itu pun menghilang. Aku membacanya sampai pagi. Tentunya dengan mata terpejam dan setengah tidur. .



9

Salam buat temanku, Senin 28 februari 2010. Hari ini aku mau kerja kelompok, niatnya si mau berangkat bareng temen, karena aku telat, akhirnya aku berangkat sendiri dan aku lewat jalan pintas yang gak pernah dilewatin orang kalo malam. Disitu jalanan nya sepi akhirnya aku tancap gas sekencang kencangnya, tiba-tiba aku ngelihat kayak ada cahaya dan brak. Ternyata itu motor dan aku menabraknya dengan sangat kencang, aku pun pingsan sekitar 5 menitan dan gak ada yang nolongin, karena jalanan itu sepi banget tapi pas aku bangun, orang yang aku tabrak tadi udah gak ada dan aku gak apa apa walaupun aneh tapi alhamdulillah lah gak apa apa. Akirnya sampai juga dirumah teman dan kayaknya ada yang kurang, "oiya! Alvin kemana..?" aku tanya ke teman teman, "dia lagi beli makanan buat kita kita.." jawab si rieza. Aku sih sempat mengira kalo yang aku tabrak tadi itu dia. Karena yang biasanya berani lewatin jalan pintas itu cuma aku sama dia doang dan aku sempet mikir dia hilang di bawa setan, hii serem semoga Alvin gak apa apa dah. Kejadian aneh banyak terjadi saat aku datang, mulai dari lampu mati dan kedip kedip gak beraturan, air keran kamar mandi temanku nyala dengan sendirinya. Ada suara seperti orang nangis di pojok kamar temanku, tapi itu sepertinya hanya aku saja yang mendengar dan merasakan nya yang lain bertingkah seperti biasa seolah olah tidak terjadi apa apa. "eh lu denger gak? ada orang nangis disitu.." tanyaku, "hah? apa sih? jangan nakut nakutin deh serem nih orang aku sendirian dirumah, orang tuaku pergi keluar kota untuk 2 minggu, jadi jangan aneh aneh deh aku takut..". Kejadian kejadian aneh terus terjadi sampai akhirnya aku keluar untuk cari angin saat dalam perjalanan keluar. Aku melewati ruang tamu dan disana ada cermin dan kebetulan aku sedang menggenggam botol minum temanku, tapi kok aneh ya? botol minumnya terlihat jelas melayang, tapi mungkin itu khayalanku saja karena saat itu aku sudah sangat ngantuk. Saat di luar, aku melihat jelas orang orang aneh di luar rumah temanku yang kebetulan ayahnya seorang kyai, orang orang aneh itu terus memaksa masuk, tapi aku tidak tahu apa yang menghalangi mereka karena merasa aman orang aneh itu tidak bisa masuk aku pun masuk lagi ke dalam rumah temanku. Singkat cerita aku sudah mau selesai kerja kelompoknya dan Alvin belum balik juga. Aku semakin curiga dan takut, "eh kok muka kamu pucat si raf..?", tanya zainal teman kelompok aku "ah, eh gak apa apa mungkin aku ngantuk soalnya tadi kurang tidur.." dan tiba-tiba keluar darah dari kepala aku "eh eh apa nih? kok berdarah? dan tiba tiba kaki dan tangan aku berdarah, dengan sendirinya. Teman teman aku panik dan ada telepon masuk ke hp zainal dan, Gak taunya itu ibu aku yang telpon "zainal, cepet ke sini RS PERMATA.." dan zainal menjawab "Hah? ini siapa..?". terdengar suara, "ini Alvin, cepat kesini rafi meninggal dia kecelakaan tadi, aku ketemu dia pas mau beli makanan dan hp ku ketinggalan jadi aku gak bisa kabarin kalian. Sekarang kalian cepet kesini!..". Innalillahi, terus ini siapa? "siapa apanya..?" ini. Tamat, iya ini aku yang nulis, salam ya buat teman teman aku, Rafi.



