pariwisata 5
di tengah-tengah atau berdekatan dengan tempat atraksi wisata. Jauh dan dekat di sini
harus diartikan berdasar kenyamanan, waktu dan biaya untuk mencapainya. Meskipun
jaraknya jauh, kalau dapat dicapai dalam waktu singkat dan nyaman dengan biaya murah,
jarak itu yaitu dekat. Sebaliknya,jarak yang dekat menjadi jauh kalau untuk mencapainya
diperlukan waktu yang lama dan perjalanan yang tidak enak dan dengan biaya mahal.
Persyaratan sentralitas perlu dipertimbangkan karena berkaitan dengan aktivitas
turis yang sebagian besar waktunya untuk mengunjungi obyek dan atraksi wisata.
Bila jarak antara atraksi wisata dengan akomodasi berjauhan memicu turis
mengalami kelelahan akibatnya turis tidak betah tinggal lama di area tujuan wisata
ini . Apabila persyaratan sentralitas itu menghubungkan sarana akomodasi dengan
atraksi wisata, maka sarana itu juga dituntut memenuhi syarat untuk mudah ditemukan dan
mudah dicapai. Lokasi yang amat tepat yaitu dekat terminal-terminal angkutan, bandar
udara, stasiun kereta api dan pelabuhan. Sedangkan lokasi lainnya dapat berada di
sepanjang jalan raya atau jalan poros kota. Akomodasi yang terletak di sepanjang jalan-
jalan itu dengan sendirinya akan dilalui turis .
Mengemas obyek dan atraksi wisata dan sarana akomodasi yang baik belum cukup
untuk mendatangkan turis ke area tujuan wisata bila tanpa adanya kemudahan
aksesbilitas menuju ke atraksi wisata. Sarana untuk mempermudah akses dan mobilitas
turis dapat dipenuhi dengan menyediakan sarana tranportasi baik melalui darat,
udara dan laut. Dalam mengemas sarana transportasi yang baik perlu direncanakan di mana
jasa kendaraan angkutan itu dapat diperoleh. Sebaiknya, jasa angkutan itu diselenggarakan
antara tempat pemberangkatan (point of departure) dan tempat tujuan (point of arrival).
Agar memiliki nilai tambah di mata turis , transportasi di area tujuan wisata harus
memiliki fasilitas yang berkualitas, pelayanan yang sempurna dan keramahtamahan.
Mengemas ketiga hal yang telah dijelaskan diatas kurang lengkap bila tidak
tersedia jasa pendukung lain, seperti restoran, bengkel, SPBU, katering, tempat hiburan
dan sejenisnya. Sebagai contoh, jika jalan dan kendaraan menuju ke obyek dan atraksi
wisata sudah bagus, orang masih akan berpikir apakah ia berani mengadakan perjalanan.
Soalnya, ditengah perjalanan pengendara memerlukan makan, kendaraan bermotor
memerlukan bahan bakar, kalau ada kerusakan mesin memerlukan bengkel. Tanpa jasa-
jasa pendukung kegiatan pariwisata tidak akan bisa beroperasional secara konsisten
Penyempurna pengemasan, patut diperhatikan penataan lima jenis komponen area tujuan
wisata oleh Hadinoto (1996:36), berupa (1) gateway atau pintu masuk, pintu gerbang
berupa bandar udara, pelabuhan laut, stasiun kereta api, dan terminal bis, (2) tourist centre
atau pusat pengembangan pariwisata (PPP), yang dapat berupa suatu area wisata (
resort) atau bagian kotayang ada, (3) attraction atau atraksi kelompok satu atau lebih, (4)
tourist corridor atau pintu masuk wisata, yang menghubungkan gateway dengan tourist
centre, dan dari tourist centre ke attraction, (5) hinterland atau tanah yang tidak dipakai
untuk keempat komponen ini .
turis lazimnya datang lewat gateway, kemudian menuju ke Pusat
Pengembangan Pariwisata dimana ia menemukan akomodasi dan semua usaha jasa
pelayanan pendukung wisata, seperti restoran, toko cinderamata, biro perjalanan wisata,
persewaan kendaraan, dan lain-lain. Dari pusat pengembangan pariwisata, ia mengadakan
perjalanan wisata ke atraksi wisata, melewati koridor wisata. Sambil berjalan di koridor
wisata, ia menikmati pemandangan indah dan kehidupan rakyat (desa, pengolahan tegal,
dan sawah) yang disebut sebagai hinterland. Hinterland ini perlu tetap menarik, dan tidak
diubah menjadi bangunan tinggi, pabrik dan sebagainya. Penetapan lokasi sebagai pusat
pengembangan pariwisata (PPP) wajib memperhatikan sarana akomodasi, tempat hiburan,
toko cinderamata, jarak menuju ke atraksi wisata tidak boleh terlalu jauh, dan armada
transportasi perlu dibenahi dalam segi kuantitas, kualitas dan pelayanan karena sarana ini
yang mengantarkan turis ke obyek dan atraksi wisata yang hendak dikunjunginya.
Mengemas Pelayanan
Pengemasan fasilitas-fasilitas produk pariwisata yang baik tidak akan cukup
menarik turis bila tidak diberi roh. Pelayanan yaitu roh yang akan menggerakkan
aktivitas pariwisata sebab yang dibeli oleh turis yaitu pelayanan sejak dia
berangkat, datang ke area tujuan wisata dan kembali lagi ke tempat asal. Menurut
Sugiarto (1999:36) pelayanan yaitu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang, dan lainnya) yang
tingkat pemuasnya hanya dapat dirasakan orang yang sedang melayani maupun yang
dilayani.
Berkaitan dengan memberi pelayanan yang perlu diperhatikan yaitu tingkat
kepuasan turis . Agar turis terpuaskan selama melakukan perjalanan wisata,
maka jasa-jasa pariwisata harus dapat menunjukkan kualitas jasanya. Terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service.
Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas
jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan
pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika
jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa
dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada
kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan turis secara konsisten
(Tjiptono, 2002:60).
Berkaitan dengan memperlihatkan kualitas jasa yang berperan sangat penting
yaitu contact personnel atau orang-orang yang terlibat dalam pariwisata, seperti pegawai
pemerintah area , warga dan industri jasa. Mereka inilah aktor utama yang dapat
memuaskan turis . Sehingga usaha -usaha yang harus ditempuh untuk memuaskan
turis dengan cara setiap orang yang terlibat melayani turis harus memberi
pelayanan yang unggul (service excellence), seperti disarankan Elhaitammy (Tjiptono,
2002: 58) yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan;
berupa kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan.
Keempat komponen ini merupakan satu kesatuan pelayanan yang terintegrasi,
maksudnya pelayanan atau jasa menjadi tidak unggul bila ada komponen yang kurang.
Untuk mencapai tingkat unggul setiap orang harus memiliki ketrampilan tertentu, di
antaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan
sikap selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, tepat waktu, tidak tinggi hati karena
merasa diperlukan , menguasai pekerjaannya, mampu berkomunikasi dengan baik, bisa
memahami bahasa isyarat (gesture) turis , dan memiliki kemampuan menangani
keluhan turis secara tepat.
Mengemas pelayanan yang unggul bukanlah pekerjaan mudah. Akan tetapi bila hal
ini dapat dilakukan, maka area tujuan wisata yang menyelenggarakan pariwisata
akan dapat meraih manfaat yang besar, terutama berupa kepuasan dan loyalitas turis
yang besar. Untuk mewujudkan hal ini , perlu didukung komponen pariwisata yang
terlibat, seperti pemerintah area , warga , industri jasa. Wujud dukungan yang harus
dilakukan oleh komponen pariwisata yaitu bekerjasama dan berkomitmen membangun
pariwisata.
Pariwisata yaitu suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
warga , sehingga membawa berbagai dampak terhadap warga setempat. Bahkan
pariwisata dikatakan memiliki energi dobrak yang luar biasa yang mampu membuat
warga setempat mengalami metamorfose dalam berbagai aspeknya.
Interaksi yang bersifat akumulatif dan intensif antara turis dengan warga
setempat dapat menimbulkan dampak atau perubahan sosial budaya yang bersifat positif
ataupun negatif. Dengan kata lain, interaksi lintas budaya yang muncul dalam pariwisata
dapat menjadi keberuntungan atau malapetaka, dan hal ini sangat tergantung pada
kebijakan pengembangan pariwisata yang diterapkan oleh pemerintah setempat. Dampak
pariwisata dinilai bersifat negatif apabila menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak
diinginkan atau merugikan eksistensi kebudayaan warga setempat. Sebaliknya
dampak pariwisata dinilai positif apabila mampu memberi manfaat bagi kesejahteraan
ekonomi warga , revitalisasi dan konservasi bagi eksistensi kebudayaan warga
setempat, serta pelestarian lingkungan.
Pariwisata memberi peluang kepada warga setempat untuk memperoleh
berbagai manfaat dengan cara menawarkan barang atau jasa yang lazim pula disebut
produk wisata. Produk wisata ini terdiri dari tiga jenis, yaitu : (1) daya tarik area
tujuan wisata, termasuk pula citra yang dibayangkan oleh turis ; (2) fasilitas di area
tujuan wisata yang mencakup akomodasi, usaha pengolahan makanan, hiburan, dan
rekreasi; dan (3) kemudahan-kemudahan mencapai area tujuan wisata. Selain itu, produk
wisata tidak hanya memiliki segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang
bersifat sosial, psikologis, dan alamiah. Produk wisata itu dihasilkan oleh berbagai
perusahaan, warga , dan alam. Jasa angkutan, penginapan, dan penyelenggaraan
wisata merupakan jasa-jasa yang disediakan oleh berbagai perusahaan. Jasa-jasa seperti
kondisi jalan, keramahtamahan penduduk, keamanan dan kenyamanan, merupakan jasa-
jasa yang disediakan oleh warga . Keindahan pemandangan alam, pantai, hutan, laut,
dan sebagainya merupakan jasa-jasa yang disediakan oleh alam. Dalam kaitan ini tentu
tidak bisa pula diabaikan beraneka rupa produk wisata yang berbentuk benda seperti
berbagai jenis makanan, minuman, atau cinderamata yang sangat diperlukan oleh
turis . Keseluruhan barang dan jasa atau beberapa diantaranya merupakan hal yang
bisa ditawarkan oleh warga setempat kepada turis (soebandrio, 1989 : 88-89).
Pemanfaatan barang dan jasa baik yang disediakan oleh lingkungan alamiah
maupun lingkungan sosial budaya dapat menimbulkan dampak biofisik, dan atau sosial
ekonomi, serta sosial budaya . Dampak biofisik terutama
berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada sistem lingkungan alamiah, baik karena
rekayasa atau sebagai akibat ulah turis . Perubahan ekosistem karena rekayasa
merupakan tindakan yang disengaja dan secara sadar dimaksudkan untuk menambah daya
tarik objek wisata, misalnya pembangunan berbagai fasilitas pariwisata sehingga atau
aspek rekreasi yang didapat oleh turis dinilai melebihi daripada sebelumnya. Namun
disisi lain mungkin saja terjadi perekayasaan itu menimbulkan perubahan-perubahan yang
tidak diinginkan, karena menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. Sedangkan dampak
yang ditimbulkan oleh ulah turis yaitu perubahan atau gangguan yang terjadi
sebagai akibat dari kelakuan turis , baik disadari atau tidak disadari, disengaja atau
tidak disengaja, sehingga menimbulkan perubahan yang diinginkan atau tidak diinginkan
terhadap ekosistem. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa pengembangan suatu
area sebagai objek wisata dapat menimbulkan dampak biofisik, sosial ekonomi,
maupun sosial budaya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Selanjutnya, apapun
bentuk dampak ini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan warga yang pada
gilirannya dapat menurunkan jumlah kunjungan turis . Akhirnya manfaat yang
diterima oleh mereka yang mengelola atau bergerak dibidang usaha pariwisata dengan
sendirinya akan berkurang. Begitu sebaliknya, dampak sosial ekonomi yang memberi
kesuksesan secara otomatis akan memberi pengaruh positif terhadap kesejahteraan
yang mereka harapkan. dampak pariwisata merupakan wilayah kajian
yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam literatur, terutama dampak terhadap
warga lokal. Meskipun pariwisata juga menyentuh berbagai aspek kehidupan
warga seperti politik, keamanan, dan sebagainya, dampak pariwisata terhadap
warga dan area tujuan wisata yang banyak mendapat ulasan yaitu :
b. Dampak terhadap ekonomi
c. Dampak terhadap sosial budaya
d. Dampak terhadap lingkungan
Pada bab ini akan dibahas mengenai dampak positif dan negatif baik dibidang
ekonomi, sosial budaya dan fisik yang ditimbulkan dengan kehadiran pariwisata sebagai
roda penggerak ekonomi di area tujuan wisata.
Dampak Pariwisata terhadap Perekonomian
Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi atau
penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara, tanpa terkecuali di
negara kita . Namun demikian pada kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum
fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara. Seiring dengan hal di atas,
menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization) yang dikutip oleh
soebandrio (1993), pariwisata mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena delapan
alasan utama seperti berikut ini: (1) Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan
ekonomi nasional maupun international; (2) Pemicu kemakmuran melalui perkembangan
komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya; (3) Perhatian khusus
terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi; (4) Pemerataan
kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi turis pada sebuah destinasi;
(5) Penghasil devisa; (6) Pemicu perdagangan international; (7) Pemicu pertumbuhan dan
perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang
membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun, dan (8) Pangsa pasar bagi produk
lokal sehingga aneka ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi
pada area suatu destinasi. Pada sisi yang berbeda, walaupun pariwisata telah diakui
sebagai faktor penting stimulator penggerak perekonomian di beberapa negara di dunia,
namun pariwisata juga menyembunyikan beberapa hal yang jarang diungkap dan dihitung
sehingga sangat sulit untuk ditelusuri perannya atau kerugiannya. Berikut beberapa
dampak positif dan negatif pariwisata terhadap perekonomian.
Dampak Positif Pariwisata Terhadap Perekonomian
1. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan memicu perekonomian warga lokal
menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan memicu sektor keuangan
bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di beberapa
negara bahwa kedatangan turis ke sebuah destinasi wisata juga memicu
bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberi pelayanan dan kemudahan bagi
turis selama mereka berwisata.
2. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua,
yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata
pada area wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang
dikenakan kepada turis yang berkunjung.
3. Employment Generation
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa
sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang
kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran,
klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
4. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk
menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
turis dan juga warga local itu sendiri sebagai tuan rumah.
5. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali dipakai untuk mengukur nilai ekonomi pada
suatu area wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk
dihitung karena tidak semua pengeluaran turis dapat diketahui dengan jelas
seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi,
pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Perekonomian
1. Leakage
Kebocoran (leakage) dalam pembangunan pariwisata di area wisata dikategorikan
menjadi dua jenis kebocoran yaitu keboran import dan kebocoran export. Biasanya
kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan terhadap peralatan - peralatan
yang berstandar internasional yang dipakai dalam industri pariwisata, bahan
makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh warga lokal
atau dalam negeri. Khususnya pada negara-negara berkembang, makanan dan
minuman yang berstandar internasional harus didatangkan dari luar negeri dengan
alasan standar yang tidak terpenuhi, dan akibatnya produk lokal dan warga lokal
sebagai produsennya tidak biasa memasarkan produknya untuk kepentingan pariwisata
ini . Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya
yang harus dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang dianggap
berstandar internasional. Penelitian dibeberapa destinasi pada negara berkembang,
membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara 40% hingga 50% terhadap
pendapatan kotor dari sektor pariwisata, sedangkan pada skala perekonomian yang
lebih kecil, kebocoran terjadi antara 10% hingga 20%. Sedangkan
kebocoran export seringkali terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya
pada negara miskin atau berkembang yang cenderung memerlukan modal dan
investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya.
Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki
modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur
pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi mereka akan
mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi, hal inilah
yang disebut dengan “leakage” kebocoran export.
2. Enclave Tourism
“Enclave tourism” sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi wisata dianggap hanya
sebagai tempat persinggahan sebagai contohnya, sebuah perjalanan wisata dari
manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya singgah pada sebuah destinasi tanpa
melewatkan malam atau menginap di hotel-hotel yang telah disediakan industri lokal
sebagai akibatnya dalam kedatangan turis kapal pesiar ini manfaatnya
dianggap sangat rendah atau bahkan tidak memberi manfaat secara ekonomi bagi
warga di sebuah destinasi yang dikunjunginya.
3. Infrastructure Cost
Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor pariwisata yang berstandar internasional
dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan akibatnya cenderung akan
dibebankan pada sektor pajak dalam artian untuk membangun infratruktur ini ,
pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan artinya pungutan pajak terhadap
warga harus dinaikkan.
4. Increase in Prices (Inflation)
Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa dari turis akan memicu
meningkatnya harga secara beruntun “inflasi” yang pastinya akan berdampak negatif
bagi warga lokal yang dalam kenyataannya tidak mengalami peningkatan
pendapatan secara proporsional artinya jikalau pendapatan warga lokal
meningkat namun tidak sebanding dengan peningkatan harga-harga akan
memicu daya beli warga lokal menjadi rendah.
5. Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian menunjukkan sehatnya sebuah
negara, jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada
salah satu sektor tertentu seperti pariwisata misalnya, akan menjadikan sebuah negara
menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai akibatnya ketahanan ekonomi
menjadi sangat beresiko tinggi.
Di beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki sumberdaya yang
terbatas memang sudah sepantasnya mengembangkan pariwisata yang dianggap tidak
memerlukan sumberdaya yang besar namun pada negara yang memiliki sumberdaya
yang beranekaragam harusnya dapat juga mengembangkan sektor lainnya secara
proporsional.
6. Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim tertentu, seperti misalnya
musim ramai “high season” dimana kedatangan turis akan mengalami
puncaknya, tingkat hunian kamar akan mendekati tingkat hunian kamar maksimal dan
kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis pariwisata. Sementara
dikenal juga musim sepi “low season” di mana kondisi ini rata-rata tingkat hunian
kamar tidak sesuai dengan harapan para pebisnis sebagai dampaknya pendapatan
indutri pariwisata juga menurun hal ini yang sering disebut “problem seasonal”
berdasar pemaparan di atas, hampir semua literatur dan kajian studi lapangan
menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata pada suatu area mampu memberi
dampak-dampak yang dinilai positif, yaitu dampak yang diharapkan, bahwa peningkatan
pendapatan warga , peningkatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja,
peningkatan pendapatan pemerintah, dan sebagainya. Di samping berbagai dampak yang
dinilai positif, hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang
tidak diharapkan (dampak negatif).
Dampak Pariwisata Terhadap Sosial Budaya
Secara teoritikal-idealistis, antara dampak sosial dan dampak kebudayaan dapat
dibedakan. Namun sebagian besar ahli menggabungkan dampak sosial dan dampak budaya
di dalam pariwisata ke dalam judul “dampak sosial budaya”(the sociocultural impact of
tourism in a broad context). Menilai dampak sosial budaya pariwisata terhadap kehidupan
warga lokal merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit, terutama dari segi
metodologis. Salah satu kendala yang hampir tidak dapat diatasi yaitu banyaknya faktor
kontaminasi (contaminating factors) yang ikut berperan di dalam mempengaruhi
perubahan yang terjadi. Adalah sangat sulit mengisolasi suatu faktor penyebab, karena
warga tidak dapat diperlakukan seperti memperlakukan specimen dalam
laboratorium, di mana berbagai faktor dapat dikontrol. Dalam kaitannya dengan dampak
pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya warga , harus dilihat bahwa ada banyak
faktor lain yang ikut berperan dalam mengubah kondisi sosial budaya ini , seperti
pendidikan, media massa, transportasi, komunikasi, maupun sektor-sektor pembangunan
lainnya yang menjadi wahana dalam perubahan sosial budaya, serta dinamika internal
warga itu sendiri. Dengan kata lain, untuk melihat bahwa ada faktor lain yang
berperan, diperlukan perenungan terhadap sebuah pertanyaan negatif, yaitu” kalau tidak
ada pariwisata, apakah warga dan kebudayaan di suatu area akan tetap utuh
sebagaimana diidealkan oleh kaum romantisme, ataukah akan berubah juga seiring dengan
perkembangan dunia?”