10

. Namaku Elynda Queenita. Aku berumur 12 tahun. Suatu hari, orangtuaku mengajakku untuk pindah ke rumah nenekku di desa. Sebenarnya aku tidak ingin pergi karena aku harus pindah berguru  dan pindah rumah juga harus meninggalkan sahabat-sahabatku. Tapi apa boleh buat. Itu keinginan orangtuaku. Jadi aku harus menurutinya. Pagi-pagi, aku dan orangtuaku langsung pergi ke rumah nenek. Nenek telah meninggal 5 tahun yang lalu. jadi, rumah itu tak terurus. Sampai di rumah nenek, aku turun dari mobil dan melihat di sekelilingku. Aku izin kepada ibu untuk melihat taman yang ada di dekat rumah nenek. Ibu pun mengizinkanku. Di sana ada ayunan, perosotan dan sebagainya. Tapi kulihat ada seorang gadis seumuranku sedang menangis. Aku menghampirinya. Ternyata anak itu mirip sekali denganku. Namanya Alynda. "Hmmm.. namanya hampir sama dengan namaku.." pikirku. Akhirnya kami bermain bersama. Pada siang hari, ibu memanggilku untuk makan siang. Aku langsung menghampirinya. "Siapa anak yang bermain bersamamu itu..?" "namanya Alynda, Bu. Memang kenapa.." aku bertanya. "Tidak apa-apa  ? kata ibu khawatir sembari berjalan ke dapur. "hmm, ibu kenapa ya.." batinku. 2 tahun kemudian. Tak terasa umurku sudah 14 tahun dan sudah duduk di kelas 9 SMP. Aku tetap menjadi teman Alynda. Bahkan kami telah menjadi sahabat. Tapi, jika aku sedang bermain bersama Alynda, ibu pasti terlihat khawatir. Seperti ada sesuatu yang disembunyikannya. "Suatu hari ibu bertanya kepadaku. El, kamu masih suka bermain bersama Alynda.." tanya ibu khawatir "Masih, Bu. Sebenarnya mengapa, Bu? sepertinya ada yang ibu sembunyikan.." aku ingin mengungkap hal yang sebenarnya. "hmm.. ada sesuatu yang mesti ibu ceritakan" "apa, bu.." "Sebenarnya saat kamu lahir, kamu mempunyai saudara kembar. Namun ia meninggal karena kekurangan oksigen. Dan namanya.." ibu memotong perkataannya. "Siapa bu namanya..?" tanyaku dengan penuh semangat. "Namanya..." belum ibu selesai melanjutkan perkataannya, tiba-tiba Alynda datang secara mengejutkan. Ibu pun menghampirinya. "Nak, pergilah dengan tenang. Ibu yang akan menjaga adik kembarmu, Elynda.." aku pun terkejut apa yang telah ibu katakan. Ternyata Alynda adalah kakak kembarku yang meninggal saat aku dan ia lahir. "Ibu, jadi.. jadi.." kataku sambil menahan tangisan. "Iya, Nak. Alynda adalah kakak kembarmu. Ia lahir 5 menit sebelum kamu lahir.." kata ibu. "Dulu sebelum kalian lahir, ibu masih tinggal disini sampai kalian berdua lahir.." kata ibu. Aku menghampiri Alynda yang berada di ambang pintu. "Kak, pergilah dengan tenang. Aku, ibu dan ayah akan baik baik saja disini.." "El, ibu. jagalah diri kalian baik baik.." Alynda langsung menghilang dari hadapanku dan ibu. Aku dan ibu menangis. "Maafkan ibu, Elynda. Ibu baru menceritakan ini semua.." kata ibu. "Tidak apa apa bu.."