Perlu juga dikemukakan bahwa dalam melihat dampak sosial budaya pariwisata
terhadap warga setempat, warga tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang
internally totally integrated entity,melainkan harus juga dilihat segmen-segmen yang ada,
atau melihat berbagai interest groups, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu
belum tentu sama bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak terhadap kelompok sosial
yang lain. Demikian juga mengenai penilaian tentang positif dan negatif, sangat sulit untuk
digeneralisasi untuk suatu warga , karena penilaian positif atau negatif ini sudah
merupakan penilaian yang mengandung “nila” (value judgement), sedangkan nilai ini
tidak selalu sama bagi segenap kelompok warga . Artinya dampak positif atau negatif
masih perlu dipertanyakan, “positif menurut siapa dan negatif menurut siapa?” Terlepas dari berbagai kendala yang disebutkan di atas, berbagai kajian teoritis dan
empiris yang dilakukan oleh sosiolog dan antropolog memang secara meyakinkan
menemukan adanya berbagai dampak pariwisata terhadap warga setempat, baik
pariwisata secara individual ataupun bersama-sama dengan kegiatan lainnya . Berikut beberapa dampak negatif dan positif pariwisata terhadap
budaya warga .
Dampak negatif pariwisata terhadap budaya warga :
1. Adanya komodifikasi tari-tarian sakral yang seharusnya hanya dipentaskan di
tempat suci tetapi dipertunjukkan ke hadapan turis .
2. Kerajinan tangan menjadi komoditi yang diperjualbelikan dan dijual dengan masal,
sehingga nilai seni dan estetika kurang diperhatikan karena disesuaikan dengan
tuntutan konsumen.
3. pemakaian simbol agama, artefak pada tempat-tempat yang tidak semestinya demi
mendapatkan daya tarik tamu.
Dampak positif
1. Dengan diminatinya kesenian dan kerajinan oleh para turis , membuat
penduduk lokal bergairah untuk mendalami seni tari dan seni budaya sendiri secara
lebih mendalam dan menggali potensi-potensi yang ada, contoh : tercipta seni tari
kreasi baru.
2. Timbulnya kebanggaan dari penduduk lokal dengan mengetahui bahwa seni tari
dan kebudayaannya dihormati dan dikagumi oleh orang luar.
3. Dengan adanya pariwisata berarti adanya pertemuan dua budaya yang berbeda
(cultural echange) yang pada akhirnya membuat para turis memahami
budaya lokal, sehingga pada akhirnya tercipta pengertian dan penghormatan
terhadap budaya selain dari budayanya para turis itu sendiri.
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap area tujuan wisata
biasanya terjadi secara tidak langsung (indirect) dan prosesnya berlangsung secara lama.
Pengaruh kegiatan pariwisata di negara-negara yang menerima kedatangan turis
(tourist receiving countries), dilihat dari sudut sosiologi belum banyak dilakukan.
Kenyataan di lapangan dengan berkembangnya pariwisata, orang-orang bebas bergerak
172
dari suatu tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan yang lain yang
sama sekali berbeda bangsa dan agama.
Masing-masing turis ternyata memiliki kebiasaan, tingkah laku dan keinginan
yang berbeda-beda bahkan bertolak belakang dengan tata cara hidup (the way of life)
warga yang dikunjungi. Gejala ini dapat membuat sektor pariwisata menjadi suatu
yang dianggap peka yang dapat mempengaruhi hubungan antarbangsa. Dengan masuknya
turis , sedikit banyak akan mempengaruhi penduduk setempat. Pengaruh itu dapat
positif dan dapat pula negatif, tergantung dari bagaimana mengatur perencanaan pariwisata
dilakukan. Sebagai contoh, kita angkat kasus yang terjadi di Bali sekarang.
Sejak masuknya arus modal secara besar-besaran ke Bali tahun 1980-an, terjadi
perubahan pola hidup warga yang akhirnya memilih menjadi rentenir atau calo jual
beli tanah. Walau sekitar 25 tahun yang lalu, tanah di Bali dapat dipakai tanpa dibayar
imbalan apa-apa, tetapi sekarang tanah sudah menjadi komoditi yang baru dapat dipakai
kalau kita berani membayar dengan mahal.
Dulu tanah hanya sebagai alat “sekunder” dalam sistem sosial ekonomi adat
warga Bali, tetapi sekarang situasinya sudah berubah sangat drastis sekali, tanah
dijadikan objek spekulasi, sehingga memberi dampak dalam kehidupan sosial ekonomi
warga Bali, yaitu munculnya orang-orang kaya dari hasil pencaloan dan penjualan
tanah.
Selain itu, pola pikir warga Bali kini jauh sudah berubah. Salah satu
penyebabnya yaitu meningkatnya urbanisasi tadi, yang akhirnya juga merubah stratifikasi
kehidupan sosial warga nya dan keadaan bertambah parah lagi dengan derasnya arus
masuk orang asing sampai-sampai ke desa yang sulit dikunjungi orang. Hal ini bisa dilihat,
hampir lebih dari 30% penduduk Bali sekarang ini sudah menjadi penduduk kota dan tiap
tahunnya tidak kurang dari 20.000 penduduk luar kota masuk ke Bali mencari kesempatan
hidup dalam sektor kepariwisataan. Gejala ini harus selalu dicermati, karena dapat
mempengaruhi sosio-ekonomi warga lebih parah.
Kita harapkan dengan adanya perencanaan pariwisata, kita hendaknya punya suatu
patokan untuk dijadikan pegangan : sikap kita, pariwisata dapat saja berjalan terus, tetapi
kita harus punya benang merah yang dapat memberi batas, sesuatu itu dapat saja berubah,
tapi harus tahu apa saja yang boleh berubah dan mana yang sama sekali tidak boleh
berubah. Dengan demikian pengembangan pariwisata tidak akan menimbulkan
kegoncangan bagi warga .
173
Menurut World Tourism Organization (WTO), pengaruh pariwisata terhadap
kehidupan sosial warga dapat disebabkan oleh 3 hal :
1. Polarization of the population
sesudah setempat sudah terpolarisasi. Perolehan pendapatan warga tidak
proporsional, kebanyakan penduduk ingin menjadi kaya secara mendadak dan
berusaha memburu dolar dengan jalan pintas tanpa memiliki keterampilan yang
berarti.
2. Breakdown of the family
Yang dimaksud dengan ini yaitu , dengan masuknya turis asing yang silih
berganti dan terjadinya intensitas pergaulan antara yang melayani dan yang diberikan
pelayanan, timbul ekses negatif demi memenuhi kebutuhan biologis masing-masing.
Pria asing mencari wanita setempat dan pemuda setempat menawarkan diri sebagai
gigolo. Akibat lebih jauh, banyak terjadi perceraian di area tujuan wisata ini .
3. Development of the attitudes of a consumption-oriented society : incidence of
phenomena of social pathology
Dalam hal ini, pengaruh lebih parah lagi, sebagai akibat berkembangnya tingkah laku
warga yang berorientasi pada konsumsi semata dan pengaruh penyakit
warga itu, maka muncullah : pelacuran, kecanduan narkoba, perdagangan obat
bius, mabuk-mabukan dan ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.
Namun demikian, segi positif dari kepariwisataan cukup banyak juga terhadap
kehidupan sosial warga , seperti hal-hal sebagai berikut :
1. Struktur Sosial
Sebagai akibat pengembangan pariwisata, terjadi :
-- Transaksi kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor pelayanan
-- Modernisasi dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen
-- Pemerataan pendapatan warga di area tujuan wisata yang akan
dikunjungi turis
-- Berkurangya perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau
pekerjaan
2. Modernisasi Keluarga
-- Kaum wanita memperoleh status baru, dari petani tradisional berubah menjadi
pedagang acung, pemilik toko cinderamata, restoran, atau bekerja pada
kerajinan tangan dan karyawan hotel
174
-- Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak, dari disiplin ketat
menjadi anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakan
3. Peningkatan dalam wawasan warga
-- Terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang positif, terutama dalam etiket
dan cara berkomunikasi antarsesama
-- Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negatif terhadap etnis.
8.3 Dampak Terhadap Lingkungan
Pariwisata merupakan fenomena sosial yang memiliki pengertian luas tergantung
dari tujuan dan pendekatan masing-masing. Pariwisata yang mengkaitkan banyak sektor
kegiatan, mendorong semua pihak khususnya pemerintah untuk menciptakan suatu kondisi
yang mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan. Hal ini
menjadi penting karena lingkungan pariwisata yang berbasiskan alam, budaya, dan
warisan, secara alami memiliki keterbatasan dalam mempertahankan kondisinya
terhadap fenomena kehidupan yang terus berubah dan berkembang. Kemajuan teknologi,
ilmu dan pengetahuan memicu perubahan perilaku manusia dalam usaha memenuhi
kebutuhan dan keinginannya, termasuk kebutuhan untuk bersenang-senang dengan
melakukan perjalanan, yang dalam berbagai kasus menjadi penyebab menurunnya kondisi
kepariwisataan baik fisik, sosial dan budaya.
Ding dan Pilgram (1995) mengemukakan, banyak bentuk dari kegiatan pariwisata
memiliki andil dalam menurunkan kondisi lingkungan dan cenderung merusak kegiatan
pariwisata. Erosi sumber daya alam, perusakan terhadap lingkungan pariwisata yang telah
dibangun, dan kekacauan/gangguan struktur sosial dari warga setempat merupakan
dampak dari indikator-indikator yang tidak dikehendaki yang muncul dari gelombang
turis . Pernyataan Ding dan Pilgram ini cukup beralasan, karena pada kenyataan
menunjukkan bahwa di beberapa tempat atraksi budaya, kesenian, ritual keagamaan,
peninggalan sejarah, dan nilai-nilai kewarga an telah banyak dikomersialkan oleh dua
pihak yang berkepentingan yaitu penjual dan pembeli produk wisata. Di pihak penjual,
kepentingannya yaitu ekonomi, sedangkan dari pihak pembeli kepentingannya yaitu
pemuasan kebutuhan dan keinginan. Penjual dan pembeli produk wisata yaitu permintaan
dan penawaran yang merupakan warga pariwisata yang aktivitasnya menimbulkan
berbagai dampak terhadap berbagai aspek, baik sosiologis, psikologis, politik, ekonomi,
175
kultur maupun lingkungan fisik. Berikut beberapa dampak positif dan negatif dari
perkembangan pariwisata terhadap lingkungan.