11

. "Aku hamil Vion.." Jeritan Bellla terdengar begitu miris di antara gelapnya malam sabtu itu, suasana yang mencekam semakin mendramatisir keadaan, Bella menangis hingga ia berlutut di hadapan laki-laki yang kini ia mintai pertanggung jawaban. Vion frustasi, ia menjambak rambutnya sendiri, wajahnya terlihat semakin kusut, ia berjalan menjauh dari hadapan Bella, berniat melarikan diri, jelas ia enggan untuk dimintai pertanggungjawaban. Namun sebelum ia berjalan semakin jauh, Bella sudah berdiri menghadangnya, perut yang sudah tampak membuncit itu dielusnya, wajahnya memelas, air matanya semakin berlinang. Namun Vion memang laki-laki tak punya hati, ia bahkan memalingkan mukanya. "Kamu harus tanggung jawab Vion.." Bella kembali meraung memecahkan keheningan di malam sabtu, jika mereka mau melirik jam tangan masing-masing, mereka akan tahu kalau sekarang sudah hampir tengah malam. Entah apa yang merasuki pikiran Bella hingga ia bertekad menemui Vion di malam sabtu kelabu itu. "Kenapa kamu minta aku yang bertanggung jawab, memangnya kamu yakin kalau aku Bapak dari bayimu itu.." kini Vion sudah ikut membentak, dipandanginya wanita yang kini bermata sembab di hadapannya. Hati kecilnya merasa bersalah, namun setan lebih berhasil menguasai sebagian besar hatinya. Bella semakin menangis, ia mundur perlahan hingga kira-kira 3 meter di hadapan Vion. Ia tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai, dari tangannya telah tergenggam sebilah pisau tajam yang entah sejak kapan ia simpan. Vion terkejut, tubuhnya mulai menegang. "M-mau apa kamu.." bentaknya ketakutan, ia mulai mundur saat Bella semakin mendekat, seringai di wajahnya tetap sama, namun sedetik kemudian berubah menjadi tangis yang memilukan,. "Kalau kamu tidak mau tanggung jawab, biarlah ku akhiri hidupku ini.." Bella mengacungkan pisaunya hingga tepat berada di depan perutnya, pisau itu telah siap menusuknya, dan.. "Huaahh.." Aku menegakkan punggungku yang rasanya sudah mau patah, ku lirik jam dinding yang bertengger tenang di sisi tembok bercat ungu milikku. Pukul 20.30. Aku menguap, ku tutup laptopku yang tengah menampilkan Microsoft office word. Entah mengapa akhir-akhir ini otakku semakin buntu saja, sudah satu bulan ini, cerita tentang Bella dan Vion tidak selesai-selesai, aku sendiri semakin bingung dengan ending cerita ini. Bahkan kalau ku baca dari awal, ku rasa cerpen ini membosankan. Aku jadi ragu apakah akan ada yang meminatinya nanti. "Huaahhh,," aku kembali menguap, ini sudah jam tidurku, segera saja ku rebahkan tubuhku ke ranjang empuk bersprei hello kitty pemberian Mama. Pukul 04.30. "Jenia banguun! salat subuh dulu sana.." itu suara Mamaku, gedoran pintu kamar yang keras benar-benar berisik. Memang begitu cara Mamaku membangunkanku saat subuh tiba. Kadang aku merasa ingin Mama membangunkanku dengan kata-kata lembut. "Jenia.. bangun sayang, sudah subuh, salat dulu ya.." begitu kira-kira yang aku ingin. Tapi.. "Jenia dengar tidak.." aku menyerah, ku buka pintu dan memandang Mama sendu. "Iya, Ma,," ucapku. Tumben sekali pagi ini kereta ekonomi yang ku tumpangi sepi, mungkin karena ini masih terlalu pagi, masih pukul 06.06 saat ku lirik jam tanganku. Ku masukkan tanganku ke dalam jaket kulitku. "Jeni .." suara seseorang memanggilku, aku menoleh ke arah belakang, rupanya Erwin, teman sekelasku. Ku lambaikan tanganku padanya, tapi tunggu dulu, siapa wanita itu yang duduk berjarak dua kursi di belakangku, kenapa tatapannya tajam sekali padaku, sepertinya ia tengah hamil muda, ah mungkin saja ia ingin punya anak yang cantik sepertiku, tapi tunggu dulu, apa itu di tangannya. Pisau?! untuk apa dia membawa pisau? Alah mungkin saja ia habis masak dan lupa menaruh alatnya. "Hei Jenia,," Aku tersentak. Erwin sudah tiba di hadapanku selagi aku memandangi wanita itu yang masih memandangku juga. Ku persilahkan ia duduk di dekat jendela. Ku lirik wanita itu lagi, tapi.. dia sudah lenyap. "Ada apa sih.." Tanya Erwin yang mungkin menyadari tingkah anehku. Ku alihkan pandanganku padanya dan tersenyum lalu menggeleng, enggan untuk bercerita. Suasana kembali sunyi, aku kembali berkutat dengan pikiranku. Apa mungkin itu tadi penampakan? masih pagi gini juga. Huufft.. Jenia.." "Arrrgghh.." aku menggeram kesal dengan tingkah anak ini, dalam hari ini sudah 5 kali dia membuatku jantungan. Ada apa sih.." tanyaku kesal sambil menggeser pantatku agar Erwin dapat duduk di bangkuku. "Bisa nggak kalau manggil itu nggak usah pake teriak.." tukasku lagi. "Kamu sih ngelamun mulu, makanya kaget, ikut ke kantin yuk, mumpung istirahat,," ajaknya dan tanpa menunggu anggukanku Erwin langsung menarik tanganku agar dapat mengikutinya. Aku hanya bisa mendengus kesal. Namun sebelum sampai ke kantin, rupanya aku lebih tertarik dengan sebuah ruang bertuliskan Perpustakan, segera saja aku membelot dari ajakan Erwin. "Hei Jenia, mau ke mana?  ? teriaknya. Aku hanya menoleh dan meneruskan jalanku. Erwin mengikutiku dan kembali menarik tanganku. "Ke kantin yuk ah, laper nih,  ? pintanya memelas. "Kamu aja sana, aku mau ke perpus, titip cilok aja 5 ribu yang pedes,," ujarku lalu kembali melangkah menuju perpus, Erwin akhirnya menyerah. Satu hal yang membuatku tertarik untuk berguru  di SMA ini adalah ruang perpustakaannya yang besar bahkan hampir sebesar perpustkaan daerah. Aku segera menuju rak yang berisi buku-buku fiksi, dan aku tertarik dengan sebuah komik jepang berjudul A Mistery, aku langsung mengambilnya dan membawanya ke ruang baca. Lumayan bikin tegang juga komik ini, ada sebuah kata-kata di dalamnya yang menarik perhatianku. "Jika kau tengah mendongengkan sebuah cerita pada adikmu, kau harus menceritakannya hingga tuntas, karena kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya.." Langsung saja ku keluarkan Handphone made in china-ku dan browsing ke FB -tanpa harus ku jelaskan kau pasti tahu maksudnya- di kolom status ku tuliskan kata-kata tersebut tanpa berminat untuk memikirkan maksudnya. Ku pandangi wall-ku menunggu ada yang nge-like atau comment, hingga sekelibat bayangan tiba-tiba melintas. "Astaga.." seruku terkaget-kaget, sosok itu ikut kaget. "Apaan sih Jen, teriak-teriak gitu.." Kamu tuh bisa nggak sih nggak ngagetin..." gertakku kesal. Erwin mencelos. "Aku manggil dulu salah, langsung duduk juga salah, huufft,," Erwin berkata seolah dia manusia paling sengsara di dunia ini. "Mana ciloknya?  ? tanyaku, ia menyodorkan cilok pesananku.." Ku buka lagi laptopku dan berniat untuk melanjutkan cerpen yang ku buat, tapi membaca ulang cerpenku itu justru membuat otakku semakin buntu saja, aku pun menutup halaman Microsoft office word dan beralih menuju internet, berniat membaca cerpen online, hitung-hitung buat bahan referensi. Wuuussshhh!! "Dingin banget sih anginnya,," aku beranjak untuk menutup jendela kamarku yang terbuka karena tiupan angin. "Ehh.." aku teringat sesuatu, bukannya tadi sudah ku kunci ya? Sebelum menutup kembali jendela, ku sempatkan menengok keadaan di luar yang gelap karena ini memang sudah malam. Wuussh. Kali ini bukan angin yang lewat, tapi sekelebat bayangan yang entah apa wujudnya melintas dari arah kiri, ke kanan kira-kira berjarak 5m dari mataku, aku terkesiap dan buru-buru menutup jendela dengan kasar hingga menimbulkan bunyi Brakkk. Dadaku terasa mendesir. "Apa itu tadi..?" gumamku ketakutan. Aku segera melompat ke atas ranjangku, buru-buru ku shut down laptoku, eh tapi tunggu? Kenapa menampilkan jendela Microsoft word gini? tepat membuka cerpen tentang Bella dan Vion pula. Jantungku semakin berdegup kencang sekarang. Tanpa pikir panjang aku langsung menekan tombol on/off dan langsung menutup laptopku, ku tarik selimutku hingga menutupi seluruh tubuhku. Tok, tok, tok. "Apa itu..?" aku semakin ketakutan mendengar suara ketukan di pintu kamarku, aku pernah membaca sebuah artikel tentang tanda-tanda kedatangan hantu, salah satunya suara ketukan di pintu sebanyak kelipatan tiga, dan ketukan di pintu itu terdengar tiga kali, aku semakin merinding, ku rapatkan selimutku. Tok, tok, tok tok, tok, tok. Enam kali sekarang, Oh Tuhan tolong aku.. Tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok, tok, brakkk!! Hei tunggu dulu, kenapa jadi berantakan sekarang, aku sampai tidak sempat menghitungnya, ditambah suara pintu yang digebrak. "Jenia! Kamu dengar tidak sih.." Oh rupanya Mamaku, bilang dong dari tadi. "Ada apa sih Ma..??" tanyaku setelah membuka pintu kamar, muka Mama tampak kusut. "Kamu ngapain malem-malem bikin gaduh, nutup jendela kaya banting meja, semua orang pada bangun tahu,," celoteh Mamaku, ku tengok di balik punggung Mama, rupanya Ayah dan adikku Rehan juga turut serta. "Hehe iya maaf ma,," ucapku cengengesan. "Dasar,." Mama berlalu, tinggal aku termangu, buru-buru ku tutup pintu dan kembali ke peraduanku kembali berusaha terlelap dalam tidurku. Yeah lama-lama seperti menulis puisi saja. Ku tarik lagi selimutku dan akhirnya tertidur. Tok, tok, tok. "Huahh, ada apa lagi sih.." gerutuku kesal karena lagi-lagi Mama mengetuk pintu, dengan langkah gontai aku berjalan menghampiri pintu dan membukanya. Tapi apa yang ku lihat.. Deg deg deg. Aku mundur perlahan, suaraku seakan tercekat di tenggorokan hingga aku tak mampu berteriak. Mahluk itu terus memojokkanku, mahluk berbentuk wanita hamil muda yang membawa pisau di tangannya, ya dia hantu yang ku temui di kereta beberapa hari yang lalu. "S-siapa kamu, apa maumu?  ? tanyaku semakin terpojok. "Kau sangat mengenalku,  ? ucap wanita. "Kau hantu!  ? teriakku sambil menudingnya. Ia sepertinya marah. "Tidaakkk!  ? mahluk itu berteriak marah. "Kalau kamu bukan hantu, lalu makhluk sejenis apa kamu?!  ? tanyaku setengah beerteriak juga, berharap Mama mendengar dan menghampiriku. "aku adalah sosok yang kau ciptakan dengan imajinasimu,," "Hah..?" aku melongo tak mengerti. "Kau yang telah menyeretku untuk masuk dalam dunia khayalanmu, kau ciptakan aku sebagai wanita muda yang cantik, dan kau sungguh bodoh dalam membuat cerita, aku mulai benci saat laki-laki yang awalnya kau gambarkan sebagai laki-laki baik itu menodai, awalnya aku senang kau buat aku akan bunuh diri, tapi sekarang kau menggantungnya, kau membuatku bingung keputusan apa yang ku ambil, saat nyawaku sudah hampir lepas dari ragaku, kau justru menghentikan ceritamu dan itu membuatku muak! sudah sebulan aku terkurung dalam fiksimu itu, aku ingin bebas, cepat selesaikan ceritamu atau aku yang akan membawamu ke sana agar kau dapat menyelesaikannya.." makhluk itu bercerita panjang lebar tanpa mengambil jeda sedikit pun, aku melongo tak percaya. "B-bohong.." hardikku, makhluk itu menjerit lagi. Ia menudingku. "Cepat selesaikan ceritamu, aku ingin bebas.." bentaknya lagi, sedetik kemudian ia sudah hilang bagai tertiup angin, ku atur napasku yang mulai tak beraturan. Meneguk segelas air putih untuk menenangkan. Ini seperti mimpi. Ia adalah mahkluk yang ku ciptakan dengan imajinasiku sendiri? Benar-benar khayal. Fiuhh.. pagi ini dingin sekali, koridor berguru  juga masih sepi, mana Erwin, mengapa aku tidak melihatnya, padahal aku ingin menunjukkan cerpen buatanku yang tokohnya menjadi nyata. Semalamanaku berpikir tentang hal tersebut, kalau si tokoh wanita muncul, lalu mana tokoh prianya? Ini semakin menimbulkan tanda tanya besar bagiku. "Erwin.." panggilku begitu melihat Erwin yang tengah duduk membelakangiku. Ia menoleh. "Ada apa..?" tanyanya, aku mengambil posisi duduk di sampingnya. Ku buka laptopku. "Tumben kamu nggak naik kereta,," ucapku. "Tadi di antar sama Ayah,"sahutnya. "Oh, eh iya lihat deh,," aku mengaktifkan laptopku dan menunjukkan cerpen itu padanya, cerpen yang belum ku beri judul. "Apanya yang dilihat..?" tanyanya, aku menatapnya dan menjukkan kalimat terakhir yang ku tulis. "Enaknya dilanjutin gimana..?" tanyaku meminta pendapatnya, ia angkat bahu, "Kamu tahu kan aku nggak bisa bikin cerpen, " tukasnya, "ayolah hanya kasih saran," pintaku lagi, aku tak mau salah pilihan dalam menentukan ending. "Matikan saja dua-duanya, selesai kan," ujar Erwin, aku berpikir sejenak. Benar juga, kalau aku mematikan dua-duanya, pasti akan cepat selesai, dan makhluk imajinasi itu akan segera bebas. Namun baru saja tanganku mulai mengetik, bel berguru  sudah berbunyi, aku pun membatalkan niatku dan memilih untuk mengikuti pelajaran hari ini. Cape sekali hari ini, pelajaran olahraga tadi sangat menguras energiku, sampai aku tidak sempat menulis lanjutan cerpenku. Aku segera memasuki kamar untuk merebahkan diri, tapi tunggu dulu, makhluk apa itu yang tengkurap di atas kasurku sambil membaca salah satu novel koleksiku. "Vanny! ngapain kamu..?" rupanya sepupuku Vanny, dia memang sering main ke rumahku untuk meminjam novel. Vanny membalikkan badannya. "Hai Jen, ini novel terbaru kamu ya..?" tanyanya. Aku hanya mengangguk dan beranjak duduk di sampingnya, ku buka laptopku, namun baru saja akan mengetik, panggilan alam datang, buru-buru aku lari ke kamar mandi dan mendekam di sana. "Huufft lega," gumamku. Aku kembali masuk ke dalam kamarku dan menemukan Vanny tengah membaca cerpenku. "Cerpenmu bagus, kenapa tidak dilanjutkan..?" tanyanya. "Pikiranku masih buntu,  ? sahutku. Vanny merubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk. "Kalau gitu biar aku yang lanjutin ya..?" Aku terkejut mendengar pernyataan Vanny. "A-apa.." "Jangan kawatir, kamu tahu kan aku juga senang bikin cerpen, aku juga udah punya banyak ide untuk cerpenmu ini, biar aku lanjutin ya, ya, ya,," Aku menatap Vanny iba, sepertinya ia benar-benar berniat untuk melanjutkan cerpen itu, tapi apa jadinya kalau ia sampai sepertiku yang pikirannya buntu lalu menggantungkan ceritanya, dan wanita itu akan muncul. Kasihan sekali dia. Melihatku diam, tanpa menunggu lagi Vanny mengeluarkan Flasdisknya dan meng-cut cerpen tersebut, ingat ya! men-cut, bukan men-copy, alhasil cerpen itu lenyap dari laptopku, diam-diam ada perasaan lega di hatiku. Vanny tampak senang. "Tapi kamu harus nyelesain sampe ending loh ya, awas kalau berhenti di tengah jalan,," ucapku memperingatkan, Vanny mengangguk. Ku tatap ia dengan perasaan was-was. Dua minggu berlalu, aku tengah tiduran di kamar sambil membaca novel yang baru ku beli tadi siang, sampai saat ini jujur aku belum berani menulis cerpen lagi, untung saja wanita itu tidak datang lagi, mungkin saja Vanny sudah menyelesaikan cerpennya. Ding.. ding.. ding.. ding. Nada dering handphone-ku berbunyi, rupanya Vanny. "Hallo Van, Ada apa..?" tanyaku, aku terkejut mendengar suara Vanny yang ketakutan. "Aku tidak tahu bagaimana ceritanya. Laki-laki itu selalu menakuti dan mengancamku, dia bilang aku menyiksanya, tiap malam dia selalu dateng dengan dandanan kumal, aku takut Jen, ku pikir dia hantu, tapi dia bilang dia sosok imajinasi yang ku buat sendiri, katanya dia tersiksa berada di dalam cerpen itu, huhuhu,," Vanny bercerita panjang lebar, aku termangu. "memangnya kamu bikin seperti apa ceritanya..?" tanyaku, ku dengar Vanny menarik napas berat. "Aku bikin si Bella mati bunuh diri, rohnya gentayangan dan selalu menghantui Vion, terus otakku buntu dan aku nggak bisa meneruskannya,," sahut Vanny, kini giliran aku yang menarik napas berat. "Kan aku udah bilang selesaikan cerpennya, kamu sih," "Terus gimana Jen.." "Satu-satunya jalan, ya selesaikan cerpennya," ucapku. Vanny terdiam di ujung sana. "Ya baiklah,," Tut, tut, tut, aku menatap layar handphone, ku pikir lagi masalah yang kini menimpa Vanny, kenapa bisa tokoh-tokoh dalam cerpen itu menjadi nyata dan protes kepada penulisnya. Tiba-tiba aku teringat sesuatu, lebih tepatnya sebuah kalimat "Jika kau tengah mendongengkan sebuah cerita pada adikmu, kau harus menceritakannya hingga tuntas, karena kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya." Mungkin kini aku tahu apa maksudnya, setiap apa yang kita kerjakan, harus kita selesaikan, karena kalau tidak, kita akan merasakan akibatnya. Mungkin seperti yang aku dulu dan Vanny rasakan sekarang. Tapi ya sudahlah, Vanny pasti bisa menyelesaikannya. The End