Beberapa dampak positif pariwisata terhadap lingkungan antara lain :
1. Konservasi dan preservasi pada area alami seperti : cagar alam, kebun raya,
suaka margasatwa.
2. Konservasi dan preservasi pada peninggalan sejarah dan situs arkeologi, seperti :
candi Borobudur, Prambanan, dan Tanah Lot
3. Pengenalan administrasi dan organisasi pada area wisata atau area yang
dijadikan objek wisata, sehingga area ini tertata dengan rapi dan banyak
dikunjungi turis asing dan lokal.
Sedangkan beberapa dampak negatif perkembangan pariwisata terhadap lingkungan antara
lain :
1. Pembuangan sampah secara sembarangan oleh para turis ketika mereka mendaki
gunung, contoh : pegunungan Himalaya di Tibet.
2. Ketidak hati-hatian dalam memakai api unggun ketika berkemah di tempat
berkemah atau kebun raya
3. Perusakan terumbu karang oleh para turis , dengan jalan memegang dan
mengambil sedikit bagian terumbu karang, dengan dalih untuk memuaskan rasa
ingin tahu mereka.
4. Polusi air laut yang ditimbulkan oleh tumpahan oli dan minyak dari motor boat dan
juga pembuangan limbah air dalam jumlah besar oleh hotel-hotel yang tinggal di
dekat pantai.
5. Reklamasi
6. Pencoretan pada dinding, bagian dari tugu-tugu bersejarah maupun dinding-dinding
candi oleh orang-orang yang mengunjungi tempat ini .
7. Ketidakmampuan infrastruktur (fasilitas-fasilitas) untuk menampung jumlah
turis pada musim tertentu, sehingga timbul polusi dan kemacetan di area
wisata.
Merujuk pada studi tentang our common future (1987) yang dilakukan oleh World
Commission on environment and development to the United Nations General Assembly,
dan Earth Summit di Rio De Jeniero 1992, menyarankan agar pembangunan yang
dilakukan, termasuk pariwisata harus mengacu pada sustainable development approach
sebagi isu global. Sebagai sebuah proses, sustainable development atau pembangunan
berkelanjutan harus memandang bahwa pembangunan merupakan sebuah integrated
176
system yang terdiri dari berbagai aspek kepentingan baik nasional maupun internasional,
dan dapat menjamin berlangsungnya kehidupan ekologi, sosial budaya serta ekonomi dan
merupakan tanggung jawab semua pihak.
Gambar 8.3 Sampah plastik masih menghantui hampir di seluruh lingkungan area tujuan
wisata (Foto diambil di Pelabuhan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur)
Gambar 8.4 Banyaknya turis melakukan kegiatan Diving akan merusak terumbu
karang (Foto diambil di Pelabuhan Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur)
177
1. Kapan pariwisata dikatakan berdampak baik itu positif dan negatif ?
2. Bagimana pariwisata mempengaruhi budaya lokal ?
3. Faktor apa yang menentukan sebuah Daerah Tujuan Wisata mendapatkan
keuntungan dari masuknya uang milik turis ?
4. Jelaskan ! Bagaimana dampak yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif
terhadap pengembangan pariwisata bila dilihat dari bidang :
a. Ekonomi
b. Budaya
c. Sosial
d. Lingkungan
5. Menurut pendapat Anda, bagaimana cara meminimalisasikan terhadap suatu
dampak negatif ?
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
178
Dalam dunia pariwisata, ada tiga faktor yang menentukan berhasilnya
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri. Ketiga faktor ini yaitu : Pertama,
tersedianya objek dan atraksi wisata, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
orang untuk mengunjungi suatu area tujuan wisata. Kedua, adanya fasilitas accessibility,
yaitu prasarana dan sarana perhubungan dengan segala fasilitasnya, sehingga
memungkinkan para turis mengunjungi suatu area tujuan wisata. Ketiga,
tersedianya fasilitas amenities, yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberi
pelayanan pada turis selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan. Ketiga faktor
ini merupakan syarat yang harus ada bila akan menjadikan suatu pariwisata sebagai
industri. Namun agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan
harapan atau tujuan maka dalam pengembangan pariwisata diperlukan suatu badan atau
organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelolanya.
Pada dasarnya, setiap negara yang membangun dan mengembangkan
kepariwisataan memerlukan suatu organisasi atau wadah yang dapat berfungsi membina
kepariwisataan, baik secara nasional, regional maupun internasional, dalam bentuk
organisasi pemerintah, semi pemerintah dan bukan pemerintah. Dalam pembentukan
organisasi kepariwisataan diperlukan suatu kebijakan atau aturan yang mendasarinya,
sehingga dapat diakui secara nasional dan dapat melakukan kegiatan kerja sama secara
nasional maupun internasional. Organisasi kepariwisataan yaitu suatu badan yang
langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan pelaksana kebijakan kepariwisataan
dalam ruang lingkup nasional maupun internasional, yang secara langsung melakukan
pengawasan dan memberi arahan dalam pengembangan kepariwisataan.
Di dalam organisasi yang bersifat internasional, diharapkan adanya kerja sama
antar negara sehingga dapat memahami kepentingan dari masing-masing negara terutama
dalam bidang kepariwisataan. Untuk itu, setiap organisasi diharapkan dapat meningkatkan
kegiatan-kegiatan yang bersifat internasional, regional maupun nasional. Di samping itu,
diharapkan dapat meningkatkan kerja sama antar negara secara bilateral atau multilateral,
BAB 9
ORGANISASI-ORGANISASI
KEPARIWISATA AN
179
yang bertujuan memperbesar jumlah kunjungan turis dan memperlancar arus
turis . Pada umumnya ada dua bentuk organisasi kepariwisataan yaitu organisasi
kepariwisataan yang dibentuk oleh pemerintah (government torurist office) dan organisasi
kepariwisataan yang merupakan asosiasi-asosiasi dengan bermacam-macam kelompok
perusahaan yang merupakan patner (rekanan) bagi government tourist office. Berikut akan
dijelaskan organisasi kepariwisataan yang berada dalam ruang lingkup nasional, regional
dan internasional.
9.1 Organisasi Kepariwisataan Nasional
1. Persatuan Hotel dan Restoran negara kita (PHRI)
Pembangunan industry pariwisata dapat diwujudkan dengan peran aktif para pelakunya,
termasuk badan usaha perhotelan, restoran/rumah makan, jasa pangan yang bersatu
dalam satu wadah. Agar wadah ini berhasil guna dan berdaya guna dalam
mengemban serta melaksanakan peranannya dalam pembangunan dan bagi kemajuan
anggota, maka badan usaha perhotelan dan jasa akomodasi, restoran/rumah makan dan
jasa pangan menghimpun diri dalam satu organisasi. Organisasi itu disebut
Perhimpunan Hotel dan Restoran yang merupakan kelanjutan dari negara kita Tourism
Association (ITHA), yang didirikan pada 9 Februari 1969 untuk jangka panjang yang
tidak ditentukan lamanya. PHRI berpusat di Ibukota Negara Republik negara kita
Kedaulatan organisasi yang berazaskan Pancasila sepenuhnya ada di tangan anggota dan
dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional ( MUNAS ).
Visi PHRI
-- Bahwa cita-cita kemerdekaan negara kita hanya dapat dicapai dengan mengisi
pembangunan nasional disegala bidang kehidupan dan berkesinambungan.
-- Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
meliputi juga pembangunan pariwisata, dan hanya dapat diwujudkan dengan
peran aktif para pelakunya termasuk badan usaha, perhotelan, restoran, jasa
pangan, lembaga pendidikan pariwisata serta jasa boga yang bersatu dalam satu
wadah.
-- Membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak dibidang
perhotelan, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
-- Turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional.
180
-- Membantu dan membina para anggota, memberi perlindungan, menerima
masukan, memberi bimbingan dan konsultasi serta pendidikan dan pelatihan
untuk meningkatkan mutu hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan, serta lembaga
pendidikan pariwisata.
-- Menggalang kerjasama dan solidaritas sesama anggota dan seluruh unsur serta
potensi kepariwisataan nasional maupun internasional.
-- Berperan aktif dalam kegiatan promosi di dalam dan di luar negeri, untuk
meningkatkan dan memantapkan iklim usaha kepariwisataan.
-- Melakukan kegiatan penelitian, perencanaan dan pengembangan usaha.
-- Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai asosiasi profesi bidang
hotel, restoran, jasa boga, jasa pangan dan lembaga pendidikan pariwisata.
Misi PHRI
Beragam misi penting diemban PHRI sebagai organisasi yang memayungi
anggota-anggotanya yang bergerak di bidang perhotelan, restoran, jasa boga
serta lembaga pendidikan pariwisata, diantaranya mengembangkan potensi
anggota, bimbingan, konsultasi, penggalangan kerjasama & solidaritas,
memberi perlindungan, promosi dalam & luar negeri, serta penelitian,
perencanaan pengembangan usaha.
Susunan Organisasi PHRI terdiri dari:
-- Badan Pimpinan Pusat ( BPP ) berkedudukan di Ibukota Negara
-- Badan Pimpinan Daerah ( BPD ) berkedudukan di Ibukota Propinsi
-- Badan Pimpinan Cabang ( BPC ) berkedudukan di Ibukota Tingkat II/kabupaten
Kekuasaan dan Wewenang dipegang oleh:
-- Kekuasaan dan wewenang organisasi dipegang oleh Musyawarah Nasional
(MUNAS), Musyawarah Daerah (MUSDA), dan Musyawarah Cabang
(MUSCAB)
-- Musyawarah Daerah (MUSDA) merupakan forum musyawarah untuk memilih
Pengurus Daerah sebagai pembantu dan pelaksana kebijakan Badan Pimpinan
Pusat di area dan Dewan Anggota.
181
-- Musyawarah Cabang (MUSCAB) merupakan forum musyawarah untuk memilih
Pengurus Cabang sebagai pelaksana kebijakan Badan Pimpinan Pusat dan Badan
Pimpinan Daerah di cabang.
2. Asosiasi Perusahaan Perjalanan negara kita (ASITA)
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata negara kita yang di dalam Bahasa Inggris
juga dikenal dengan Association of the negara kita n Tours and Travel Agencies (ASITA)
yaitu suatu perkumpulan yang mewadahi pengusaha atau pelaku usaha di bidang jasa
perjalanan wisata di negara kita . Perusahaan Perjalanan Wisata negara kita sebagai salah satu
rantai dalam jajaran industri pariwisata sepakat untuk mempersatukan niat dan tekad dalam
memajukan kepariwisataan negara kita melalui wadah persatuan dan kesatuan yang segala
sesuatunya dapat dilakukan dengan pengaturan. Untuk meningkatkan profesionalisme dan
profiabilitas perusahaan, para anggota, dengan cara perwakilan dalam rangka kemitraan
dengan kalangan industri dan pemerintah, mutlak menyelenggarakan pendidikan, pelatihan
dan identifikasi masalah guna meningkatkan rasa kepuasan jasa penjualan wisata. Asosiasi
Perusahaan Perjalanan Wisata negara kita (Association of The negara kita n Tours and Travel
Agencies/ASITA) didirikan di Jakarta pada 7 Januari 1971 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya. ASITA memiliki empat fungsi strategis untuk kemajuan industri
pariwisata negara kita :
-- Mewakili dan memperjuangkan kepentingan anggota, menampung saran dan
memperjuangkan aspirasi anggota.
-- Mengembangkan kemampuan dan meningkatkan keterampilan para anggota
agar dapat mencapai kinerja yang lebih baik.
-- Mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan pemerintah
dan ketentuan lain di bidang usaha perjalanan wisata.
-- Menjaga etika usaha, mencegah persaingan tidak sehat, mediasi serta
menggalang kerjasama untuk kepentingan anggota & kepariwisataan.
3. Asosiasi Perusahaan Impresariat negara kita (ASPINDO)
Asosiasi Perusahaan Impresariat negara kita yang disingkat dengan ASPINDO
merupakan suatu wadah organisasi profesi dari kalangan swasta yang bersifat non politik
dan mandiri, yang menghimpun perusahaan-perusahaan jasa impresariat negara kita untuk
melakukan kegiatan dan berusaha di bidang impresariat.
182
Usaha jasa impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik
berupa mendatangkan, mengirim, maupun pengembalian artis/seniman, olahragawan
negara kita maupun asing serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan kegiatan usaha
impresariat meliputi bidang seni dan olahraga yang bersifat eksibisi. ASPINDO dibentuk
pada 16 April 1993 dan berkedudukan di Jakarta dan didirikan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya.
4. Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi negara kita (PUTRI)
Objek wisata yang berupa tempat atau keadaan alam, tata hidup, seni budaya serta
peninggalan sejarah bangsa, dan perwujudan ciptaan manusia yang menarik untuk
dikunjungi turis , merupakan titik sentral dari usaha pengembangan kepariwisataan
nasional. Untuk itu, perlu dikembangkan secara terencana, terarah dan terpadu disertai
usaha inovatif secara berkesinambungan atas dasar pengkajian pola dan jenis permintaan.
Atas dasar itu disadari perlu adanya suatu wadah perjuangan kepentingan bersama dan
sarana pengabdian profesi dalam usaha pengelolaan objek wisata dengan membentuk suatu
perhimpunan. Dengan menyadari sepenuhnya hal-hal ini , dengan memohon
bimbingan Tuhan Yang Maha Esa, para pendiri organisasi dengan penuh ketulusan dan
keikhlasan merasa memerlukan suatu wadah kegiatan berupa perhimpunan. PUTRI
didirikan pada 10 November 1977 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
5. Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta (Gahawisri)
Gahawisri merupakan sebuah organisasi yang mengkhususkan diri pada partisipasi
dan mengambil bagian dalam usaha, praktisi langsung dari setiap aspek kegiatan wisata
bahari, termasuk dalam penyediaan service dan sarana, berdedikasi untuk meletakkan
posisinya, agar dapat secara langsung bekerjasama dengan setiap institusi pemerintah,
warga , akademisi, yang berkaitan dengan pengembangan wisata baharidi negara kita .
Potensi umum wisata bahari yang dikembangkan di gahawisri yaitu olah raga
memancing, olah raga layar (yachting), olah raga selam, keindahan pantai, kegiatan pesisir,
akomodasi marina, dermaga atau rumah gudang kapal, penyewaan kapal, pembuatan kapal,
selancar air. Gahawisri berperan dan bertanggung jawab untuk memberdayakan dan
menguatkan seluruh aspek kegiatan wisata bahari. Selain itu, gahawisri mengembangkan
dan menegakkan hukum maritim, prosedur dan aturan dan kerjasama internasional di
bidang konservasi di wilayah negara kita yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara
183
wisata bahari di negara kita . Dengan demikian, citra negara kita menjadi positif dan
meningkatkan kebanggaan sebagai warga negara negara kita .
5. Asosiasi Kawasan Pariwisata negara kita (AKPI)
Pengembangan area pariwisata merupakan bagian yang terpadu dengan
rencana pengembangan area yang harus didasarkan kepada Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata (RIPP), karena aset yang akan dimanfaatkan sangat peka
terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Pengembangan area pariwisata pada umunya mencakup lahan yang cukup luas dan
beragam permasalahnya. Kepemilikan lahan tidak selalu ada pada pemerintah, tetapi juga
yang dikuasai oleh warga setempat. Untuk pengembangan area pariwisata cukup
besar, karena menyangkut penyediaan prasarana dan sarana, bahkan ada sementara pihak
yang beranggapan bahwa penyediaan ini menjadi tanggung jawab pemerintah.
Demikian pula halnya dengan pembebasan lahan/tanah, pemerintah area harus selalu
dilibatkan karena dalam proses dan pelaksaannya akan lebih dan cepat karena pemerintah
area lebih mengetahui dan memahami tentang keadaan dan permasalahan lahan ini
jika dibandingkan dengan pemerintah pusat dan pengusaha.
6. warga Pariwisata negara kita (MPI)
Pembangunan dan pengembangan pariwisata yaitu tugas dari setiap komponen
warga madani untuk mencapai hasil dan memperoleh manfaatnya. warga
Pariwisata negara kita menempatkan diri sebagai forum, untuk menunjang aspirasi semua
pihak secara dinamis, dalam kerangka pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.
Peranserta warga menempati posisi penting dalam pembanguna kepariwisataan
nasional dengan menyumbangkan dharma baktinya dalam sektor pariwisata yang sangat
berharga bagi bangsa dan negara. MPI merupakan hasil reformasi di bidang pembangunan
pariwisata yang diprakarsai oleh forum dialog pariwisata (FDP) dan dideklarasikan pada
21 Juli 1998 dan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan berpusat
di ibukota Negara Republik negara kita .
7. Ikatan Juru Masak Profesional negara kita (IJUMPI)
Untuk mewujudkan partisipasi dan peran para juru masak professional secara
efektif dan efisien guna mencapai cita-cita yang dimaksud yaitu suatu keharusan bagi
seluruh juru masak untuk bersatu dalam suatu wadah organisasi profesi, sehingga dalam
184
akselerasi pembangunan sekarang ini mampu menjalankan fungsi dan tugas pengabdian
pada negara dan bangsa, dengan tetap berpegang pada UUD 45 dan falsafah Pancasila.
Didorong oleh kesadaran, rasa tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan ini , maka
didirikan organisasi kewarga an sebagai modal bersatunya para juru masak profesional
yang diberi nama Ikatan Juru Masak Profesional negara kita . IJUMPI didirikan di Jakarta
pada 19 Februari 1987.
8. Himpunan Pramuwisata negara kita (HPI)
Himpunan Pramuwisata negara kita merupakan organisasi swasta nonpolitik dan
mandiri yang merupakan wadah tunggal pribadi-pribadi yang memiliki profesi sebagai
pramuwisata. Himpunan Pramuwisata negara kita (HPI) disahkan pada 4 Oktober 1988 di
Palembang (Sumatera Selatan) dalam acara Musyawarah Nasional I Pramuwisata seluruh
negara kita .
9. Hotel Human Resources Managers Association (HHRMA)
Wadah tempat berkumpulnya para manajer HRD dari hotel-hotel berbintang dan
apartemen seluruh negara kita . Tujuannya yaitu untuk menyatukan visi dan misi dari
berbagai pemimpin Departemen HRD agar dapat saling menukar informasi tentang sumber
daya manusia yang andal. Kemajuan dan perkembangan sebuah manajemen usaha sangat
tergantung dari sumber daya manusia yang profesional dan tangguh.
10. Himpunan Penulis Pariwisata (HPP)
Organisasi ini didirikan pada tanggal 12 Maret 1977 dan berkantor pusat di Jakarta.
Maksud dan tujuan HPP yaitu untuk menghimpun para penulis pariwisata serta
meningkatkan kepariwisataan negara kita . Usaha-usahanya yaitu melalui peningkatan
kemampuan para penulis, komunikasi timbal balik, mengadakan ceramah, diskusi dan
melakukan penulisan apresiasi, penulisan promosi, pembahasan atau analisa
kepariwisataan dan dalam mass media.
9.2 Organisasi Kepariwisataan Regional
1. Sejarah Perkembangan Organisasi Kepariwisatan Regional
185
Organisasi perintis bagi kerja sama di area regional Asia Tenggara ini disebut
Perhimpunan Asia Tenggara, lazim disebut ASA, yang didirikan bersama oleh Malaysia,
Filipina dan Thailand melalui Deklarasi Bangkok pada 31 Juli 1967 yang bersejarah itu.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN merupakan pertumbuhan
langsung dari ASA, dan terdiri dari ketiga negara anggota ASEAN, ditambah dengan
negara kita dan Singapura. ASEAN terbentuk setelah berlangsung perundingan-perundingan
di Filipina dan di Bangkok (Thailand), dimana tercapai kesepakatan antara kelima negara
untuk memperluas ASA dan member nama baru melalui gagasan yang disebut
DEKLARASI ASEAN atau DEKLARASI BANGKOK.