12

. Namaku Yuda, adik-ku sudah lulus SMA sekarang dan dia berencana ingin kuliah diluar kota. Hal ini mengingatkanku saat aku juga kuliah diluar kota. Dulu aku kuliah di Yogyakarta, aku tinggal disana disebuah kosan. Pertama kali aku berada di kosan itu membuatku mempunyai cerita yang tidak bisa terlupakan. Aku diterima di Universitas Seni di Yogyakarta, aku memutuskan tinggal lebih awal di Yogyakarta agar bisa beradaptasi. Aku tinggal disebuah kosan, memang kosan ini terlihat lumayan untuk aku beristirahat. Setelah membereskan barang-barang pindahan, aku pun mencoba untuk bersosialisasi tapi sayangnya tidak ada siapa-siapa disini. Mungkin lagi pada diluar, Aku pun segera menuju kamar mandi. Aku melewati sebuah kamar yang jendelanya terbuka dan terlihat barang-barang tersusun rapi, namun sayangnya tidak ada orang disana. Lanjut, aku pun segera mandi di kamar mandi yang berada disebelah kamar itu. Malamnya aku berjalan-jalan disekitaran Yogyakarta, banyak hal yang menarik disini sampai aku pun lupa waktu dan hampir jam 12 malam aku baru pulang. Kosanku pun masih dalam kondisi yang sama, sepi. Aku beranjak ke kamar, dan baru saja aku duduk. Aku merasa perutku mulas, aku pun bergegas ke kamar mandi. Sampai didepan kamar mandi, aku mendapati pintu kamar mandi tertutup. Aku coba ketuk, awalnya tidak ada jawaban namun tidak lama ketukanku itu dibalas dari dalam. "Tok,"... Oh, ada orang didalamnya, aku menunggu beberapa saat didepan kamar mandi sambil menahan sakit perutku. Anehnya, didalam tidak ada suara sama sekali sangat sepi dan senyap. Tiba-tiba ada suara orang sedang mandi, sepertinya orang itu sedang mandi. Beberapa saat aku menunggu, tak lama pintu pun akhirnya terbuka dan keluarlah seorang laki-laki berbadan agak gemuk dengan memakai kaos oblong putih dan rambutnya agak keriting. Dia tersenyum kepadaku, aku pun membalas senyumannya. Dia pun berjalan masuk ke kamarnya yang ternyata ada disebelah kamar mandi yang tadi aku lewati. Aku tidak sempat berkenalan dengannya malam itu. Besoknya aku terbangun agak siang, aku melihat jam menunjukan pukul 1. Suasana diluar masih sangat sepi sekali, aku keluar dari kamarku dan diteras aku melihat seorang pria cukup tua sedang menjemur pakaian. Aku mengenalnya, namanya Mas Diro penjaga kosan ku ini. Aku bertanya padanya, kenapa kosan ini sepi sekali. Dia pun menjawab kalo yang kos disini, rata-rata jarang pulang ke kos. Mas Diro pun pamit, dan tidak berapa lama aku mendengar suara seorang laki-laki yang sedang bersenandung. Sepertinya ini melantunkan syair dengan bahasa jawa. Namun bahasanya tidak begitu jelas, aku coba telusuri ternyata suaranya berasal dari kamar yang berada disamping kamar mandi. Didalam terduduk seorang laki-laki yang sepertinya aku lihat semalam. Dia menembangkan lantunan jawa sambil duduk bersila menghadap ke tembok. Bersila membelakangiku, pintu kamarnya terbuka jadi aku bisa melihat dengan jelas. "Permisi mas," ketika aku sapa laki-laki itu berhenti bernyanyi. "Saya warga kos baru disini, nama saya yuda" Kataku padanya, namun dia tidak menjawab malah melanjutkan bernyanyi. Aku pun pergi kembali ke kamar, menurutku dia juga jurusan musik karena memang daerah sini dekat dengan kampus seni. Waktupun berlalu, aku mencari makan diluar dan kembali jam 9 malam. Hari itu, Yogyakarta cukup panas dan membuatku ingin mandi malam itu. Aku bergegas ke kamar mandi dan saat aku lewati kamar itu, kamar itu terlihat gelap. Aku pun lanjut ke kamar mandi dan mulai membersihkan badanku sampai terdengar seseorang mengetuk pintu kamar mandiku. Aku pun menjawab, "Ya sebentar yach" namun orang didepan kamar mandiku ini malah terus mengetuk. "Iya, sebentar. Tanggung sebentar lagi selesai," Kataku, tak lama ketukan itu berhenti dan aku mendengar ada pergerakan kecil didepan pintu kamar mandi ini. Sepertinya orang itu menungguku diluar dan tidak lama terdengar. Suara lantunan jawa lagi, berarti dia yang menungguku. Orang yang berada dikamar sebelah, dan ini ternyata adalah orang yang berada didepan kamar mandi ini. Setelah selesai, aku bergegas keluar kamar mandi dan lantunan itu masih terdengar. Ketika aku buka pintu kamar mandi ini, astaga diluar tidak ada siapa-siapa. Aku mencari-cari orang itu namun tidak ada, tidak mungkin badan sebesar itu dengan cepat berlari dan menghilang dari pandanganku. Aku cari dikamarnya pun tidak ada, dan kamarnya sangat gelap sekali. Esok paginya aku bertanya pada Mas Diro bahwa semalam aku mengalami kejadian aneh, aku pun bertanya siapa laki-laki dikamar sebelah kamar mandi itu. Baru Mas Diro pun menjawab, dikamar itu tidak ada siapa-siapa. Kamar itu kosong sudah lama, dulu penghuni kamar itu namanya Andi dan dia meninggal setelah kecelakaan. Tapi kejadian itu sudah lama, sekitar 2 tahun yang lalu. Memang barang-barang Andi masih ada dikamarnya sampai sekarang karena tidak ada keluarganya atau siapapun yang menjenguknya dan membawa barangnya. Aku pun hanya bisa terdiam dan esoknya aku memutuskan untuk pindah kosan ke kos yang lain.