Presidium Menteri Urusan Politik/Menteri Luar Negeri negara kita , Wakil Perdana
Menteri Malaysia, Menteri Luar Negeri Filipina, Menteri Luar Negeri Singapura dan
Menteri Luar Negeri Thailand. Memperhatikan adanya kepentingan-kepentingan dan
masalah-masalah bersama di kalangan negara-negara Asia Tenggara, dan merasa yakin
akan perlunya usaha untuk lebih memperkokoh ikatan-ikatan solidaritas regional dan kerja
sama yang ada. Adanya Hasrat untuk membentuk suatu kesatuan landasan yang teguh
untuk kegiatan-kegiatan bersama guna meningkatkan kerja sama regional di Asia Tengara
atas dasar jiwa persamaan dan persekutuan dan dengan demikian memberi sumbangan
kearah terwujudnya perdamaian, kemajuan dan kemakmuran di wilayah ini. Menyadari
bahwa di dunia ini dimana saling ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lain
bertambah, maka cita-cita bagi perdamaian, kemerdekaan, keadilan sosial dan
kesejahteraan ekonomi akan terlaksana sebaik-baiknya dengan jalan memelihara saling
pengertian, bertetangga baik dan kerja sama yang berarti di kalangan negara-negara
wilayah ini, yang satu dengan yang lainnya sudah terikat oleh hubungan-hubungan sejarah
dan kebudayaan. Anggota ASEAN terdiri atas Brunei Darussalam, negara kita , Kamboja,
Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
2. Jenis-Jenis Organisasi Kepariwisataan Regional
a. Asean Tourism Association (ASEANTA)
Sebagai pelaksana Deklarasi ASEAN yang ditandatangani pada 8 Agustus 1967 di
Bangkok dan untuk mewujudkan kerja sama regional antar bangsa di area Asia
Tenggara, maka di dalam sidang-sidang para Menteri Luar Negeri ASEAN, sejak tahun
1967, bidang pariwisata telah menjadi salah satu pokok pembahasan, karena disadari
bahwa melalui pengembangan pariwisata diharapkan kerja sama ASEAN akan lebih
186
mewarga . ASEANTA dibentuk dala rangka meningkatkan kerja sama dalam
mempromosikan periwisata antar negara-negara ASEAN.
b. Asian Association of Conservation and Visitors Bureans (AACVB)
Asian Association of Conservation and Visitors Bureans (AACVB) yaitu suatu
asosiasi kepariwisataan yang bergerak di bidang pengembangan dan pembinaan usaha
konservasi di area Asia. Asosiasi ini dibentuk pada tahun 1983 di Manila dan
berkantor Pusat di Macao. Keanggotam AACVB meliputi antara lain: Organisasi Hotels,
Airlines, Professional Congress Organizer (PCO), Specialist Travel Agents dan
Transportation Companies.
c. ASEAN Permanent Committee on Tourism (ASEAN PCT)
ASEAN PCT merupakan salah satu bagian dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara yang bergerak di bidang kepariwisataan yang dibentuk pada tahun 1969.
Kedudukan sekretariat organisasi ini bergilir mengikuti negara dari ketua organisasi ini.
Tujuan ASEAN PCT yaitu meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu
kepentingan bersama dalam bidang perjalanan dan pariwisata.
d. ASEAN Hotel and Restaurant Association (AHRA)
AHRA yaitu perhimpunan hotel dan restoran di area ASEAN. Kantor
pusatnya di Singapura. Usaha dan tujuan AHRA yaitu menerbitkan ASEAN Hotel and
Restaurant Directory, menyelenggarakan pendidikan dan konferensi tahunan untuk
merumuskan dan mencari pemecahan masalah-masalah kepariwisataan ASEAN
9.3 Jenis-Jenis Organisasi Tingkat Subregional
a. Segitiga Pertumbuhan negara kita , Malaysia dan Thailand (negara kita , Malaysia,
and Thailand Growth Triangle/IMT-GT)
Pengembangan segitiga pertumbuhan (growth triangle) IMT-GT dimulai dengan
pertemuan bilateral tingkat menteri dan pejabat tinggi di Pulau Langkawi, Malaysia pada
20 Juli 1993. Kerja sama segitiga pertumbuhan ini melibatkan dua provinsi negara kita ,
yaitu Sumatera Utara dan Aceh. Empat negara bagian Malaysia, yaitu Perak, Penang,
Kedah, Perlis dan empat belas provinsi di selatan Thailand. Dalam pertemuan IMT-GT di
Penang Desember 1994, diputuskan untuk mengikutsertakan juga provinsi Sumatera Barat
dalam kerja sama ini.
187
b. Segitiga Pertumbuhan negara kita , Malaysia dan Singapura (negara kita , Malaysia,
and Singapore Growth Triangle/IMS-GT)
Keberhasilan kerja sama pertumbuhan IMS-GT sebagai model kerja sama sub
wilayah yang pertama kalinya dibentuk, menginspirasikan pembentukan kerja sama sub
wilayah lainnya. Batam yang masuk dalam Provinsi Riau memiliki letak yang sangat
strategis karena kedekatan letaknya dengan Singapura dan Johor. Gagasan pertama
pengembangan Pulau Batam diperkenalkan oleh BJ Habibie ini disebut sebagai Teori
Balon. Singapura sebagai balon pertama telah mencapai titik yang optimal dan Batam
yaitu balon kedua. Pada tahun 1989, Deputi Perdana Menteri Singapura, Goh Chok Tong
mengungkapkan gagasan kerja sama trilateral yang mencangkup Singapura, Johor dan
Riau. Konsep segitiga pertumbuhan merupakan jalan keluar bagi Singapura yang
mengalami peningkatan biaya produksi dan bisnis sebagai akibat dari pertumbuhan
ekonomi yang sangat pesat selama dua dasawarsa.
c. Kawasan Pertumbuhan ASEAN Bagian Timur: Brunei, negara kita , Malaysia dan
Filipinan (Brunei, negara kita , Malaysia and the Philippines-East ASEAN Growth
Area/BIMP-EAGE)
Kerja sama area pertumbuhan ASEAN bagian timur (East ASEAN Growth
Area/BIMP-EAGE) ini diikuti oleh empat negara di area Timur ASEAN, yaitu Brunei
Darussalam, negara kita (Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Utara),
Malaysia (Sabah, Serawak dan Labuan), Filipina (Mindanai dan Palawan).
Kerja sama BIMP-EAGA ini dibentuk untuk merangsang minat para investor lokal dan
asing untuk melakukan investasi dan meningkatkan perdagangan di kawsan timur ASEAN.
Tujuan pembentukan BIMP-EAGA yaitu mengembangkan kerja sama sub regional
antara negara-negara anggota dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
area ini . Sektor kerja sama yang diprioritaskan yaitu perhubungan udara dan
laut, perikanan, pariwisata, energi, kehutanan, pengembangan sumber daya manusia dan
mobilitas tenaga kerja.
9.4 Organisasi Kepariwisataan Internasional
1. WTO (World Tourism Organization)
World Tourism Organization (WTO) didirikan pada 27 September 1970 dan secara
aktif bekerja pada 1 Januari 1976.WTO dibentuk sebagai transformasi dan Internasional
188
Union Official of Travel Organization (IUOTO) yang didirikan pada 1924 di Den Haag-
Belanda. WTO merupakan organisasi internasional antara pemerintah berstatus Badan
Konsultatif PBB dan berkantor pusat di Madrid-Spanyol. Keanggotaan WTO berdasar
Sidang Umum XIII Tahun 1999 terdiri dari:
a. 133 negara anggota penuh/Full Member (Badan pemerintah yang menangani
kepariwisataan nasional)
b. 5 anggota asoociate (Badan pemerintah yang menangani kepariwisataan area )
c. 1 permanent observer
d. 329 anggota affiliasi (Organisasi-organisasi non-komersial swasta maupun badan
usaha swasta yang bergerak di bidang riset, promosi, media pariwisata dan
sebagainya).
Kegiatan Pokok WTO
Secara garis besar kegiatan utama WTO meliputi enam bidang, yaitu:
a. Kerja sama di bidang pengembangan kepariwisataan
Memberi nasihat dan bantuan kepada pemerintah secara luas seperti menyusun master
plan, studi kelayakan, kebutuhan tentang penanaman modal, transfer teknologi di
bidang pemasaran dan promosi.
b. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
Merupakan wadah strategis bagi penyelenggara pendidikan dan pelatihan di bidang
kepariwisataan termasuk di dalamnya kursus “Pelatihan untuk Pelatih, kursus jangka
pendek dan kursus jarak jauh, dan pendirian pusat-pusat pendidikan dan pelatihan
WTO”.
c. Bidang Lingkungan dan Perencanaan
WTO bergerak di bidang pengembangan kepariwisataan yang berkesinambungan yang
juga memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Dalam hal ini WTO turut berpartisipasi
dalam forum-forum internasional yang berkaitan dengan lingkungan seperti pertemuan
puncak Tentang Bumi di Rio de Janeiro dan Seminar Bumi di Kanada.
d. Bidang Kualitas Pelayanan Kepariwisataan
Liberalisasi, kesehatan dan keamanan merupakan isu penting di dalam peningkatan-
peningkatan di bidang kepariwisataan. WTO berusaha mengurangi hambatan-
hambatan yang timbul di dalam pengembangan pariwisata dan mendorong terciptanya
liberalism usaha di bidang kepariwisataan.
e. Bidang Statistik dan Penelitian Pasar
189
WTO menjadi pusat data dan analisa pariwisata yang memiliki koleksi lebih dari 180
negara. WTO secara berkesinambungan memonitor dan menganalisa kecenderungan-
kecenderungan (trend) perkembangan kepariwisatan dunia. Untuk itu diterbitkan buku
yang komprehensif dan dibagikan kepada anggota.
f. Bidang Komunikasi dan Demokrasi
Bidang ini yaitu unit yang melaksanakan publikasi dan Pusat Informasi bagi pers
berkaitan dengan kegiatan WTO.
2. Pasific Asia Travel Association (PATA)
Pasific Asia Travel Association (PATA) yaitu suatu organisasi pariwisata
internasional yang bertujuan untuk mempromosikan seluruh area /area Asia Pasifik
dan Amerika Utara sebagai area wisata yang menarik. PATA didirikan pada 1951 di
Hawaii, dan pada 1952 diselengarakan Sidang Tahunan I di Honolulu. Asosiasi ini bersifat
tidak mencari keuntungan (non-profit). Walaupun dalam tubuh asosiasi tergabung
organisasi-organisasi yang hampir seluruhnya saling bersaing, namun ada satu
konsensus bahwa tugas utama setiap anggota yaitu memperbesar jumlah kunjungan
turis ke Asia Pasifik dan Amerika Utara yang dengan sendirinya berarti
meningkatkan tourism revenue setiap anggota.
Untuk menjamin komunikasi yang efektif dengan kantor pusat dalam melaksanakan
tugasnya, di negara-negara anggota PATA dibentuk suatu badan yang dinamakan PATA
CHAPTER. Saat ini ada dua macam PATA CHAPTER , yaitu:
a. Promotion Chapter, yang bertujuan menyelenggarakan kegiatan penerangan dan
promosi pariwisata
b. Regional Chapter, yang bertujuan memajukan kepentingan bersama di area tujuan
wisata tertentu di area Pasifik.
Sebagai suatu organisasi yang mencakup lebih dari 1/3 area permukaan bumi,
PATA bertujuan untuk memberi keuntungan-keuntungan kepada para anggotanya,
dengan misinya memberi andil pada pertumbuhan nilai dan kualitas berdasar
pengalaman dari kepariwisataan di lingkungan Negara Asia Pasifik.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh PATA antara lain:
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan pelatihan
b. Pemutakhiran data menyangkut kecenderungan industri pariwisata
c. Pelayanan jasa pemberian sarana secara professional dan perencanaan
pembentukan suatu tugas (Task Force)
190
d. Program kepemimpinan dan program yang berkaitan dengan konservasi alam dan
budaya
e. Bantuan pengembangan pariwisata dan penyusunan kebijaksanaan penanaman
modal
f. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, promosi dan usaha penjualan
g. Memperluas peluang mencari pasar baru
h. Menyelenggarakan forum sebagai wahana pertemuan pemuka-pemuka pariwisata
di negara-negara Asia-Pasifik.
3. Internasional Congress and Convention Association (ICCA)
Internasional Congress and Convention Association (ICCA) yaitu suatu asosiasi
profesi yang berskala internasional yang secara khusus menitikberatkan tujuannya kepada
pengembangan dan pembinaan pengelola kongres, konvensi dan eksibisi. ICCA didirikan
pada tahun 1964 berkantor pusat di Amsterdam-Belanda. Asosiasi ini pada posisi Januari
tahun 1997 memiliki lebih dari 467 anggota yang berasal dari 44 negara. negara kita masuk
menjadi anggota pada tahun 1981.
Maksud dan tujuan ICCA yaitu :
a. Menyelenggarakan dan mempromosikan kongres, konvensi dan eksibisi internasional
b. Menawarkan jasa-jasa tenaga ahli di bidang kongres, konvensi dan eksibisi termasuk
mengenai pengaturan fasilitas perjalanan
c. Menawarkan kepada setiap anggota keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh
dari penyelenggaraan kongres, konvensi dan eksibisi.
4. Universal Federation of Travel Agent Association (UFTAA)
UFTAA yaitu organisasi dari perhimpunan biro-biro Perjalanan yang dibentuk
pada tahun 1966. Tujuannya yaitu untuk memberi perlindungan kepada biro-biro
perjalanan melalui perhimpunan biro perjalanan serta memberi bantuan moral,
material, keahlian dan teknik yang diperlukan agar biro perjalanan dapat memperoleh
kedudukan yang layak di kalangan industri pariwisata dunia. Keanggotaannya terdiri dari
tiga kategori:
a. Full Member, terdiri dari asosiasi biro perjalanan nasional
b. Registered Member, terdiri dari biro-biro perjalanan anggota asosiasi biro perjalanan
nasional di negara yang bersangkutan
c. Registered Enterprises, terdiri dari industri-industri kepariwisataan lainnya.
191
5. International Air Transport Association (IATA)
IATA yaitu organisasi penerbangan yang menyelenggarakan pengangkutan
internasional yang menetapkan standar biaya, dokumen, frekuensi dan rute penerbangan.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1945 dengan kantor pusat di Genewa (Swiss). Garuda
negara kita Airways (GIA) menjadi anggota sejak tahun 1952.
Tujuan IATA yaitu untuk mempromosikan dan memajukan angkutan udara/jaringan
penerbangan yang berkaitan langsung dengan angkutan udara internasional,
mengadakan kerja sama yang baik diantara perusahaan penerbangan maupun denagn
organisasi/badan lainnya. Keanggotaan IATA terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Active Member, hanya dapat diwakili oleh perusahaan penerbangan nasional yang
menyelenggarakan penerbangan internasional
b. Association Member, selain active member juga biro-biro perjalanan yang ditunjuk
oleh IATA untuk menjadi agen perusahaan penerbangan.
192
1. Kenapa organisasi kepariwisataan sangat penting keberadaannya ?
2. Kapan organisasi-organisasi kepariwisataan memiliki peran yang sangat signifikan
dalam kemajuan dari industri pariwisata ?
3. Bagaimana selama ini terhadap koordinasi serta komunikasi organisasi-organisasi
kepariwisataan yang ada di suatu area ?
4. Bagaimana pola sinergitas organisasi-organisasi kepariwisataan yang ada di level
nasional, regional, dan internasional ?
5. Bagaimana cara mengetahui efektif tidaknya keberadaan suatu organisasi
kepariwisataan baik di tingkat nasional, regional, dan internasional ?
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI
193
Menurut Soedjarwo (1978), perkembangan pariwisata di suatu area ataupun
suatu negara akan meningkat terus karena :
(a) Jumlah penduduk yang bertambah terus dari waktu ke waktu. Di samping itu
adanya kecenderungan penduduk yang bertempat tinggal di kota semakin lama
semakin meningkat.
(b) Pendapatan perkapita penduduk semakin lama semakin meningkat. Hal ini
sejalan dengan peningkatan pembangunan ekonomi di banyak negara baik
negara industri maupun negara sedang membangun. Meningkatnya pendapatan
perkapita, kemampuan daya beli yang lebih tinggi, membelanjakan pendapatan
jauh lebih besar yang memungkinkan orang-orang bergabung dalam bentuk
wisata yang alami, dan memungkinkan orang mengadakan perjalanan lebih jauh
dari tempat tinggalnya.
(c) Tingkat mobilitas penduduk yang semakin lama semakin tinggi. Bertambahnya
mobilitas, kemajuan-kemajuan pembangunan dalam bidang transportasi,
khususnya transportasi darat dan udara memicu perjalanan lebih mudah,
cepat dan nyaman. Dengan demikian makin panjang jalan ke tujuan wisata,
makin banyak memberi keuntungan bagi banyak sektor yang terkait dalam
pengelolaan kepariwisataan.
(d) Ada kecenderungan jumlah penduduk kelompok umur remaja dan muda
semakin lama semakin tinggi. Hal ini menimbulkan suatu peluang yang cukup
besar.
berdasar pemaparan di atas, sehingga prospek pariwisata ke depan sangat
menjanjikan bahkan sangat memberi peluang besar bagi perkembangan pariwisata itu
sendiri. Di samping itu, apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah turis
internasional (inbound tourism) berdasar perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang
(tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta
dan 438 juta orang berada di area Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu
BAB 10
PROSPEK PARIWISATA KE DEPAN
194
menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Di samping itu,
prospek perkembangan pariwisata ke depan tidak akan bisa terbendung lagi oleh
kemajuan-kemajuan dan perubahan yang mampu meningkatkan kunjungan turis .
berdasar perkiraan WTO ini di atas, maka para pelaku pariwisata seyogyanya
melakukan perencanaan yang matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus
menangkap peluang yang akan “bersliweran ” atau lalu lalang di area kita.
Pemanfaatan peluang harus dilakukan melalui pendekatan “re-positioning ” keberadaan
masing-masing kegiatan pariwisata dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan
produk pariwisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber
daya manusia yang berkualitas. Ada beberapa indikator yang mempengaruhi prospek
pariwisata ke depan, yaitu :
10.1 Perubahan Pola Konsumsi
Disamping jumlah turis mancanegara yang makin meningkat, saat ini pun
telah terjadi perubahan consumers-behaviour pattern atau pola konsumsi dari para
turis . Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai dan menikmati sun-sea and sand,
saat ini pola konsumsi mulai berubah ke jenis wisata yang lebih tinggi, yang meskipun
tetap santai tetapi dengan selera yang lebih meningkat yakni menikmati produk atau kreasi
budaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage) serta nature atau ekowisata dari suatu
area atau negara.
Perubahan pola wisata ini perlu segera disikapi dengan berbagai strategi
pengembangan produk pariwisata maupun promosi baik disisi pemerintah maupun swasta.
Dari sisi pemerintahan perlu dilakukan perubahan skala prioritas kebijakan sehingga peran
sebagai fasilitator dapat dioptimalkan untuk mengantisipasi hal ini. Disisi lain ada porsi
kegiatan yang harus disiapkan dan dilaksanakan oleh swasta yang lebih memiliki sense
of business karena memang sifat kegiatannya berorientasi bisnis. Dan dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka
perlu pula porsi kegiatan untuk pemerintah area yang akibat adanya otonomi area
lebih memiliki wewenang untuk mengembangkan pariwisata area . Secara sederhana
pembagian usaha promosi misalnya akan dapat ditempuh langkah-langkah dimana untuk
pemerintah pusat melakukan country-image promotion, area melakukan destination
promotion sesuai dengan keunggulan area masing-masing, sedangkan industri atau
swasta melakukan product promotion masing-masing pelaku industri.