13

MISTERI Jika mendengar kata makam beberapa orang pasti akan merinding dan terbayang akan sosok sosok hantu yang ada di sekitar makam tersbeut. Sejatinya makam memiliki sebuah nama dari mayat yang dikuburkan, namun ada salah satu makam di daerah jalan raya Medan Belawan yang amat misterius. Pasalnya di makam tersebut tidak ditemukan nama dari jenazah yang di semayamkan di makam tersebut. Menurut beberapa cerita bahwa makam itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu karena makam itu sendiri juga terlihat sangat kotor tidak terawat. Banyak cerita dari orang yang menyebutkan bahwa sosok yang dikuburkan dalam makam itu adalah seorang pengembara yang hidup ratusan tahun lalu. Pengembara ini merupakan orang yang berasal dari kota serambi mekkah Nanggroe Aceh Darussalam. Makam ini terletak di dekat hutan dan dikelilingi oleh pohon besar yang menutupinya sheingga sinar mataharipun hanya sedikit yang masuk utnuk menyinari area sekitar. Bentuk dari makam ini juga agak sedikit berbeda dan tak biasa seperti makam pada umumnya. Konon menurut orang di sekitar makam ini sering terlihat sosok yang amat menyeramkan dan menakutkan. Tinggi tubuhnya hampir mirip dengan pohon besar yang ada didekat makam tersebut. menurut warga bahwa itu adalah penunggu makam misterius itu, sosoknya yang hitam dan berbulu juga aroma yang tak begitu sedap. Sebenarnya makam ini cukup indah dan asri namun jika ada orang bermaksud untuk mengotori makam itu maka orang tersebut akan mendapat sebuah ganjaran berupa terserang sebuah penyakit aneh yang sulit untuk disembuhkan bahkan jika dibawa ke dokter sekalipun. Selain itu yang menambah ke seraman dari makam misterius ini adalah terdapatnya sebuah lobang yang cukup besar di dekat makam. Menurut seorang nenek tua bahwa lobang itu merupakan tempat tinggal dari seekor ular besar yang juga menjaga makam misterius itu, jika kita menganggu makam itu maka seekor ular besar tadi akan keluar dan menjadikan kita mangsanya. Cukup menyeramkan memang jika cerita akan makam misterius ini terus ditelusuri dan siapakah pemilik dari makam misterius ini?.


14

assalamualaikum.wr.wb perkenalkan nama aku Afit.R ini kisah aku dan sahabat aku waktu kelas 3 SMK, oke langsung aja go to story. Waktu itu malam jum'at seperti biasa aku dan 5 sahabat aku (alan, adit, arif, santo dan bayu) menghadiri acara yasinan rutin di mushola dekat rumahku. Selesai yasinan jam 21:00 semua teman aku sudah pulang tinggal kami ber enam. Waktu itu kami sedang berunding akan menginap dirumah siapa (maklum kami sahabat sejati dari pagi sampai pagi lagi bareng terus) akhirnya kami sepakat nginap dirumah adit. Jam 22:00 kami udah kumpul dirumah adit tanpa banyak bicara kami langsung buka laptopnya adit buat nonton film action (kita semua ikut beladiri walaupun beda aliran). Sekedar info diantara kami ber enam aku sama santo yang punya "Sixth Sense..". Okeh baru setengah perjalanan film tiba tiba gagang pintu belakang rumah adit ada yang mainin (belakang rumah adit tuh kebon kosong terus belakang kebon ada sungai). Tek tek tek tek, sebenernya aku sudah kerasa waktu pertama masuk, tiba tiba si santo bilang "anak siapa tuh malam-malam begini keluyuran..". Sontak kami semua kaget trus si adit ngomong "mana..?", trus aku bilang "sudah pulang.." tepat jam 00:00 gagang pintu belakang rumah adit ada yang mainin lagi. Tapi kali ini seperti dibuka "tek tek tek tek kreek.." lalu si arif bilang "woy ada maling nih..". Kami berenam inisiatif buat tangkap maling, kami semua berjalan ke pintu belakang. Pas sudah sampai kami semua liat gagang pintu yang bergerak lalu kami perhatikan 5 menit dan kemudian berhenti, akhirnya aku memberanikan diri buat buka pintu, dan "doorrr.." terlihatlah sesosok anak kecil yang cuma pake celana dalam putih berkepala botak. Iya betul, itu adalah tuyul, kami sempat terpaku melihat tuyul tersebut. Tanpa kami sadari tuyul itu hilang, setelah itu kami buru-buru masuk tapi baru beberapa langkah pintu itu ada yang mengetuk. Akhirnya bayu dan adit yang buka pintu dan pas dibuka keduanya hanya diam. Akhirnya aku, alan, santo, arif nyamperin. Pas dilihat ada wanita berbaju putih sedang melihat kami dengan posisi kepala berputar 180 derajat dengan muka hancur penuh darah. Mata yang bolong satu dan bibir yang sobek hingga kuping. Sontak saja arif alan bayu dan adit pingsan tinggal aku dan santo, tiba-tiba wanita itu melayang dan mendekati kami. Tapi santo yang penakut akhirnya ikut pingsan, tanpa disadari aku dibawa oleh kuntilanak itu ke sebuah tempat. Ketika sadar aku sudah berada di tepi sungai dan melihat ada mayat. Akhirnya aku memberitahu kepala desa, sekian cerita dari aku apabila ada kata-kata yang kurang pas atau tidak jelas mohon maaf yang sebesar-besarnya.



15

Malam yang sunyi, bulan purnama bersinar terang, terdengar sayup suara yang meraung. Aku dan Kak Vita berada di rumah berdua. Karena, Mama dan Papa sedang pergi ke luar kota. Jadi, aku dan Kak Vita ditugaskan untuk menjaga seluruh isi rumahku. Tepat jam 10 malam, aku dan Kak Vita masih menonton televisi di ruang ke luarga. Bulu kudukku mulai berdiri. Seraya ada sesuatu yang akan terjadi. Suara-suara misterius mulai berterbangan di telinga kecilku ini. "Kak, aku semakin merinding nih! Ada apa ya? Kak, ngerasa ada yang aneh nggak.." tanyaku dengan perasaan takut. "Ah, kakak sih nggak ngerasa apa-apa dek, huaaamm, kakak ngantuk sekali dek. Kakak ke kamar dulu yah.." Kak Vita segera bergegas ke kamarnya sambil membawa boneka hello kittynya. Kak Vita meninggalkan aku untuk pergi tidur. Sedangkan aku masih asyik melihat televisi di ruang keluarga. Terhenyak keberanianku mulai menipis karena mendengar suara-suara misterius yang terus bergeming di telingaku. Bulu kudukku semakin berdiri dan aku pun semakin merasa ketakutan sekali. Aku yang duduk diam di sudut pojok ruangan ke luarga merasa hawa dingin menerpaku. Tiba-tiba aku menemukan sehelai rambut misterius yang tergeletak di ubin warna putih di rumahku. "hmm ini rambut siapa ya? Perasaan aku dan Kak Vita nggak pernah menyisir rambut di ruang keluarga ini deh,," gumamku penasaran. Aku pun langsung mengambil sehelai rambut misterius itu. Sejenak aku merenung memikirkan dari mana sehelai rambut itu ada di ruang keluargaku. Tanpa disadari, suara misterius itu kembali bergeming memenuhi isi telingaku. Aku yang seketika mendengar suara misterius itu langsung lari terbirit-birit ke arah dapur. Sekelebatan sosok kain berwarna putih ada di hadapanku berdiri menatapku. Tak lain, sosok itu adalah kuntilanak. Matanya yang melotot tajam. Wajahnya rusak dan berlumuran darah itu menatapku seketika. Dan aku melihat bahwa di bawahnya ada rambut-rambut yang jatuh berserakan. Ternyata sehelai rambut itu adalah milik kuntilanak itu. Aku yang melihat sosok kuntilanak itu langsung pingsan tepatnya di dapur. Keesokan harinya. aku sudah berada di kamarku. Kak Vita yang membawaku di kamar. Katanya, Kak Vita mendengar jeritanku dan menemukan aku yang tengah pingsan di dapur. Aku merasa sangat trauma atas kejadian kemarin. Aku menceritakan peristiwa pahit ini ke Kak Vita. Kalau kata Kak Vita harus cepat tidur sebelum jam 10 malam. Karena, Kak Vita juga pernah mengalami peristiwa yang ku alami tersebut. Gara-gara aku menemukan sehelai rambut misterius itu, aku jadi bisa bertemu dengan kuntilanak. .


Share:

TRANSLATE

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Postingan Populer

viewer

ABOUT US

Foto saya
saya mahluk lain asli cuma hanya sekedar asal asalan berpura pura menjadi penulis kecil kecilan saja tanpa tujuan tanpa arti ini tulisan sederhana yang tidak menarik tidak bisa dipahami terlalu berbelit Belit

SEARCH

Translate