195
10.2 Pariwisata dan Teknologi Informasi
Dalam hubungannya dengan pariwisata, kemajuan yang dicapai dalam dunia
teknologi sangatlah menentukan. Sebagai halnya dengan kehidupan modern, pariwisata
tidak bisa dipisahkan dengan teknologi, atau dengan perkataan lain : perkembangan
kemajuan industri pariwisata yaitu tergantung sebagian besar atas tercapainya kemajuan-
kemajuan dalam dunia teknologi.
Di samping juga pariwisata merupakan industri yang melibatkan banyak organisasi
dan pelaku didalamnya, yang bersifat global, maka teknologi informasi yaitu suatu hal
yang sangat fundamental dan besar perannya dalam industri pariwisata yang makin
kompetitif dan terus berusaha untuk efektif dalam memberi pelayanan dan sifat dari
produk pariwisata yang berbeda dari produk manufaktur, membuat teknologi informasi
sangat vital di dalam memberi informasi kepada calon konsumen tentang produk,
waktu dan segala macam pelayanan yang mereka akan terima selama dalam perjalanan
menuju ke area tujuan wisata maupun selama berada di area tujuan wisata.
Data yang disajikan WTO ada pula hal yang menarik yakni bahwa ditemu
kenali adanya 4 negara kelompok besar penyumbang turis dunia yakni Amerika
Serikat, Jerman, Jepang dan Inggris yang menyumbangkan 41% dari pendapatan
pariwisata dunia. Dari segi teknologi, keempat negara inipun merupakan negara-negara
terbesar pengguna teknologi informasi-internet, yakni 79 persen dari populasi internet
dunia (tahun 1997) kurang lebih 130 juta pengguna internet. Angka-angka ini bukanlah
secara kebetulan, tetapi memang ada korelasi yang erat antara pemakaian teknologi
informasi dengan peningkatan jumlah turis di suatu negara. Internet tidak semata-
mata hanya merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk
mendidik manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang
diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah ( to make life much easier) .
Mengapa hal ini menjadi sangat penting di industri pariwisata ? Hal ini karena
produk ataupun jasa yang diinginkan di sektor pariwisata tidak muncul ataupun “ exist ”
pada saat transaksi berlangsung. Pada saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya
hanyalah membeli informasi yang berada di komputer melalui reservation systemnya.
Yang dibeli oleh turis hanyalah “hak” untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun
hotel. Berbeda dengan komoditas lainnya seperti TV ataupun kamera, wisata tidak dapat
memberi sample sebelum keputusan untuk membeli. Keputusan untuk membeli pun
kebanyakan berasal dari rekomendasi dari relasi, brosur, atau iklan diberbagai media cetak.
Jadi sesungguhnya bisnis pariwisata yaitu bisnis kepercayaan (trust). Dengan adanya
internet, informasi yang diperlukan untuk suatu perjalanan wisata tersedia terutama dalam
bentuk World Wide Web atau Web. Konsumen sekarang dapat langsung berkaitan
dengan sumber informasi tanpa melalui perantara.
Haruslah diyakini bahwa Web yaitu saluran ideal dan alat yang ampuh untuk
mempromosikan area tujuan wisata, dengan biaya yang sangat murah. Namun dalam
berkompetisi ini yang harus diperhatikan, karena merupakan senjata utama kita, yaitu
kualitas dari informasi itu sendiri. Karena turis akan mendasarkan keputusannya
untuk mengunjungi suatu DTW atau obyek wisata hanya kepada berbagai informasi yang
tersedia untuk mereka di Web. Sekali mereka mendapat informasi yang keliru maka
keunggulan teknologi ini akan menjadi tidak ada gunanya.
Survey terkini menunjukkan bahwa travel market online sedang mengalami
”Booming”, tiga perempat dari para pengguna internet menjelajahi dunia maya untuk
mencari informasi mengenai pemesanan hotel, penerbangan pesawat, harga dan harga-
harga spesial yang ditawarkan di internet. Ini disebabkan karena informasi yang disediakan
sangat up to date dan terus diperbaharui serta ruang lingkupnya cukup luas. Sejumlah
petunjuk berwisata sekarang sudah tersedia secara on-line di internet, ini jelas lebih
menguntungkan daripada membeli sebuah buku petunjuk wisata dimana buku ini ,
diperbaharui paling cepat setahun atau dua tahun sekali. Sedangkan petunjuk wisata on-
line, hampir diperbaharui setiap minggu (weekly updates). Tambahan pula, on-line guides
menyediakan pengalaman secara langsung dari orang-orang yang sudah pernah melakukan
perjalanan wisata ke tempat-tempat tujuan wisata yang tertera di online guides ini .
Perubahan dalam pasar pariwisata sangat cepat terjadi dan akan terus berlanjut.
Langkah antisipasi dari sektor pariwisata sangat diperlukan untuk mengakomodasi
perubahan ini dan keberhasilan dalam berekreasi terhadap menentukan keberhasilan dan
kesuksesannya. Peran penting pelaku pariwisata yaitu memahami penggerak perubahan
dan menentukan respon yang diperlukan.
Penggerak perubahan itu baik berasal dari luar pariwisata (outside control of
tourism) maupun perubahan secara alami dari sistem pariwisata itu sendiri. Untuk lengkap
akan dibahas secara mendalam di bawah ini.
a. Faktor Demografi dan Trend Sosial
Faktor demografi dan trend sosial sangat berpengaruh di dalam membentuk tourism
demand (permintaan di bidang pariwisata) pada tahun 2000 ke atas. Faktor
demografi seperti makin banyaknya orang yang tua pada negara penghasil
turis patut dicermati oleh para pelaku pariwisata di area tujuan wisata.
Disamping itu trend sosial di negara penghasil turis seperti : perkawinan di
usia yang tua (40 tahun ke atas), menunda kelahiran anak/bahkan hidup tanpa anak,
meningkatnya jumlah orang yang tidak menikah atau pasangan yang tidak
memiliki anak serta makin banyaknya wanita yang berwisata (yang pada
awalnya hanya berperan mengurus anak). Sebagai penyedia jasa, sudah sepatutnya
area tujuan wisata membuat suatu paket wisata yang dapat mengakomodasi trend
sosial ini .
b. Perkembangan Sosial Politik
Permintaan wisata sangat peka terhadap keadaan sosial politik dan terhadap
perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami
ketidaktenangan politik atau gejolak-gejolak dan kegoncangan sosial tidak akan
menarik para turis meskipun harga-harga fasilitas wisata ditawarkan itu
sungguh murah. Situasi politik yang stabil yang terjadi baik di negara sumber
turis maupun di negara penerima turis biasanya menjadi faktor penentu
turis melakukan perjalanan dan begitupun sebaliknya.
c. Perkembangan Transportasi
Dengan berkembangnya transportasi seperti pesawat terbang yang semakin canggih
dan juga kereta api yang semakin cepat, dipastikan akan membawa perubahan pada
wajah pariwisata dunia. Airbus, salah satu pengusaha penghasil pesawat terbang,
baru-baru ini mengeluarkan Airbus Jumbo, sebuah pesawat terbang yang bertingkat
dua dengan fasilitas bar, restoran dan tempat fitnes di dalam pesawat. Bukan tidak
mungkin dimasa depan dengan Airbus Jumbo ini akan membawa trend baru yaitu
pesawat terbang bak kapal pesiar dimana penumpang begitu dimanjakan sepanjang
perjalanan.
d. Pengaruh dan Trend Lain
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pariwisata di masa depan yaitu pemanasan
global dan pengikisan lapisan ozon. Dengan adanya global warming, maka
permukaan air laut akan naik dan pada akhirnya akan mempengaruhi garis pantai.
Sedikit demi sedikit garis pantai akan berkurang sehingga dengan berkurangnya
garis pantai, keindahan pantai akan hilang dan tidak ada lagi tempat untuk para
turis melakukan aktifitas di pantai seperti berjemur, joging, bermain pasir,
dan juga berjalan menyusuri pantai sambil menikmati keindahannya. Pada akhirnya
198
Cultural
Heritag
e
Tourism
Religious
Tourism
Culinar
y
TourismNature/Wildlife/A
dventure
Tourism
Eco
Tourism
Rural
Tourism
Commun
ity
Based
Tourism
tingkat hunian hotel-hotel yang berada di dekat pantai juga akan dipengaruhi.
Faktor tambahan lain yang mempengaruhi yaitu teknologi baru seperti virtual
reality (VR) yang diyakini di waktu yang akan datang dapat menggantikan
pengalaman berwisata ke tempat aslinya. Dengan cara sederhana yaitu
memakai pakaian yang sudah dirancang dan menghidupkan program virtual
reality, seseorang akan dapat melihat, merasakan dan mendengar serta dibawa ke
suasana hangatnya pantai di area tujuan wisata, meskipun saat ini dia berada di
negara lain.
Variabel Lain yang Mempengaruhi Pariwisata ke depan
a. turis Baru
Pada masa yang akan datang, khususnya turis yang berasal dari negara maju
akan lebih kritis dan lebih memilih dalam melakukan perjalanan wisata. Ini disebabkan
dengan makin banyaknya informasi yang mereka dapat dan juga tingkat pendidikan yang
lebih maju. Diyakini di masa yang akan datang mereka akan memilih pariwisata yang
bersifat aktif, dimana mereka dilibatkan secara fisik dan juga emosional seperti
petualangan, pembelajaran dan juga mengenali budaya area yang dikunjungi secara
mendalam. Mereka mulai meninggalkan aktifitas pasif seperti melihat-lihat, berbelanja,
dan berjemur. Mereka menginginkan pengalaman yang bermutu buat mereka senang,
memuaskan keingintahuan mereka tentang budaya asing dan pada akhirnya, ketika mereka
pulang ke negara asalnya mereka membawa suatu pengalaman berharga untuk diceritakan
kepada teman dan keluarganya. Berikut ilustrasi yang menggambarkan terjadinya
pergeseran pola motivasi perjalanan turis menuju ke suatu destinasi wisata.
b. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Pem